3 SOMETHING ABOUT LOVE

By diviana90

112K 14.5K 962

(Cerita sudah lengkap, silahkan follow untuk membaca) ⚠️ WARNING!!!!! 21+ ⚠️ (Cerita ini merupakan CERITA DE... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
⚠️ Bab 19 ⚠️
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
END
DITA X RAGA STORY

Bab 10

3.1K 405 57
By diviana90

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya

*****


Sayang, kerjaannya udah beres?

Naura tersenyum membaca pesan yang dikirimkan Arga satu jam lalu. Ia sengaja berlama-lama membiarkan pesannya hanya ceklis dua tanpa harus terburu-buru berubah warna menjadi biru. Sebenarnya ia begitu kesulitan mengontrol dirinya sendiri. Satu sisi ia ingin sekali memberikan Arga pelajaran, namun hatinya berkata lain. Ya, Naura menyukainya. Naura menyukai Arga, pria beristri yang kini menjadikannya kekasih.

Bodoh!

Ya sebut saja mereka berdua bodoh! Terjebak dalam permainan masing-masing yang entah siapa yang akan kalah nantinya. Cih! Jika menyangkut masalah cinta, otak dan hati terkadang bermusuhan.

Naura meraih ponselnya, ia segera membalas pesan dari Arga secara singkat. Rasa penasaran Naura akan perasaan Arga untuknya masih menumpuk. Ia masih bertanya-tanya bagaimana bisa Arga melepaskan dua wanita yang lebih dulu menemani hari-harinya untuk bersenang-senang demi dirinya? Apa Arga tengah membual?

udah, satu jam lagi aku pulang

Tak perlu menunggu lama, alih-alih membalas pesan Naura, Arga langsung menelponnya.

"Aku jemput ya?"

"Aku bawa mobil sendiri," jawab Naura langsung pada poin-nya.

"Simpan mobilnya di cafe, besok aku yang anter kamu ke cafe ya?"

"Hah? Yakin? Emang nggak ada kerjaan yang harus diselesaikan di kantor?"

Terdengar suara kekehan Arga dari sambungan telpon, "Banyak sih, tapikan aku punya staff lain yang kerjain," jawabnya.

"Iya deh Pak Bos. Aku tunggu ya di café." Naura akhirnya menyerah akan godaan dari Arga ini. Dia bukan menyerah! Tapi dia pasrah dan dia menyukai kepasrahan ini.

"Siap Bu Bos, kamu nggak perlu dandan cantik-cantik ya," tambah Arga, kemudian ia terkekeh dengan deep voice-nya. "Nanti aku jatuh cinta kan repot."

Bukannya bagus ya? tujuan Naura kan memang membuat Arga jatuh cinta.

"Geli banget gila!!" sahut Naura, "Aku tutup ya telpon-nya. Bye." Naura mengakhiri sambungan telponnya dengan Arga, pergolakan hatinya semakin kuat saat ini. Ia bahagia Arga menjadikannya kekasih, namun apa statusnya dengan Arga kini adalah sesuatu yang penting?

"Naw!"

"Naw"

"Naura!!" pekik Dita kesal lantaran berkali-kali dipanggil Naura sama sekali tidak merespon.

"Hemm," jawab Naura sekenanya. Ia menyimpan ponselnya dan menatap Dita.

"Iya gue denger, kenapa Dit?"

Dita menggeserkan kursinya mendekati meja Naura, "Gue perhatiin kok ada yang beda ya sama hubungan lo sama Arga," tanya Dita yang ternyata begitu perhatian pada Naura. "Lo baik-baik aja kan Naw?"

Naura tersenyum menatap Dita lekat, "Gue baik-baik aja Dita sayang ... lo nggak liat muka gue cerah ceria berseri-seri gini?" jawab Naura dengan dalih yang mulus.

Dita mengangguk, ia kembali menggeserkan kursi pada mejanya. "Pokoknya gue nggak mau ya lo nyakitin diri lo sendiri! Semoga Arga gak sebajingan Radhi ya," ucap Dita sambil memalingkan pandangannya kelayar komputer.

Deg!

Jantung Naura serasa dihantam pukulan keras mendengar ucapan Dita barusan. Arga bahkan lebih bajingan dari Radhi! Radhi meninggalkan Naura karena mau menikahi perempuan lain, tapi Arga? Dia mendekati Naura dengan status masih menjadi suami orang lain dan Naura menyetujuinya? BODOH! Tidak ada orang yang lebih bodoh dari Naura di dunia ini!

Pintu ruangan terbuka, terlihat sosok Raga yang masuk ke dalam ruangan dengan wajah lesu. Ya, ia baru menyelesaikan meeting dengan beberapa calon customer yang akan membooking cafe untuk acara mereka.

Raga melemparkan map keatas mejanya, disusul dengan tubuhnya yang kini sudah berada di kursi putar miliknya yang terlihat empuk. Ia mengusap wajahnya yang terlihat kelelahan.

Dita menggelengkan kepalanya, "Gak heran lo minta kursi gaming empuk! Kebiasaan lo bantingin diri sih," ucap Dita tanpa menatap Raga yang duduk di depannya.

"Lo bisa langsung pulang kok Ga, kayaknya kecapean banget," sela Naura yang kasihan melihat kondisi Raga saat ini. "Dit, gue balik dijemput Arga, lo bisa pake mobil gue buat anterin Raga gih. Lo nggak kasian lihat mukanya pucet kaya gitu? Kalo dia mati gimana? Bisa bangkrut cafe kita," kekeh Naura.

Raga melirik, "Ini perempuan mulutnya pada emang rada-rada ya. Gue lagi nggak ada tenaga buat ladenin lo berdua," jawab Raga lemas.

Dita terkekeh, "Asli sih, kayaknya ini beneran deh Naw. Mana kunci mobil sama STNK-nya, bahaya juga kalo kita kehilangan dia," tambah Dita menggoda Raga. Ia bangkit dari kursinya, menghampiri Naura yang sudah mengeluarkan kunci berserta STNK mobilnya. "Ayo mari Pak Tua, saya antarkan anda pulang. Kondisi anda terlihat menghawatirkan," goda Dita pada Raga.

"Naw, beneran nggak apa-apa nih mobilnya dipake?" tanya Raga memastikan, ia merasa tidak enak pada bosnya ini.

Naura menggeleng, "Apa sih yang enggak buat ujung tombak cafe ini," jawab Naura melambaikan tangannya pada Dita dan Raga yang meninggalkan ruangan. "Jangan ngebut-ngebut!" pesan Naura berteriak.

*****

"Gimana hari ini?" tanya Arga di dalam mobil, sambil melirik Naura yang duduk manis di sampingnya.

Naura melirik Arga, ia bahkan tak menyangka jika laki-laki yang duduk disampingnya ini adalah suami orang. Tidak bisa dijelaskan dengan akal sehatnya! Pria manly dengan tubuh proposional yang tidak suka basa-basi ini bahkan sudah terlalu banyak ia berikan poin plus. Namun semua poin plus itu gugur ketika Naura mendengarkan penjelasan Arga. Benar. Poin plusnya saja sudah gugur, lalu kenapa Naura malah mendekatinya, bukannya menjauhinya?

Awalnya tekad Naura kuat untuk memberikan pelajaran pada Arga, namun pada akhirnya batinnya malah sibuk berperang di dalam sana hingga membuat Naura lebih banyak diam dan berpikir akhir-akhir ini. Sulit juga menikmati sebuah hubungan yang terlarang seperti ini.

"Hemm? Kok diem? Capek ya?" tanya Arga, ia mengusap lembut rambut Naura sambil kembali menyetir mobilnya.

Hancur pertahanan Naura, lagi. Ya, lagi! Sudah berapa kali ia membangun benteng pertahanan namun hanya dengan sedikit hal yang dilakukan Arga langsung roboh kembali? Bagaimana sih? Apa benteng yang Naura bangun terbuat dari permen Yupi?

"Enggak kok, udah biasa juga kaya gini," jawab Naura singkat, ia memalingkan kembali pandangannya ke depan melihat lampu jalanan.

"Aku tadi nggak lihat mobil kamu di parkiran, katanya kamu bawa mobil? Kok nggak ada?" tanya Arga lagi, hari ini Arga lebih banyak bicara dari biasanya. Atau entah perasaan Naura saja?

"Oh, tadi Raga nggak enak badan. Jadi aku suruh Dita pake mobil buat anterin dia pulang," jawab Naura. "Kamu gimana kerjaan?"

Arga tersenyum kecil, "SPG ku lagi banyak job nih minggu-minggu ini. Banyak brand mau pake SPG dari EO aku, tapi sesibuk apapun tentu bukan aku yang akan dibuat sibuk kan?" ceritanya. "Kamu udah makan?"

Naura menggeleng, Arga langsung memasang wajah kesal. "Kita take away makanan dulu ya, makan di rumah kamu, gimana?" tawar Arga dan Naura mengangguk setuju.

Arga menatap Naura lagi, seolah tengah mencuri-curi pandang padanya. Perlahan tangan kirinya memegang tangan Naura. "Gak tau ya, hari ini aku pengen cepet-cepet ketemu aja sama kamu," ucapnya tiba-tiba sambil mengusap tangan Naura dengan ibu jarinya lembut.

Sesungguhnya hati Naura tengah kalut namun sentuhan Arga pada tangannya menguapkan semua perasaannya begitu saja. Naura tidak bisa membohongi dirinya kalau Arga benar-benar membantunya menghilangkan semua kelelahan akan hari-harinya.

Ya sudah. Mari kita hilangkan perasaan-perasaan tak berguna yang akan mengganggunya hari ini. Lebih baik fokus saja pada kebersamaan Arga dan dirinya.

Naura tersenyum, ia membalas dengan menggengam tangan Arga dengan tangan kirinya. "Jangan ngeluarin rayuan buayamu lagi ya," ucapnya. "Ah sayang sekali aku malah seneng dengernya" tambah Naura tersenyum manja.

Mereka berdua tertawa bersama, ya ... sepertinya Naura harus menyerah akan benteng yang dibuatnya. Karena sekali lagi. Jika bersama Arga moodnya akan membaik. Ia menyukai segala sesuatu yang ada dalam diri Arga, meskipun ia tau jika Arga bukan seutuhnya miliknya. Namun bisikan jahat dalam hati Naura mulai menelusup ke dalam dirinya.

Suruh siapa Arga dan istrinya membuat kesepakatan konyol akan hubungan mereka?

*****

Arga menatap Naura yang sibuk dengan makanan yang tengah ia siapkan untuk Arga. Gadis itu sejak tadi bolak-balik dapur dan meja makan untuk mempersiapkan semuanya. Naura bahkan tidak membiarkan Arga membantunya. Katanya kasihan, Arga sudah bekerja dan menyetir untuknya. Hey. Memangnya Arga saja yang bekerja? Naura juga bekerja kan?

"Taraaa," kata Naura dengan ceria.

Satu senyuman yang muncul di wajahnya menular pada Arga. Pria itu memberikan senyuman yang sama untuk Naura. Ada sebuah perasaan yang muncul dalam hatinya namun Arga tak akan membiarkan hal itu mengganggunya.

"Kamu mau minum apa Ga? Biar aku bikinin," tawar Naura kepadanya.

Arga menggeleng, "Ini kan ada air putih Naw."

"Yah, mana tahu kamu mau kopi? Atau teh? Atau jus? Aku tadi bawa buah-buahan di café. Bisa dibikin jus," katanya.

Arga tersenyum, "Nggak usah, nanti kamu repot. Mending kamu ke sini, makannya sebelah aku."

Naura mengerutkan keningnya, "Nggak mau ah, nggak bisa lihat kamu," sahutnya.

"Masa sih?" tanya Arga. Pria itu bangkit dari kursinya. Ia berjalan dan pindah untuk duduk di kursi yang berada tepat di samping Naura. Tangannya menarik kursi Naura kemudian ia menggantungkan tangannya di atas kursi Naura, hampir terlihat seperti memenjarakan tubuh Naura diantara kursi dan dirinya.

Arga menatap Naura dalam-dalam. Ia mendekat kemudian memiringkan wajahnya dan berkata, "Aku bisa lihat kamu di sini," katanya.

Naura mengerjapkan mata. Ia tak pernah terbiasa dengan duet kombo antara Arga dan gemuruh dalam dadanya yang selalu membuatnya kewalahan. Gadis itu menelan ludah namun tangannya refleks mengambil kentang dan menyodorkannya pada mulut Arga.

"Udah. Makan aja," katanya.

Arga tertawa. Naura memang selalu di luar dugaannya. Harusnya mereka melakukan sesuatu dalam posisi seperti ini kan? Tapi apa yang terjadi? Naura malah menjejalkan kentang ke dalam mulutnya. Dasar!

Niat awal Arga untuk meniduri Naura, tetapi bahkan sudah satu minggu berpacaran, ia hanya berpegangan tangan dengan Naura, namun rupanya Arga tak mempermasalahkan hal itu karena kebersamaannya dengan Naura memang menyenangkan.

****

Arga masuk ke dalam rumah. Ia membuka sepatunya, berjalan menuju sofa kemudian menyandarkan tubuhnya di sana. Suara desahan yang ramai terdengar dari dalam kamarnya. Arga tahu kalau istrinya sedang bermain dengan lebih dari satu pria. Palingan dua, atau malah tiga? Entahlah.

Pria itu menghela napas. Ia memejamkan matanya pelan seraya membenahi letak sandaran tubuhnya. Suara yang selalu ia dengar setiap malam seharusnya sudah bisa membuatnya terbiasa namun rupanya semua sama saja. Arga tak pernah terbiasa dengan suara-suara seperti ini namun Arga juga tak bisa berbuat banyak karena pilihannya hanya dua. Diam saja, atau bergabung dengan mereka.

Sialnya. Arga lebih memilih untuk diam saja karena dia sendiri tak kuasa untuk bergabung dengan mereka dan harus berbagi istrinya. Karena ketika Arga bergabung, ia benar-benar melihat bagaimana pria lain memuaskan istrinya di hadapannya. Maggie tak pernah bisa Arga puaskan sejak mereka menikah, jauh berbeda dengan pria lain yang bahkan sentuhan kecilnya saja membuat Maggie mengeluh dengan frustrasi. Arga benar-benar menyaksikannya, bagaimana Maggie menikmati setiap sentuhan pria lain di tubuhnya, jauh berbeda dengan sentuhan Arga padanya.

Dua tahun yang lalu, tepat di dalam kamar ketika pertama kalinya Arga mengikuti kemauan Maggie untuk bergabung bersamanya dan temannya, detik itu pula Arga merasa gagal menjadi seorang pria. Ia merasa tersesat, tak diinginkan, tak berguna, namun disaat bersamaan Arga juga merasa jijik dengan dirinya sendiri. Ia tahu adegan-adegan yang ia lihat di film dewasa, namun ia tak pernah menyangka bahwa ia akan mengalaminya sendiri dan... dan semua itu malah menyakiti harga dirinya. Rupanya Arga tak seliar itu hingga bisa menyentuh istrinya sendiri bersamaan dengan pria lain.

"Aku nggak ngerti Gie maksud kamu kayak gini apa?!"

"Udahlah Ga! Bukannya kamu yang bilang kalau kamu mau ikutin semua keinginan aku? Aku maunya gini! Tenang aja, nggak apa-apa kok. Aku yang nyaranin ini semua, jadi aku juga yang bakalan tanggung jawab. Aku bilang kalau kita butuh variasi dikit dalam hubungan kita, coba dulu sekali ya Ga?"

Memang sekali bagi Arga, namun berkali-kali bagi Maggie. Bahkan semua ini tak pernah ada akhirnya.

Arga menghela napasnya. Suara pintu terbuka membuatnya menoleh, Maggie di sana. Keluar dengan sebuah Lingerie berwarna hitam dengan beberapa kiss mark di leher dan dadanya.

Arga sendiri jijik melihat Maggie dalam keadaan seperti ini, namun rasa cintanya mengalahkan semuanya. Pria itu malah tersenyum.

"Hai!" sapanya.

Maggie mendengus, "Apaan sih!" katanya. Ia berlalu dari hadapan Arga, mengambil dua botol minuman kemudian masuk lagi ke dalam kamarnya.

Menyisakan Arga yang tersenyum miris kemudian tertawa, menertawakan hidupnya yang terasa begitu gila dan menyiksa. 







To Be Continue

*******

Continue Reading

You'll Also Like

271K 25.1K 29
The fiction to the fuckest story #3 The closeness between them, bonding through intimacy of touch. Then it gets so bad, that one day you get breakdo...
2.8K 233 10
gimana jadi nya jika ibu yibo dan ibu xiao zhan capek dengan kelakuan anak nya ... anak ku laki" tapi suka nya laki hadeee ." nyonya xiao kamu mendin...
3.5M 27.2K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.1K 211 8
Menjadi anak sulung dari Keluarga Candra membuat Aileen terbiasa menjadi yang pertama dan utama. Mengikuti prinsip mamanya yang tidak ingin membawa l...