ÎNTUNERIC

Door rissa_wong

518K 77.1K 36.4K

Jejaknya terpilih, tercetak jelas di tanah basah berhias tetesan darah yang menjadi tanda bahwa pekatnya kege... Meer

Darahnya - Mark Lee
Hatinya - Jeno Lee
Hidupnya - Lucas Wong
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
KBBÎ
14
15
16
17
18
19
20
21
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

22

11.8K 1.8K 806
Door rissa_wong

"Menjauh dari bangkai itu, Jaemin!"

Jaemin langsung menghentikan langkahnya saat Mark berteriak padanya dengan suara alpha, omega seharum mawar itu menoleh lalu memberikan tatapan penuh tanya pada sang alpha. Mark yang melihat Jaemin masih berdiri diam di dekat meja upacara mulai menghela napas pelan, fenrir muda itu melompat turun dari tempatnya duduk kemudian berjalan mendekati Jaemin dengan langkah ringan.

"Siapa dia?" Tanya Jaemin.

Mark menaikkan satu alisnya lalu menarik Jaemin untuk mundur, menjauh dari seorang alpha yang telah tewas kehabisan darah di meja upacara. Tangan Mark terulur mendekat lalu menarik kepala sang alpha asing, mendongakkan kepalanya secara paksa untuk melihat luka menganga di lehernya.

"Luka yang mustahil beregenerasi, Lucas memutus arteri di lehernya."

"Hyung.."

Mata Mark menyipit, "dia anggota Merkurius yang masih tersisa, aku pikir aku sudah memusnahkan seluruh anggotanya."

"Ternyata masih tersisa."

Mark mendongak, mata tajamnya menatap langit malam beberapa saat kemudian ia mulai bersiul tiga kali, memanggil Harpy untuk kembali diberi perintah. Tak lama seekor elang terbang berputar di atas Mark dan tanpa ragu mulai terbang menukik tajam ke bawah kemudian bertengger di atas mayat sang alpha asing.

"Cari anggota Merkurius yang masih tersisa."

Mata hitam Mark beradu tatap dengan mata tajam Harpy sebelum bergumam, "bunuh."

Harpy tak memberikan respon berlebihan pada perintah sang tuan, yang burung itu lakukan hanya mengeluarkan suara melengking sebelum akhirnya membentangkan sayap lalu kembali mengudara.

"Apa perbatasan kita melemah?" Tanya Jaemin pelan.

Mark menggeleng, "perbatasan kita tidak hanya melemah, tapi kawanan lain mulai bergerak mencari-cari masalah."

"Hyung.."

"Kau tenang saja, semua akan membaik setelah ini. Jangan pikirkan apapun dan fokuslah pada diri mu sendiri." Kata Mark.

Jaemin mengangguk pelan, ia menurut saat Mark mengulurkan tangannya untuk memberi genggaman hangat dan omega itu dapat merasakan jemari Mark yang mulai mendingin, menandakan bahwa alpha tampan itu sedang waspada.

"Aku akan mengantar mu pulang."

"Aku tidak ingin ke rumah ayah ataupun appa." Balas Jaemin.

Mark menggeleng pelan, ia menatap Jaemin lalu mengeratkan genggaman tangannya, "kau akan pulang ke rumah dan untuk sementara jangan bertemu orang tua kita."

"Kenapa?"

"Aku sedang berselisih dengan ayah masalah perbatasan, jangan libatkan diri mu dengannya sampai permasalahan kami selesai." Jawab Mark.

Jaemin mengangguk pelan, menuruti kata-kata sang alpha tanpa banyak protes.

"Menurut Mark Hyung, apakah yang dilakukan Lucas Hyung adalah hal benar?" Tanya Jaemin saat mereka mulai melangkah menjauhi meja upacara.

Mark terdiam beberapa saat lalu menoleh ke arah sang omega dengan tatapan penuh makna, "bagi ku dia melakukan hal yang benar, karena aku akan lebih gila dari Lucas jika kau yang diperlakukan seperti Haechan."

"Hyung tidak menghormati para tetua?"

"Untuk apa aku menghormati sebuah ketidakmampuan. Akui saja, ayah kita gagal mempertahankan fokus para pemburu di perbatasan. Aku belum tahu apa, tapi paling tidak kita harus mengganti paman Johnny dengan pemburu baru yang bisa mengendalikan jajaran pemburu bodoh itu."

"Maksud Mark Hyung, Lucas Hyung?"

Mark terkekeh pelan, ia menatap sang omega lalu mencubit pipinya yang terlihat semakin berisi, "menurut mu siapa lagi?"

"Sejak pagi tadi, Lucas pergi mencari hewan buruan untuk dipersembahkan pada Haechan. Aku pikir seekor domba jantan berkualitas cukup untuk membuat para tetua terbakar rasa kesal, tapi ternyata dia kembali dengan seekor serigala alpha. Karena itu dia pantas mempertanyakan kepemimpinan ayah."

"Apa Hyung ikut pergi mencari Haechan dan Lucas Hyung?"

Kaki Mark mulai melangkah, menuntun Jaemin untuk berjalan di sisinya. "Aku dan Jeno akan pergi mencari Lucas, pemburu tidak bisa dibiarkan mating seenaknya."

"Tapi bukankah tindakan kalian menimbulkan perselisihan di dalam kawanan kita?"

Mark menghentikan langkahnya lalu menatap sang omega dengan sorot mata bertanya, "lalu kapan kesalahan ini bisa diperbaiki? Saat kawanan kita dipenuhi lubang kegagalan? Saat seluruh omega dilecehkan? Atau-"

"Cukup, cukup Hyung.. jangan mengatakan hal mengerikan lagi."

Alpha fenrir itu mengeratkan genggaman tangannya lalu menatap Jaemin penuh perasaan, "kau tenang saja, aku akan terus menjaga mu. Mengitari hidup mu dan mengawasi siapa saja yang ada bersama mu."

"Bukankah itu berlebihan?"

"Aku akan mengawasi mu dua kali lipat lebih ketat dibanding sebelumnya."

"Hyung!"

"Ingat kesepakatan kita, Nana. Aku membiarkan anak itu tumbuh dan menggerogoti tubuh mu, sementara kau menuruti semua perkataan, aturan dan perintah ku tanpa terkecuali." Balas Mark.

"Tapi dia juga anak mu, darah daging mu."

Mark mengangguk pelan, tangannya yang bebas mendarat sempurna di perut sang omega lalu tanpa sadar jemarinya bergerak mengusap permukaan perut Jaemin.
"Karena dia anak ku, darahnya adalah darah ku.. maka kita harus lebih waspada."

"Aku, aku tidak akan memberikan kekuatan ku padanya. Aku tidak akan seperti ibu ku yang menurunkan kekuatannya pada ku disaat aku memiliki kegelapan ku sendiri."

"Bagaimana jika dia sekuat diri mu?" Tanya Jaemin pelan, jemari lentiknya ikut bergerak di atas tangan sang alpha yang masih bertengger di perutnya.

"Tidak, dia tidak akan sekuat aku, Jaemin."

Mark terdiam sejenak sebelum matanya menatap Jaemin, "kemampuannya akan jauh melampaui kemampuan ku."

"Benarkah?"

"Ya, karena dia lahir dari rahim omega sempurna seperti mu."

Jaemin menaikkan kedua alisnya saat Mark mengatakan hal yang tidak pernah ia duga, omega manis itu menatap sang alpha dengan tatapan bingung ditemani wajah bersemu merah muda.
"Mark Hyung.."

Mark berdeham pelan lalu menarik tangannya dari perut Jaemin, alpha tampan itu membuang tatapan mata hitamnya ke sembarang arah lalu mulai melangkah meninggalkan sang omega.

"Ayo pulang."

Senyum lebar merekah di bibir merah Jaemin, ia berlari kecil mengikuti langkah sang alpha lalu dengan penuh semangat omega itu melingkarkan tangannya ke lengan Mark.
"Apa aku terlihat cantik hari ini?"

"Hmm.."

"Jawaban apa itu?"

Sudut bibir Mark terangkat naik, "ya ya, kau tidak pernah tidak cantik."

"Nyanyian ku terdengar semakin baik?"

Mark mengangguk pelan, membiarkan sang omega mulai berceloteh tentang apa saja yang terjadi padanya sepanjang hari. Fenrir muda itu tahu seluruh kegiatan Jaemin, apa yang terjadi, apa yang dilakukan bahkan apa yang omega itu makan seharian ini karena Mark tidak pernah berhenti mengawasi sang belahan jiwa, tapi mendengar langsung dari mulut Jaemin terasa jauh lebih menyenangkan, mendebarkan tanpa sadar.

"Kau melakukan segalanya dengan baik, kau omega hebat Jaemin."

Jaemin tidak dapat menyembunyikan ekspresi bahagianya saat Mark berkata penuh ketulusan, alpha fenrir itu adalah sosok keras nan dingin, namun entah perasaan Jaemin saja atau memang Mark terasa berbeda, dia semakin lembut dan ekspresif dibanding sebelumnya.

Omega itu sempat berpikir, mungkin Mark memiliki sebuah rencana buruk untuk calon buah hati mereka, tapi melihat kehangatan Mark membuat Jaemin menyingkirkan pemikiran buruknya sejauh mungkin dari kepala.

Mata Jaemin mulai menatap langit malam, memperhatikan jajaran bintang musim gugur yang terlihat begitu indah lalu omega manis itu berbisik pelan. "Mark Hyung pasti menjadi ayah yang baik."

Tanpa Jaemin sadari, senyum tipis yang sejak tadi Mark tunjukkan kini menghilang, digantikan bibir terkatup rapat dengan sorot mata hitam yang tak terbaca.

Benar, seharusnya Jaemin tidak menyingkirkan pemikiran buruknya.







........







"Ayo pulang!"

Renjun tersentak kaget saat suara berat terdengar seperti tepat di depan telinganya, omega wisteria itu menoleh dan menemukan sosok alpha tampan bermantel bulu segelap kayu. Senyum lembut seketika terbentuk di bibir merah Renjun, ia meletakkan keranjang-keranjang rotan yang sebelumnya ia gunakan untuk menyimpan kelopak bunga krisan.

"Kita belum punya rumah, Jeno." Balas Renjun pelan.

Jeno merotasikan matanya saat mendengar perkataan Renjun, "akan lebih mudah jika kau mengatakan, Jeno tolong bangun sebuah rumah besar untuk ku."

Tawa pelan terdengar dari mulut Renjun, omega itu segera menyelesaikan pekerjaannya lalu mendekati sang alpha.
"Kau tidak ikut mencari Lucas Hyung?"

"Aku akan pergi setelah mengantar mu pulang."

"Jeno.."

"Hmm?"

Renjun menghela napas pelan lalu menatap sang alpha dengan senyum terpaksa, "aku tahu kau berniat menolong Lucas Hyung, tapi menurut ku kau melangkah terlalu jauh."

"Apa?"

"Sekali aku melepas mu untuk pergi bersamanya, kau kembali dengan nyawa di kerongkongan. Aku pikir, kau harus mulai memikirkan keselamatan mu."

Jeno menatap sang omega dengan sorot penuh pengertian, ia tahu Renjun sangat mengkhawatirkannya dan hal itu wajar. Alpha tampan itu menarik sang omega untuk ia dekap, menghirup dalam aroma manis khas wisteria yang kini dibalut dengan pekatnya sandalwood.

"Kau tidak mengizinkan aku pergi?"

"Jeno.. bukannya aku kurang ajar, aku tidak bisa membatasi pergerakan seorang alpha, tapi-"

"Ssstt.. aku alpha mu Renjun, kau berhak menyuarakan isi hati mu. Tidak masalah jika kau menginginkan aku tetap berada di sisi mu, tetap berada di sekitar mu dan selalu bersama mu."

"Iya."

Jemari Jeno bergerak pelan, mengusap helaian rambut sang omega penuh kelembutan, "tapi aku memiliki tanggung jawab lain, sayang. Sebagai alpha, aku harus melindungi kawanan kita karena seluruh anggota kawanan adalah tanggung jawab para alpha."

"Aku pikir, kau akan membatalkan niat mu untuk pergi setelah aku berkata iya." Kata Renjun.

Jeno terkekeh pelan, "aku dan Mark Hyung harus memastikan Lucas Hyung pulang dalam keadaan hidup."

"Tapi kau terluka karena menolongnya! Berhenti berhubungan dengan alpha pemburu itu."

"Renjun."

Renjun melepaskan dekapan Jeno secara paksa, omega cantik itu menatap sang alpha selama beberapa saat sebelum akhirnya mengambil langkah pergi. Sang pemangsa muda menghela napas pelan, ia tahu Renjun sedikit lebih sensitif pada Lucas setelah tugas mereka ke Merkurius yang hampir merenggut nyawa Jeno.

Jeno paham, tahu dan mengerti apa yang dirasakan Renjun, tapi bagaimanapun tanggung jawab dan tugasnya sebagai alpha pemangsa tidak sekedar menjadi algojo kawanan.

"Aku hampir mati karena menolong Mark Hyung, lalu kenapa kau membenci Lucas Hyung?"

"Aku tidak membenci siapapun." Balas Renjun kesal.

"Sekarang kau terdengar kesal."

Renjun merengut, ia melanjutkan langkahnya meninggalkan sang alpha dan Jeno langsung mengambil langkah lebar untuk menyusul sang omega.
"Bukankah kau sudah melihat masa depan ku?"

"Kau tidak perlu khawatir lagi." Lanjut Jeno.

Langkah Renjun terhenti, ia menoleh dan menatap sang alpha dengan sorot mata bertanya, "kau pikir aku melihat seluruhnya?"

"Memangnya apa yang kau lihat?"

Renjun terdiam sejenak, ia mengedarkan matanya ke segala arah untuk menghindari tatapan serius sang alpha. "Darah, darah dan darah, aku melihat mu berlumuran darah entah karena apa. Jadi berhenti membahayakan diri mu sendiri, Jeno. Kau bukan dewa yang akan tetap hidup selama yang mau inginkan, paling tidak pikirkan aku."

"Renjun.."

"Tempel di kepala mu yang berambut putih itu, ada seorang omega yang menunggu mu pulang dalam keadaan utuh, selamat, bernapas dan hidup! Bukan sekedar berhasil pulang ke rumah."

"Jadi intinya kau tidak mengizinkan aku pergi mencari Lucas Hyung?"

Renjun mendengus keras, "alpha menyebalkan seperti mu tidak pernah bisa dilarang."

Mata rubah Renjun melirik sang alpha dengan sorot kesal, "pagi nanti aku ingin sarapan dengan daging sapi, awas kalau kau pulang terlambat dan tidak membawa seekor sapi."

Jeno hampir tertawa, ia segera merangkul sang omega lalu membawa sosok cantik itu untuk berjalan bersamanya. Alpha tampan itu tahu, sebesar apapun rasa egois dalam diri Renjun, keegoisan itu tidak akan mengalahkan kebaikan hatinya. Omega itu tidak akan melarang Jeno melakukan hal-hal baik walau dalam hati harus menahan perasaan marah, menolong Lucas salah satunya.

"Kalau pemburu dan fenrir jelek itu membuat mu terluka lagi, akan aku pastikan kau tetap tinggal di rumah selama sisa hidup mu!"

"Siapa yang akan berburu untuk mu dan wolfie kita nanti?" Tanya Jeno menggoda.

"Aku bisa berburu!"

"Lalu siapa yang akan menjaga pemukiman?"

"Terserah, siapa saja yang pasti bukan kau."

Jeno tertawa mendengar jawaban Renjun yang terdengar begitu lucu di telinganya, "ya Mahabapa, omega pemberian mu lucu sekali. Menggemaskan."

Renjun ikut tertawa kecil, tangan kurusnya melingkar nyaman di perut sang alpha, "ngomong-ngomong apa kau mendapat penjelasan tentang tatto di tubuh mu?"

"Kata Mark Hyung, aku mendapatkan kekuatan yang diinginkan Merkurius, tidak sepenuhnya tapi yaa.. aku pikir cukup berbahaya."

"Saat kau sekarat, Mark Hyung mengiris lengan ku."

Jeno langsung menghentikan langkahnya, ia berbalik dan tanpa ragu mencengkram bahu sang omega, "apa yang dia lakukan? Mengiris lengan mu? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?!"

"Jeno, sebentar-"

"Bagaimana mungkin dia melukai mu saat aku hampir mati?!"

Omega itu menghela napas pelan lalu menahan tangan sang alpha yang masih mencengkram bahunya, "Jeno, dengarkan aku sebentar.."

"Siapa lagi yang melukai mu saat aku tidak ada? Yesun? Kau bertemu dengan omega betina itu? Dia melukai mu juga? Katakan.. katakan Renjun!"

Renjun mengernyit saat Jeno terlihat begitu marah dengan ceritanya, padahal biasanya alpha tampan itu hanya akan menyatukan alis sambil mendengarkan penjelasan Renjun hingga semua selesai, tapi sekarang pemangsa muda itu seperti kesetanan dan meledak dalam amarah.

"Mark Hyung mengiris tangan ku lalu meneteskan darah ku ke mulut mu."

Jeno langsung tercenung diam, mata alpha tampan itu menatap Renjun dengan sorot linglung dan tak lama ia menyentuh kepalanya yang tiba-tiba terasa pening. Mata Jeno berkedip beberapa kali, berusaha memfokuskan tatapannya pada Renjun yang kini terlihat buram.

"Jeno.."

"Jeno?"

Tangan Renjun segera menepuk wajah tampan sang alpha beberapa kali, hatinya tiba-tiba dilingkupi perasaan khawatir saat Jeno terlihat tidak fokus. Jeno adalah alpha cerdas yang tidak pernah kehilangan fokusnya, emosinya terkendali dengan baik walau Renjun akui kalau alphanya adalah sosok alpha sombong yang suka bicara seenak hati, namun entah kenapa sejak kembali membuka mata, Jeno terasa berbeda.

"Maaf maaf.. aku tidak bisa fokus."

"Kau baik-baik saja?"

Jeno mengangguk pelan, ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan kemudian dengan hati-hati alpha tampak itu kembali merengkuh Renjun ke dalam dekapan hangatnya, menghirup aroma wisteria yang selalu berhasil menenangkanya di situasi tak terkendali.

Pemangsa muda itu tidak mengerti apa yang terjadi padanya, ia seperti ingin meledak dalam amarah namun tiba-tiba kehilangan fokus disertai rasa pening.
"Aku baik-baik saja.. jangan khawatir."

"Kau tetap akan pergi mencari Lucas Hyung di kondisi seperti ini?"

Renjun menghela napas saat Jeno kembali mengangguk pelan, dalam diam omega itu memperhatikan wajah sang alpha dan menemukan sepasang garis hitam kini menghiasi mata tajam sang alpha padahal sebelumnya Jeno tak memiliki tanda apapun selain tanda pemangsa dan tanda kawanan.

"Aku pikir, kekuatan yang kau dapatkan lebih serius dari yang kita kira, Jeno. Tolong diskusikan dengan serius bersama Mark Hyung." Kata Renjun akhirnya, tidak bisa lagi menahan rasa khawatirnya pada kondisi sang alpha.







.......






"Kita terlambat." Desis Mark tepat saat kakinya menyentuh tanah penuh ilalang di depannya.

"Kemana lagi sekarang?" Lanjut Mark kesal.

Jeno berlutut, ia meletakkan jemarinya di atas ilalang yang telah rusak dan berhias bercak darah.
"Darah Haechan."

Mark mengernyitkan alisnya, "darah Haechan?"

Pemangsa di samping Mark mengangguk pelan, ia memperhatikan darah segar yang menempel di ujung jemarinya.
"darah mating.."

"Kalau begitu kita tidak bisa membiarkan Lucas membawa Haechan lebih jauh, dia bisa membahayakan Haechan tanpa sadar."

"Dari perkiraan ku, taring untuk mating sepanjang dua sentimeter, tapi sepertinya Lucas Hyung mengoyak leher Haechan menggunakan taring pemburunya." Kata Jeno.

Mark mengangguk paham, ia mengendus udara di padang ilalang yang menjadi tempat Lucas dan Haechan melakukan mating.
"Mereka pergi ke selatan, sepertinya ke padang bunga Lupin di wilayah selatan." Ucap Mark sambil melangkahkan kakinya mengikuti aroma darah Haechan.

"Tidakkah Hyung merasa mating alpha pemburu itu begitu merepotkan?" Tanya Jeno sebelum mengikuti langkah kaki sang alpha fenrir.

"Kau ingat mating Hendery?" Tanya Mark.

Jeno mengangguk cepat lalu berdecak, "astaga pemburu sialan itu, aku hampir gila saat menemukannya di perbatasan Neptune dan dengan santainya dia meminta mantel kita untuk diberikan pada Xiaojun Hyung!"

Mark mengangguk setuju lalu tersenyum kecil, "aku pikir Xiaojun mati hari itu, darah di lehernya sangat banyak."

"Dia bisa beregenerasi dengan cepat, tapi Haechan tidak." Balas Jeno cemas.

Alpha fenrir yang sejak tadi berjalan pelan membelah padang ilalang kini berhenti, memperhatikan langit yang terlihat mulai terang, menandakan bahwa mereka telah melewati sepertiga malam dengan kesia-siaan.

"Percepat langkah kita, pemangsa!"

Setelah mengatakan itu Mark segera melakukan shift, mengubah wujud rupawannya menjadi serigala hitam pekat dengan sepasang mata kelam sebelum akhirnya berlari meninggalkan Jeno. Sang pemburu menatap sosok fenrir yang meninggalkannya tanpa aba-aba dengan sorot lelah, Jeno menghela napas pelan sebelum mengikuti jejak Mark yang tercetak di tanah basah dalam wujud serigala abu-abu keperakan yang dihiasi simbol-simbol kegelapan.

Mating seorang pemburu memang cukup berbahaya, entah apa yang membuat para pemburu begitu berbeda dari kebanyakan alpha, mereka suka berpindah-pindah tempat, membawa omeganya ke tempat-tempat sulit terjangkau untuk melakukan mating hingga panas gairah dalam tubuh mereka mereda, tidak ada yang tahu alasan pastinya namun yang jelas kawanan harus mencari sang pemburu sebelum hal-hal tidak diinginkan terjadi.

Seluruh orang tahu kalau Mark adalah monster yang memiliki darah kegelapan, namun sebagai alpha sosok Mark tidak pernah memperlakukan Jaemin dengan kasar disaat mereka berhubungan, sedangkan pemburu adalah jajaran alpha yang begitu keras dalam berhubungan dan perpaduan Lucas dengan Haechan akan sangat membahayakan.

"Darahnya masih tercecer di sini." Kata Jeno saat mereka berhenti di salah satu danau.

"Mahabapa pasti memiliki kegilaan tersendiri saat menyatukan Haechan dengan Lucas." Kata Mark tiba-tiba, hampir frustasi mencari keberadaan sang pemburu muda padahal menemukan pemburu lain tidak pernah sesulit Lucas.

"Ya, Mahabapa pasti memiliki kegilaan tersendiri karena menyatukan mahluk mengerikan nan kejam seperti mu dengan adik ku yang manis." Balas Jeno.

Mark mendengus pelan lalu melayangkan pukulan bunga Lupin ke punggung sang pemangsa, "sadarkan diri mu, Jeno. Sifat brengsek mu mengalahkan seluruh kekejaman ku selama ini."

Sang pemangsa kembali mendengus kesal, ia bertolak pinggang lalu mendudukkan tubuhnya di pinggir danau, mata tajamnya memperhatikan semburat jingga yang kini terlihat samar di ujung danau.
"Hampir pagi, aku harus pergi berburu." Kata Jeno.

"Buruan mu tidak akan datang jika kau hanya duduk diam di sini."

"Maksud ku, Hyung bisa melanjutkan percarian sendiri, kita berpisah di sini." Balas Jeno jengkel.

"Oh."

Jeno terdiam beberapa saat sebelum akhirnya kembali membuka suara, "tapi Hyung.."

Mark hampir melangkah pergi saat Jeno kembali memanggil namanya dengan nada sulit diartikan. "Apa?"

Mata tajam Jeno masih fokus memperhatikan semburat jingga yang terlihat begitu indah, terpantul jelas di air danau yang begitu tenang dan jernih.
"Kenapa kau memberikan darah Renjun pada ku?"

Salah satu alis Mark terangkat naik, "ada yang salah?"

"Perjanjian darah, kau pasti tahu itu kan?" Tanya Jeno, pemangsa itu menoleh dan memberikan tatapan penuh tanya pada Mark.

Suasana di antara dua alpha itu tiba-tiba hening, Mark memperhatikan Jeno yang juga menatapnya dengan tatapan penuh tuntutan. Mark memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel lalu melangkah mendekati Jeno.

"Kau berharap aku meneteskan darah Yesun ke mulut mu, begitu?"

"Bukan begitu, tapi hidup Renjun sekarang berada di tangan ku, bagaimana jika aku mati?"

"Dia mati, tentu saja. Ada lagi yang ingin kau tanyakan?"

"Bagaimana mungkin aku bisa melihatnya mati, Hyung?"

Mark mendengus pelan, "kau tidak akan melihat kematiannya, Jeno. Karena dia mati saat kau mati, ada lagi?"

Jeno mengacak-acak rambutnya frustasi, "bukankah terlalu berbahaya untuk Renjun?"

Fenrir muda itu menggeleng pelan, ia menatap Jeno dengan sorot mata serius sebelum akhirnya mengalihkan tatapannya ke permukaan danau.
"Sekarang kau memiliki kekuatan dari kegelapan, bukankah memiliki perjanjian dengan mu adalah keuntungan? Dia tidak akan mati jika kau tidak berkehendak, artinya Yesun tidak akan bisa menyentuh omega mu."

"Aku masih memiliki-"

"Tidak, kau melampaui kekuatan yang Yesun miliki, sekarang kau bisa menginjaknya seperti dia menginjak mu." Potong Mark.

"Bagaimana mungkin?"

Mark merotasikan matanya malas, ia menatap Jeno dengan mata hitamnya, "lihatlah diri mu, pemangsa. Sekarang kau berbeda dan yang bisa mengendalikan mu hanya Renjun."

"Omega mu.." Lanjut Mark.

Jeno baru akan membuka mulutnya untuk membalas penjelasan Mark, namun belum sempat ia membuka mulut, sebuah suara berat terdengar dari balik jajaran pepohonan pinus di sisi kanan danau.

"Lucas!"

Mark segera berlari meninggalkan Jeno dan sang pemangsa hanya menghela napas pelan, dalam diam mengikuti jejak Mark menghampiri Lucas sebelum ia harus mencari seekor sapi untuk memenuhi permintaan sang omega.












TBC

Wah ketemu lagi wkwkwk

Chapter ini random aja sih, tapi semoga masih bisa menghibur yaa..

Jangan lupa vote + spam komentar

Terima kasih..

Sampai jumpa kapan-kapan 🤗🤗

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

39K 3.6K 21
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...
202K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
391K 40.1K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
111K 9.7K 22
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...