3 SOMETHING ABOUT LOVE

diviana90

112K 14.5K 962

(Cerita sudah lengkap, silahkan follow untuk membaca) ⚠️ WARNING!!!!! 21+ ⚠️ (Cerita ini merupakan CERITA DE... Еще

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
⚠️ Bab 19 ⚠️
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
END
DITA X RAGA STORY

Bab 9

2.9K 445 38
diviana90

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya

*****

Aku bentar lagi sampe. Mau nitip sesuatu gak?

Naura tersenyum menatap pesan yang masuk ke ponselnya. Ia membalas Arga dengan ucapan hati-hati dan mengatakan bahwa Naura menunggu Arga di cafenya. Ia tak meminta apapun pada Arga karena semua juga sudah tersedia di cafenya, lagipula Naura juga sedang tidak menginginkan sesuatu. Ah. Naura lupa satu hal; ia menginginkan Arga.

Dua minggu menghabiskan waktu bersama Arga di pagi hari atau sore hari yang disambung dengan video call atau telpon di malam hari membuat Naura benar-benar membuat dirinya terbiasa dengan Arga dalam hidupnya. Siapa itu Radhi? Naura sudah melupakannya dengan sepenuhnya. Tentu saja semua juga karena kehadiran Arga di sisinya.

"Kata gue lo mending keluar aja, tapi jangan lupa rambut lo pitain dulu," saran Dita kepadanya. Naura menoleh dengan tatapan tak mengerti, "Kenapa pake pita?" tanyanya.

"Yah lo kan mau menyambut kangmas Arga lo tersayang!" kata Dita. Naura mendengus, "Lebay banget harus pake pita!"

"Tapi itu nggak lebih lebay dari lo yang dari tadi ngaca, lipstikan, bedakan, ngaca lagi, liat HP, terus ngaca lagi. Ngaca aja terus sampe kaca lo pecah Naw," sindir Raga.

Naura terkekeh. Habis bagaimana dong, ia kan harus tampil cantik di depan Arga.

Hmm, bukan apa-apa sih. Maksudnya Naura harus tampil dengan baik untuk menghargai Arga yang juga selalu tampil baik di hadapannya.

Halah Naura. Masih aja denial?

Naura berdehem. Ia tak menggubris bisikan dalam hatinya. Masa bodoh! Ia mau bertemu Arga hari ini pokoknya!

Ponselnya berdering. Naura segera membukanya. Arga mengiriminya pesan lagi.

Naw. Aku udah sampe. Sini, ada yang mau aku omongin.

Wow! Apakah gerangan yang akan Arga katakan kepadanya? Hey! Kenapa Naura mendadak senang sekali? Apakah Arga...

Oh tidak. Tidak. Tidak. Naura. Apa yang kau pikirkan?!

*****

"Honestly, I'm married."

Naura terhenyak. Senyuman di wajahnya langsung hilang, begitupula rasa senang yang sebelumnya menghinggapi dirinya kini menguap tak bersisa.

Ia menatap Arga tak menyangka, "Bisa-bisanya kamu berdiri di hadapan aku sekarang layaknya kamu cowok lajang?!"

Arga tersenyum santai, "Aku sama istri aku open kok Naw."

"Open gimana?" tanya Naura penasaran.

"Ya, open. Kamu tahu open relationship?"

Kening Naura mengkerut, "Artinya kalian terbuka kan? Saling terbuka? Ya bagus dong, pasangan nggak seharusnya memiliki rahasia!" suaranya meninggi dan Naura menyadari itu. Ia juga tak mencoba untuk menutupi emosinya. Marah ya marah saja, toh Arga memang pantas mendapatkan amarahnya.

Ucapan Naura dibalas Arga dengan senyuman yang sulit ia mengerti. Pria itu menatapnya dengan intens kemudian mengusap wajah Naura dengan lembut—membuat Naura memundurkan tubuhnya untuk menjauh.

"Saling terbukanya benar, tapi bukan tentang rahasia, sayang."

"So?"

Arga menjauh. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi kemudian berkata, "Aku memang menikah. Tapi aku menjalin hubungan juga dengan wanita lain."

"Apa?"

"Bukan aku aja. Istriku juga. Dia punya empat laki-laki yang biasa tidur sama dia selain aku."

"H-hah? Gimana?"

"TMI sih, tapi FYI, bukan di luar aja, kadang di dalem pun kita main bertiga."

"Ma—maksud kamu?"

"Aku biasa threesome sama istri aku. Cowoknya dua. Ceweknya satu."

"APA??!!!"

Seketika mulut Naura menganga dengan lebar. Ia menatap Arga tak percaya, namun pria itu malah menyesap kopinya dengan santai. Dia juga tersenyum seraya mengangkat gelas kopinya tinggi-tinggi.

"Istri aku satu, pacar aku juga satu, sementara satu cewek lagi nggak aku kasih status. Kalau kamu mau menjalin hubungan sama aku, otomatis kamu jadi yang keempat."

PRIA GILA!

"Tapi aku bakal kasih kamu status kok!"

SAKIT JIWA!

"Asal kamu tahu, ini bukan perselingkuhan. Ini hubungan yang normal dan wajar, karena ini kesepakatan aku sama istri aku," lanjut Arga lagi.

Naura benar-benar kehabisan kata-kata. Ia ingin mengeluarkan seluruh umpatan yang ada di seluruh dunia namun tertahan karena keterkejutannya lebih besar. Pria di hadapannya berbicara hal tabu dengan percaya diri sementara Naura beberapa kali tersambar petir, tak menyangka dengan jalan pikiran Arga dan istrinya. Lebih tak menyangka dengan dirinya yang bisa-bisanya masih duduk diam di hadapan Arga dan mendengarkannya dengan seksama. Sumpah Naura! Kenapa kau tidak pergi saja dari sini?!

Naura. Bangkitlah! Tinggalkan Arga! Batinnya meneriaki.

Namun tubuhnya malah terkunci. Naura masih terkejut, tapi tubuhnya seperti terbiasa dengan ucapan Arga sehingga ia menantikan kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut Arga.

"Kalau kamu mau, kamu bisa jadi pacar aku."

"Yang kedua sebagai pacar, tapi yang keempat sebagai wanita dihidup kamu? Arga. Lo udah gila!"

Sekarang Naura sadar, kenapa semua sikap dan perlakuan Arga padanya jauh berbeda dengan pria-pria yang pernah mampir dalam hidupnya. Rupanya alasannya segila ini. Arga memang berbeda, atau boleh Naura bilang saja kalau Arga tidak normal? Pria itu bahkan tidak punya otak! Bisa-bisanya dia mengungkapkan perasaannya—oke Naura tolong jangan tertipu! Arga bukan mengungkapkan perasaannya melainkan mengungkapkan keinginannya untuk menambah wanita dalam hidupnya dan hari ini ia memilih Naura. Besok-besok mungkin Arga akan memilih wanita lainnya, atau bahkan puluhan SPG di kantornya? Ha!

Naura menolak pria-pria yang berterus terang mengajaknya tidur bersama di aplikasi JD dan malah menerima Arga... yang nyatanya mungkin lebih berbahaya dari mereka semua. Sialan.

Arga tersenyum manis, "Orang mungkin berpikir ini sebuah kegilaan, tapi buat aku enggak."

Umpatan yang Naura kumpulkan hampir saja meledak, namun ia malah mengkhianati nuraninya Ketika Naura malah bertanya pada Arga, "K-kenapa lo bisa mulai semua ini?" tanyanya.

Arga menyesap kopinya. Pria itu terdiam, menerawang jauh ke belakang dan berkata, "Aku pacarana tiga belas tahun sama istri aku. Dari kita SMP, dari umur empat belas sampai kita umur dua puluh tujuh, lalu kita menikah selama tiga tahun. Tapi aku nggak tahu, istriku tiba-tiba bilang bahwa hubungan kita membosankan, dia udah males sama aku bahkan udah muak sama aku dan dia bilang bahwa kita mungkin butuh sedikit 'variasi' biar pernikahan kita nggak begini-begini aja."

Dan variasi yang istrinya Arga maksud adalah memasukkan orang lain ke ranjang mereka? Dasar pasangan gila!

"Waktu itu istri aku ngundang temen cowoknya ke rumah. Ya, aku kira pertemuan kita biasa aja. Sampai ketika dia buka baju depan kita berdua pas lagi ngopi. Kamu tahu apa yang dia bilang? Katanya 'ayo main bertiga!' temennya malah udah nyosor, sementara aku yang suami dia... bengong."

"Bukannya lo harusnya marah ya?"

Arga mengangguk. Ia menyesap kopinya lagi, "Waktu itu aku hampir mukulin cowok itu tapi istri aku malah minta aku buat stop, karena dia lagi asik mesra-mesraan sama temennya."

"Wah. Kalau gue sih udah gue cerai aja langsung saat itu juga!"

Arga tersenyum miris, "Alih-alih pengen ceraiin dia, aku malah pengen tahu kenapa dia tiba-tiba kayak gitu."

"Cih!" Naura mencibir, "Pengen tahu kan harusnya nanya yah. Tapi lo malah nyobain kan?"

Arga menghela napas, "Nggak tahu gimana ceritanya, kayaknya semua berlalu secepat itu. Tahu-tahu kita mulai main bertiga. Aku bahkan udah nggak pernah having sex berdua aja sama istri aku. Aku cuman bisa nyentuh dia ketika kita main bertiga."

Naura menundukkan kepalanya seraya menjambak rambutnya. Ia mengusap wajahnya kemudian menatap Arga, menunggu pria itu melanjutkan ucapannya.

"Tapi aku ogah kalau harus bersentuhan sama cowok lain. Jadi sekalipun main bertiga, aku selalu jaga jarak aman. Nggak pernah barengan. Palingan dia dulu baru aku," jelasnya.

"Yang begitu bukan threesome kali. Emang gantian aja," sahut Naura.

Arga tersenyum tipis, "Tapi kadang istri aku narik aku dan minta ciuman ketika tubuhnya lagi sibuk di—"

"Ga. Please. Kenapa lo malah bongkar isi dapur lo sama gue? Gue nggak mau tahu!" ucap Naura dengan tegas.

"Sorry," kata Arga.

"Gue cuman ceritain aja supaya lo sedikit kebayang tentang apa yang gue ceritain."

Ucapan Arga terdengar seperti dia pintar mengendalikan dirinya. Berbanding terbalik dengan kata-katanya yang sebelumnya membuat Naura hampir saja mengasihaninya. Naura mendengus, sosok Arga mana yang harus ia percayai?

Well, Naura... kenapa juga ia berniat untuk mempercayai Arga?

"Intinya, istri aku bilang kalau hubungan kayak gitu asik banget. Sampai akhirnya dia suruh aku cari cewek lagi."

"Untuk diundang ke ranjang kalian?"

Arga menggeleng, "Aku main bertiga sama istri aku aja. Di luar itu, aku cuman tidur sama pacar aku atau cewek yang nggak aku kasih status."

"Ha! Dan lo lagi berusaha buat gue tidur juga sama lo kan?" todong Naura begitu saja.

Awalnya mungkin iya, Arga sudah Menyusun banyak rencana untuk menjebak Naura atau menggodanya sampai wanita itu menyerahkan dirinya sendiri kepadanya, tapi niatnya malah bergeser. Pria itu mendekat, dia menatap Naura lekat-lekat dan berbicara dengan penuh keyakinan, "Hanya jika kamu mau melakukannya."

Dan jawaban Naura sudah jelas tidak. Bisa-bisanya Arga mencoba untuk percaya bahwa Naura mau melakukannya.

"Jujur, aku cuman ngomong ini sama kamu," ujar Arga. Naura mendengus, "Wah, aku mendengar suara buaya!" yang membuat Arga tergelak. Pria itu terlihat tampan saat tertawa dan Naura malah menelan ludahnya. Hey Naura! Sadar! Barusan Arga menjatuhkan bom di depanmu!

"Serius Naura. Pacar aku nggak tahu, apalagi cewek yang satu lagi. Kita cuman kontekan untuk have fun doang. Jadi kenapa aku harus cerita juga sama mereka?"

"Lalu kenapa juga lo cerita sama gue? Biar gue terbujuk? Gitu?"

Arga tersenyum. Lagi. "Enggak tahu. Tiba-tiba pengen cerita aja. Mungkin karena aku pikir bahwa kamu cewek baik-baik."

"Dan cewek baik-baik yang lo sebut itu berencana lo rusak. Iya kan?"

Arga menggeleng, "Aku udah bilang. Hanya jika kamu mau," jawabnya.

Naura benar-benar menyadari semuanya. Situasi gila yang membuat dirinya terbakar amarah yang luar biasa. Seharusnya Naura sudah pergi sejak tadi. Seharusnya ia menjauh dari Arga, namun saat ini ia masih tetap mengkhianati nuraninya dan malah berkata, "Dan hanya jika kamu mau berhubungan sama aku. Aku nggak mau kita jadi sekadar temen have fun doang. Aku mau kita pacaran beneran. Kita saling berkabar, jalan bareng kalau weekend, banyak ngabisin waktu bareng, liburan bareng juga boleh, aku bebas cerita sama kamu, begitu juga kamu. Persis kayak orang pacaran."

Pada detik ini Arga terdiam. Ia menatap Naura dan teringat akan keinginannya untuk menjadikan Naura wanita keempat dalam hidupnya.

"Aku have fun sama cewek-cewek aku karena aku nggak mau punya keterikatan lain selain dengan istri aku. Bagaimana pun juga aku tetap miliknya karena kita sudah menikah. Tapi kalau kamu mau kayak gitu, kamu harus siap kalau-kalau suatu saat aku ninggalin kamu."

Naura tersenyum miris. Pada akhirnya yang akan tersakiti di sini adalah Naura. Benar kan? Kenapa Naura merasa bahwa dia bisa melihat masa depannya nanti?

"Kalau aku mau kan? Itu berarti aku bisa kasih syarat dong sama kamu?" tanya Naura.

"Apa?" tanya Arga.

Naura menyunggingkan smirknya dan berkata, "Putusin hubungan kamu sama semua cewek-cewek kamu. Aku nggak mau jadi yang keempat," kata Naura.

"Itu sih bukan perkara sulit. Aku bisa tinggalin mereka berdua," katanya.

Naura mendengus, "Sebegitu pengennya ya lo rusak gue sampe bisa ninggalin orang yang lo pake—namun lo pacarin—demi pacarin gue yang mungkin suatu saat akan lo tinggalin juga dengan alasan yang sama?"

Arga menatapnya tak mengerti.

"Lo mandang gue apa sih Ga? Dengan lo deketin gue tanpa kejelasan status lo aja tuh lo udah jahat banget, dan hari ini lo bilang sama gue tentang rahasia terbesar yang lo sembunyiin dari gue baik-baik selama ini. Secara nggak langsung lo mandang gue kayak cewek-cewek yang bisa lo pake seenaknya kan? Lo pasti mikir kalau gue nggak ada harganya sama sekali di mata lo!"

Ada sebuah keterkejutan dalam ekspresi wajah Arga saat ini. Pria itu tak menyangka kalau respon Naura akan seperti ini padanya. Begini. Jika diurutkan dari timeline nya bersama Naura... mereka bertemu di aplikasi yang digunakan orang-orang untuk 'bermain-main' dan sejak awal juga Arga bilang kalau ia memakai aplikasi itu untuk hal yang sama sehingga Arga pikir Naura tidak akan keberatan dengan hal apapun—meskipun dia terlihat seperti wanita baik-baik—namun wanita baik-baik juga punya sisi lain yang tak pernah ia tunjukkan pada orang bukan? Dan siapa yang tahu kalau sisi lain Naura adalah bersedia menjalin hubungan dengan Arga seperti ini. Tapi jawaban Naura malah membuat Arga ingin merenungkan ucapannya sendiri.

"Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Kenyataannya memang begitu," ucap Arga pada akhirnya.

Naura tersenyum miring, "Mendengar ucapan lo bikin gue pengen buktiin satu hal," katanya.

"Apa?" tanya Arga.

Naura mencondongkan tubuhnya, mendekat pada Arga kemudian berkata, "Lo bisa ninggalin pacar-pacar lo termasuk gue di masa depan. Tapi... masa iya lo nggak bisa ninggalin istri lo?"

Arga tersenyum, "Jelas nggak bisa. Gimana pun juga aku—"

"Gimana pun juga lo udah jadiin gue pelakor di sini," kata Naura. Persetan dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Saat ini yang ingin Naura lakukan adalah memberikan Arga dan istrinya pelajaran bahwa sebuah hubungan tak bisa mereka perlakukan seenak jidatnya mereka saja. Selalu ada konsekuensi dari semua hal yang kita lakukan dan konsekuensi Naura untuk mereka adalah...

Membuat salah satu diantara mereka merasa kehilangan. Karena bagaimana pun juga, mereka tidak selayaknya memiliki sesuatu ketika mereka saja tidak bisa menghargainya dan menjaganya.

Satu hal pertama tentang cinta adalah setia. Baik Arga dan istrinya, keduanya bahkan tak lolos dalam tes pertama.

Naura menyunggingkan smirk nya lagi. Ia menatap Arga dan berkata, "Tinggalin cewek-cewek itu baru kamu bisa sama aku. Tapi permintaan aku kayak tadi, kita bener-bener kayak orang pacaran," ucapnya.

Arga tersenyum. Ia menganggukkan kepala kemudian berkata, "Selama kamu nggak jatuh cinta sama aku, sepertinya aman. Karena kalau kamu jatuh cinta sama aku, kamu yang rugi Naura."

Naura tersenyum penuh arti, "Kalau gitu, aku bakal bikin kita berdua yang rugi."

Ucapan Naura terdengar seperti putusan hakim atas sidang dari tersangka yang siap menjalani hukumannya. Terdengar mutlak dan tak bisa diganggu gugat. Seharusnya Arga menyadari bahwa Naura berbeda dan Naura juga sedikit berbahaya, namun rasa senang yang muncul dalam hatinya mengalahkan segalanya. Arga dibutakan oleh jawaban setuju dari Naura dan pria itu kini tersenyum dengan senang, ia menyambut Naura dalam hidupnya, tanpa memperhatikan resiko apa yang akan ia tanggung di masa depan. 



To Be Continue

******

Продолжить чтение

Вам также понравится

MY DIAMOND LADY (COMPLETED) Dindin Thabita

Любовные романы

223K 7.7K 5
"Dia cantik, glamor dan berlian selalu menghiasi tubuhnya. Dia sempurna, teratur dan memesona. Tapi dia seperti penyihir saat berada di balik meja ke...
3.5M 33.9K 5
Revan, seorang petugas jaga pintu bis Trans Jakarta tampan yang menyukai salah satu penumpang tetap bisnya. Sedangkan Demetra, gadis galak dan cuek d...
314K 15.9K 31
Sekuel keenam dari "Loving You". Dear Arya Pradipta Mahendra, Tolong jaga Revan, anak kita. Niatku tidak ingin memberitahumu kejadian satu malam itu...
Love Between Hate Angel

Любовные романы

1.5M 80.3K 29
Bagaimana rasanya, saat diri kita terpaksa harus berdekatan dengan orang yang dibenci? Debby Angela, seorang fashion designer muda dengan aura yang...