Life | Giselle ✔

By CHIKITASANTI

11.9K 3.4K 7.3K

Tak ada kehidupan yang sempurna. Mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupan di dunia ini... More

Telepon
Pulang
Uang
Good People
Gamers
Jogging
Profesi
Cemburu
Broken home
Sakit gigi
Rasa bersalah
Bocil kurang asem
Simbiosis Mutualisme
Calon Mama mertua?
Bucin
Bucin 2
Will You Marry Me?
Guru BK nganggur
Sudah Mengeluh Apa Hari ini?
Out of Control
Keluarga
Kolase
Yes, I Will
Nyusruk
Beautiful in White
Ella In Memories
Masa Lalu
Kado dari Ella
The Next Story

Pendapat

582 179 242
By CHIKITASANTI


Waktu begitu cepat berlalu, hanya memasak ala kadarnya saja sampai memakan waktu 1 jam. Sepertinya, perkataan Beomgyu yang bilang kalau aku ini wanita idaman hanya real gombalan semata buktinya aku tidak jago memasak. Terdengar suara azan berkumandang aku duduk mendengarkan dan menjawab setiap panggilan Tuhan tersebut, karena seingatku dulu, memang harus begitu ketika mendengar azan. Layaknya kita ketika di panggil orang kita harus menjawabnya apalagi ini panggilan Tuhan untuk menuju kemanangan atau kejayaan.

Setelah membereskan dapur aku pergi ke kamar untuk mengompres Ella, badannya sangat panas. Aku mengambil termometer di tasku dan mengukur suhu tubuhnya dan benar saja suhu tubuhnya mencapai 39° c. Aku meraba perut Ella dan menepuk-nepuknya dia juga kembung. Mungkin ini efek tangannya yang luka dan tidak makan dari kemarin sore.

Setelah melaksanakan salat subuh aku mengaji sebentar, ya ... sekitar 15 menit. Setelah itu aku melirik kearah Ella dan menggenggam tangannya yang masih terasa panas.

"Dek ... bangun dulu sayang yuk minum obat dulu," ucapku dengan lembut sambil mengambil satu strip obat paracetamol dari tasku.

"Dede ...  hey bangun yuk minum obat dulu biar cepat sembuh," ucapku sekali lagi karena Ella tak bangun.

"Adekku ... cintaku ... sayangku ... emes-emesku ... bangun yuk,  minum obat nanti tidur lagi," bujukku agar Ella bangun.

"Gak mau ah obatnya pasti pait kaya kehidupan," tolak Ella sambil berbalik membelakangi ku dan memeluk guling.

"Lho namanya juga obat dek," jelasku sambil mengelus-ngelus punggung Ella.

"Yaudah deh nanti kalo kamu mau minum obat, nanti kakak kasih hadiah kamu mau apa?" Ucapku mengimingi-imingi Ella agar mau minum obat.

"Gak," jawab Ella singkat, padat, dan jelas.

"Dede mau apa? Cokelat? Keju? Atau apa? " Tanyaku lembut sambil meraba pipi Ella yang terasa semakin panas.

"Dede kan udah bilang ke Kak Icel mau apa, lupa ya? Dahlah males sama Kakak mah. Dasar pelit, " rengeknya dengan manja dan sangat pelan bahkan aku hampir tak mendengarnya.

"Hp? Maksud kamu Dek?" Tanyaku kepada Ella dengan nada yang masih tetap lembut. Namun ia hanya mengangguk untuk jawaban nya

"Oh yaudah nanti kita beli ya sayang ya ... sekarang ayo minum obat yuk anak cantik ... anak sholeha ... anak pintar ... anak baik." Bujukku sambil membuka kemasan obat dan mengambil air yang ada diatas meja di samping tempat tidur.

"Janji nih?" Ella membalikkan badannya dan mengajakku untuk janji kelingking. Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku adik kecilku ini sambil melakukan hal sama dengan nya. Setelah Ella minum obat dia langsung kembali ke posisi semula dan aku hanya bisa pasrah dengan sikap dan egoisme adikku ini.

Aku melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukkan waktu pukul 6 pagi dan aku memperkirakan kalau Ella harus turun panas kurang lebih pukul 7 nanti. Aku keluar dari kamar Ella dan menutup pintunya dengan perlahan aku tak mau mengganggu waktu istirahat adik kecilku itu.

Keluar dari kamar aku melihat keadaan rumah yang berantakan. Lantai kotor, baju belum di lipat, cucian 1 ember, piring kotor di mana-mana. Mataku sakit jika melihat rumah berantakan begini. Aku pun mulai membersihkan rumah ini walaupun dengan sangat mengantuk tapi aku tidak mungkin tidur dengan keadaan rumah begini, gak enak sama abah dan emma, terlebih lagi aku cucu perempuan yang sudah dewasa.

30 menit berlalu, aku sudah selesai membersihkan rumah dan baru saja selesai mandi, mataku agak segar rasanya seketika setelah mandi, walaupun aku belum tidur sama sekali. Aku duduk di sebelah Ella yang sedang tidur terlentang di kasur. Tangan kanannya berada diatas bantal, kepalanya berada diatas guling dengan posisi tubuh yang sedikit melengkung. Menurutku ini sangat lucu sekali, aku mengambil ponselku u dan segera memotretnya lalu mengunggahnya di  instagram story.

Mataku beralih ke tangan kirinya yang terbalut perban putih, sepertinya yang terluka itu jari kelingking dan jari manisnya.

Aku menangkap tangannya itu ketika ia hendak berbalik aku takut tangan kirinya itu terbentur karena itu pasti akan membuatnya kesakitan dan menangis, mengganggu tidur lelapnya.

"Assalamualaikum." Terdengar seseorang mengucapkan salam dan dari suaranya itu suara Emma.

"Waalaikumsalam," jawabku dan beranjak dari tempat tidur Ella dan hendak membukakan pintu.

"Eh Neng kapan nyampe?" tanya Emma sambil melangkah masuk.

"Tadi jam satu atau dua gitu ya, aku lupa Ma. Gimana Emma sehat?" tanyaku menanyakan kabar Emma.

"Alhamdulillah. Eh, gimana udah makan belum? Aduh, maaf ya di rumah gak ada apa-apa. Soalnya, Emma gak sempat masak. Terus Dede mana?" cerocos Emma bertubi-tubi seperti tak mengizinkan ku untuk berbicara. Dan akhirnya kami mengobrol. Kami bertukar kabar, bersenda gurau, dan tak lupa Emma curhat soal kenakalan Ella yang sudah hampir kelewat batas dan Emma berkata kalau beliau menyerah merawat Ella dan menanyakan mau bagaimana ke depannya. Aku sendiri tak bisa menjawab karena aku bekerja sebagai perawat dan setiap bulan pasti ada shift malamnya.

Tak terasa kami mengobrol selama 4 jam dan aku lupa untuk mengecek keadaan Ella. Saat aku cek, Ella masih terlelap dengan mulut yang sedikit terbuka menandakan tidurnya sangat nyenyak. Aku mengambil termometer dan segera mengecek suhu tubuhnya. Alhamdulillah sekarang panasnya sudah turun menjadi 37°c. Aku membenarkan posisi tidurnya dan mengelap keringatnya dengan tissue. Namun, ketika aku hendak menyelimuti tubuh Ella teleponku berdering sangat kencang aku segera mengambil nya dan mengangkatnya.

"Sell lo kemana aja si? Gue telepon dari tadi gak diangkat adek lo parah ya sakitnya?" Tanya winter rekan kerjaku di RS.

"Sorry Win, hehe.  Gue gak sempet ngecek hp. Nggk kok cuma demam aja dan Alhamdulillah udah turun barusan demamnya" jawabku menjelaskan.

"Puji Tuhan. Terus lo kapan balik lagi ke Jakarta?" Dia kembali bertanya.

"Gak tau nih, gue mau liat keadaan Adek gue dulu," jawabku sambil menyelimuti Ella.

"Oh gitu ya bagus deh kalo gitu. Ya karena nih ya, tapi maaf maaf nih gue ngomong gini sama lo Sell. Menurut gue Adek lo itu nakal selama ini tuh cuma buat cari perhatian lo karena kan selama ini dia jauh sama lo dan juga dia belum ngerasain kasih sayang ortu gitu, tapi ini menurut gue aja sih Sell." Winter ternyata punya pikiran yang sama denganku.

"Iya sih gue juga nyangkanya gitu," jawabku singkat karena Ella terbangun.

"Eh, Win. Adek gue bangun nih udah dulu ya." Aku menutup telepon dari Winter.

"Kak?" Ella memanggilku sambil menatapku dengan ekspresi datar. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Ella dan tersenyum.

"Iya kenapa? Ada yang sakit? Hmm?" tanyaku lembut sambil merangkul tubuh Adikku itu.

Dia menggelengkan kepala untuk jawabannya. Aku pun mengerutkan kening bingung.

"Terus kenapa sayang?" tanyaku lagi nada yang paling lembut.

"Tapi kakak jangan marah atau ngomel ya," lirihnya  sambil melihat dan menggulung - gulung ujung selimut

"Ih Kak Icel kan emang gak pernah marah sama Dede. Malahan kamu yang suka marah ke Kak Icel" ucapku dengan nada becanda dan sedikit tertawa.

"Aku ngompol," ucap Ella sambil memalingkan wajahnya dariku mungkin dia malu. Aku sendiri tak menjawab perkataan Ella tersebut dan hanya tersenyum kepadanya lalu membuka selimut untuk melihat apakah benar dia mengompol atau tidak.

"Oh cuma celana, sprei, dan selimut aja kok dek gak tembus kasur, gak apa-apa nanti Kak Icel cuci ya sayang," ucapku sambil tersenyum dan beranjak menuju lemari hendak mengambil celana untuk Ella.

"Sini cantik ganti celana dulu biar gak ruam," ucapku sambil duduk di pinggir kasur dan menepuk pinggir kasur.

"Gak mau aku bisa sendiri," ucapnya ketus sambil beranjak berdiri lalu melangkah dan mengambil handuk yang ia gantung di belakang pintu kamar.

"Mau kemana Dek?" tanyaku sambil menatap matanya.

"Mandi," jawabnya singkat diambang pintu lalu menutupnya dengan sangat keras. Terdengar suara Emma mengucap istighfar dari dapur. Aku hanya menarik nafas panjang sambil menarik sprei dengan sedikit kasar dan menggulungnya dengan selimut.

"Dek jangan lama-lama mandinya nanti masuk angin sayang," ucapku sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi tetapi tak ada jawaban yang ada hanya air mata hanya air mata ... eh gimana-gimana wkwkwk, yang terdengar hanya suara air.

Aku mengambil ember dan mengisinya dengan air, aku merendam sprei dan selimut Ella. Tak mendengar suara air dari kamar mandi aku pun memanggil Ella.

"Dek kok diem? Udah mandinya?"

"Udah," teriak Ella sangat keras.

"Lah terus kok gak keluar, jangan lama-lama di kamar mandi ah gak baik sayang," ucapku sambil berjalan mendekati pintu kamar mandi.

"Aku lagi pup," jawab Ella dengan suara yang lebih pelan dari sebelumnya. Aku hanya mengangguk sambil menyelipkan rambutku ke telinga dan mengambil hp dari saku celana. Aku memutuskan untuk trading sambil menunggu Ella selesai dengan panggilan alamnya.

45 menit berlalu, Alhamdulillah hari ini pasarnya lagi bagus sampai-sampai, aku profit lebih besar daripada biasanya.

"Kak." Terdengar suara serak Ella yang diiringi tangisan kecil.

"Kok nangis sayang kenapa? Ada yang sakit?" tanyaku sambil menyimpan hpku kembali ke saku celana namun mataku sangat lincah mengamati Ella. Dan aku melihat tangan kirinya basah serta terdapat bercak merah.

"Oh tangannya sakit?" tanyaku lagi dan Ella hanya mengangguk untuk jawabannya. Aku menarik napas panjang dan segera menggendong Ella ke kamar memakaikannnya baju walaupun ia sempat berontak menolak tapi akhirnya ia pasrah.

"Bentar kayaknya Kak Icel ada perban di mobil deh, bentar ya sayang kakak ambil dulu," ucapku dan meninggalkan Ella di kamar dan berlari kecil menuju mobil. Aku segera kembali setelah mendapatkan benda yang aku cari. Ketika aku kembali terlihat Ella sudah duduk bersila lesehan di lantai menghadap ke televisi menonton kartun spongebob.

Aku pun duduk di belakangnya lalu meletakkan kotak peralatan medis. Aku memang selalu membawa kotak itu kemana-mana untuk jaga-jaga saja.

"Sini sayang Kak Icel pangku,"ucapku sambil mengangkat tubuh Ella ke pangkuanku. Aku merobek perban yang membalut tangan Ella, dan benar saja yang terluka itu jari kelingking dan jari manisnya. Terhitung ada 6 jahitan di jar kelingking dan 3 di jari manisnya. Aku juga menemukan penyebab tangan Ella berdarah ternyata ada satu jahitan yang kurang betul. Aku membetulkan nya dengan sangat hati-hati. Terdengar suara Ella meringis kesakitan dan di susul suara perut Ella mungkin dia lapar.

"Dek laper?" tanyaku sambil tetap fokus ke tangan Ella

"Iya," jawabnya singkat.

"Mau sate?"

"Nggak."

"Terus mau apa?" tanyaku sambil menatap wajah Ella.

"Apa aja asal jangan nasi kak," jawabnya, dia memang dari dulu takut sama nasi.

"Energen?" tanyaku lagi (sumpah ini aku gak di endorse wkwkwk.)

"Iya terserah Kak Icel aja," jawabnya.

Setelah selesai dengan tangan Ella aku pergi ke warung untuk membeli energen dan beberapa snack untuk Ella. Di tengah perjalanan lagi-lagi teleponku berdering sangat kencang. Ya kalian taulah ini dari siapa.

"Iya Gyu ada apa?"

"Nggak. Cuma, mau nanyain keadaan Adek lo. Sama lo juga sih hehe."

Aku memang beruntung memiliki rekan kerja seperti Karina, Winter, Ningning, dan Beomgyu karena mereka selalu ada untukku dalam keadaan apapun. Mereka juga tak hanya care kepadaku tetapi juga kepada keluargaku.

"Oh .... Alhamdulillah dia baik-baik aja ini gue mau beliin dia snack."

"Oh ... ya syukur deh. Lo udah makan belum?"

"Udah, gue masak sayur sop tadi."

"Memang wanita idaman deh."

"Sa ae lo tutup pulpen."

"Asal pulpennya punya lo sih, gue oke - oke aja Sell."

"Ish ... eh by the way Gyu, boleh minta pendapat lo gak?" Entah mengapa aku ingin menanyakan hal ini kepada Beomgyu.

"Minta mahar pun gue kasih Sell ke lo mah," jawab Beomgyu sambil tertawa.

"Nggak ... tadi kan Karina sama Ningning chat gue bahkan si Winter ampe nelpon, mereka bilang kalau selama ini tuh sikapnya adek gue itu cuma buat caper ke gue. Ya iya sih gue juga ngerasa gitu karena menurut gue dan mereka ya udah gak wajar aja kalo selang dua hari dia bikin ulah. Menurut lo gimana Gyu? Terus gue juga harus gimana Gyu soalnya kakek.dan nenek gue udah nyerah, terus kalo mau gue titipin ke opa oma yang di Bandung gak enak mereka udah tua," jelasku panjang kali lebar.

"Ya menurut gue sih iya kaya gitu Sell, sebenarnya gue udah berpendapat kaya gitu tapi gue gak enak sama lo. Dan kalo menurut gue juga sih solusinya cuma satu, yaitu bawa pindah aja ke Jakarta Adek lo." Beomgyu memberi solusi yang sebenarnya sudah terpikirkan olehku sebelumnya.

"Tapi kalo gue lagi dapat shift  malem dia sama siapa?"

"Yaelah dia kan udah dua belas tahun Sell udah mau SMP dan lagi pula bocil kaya dia jam delapan  atau sembilan malam juga udah teler sell terus juga kan lo dapat shift malamnya dari jam setengah sepuluh  sampe jam lima pagi jadi keburu lah jagain dia. " Beomgyu menjelaskan.

"Iya sih kok gue gak kepikiran ya Gyu hehe, yaudah thanks Beomgyu babay." Aku  memutup telepon dan segera berjalan cepat ke warung.

Continue Reading

You'll Also Like

6.1K 911 20
"Masuk perhotelan mau jadi apa? Jual diri kayak Ibu kamu?" *** Sejak lahir, Wihelmina Gayatri dibesarkan dalam lingkungan yang berpikiran kuno. Para...
6.2K 723 25
[END] [Sunghoon × Karina × Jeno] Cerita ini tentang Karina, si buaya betina yang memacari dua orang famous di sekolahnya sekaligus, Jeno si ketua bas...
5.5K 666 9
Tentang hubungan dua manusia dengan jarak sebagai bumbu manisnya bxb MarkNo
37.2K 6.6K 82
Benua mengikat Misela kekasih nya dan Samudera saudara kembar nya dalam sebuah janji yang seharusnya tidak Benua lakukan Genre: teen fiction,marriage...