ALDEN

By bxrnadette

421K 20.3K 818

Alden Joshua Gracio. The Leader of Dankevoort โ€’Geng yang dinyatakan sebagai geng paling berbahaya dan paling... More

Cast
Prolog
Dankevoortโ˜ 
#1 โ€’ Aretha Nathania Elaine
#2 โ€’ Pertemuan Pertama
#3 โ€’ Pusat Perhatian
#4 โ€’ Kasus
#5 โ€’ UKS
#6 โ€’ Alden Gila!
#7 โ€’ Rumah Aretha
#8 โ€’ Pertemuan Kembali
#9 โ€’ Mulai Tertarik?
#10 โ€’ Kembali Menjadi Pusat Perhatian
#11 โ€’ Balapan
#12 โ€’ Kejadian Tidak Terduga
#14 โ€’ Kejahilan Alden
#15 โ€’ Malu
#16 โ€’ Care
#17 โ€’ Terror
#18 โ€’ Kotak Hadiah
#19 โ€’ Perlakuan Manis
#20 โ€’ Pembullyan
#21 โ€’ I'm Sorry
#22 โ€’ Ketakutan Alden
#23 โ€’ Late Night Talk
#24 โ€’ Pasar Malam
#25 โ€’ Back to School!
#26 โ€• Salah Paham
#27 โ€’ Bandung
#28 โ€’ Surprise!

#13 โ€’ Kemarahan Alden

12.2K 589 3
By bxrnadette

Hi Peeps!!🥰 welcomeeeee!!

Kemarin aku gak update karena ada beberapa haaall, jadi aku update hari ini aja yaaa!🤗

Aku berterimakasih banget buat kalian yang masih baca Alden sampai sekarang, kalau aku minta vote + comment juga gapapa kan guys?? hehe😋 thankyooouu sooo muchhh!

Ada sedikit warning di chapter ini karena ada berbagai adegan berantem + perkataan-perkataan kasar hihi👀

Kalau ada typo, tolong tandain lewat comment yaaaa biar aku bisa langsung revisiii.

Selamat membaca!!😆

♚☠♛

"Bawa mereka semua ke markas! Gue belum selesai."

♚☠♛

Sesampainya di markas, Alden langsung membawa Aretha ke kamarnya. Gadis itu sudah terlalu lelah dengan kejadian hari ini, ia tidak merespon apapun yang Alden lakukan. 

Alden mengambil jaket hitamnya, lalu Alden mendudukan dirinya di samping Aretha, memberikannya kepada gadis itu tetapi tidak mendapatkan respon apa pun dari Aretha. Akhirnya Alden memutuskan untuk melepas jaket kulit yang tersampir di bahu Aretha dan memasangkan jaket hitamnya ke tubuh gadis di depannya itu.

Setelahnya ia memberikan segelas air, "Minum dulu." Aretha hanya menuruti perkataan pria itu.

"Lo istirahat ya? Besok pagi gue anter balik." masih tidak ada jawaban yang keluar dari gadis itu, tatapannya kosong.

"Reth?" Alden mengguncangkan bahunya pelan, membuat Aretha mengalihkan tatapannya ke Alden.

"Tadi gue pikir, habis ini g-gue," napas gadis itu tercekat, "Me-mereka megang ba-badan gue K-Kak." Alden merasa sesak ketika melihat air mata kembali jatuh dari kedua mata cantik Aretha, dengan segera ia mengusap air mata gadis itu.

"Mereka hampir mer-," Aretha tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, isakannya dapat terdengar jelas membuat Alden langsung menarik gadis itu kembali ke pelukannya.

"Sstt, udah-udah. Lo aman sama gue." Alden mengusap rambut gadis itu pelan, memberikan rasa nyaman untuk Aretha.

Aretha memegang kaus Alden erat, menyalurkan rasa takutnya. Memikirkan berbagai hal yang bisa saja terjadi padanya. 

Alden masih mengusap punggung gadis itu, berbagai hal sudah memenuhi otaknya, membuatnya semakin mengeratkan dekapannya pada Aretha.

Alden sudah tidak mendengar isakan tangis dari gadis yang berada di pelukannya itu. Alden mencoba merenggangkan pelukannya, melihat Aretha yang ternyata sudah tertidur lelap di pelukannya.

Alden membaringkan Aretha di atas ranjangnya perlahan, tidak ingin membuat gadis itu terbangun. Lalu menyelimutinya sampai dagu, tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada pergelangan tangan Aretha, terdapat lebam disana yang lumayan parah, rahangnya mengeras melihat kondisi gadis di hadapannya yang tidak baik-baik saja, 'Gue bersumpah gak bakal ngebiarin kejadian kayak gini nimpa lo lagi Reth.' ucap Alden dalam hati.

Tatapannya kembali menggelap mengingat kejadian tadi, dimana ia menemukan Aretha dalam keadaan yang sangat kacau. Setelah Alden mematikan lampu, ia langsung keluar dari kamarnya menuju ruang bawah tanah, ruangan yang biasanya ia gunakan untuk latihan dan ruangan yang biasanya menjadi saksi kekejaman seorang Alden Joshua Gracio. 

♚☠♛

Dapat ia lihat anggota inti Dankevoort sudah berada di sana dengan kelima orang tadi yang berani menyentuh Aretha, sudah terduduk di tengah-tengah membentuk lingkaran.

Alden mulai berjalan perlahan mendekati posisi kelima orang itu.

Romeo sudah mendekati Alden, "Al, mereka itu Rampage. Yang lo gebukin tadi, itu ketuanya, Adit, terus-," ucapan Romeo terpotong karena Alden langsung melayangkan tinjuannya ke rahang Adit.

BUGH

"Lo ketua?" Alden sudah tersenyum, mengejek Adit, "Ketua macam apa lo ngedidik anak buah buat merkosa cewek?" Alden kembali melayangkan tinjuannya pada pelipis pria itu. Adit sudah tidak mampu membalas pukulan-pukulan Alden. Sedangkan Romeo hanya menggelengkan kepalanya pelan, Alden kalau sudah emosi memang susah untuk menahannya.

"Orang kayak lo gak pantes disebut ketua!" Alden kembali meninju wajah Adit.

"Gue kayaknya harus ngajarin lo beberapa hal," Alden sudah menggenggam jari telunjuk Adit, "Tangan lo terlalu kurang ajar." Alden langsung menarik jari itu ke belakang, mengeluarkan bunyi seperti tulang yang patah.

"AKHHH-!!" Alden berhasil mematahkan jari telunjuk Adit dengan mudahnya.

Alden meraih tiga jari Adit lainnya, menggenggamnya lagi, "Ini buat lo yang berani nyentuh Aretha." Alden kembali menarik ketiga jari pria itu tanpa ragu, dan ia berhasil mematahkan tiga jari lainnya.

"ARGHHH-" Adit sudah mengerang kesakitan, keringat dingin sudah mengalir di tubuhnya, menahan sakit yang berasal dari keempat jari kanannya. Tatapan Alden sudah tidak dapat di definisikan, terlalu mengerikan.

"Am-ampun Al. Sumpah gue gak akan ngulangin lagi!" Adit sudah bersimpu, memohon kepada Alden.

Alden langsung menendang wajah pria itu, membuatnya langsung terjatuh ke lantai.

"Ampun?" Alden sudah tertawa, tawa seramnya sudah menggema di ruang bawah tanah, cukup membuat keempat anggota inti Dankevoort bergidik ngeri.

"Gak ada kata ampun di kamus hidup gue." Alden melangkah sembari menginjak dada Adit yang sudah terkapar di lantai. 

Alden mendekati pria yang dapat ia ingat betul wajahnya, pria dibalik lebamnya kedua pergelangan tangan Aretha. Menatap pria itu intens dan ia mengeluarkan seringainya, pria itu sudah ketakutan melihat senyum mematikan Alden.

BUGH

Alden meninju wajah pria itu, 

"Lo juga,"

BUGH BUGH

Lalu rahang dan bibirnya,

Alden menarik pergelangan tangannya, "Terlalu kurang ajar."

KREK

Alden menginjak pergelangan tangan pria itu tanpa ragu, menyebabkan bunyi tulang-tulang yang patah.

"ARGHHHH- BANGSAT!" pria itu sudah meringkuk di lantai memegang tangannya yang mungkin sudah patah setelah diinjak oleh Alden.

"Ini gak seberapa sama apa yang lo perbuat sampai tangan Aretha lebam."

BUGH

Alden kembali melayangkan tinjuan pada pipi pria itu, menyebabkan wajahnya langsung terhantam pada lantai yang keras.

Lalu Alden pun berdiri, menatap mereka semua dengan tatapan menusuk, "LO SEMUA! SEKALI LAGI GUE LIHAT LO NYENTUH ARETHA, HABIS LO SAMA GUE! GUE BAKAL CARI LO SATU PERSATU!" Alden sudah menaikkan nadanya sembari menunjuk mereka satu persatu.

Alden Joshua Gracio, si Raja Jalanan yang terkenal dengan kebengisan, serta kekejamannya, dan tidak mengenal ampun. Pria yang sangat mengerikan.

"Lo urus mereka!" ucap Alden ke empat sahabatnya.

"Oke Al." ucap Nando

Alden berjalan meninggalkan ruang bawah tanah, ia harus menenangkan dirinya sekarang. Aretha tidak boleh melihatnya dalam kondisi seperti ini. Alden langsung naik menuju kamarnya, memasukinya pelan agar gadis yang berada di atas ranjangnya itu tidak terbangun. 

Ia pun melangkah ke kamar mandi, membiarkan air shower yang dingin membasahi tubuhnya.

♚☠♛

Setelah berada di bawah shower kurang lebih selama satu jam, Alden melilitkan handuk pada pinggangnya lalu berjalan menuju walk-in closet yang berada di kamarnya.

Menggunakan kaus hitamnya, lalu Alden berjalan mengambil alat kompres yang sudah diisi dengan air dingin dan kotak P3K yang selalu ia sediakan di nakas samping ranjangnya.

Ia sudah duduk di atas ranjang tepat di samping Aretha yang masih tertidur lelap. Mulai mengobati beberapa luka yang ada di lengan kecilnya.

Sentuhan dingin pada lengannya mengusik tidur nyenyak Aretha, membuat gadis itu membuka matanya perlahan, dan yang ia pertama lihat ialah wajah Alden yang masih berfokus mengompres lengannya yang tanpa ia sadari terdapat lebam di sana.

"Sorry udah ngebangunin lo." ucap pria di depannya itu pelan.

"Gapapa Kak." Aretha bangkit dari tidurnya, bersandar pada sandaran kepala kasur, "Makasih ya Kak." ucap Aretha pelan.

Alden hanya membalas dengan dehaman. Pria itu mengalihkan pandangannya kembali menatap Aretha.

"Lo ngapain malam-malam di sana?"

Pertanyaan Alden berhasil membuat Aretha terdiam, detak jantungnya ikut berpacu dengan cepat, bingung ingin menjawab apa. Mengingat bahwa semuanya bisa terjadi juga karena dirinya yang memaksa Johan untuk memberi tahunya tempat Alden balapan.

"Orang nanya dijawab Reth." Alden masih menatap Aretha.

"G-gue... i-itu... i-seng, iya! Iseng-iseng aja tadi nyari angin malam." Aretha tergugup, tidak berani menatap mata Alden.

Alden memicingkan matanya curiga, lalu memegang dagu Aretha dan mengangkatnya, membuat tatapan mereka bertemu, "Lo ngomong sama gue, bukan sama selimut."

Aretha menelan ludahnya, gugup melihat tatapan tajam Alden yang cukup membuatnya merasa terintimidasi.

"Gue gak suka ngulang-ngulang pertanyaan Reth. Bilang ke gue, ngapain lo disana malam-malam?"

"G-gue..."

"Apa?"

"Gue bilang tapi jangan marah ya?" membuat Alden menghela nafasnya dengan kasar, ia cukup malas kalau sudah seperti ini.

"Hm." Alden hanya membalas dengan dehaman, Aretha menyingkirkan tangan Alden yang masih memegang dagunya.

"Tadi pagi kan gue bilang mau nonton lo balapan, lo gak kasih. Terus...." Aretha menggantung ucapannya.

"Terus apa Reth?" Alden sudah tidak sabar mendengar penjelasan gadis itu yang cukup bertele-tele.

"Terus g-gue minta sama Kak Johan... Kebetulan Kak Johan bilang lo ada balapan juga hari ini..." Aretha sudah menunduk, 'Kak Johan maafin gue.' ucapnya dalam hati.

Alden langsung mengusap wajahnya kasar, "Gue gak kasih lo kesana, karena gue gak mau kejadian kayak gini terjadi." Alden mengalihkan pandangannya ke arah lain, "Tapi lo malah ngeyel. Kalau gue tadi gak datang tepat waktu gimana Reth?"

Aretha terdiam, tidak berani menjawab pertanyaan Alden.

Alden sudah mengambil ponselnya, mencoba menghubungi seseorang. Tetapi sepertinya tidak diangkat, ia pun mencoba menghubungi yang lain.

"Do, suruh Johan naik sekarang!" perintah Alden pada seseorang yang ia hubungi tadi. Aretha langsung membelalakan kedua matanya, 'Aduh mampus, berantem gak ya...' Aretha sudah panik, ia mulai menggigiti kuku jarinya.

Tidak membutuhkan waktu lama, Johan sudah memasuki kamar Alden.

"Kenapa lo manggil gue?" Johan sudah berdiri di hadapan Alden karena Alden memang duduk menghadap pintu.

"Lo kenapa kasih lokasi balapan ke Aretha?" tanya Alden langsung to the point.

Johan langsung menatap Aretha, panik juga, 'Mampus lah gue...' 

Alden memperhatikan mereka berdua yang sedang beradu tatap, cukup membuat darahnya naik, "Bisu lo? Tuh mata mau gue colok apa gimana?" 

Johan yang ditanya seperti itu langsung mengalihkan pandangannya ke Alden, "Itu Al...."

"Itu apaan?"

"Gue yang maksa Kak Johan buat share location. Jangan salahin Kak Johan." Aretha akhirnya membuka suara, kasihan melihat Johan yang bingung ingin menjawab apa.

"Gue gak nanya lo ya bocil." Alden sudah menatap gadis itu tajam.

"Ya gue kan cuma jelasin! Masa gak boleh?" Aretha sudah mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Siapa suruh lo ngeyel?" lalu Alden mengalihkan pandangannya kembali ke Johan yang masih berdiri tidak jauh dari hadapannya, "Lo juga. Tolol apa gimana? Gue udah gak kasih harusnya lo ngerti, bukannya jadi sok pahlawan ngasih-ngasih!" 

"Iya sorry dah! Lagian gue udah bilang ke si Aretha kalau udah sampai langsung telepon gue, eh dia malah gak ngabarin sama sekali."

"Gue telepon lo ya Kak! Lo nya aja yang gak ngangkat!" Aretha sudah menatap tajam Johan.

"Mana ada? Handphone gue aja kaga bunyi sama sekali!" Johan balas menatap Aretha dengan tajam.

"Tapi gue beneran telepon lo ya!" 

"Bacot lah!" akhirnya suara Alden berhasil membuat mereka berdua terdiam, "Coba cek handphone lo! Gue telepon aja gak diangkat." perkataan Alden membuat Johan langsung mengambil ponselnya yang berada di saku celananya dan ya, ponselnya memang mati karena baterainya habis.

Johan langsung mengeluarkan cengiran bodohnya, "Sorry Reth, mati ternyata." Johan sudah menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal itu.

Alden hanya menghela nafasnya kasar, "Awas aja lo berani begini lagi Jo." 

Johan yang mendengar perkataan Alden hanya meneguk ludahnya, "I-iya Al, sorry beneran!"

"Ya udah sana keluar!" Alden sudah mengeluarkan gesture tangan mengusir Johan.

"Iya-iya. Jangan macem-macem lo berdua di kamar!" Johan langsung berlari sebelum Alden murka.

"Macem-macem apanya coba? Gak jelas banget!" Alden dapat mendengar ocehan pelan yang keluar dari bibir gadis itu.

"Kenapa lo? Mau gue macem-macemin beneran?" Alden sudah menaiki ranjang.

"Apaan sih?! Jangan aneh-aneh lah!" Aretha sudah menggeser posisinya perlahan.

"Kalau gue mau aneh-aneh gimana?" Alden sudah mengeluarkan seringainya, mulai mendekati posisi gadis itu. Menjahili Aretha memang sangat menyenangkan baginya.

"Gue teriak nih?!" Aretha sudah terpojok sekarang.

"Percuma lo teriak, nih kamar kedap suara." Alden sudah mendekatkan wajahnya pada wajah Aretha.

"Gue laporin Mama gue ya Kak?!" Aretha sudah memundurkan kepalanya, agar wajahnya tidak bersentuhan dengan wajah Alden.

"Laporin aja, Mama lo pasti bela-,"

DUG

"AKHH- SAKIT!"

♚☠♛

Waduh, diapain tuh Aretha?!?!?😱
Tunggu di chapter selanjutnya yaaaa!!

See u on the next chapteeeerrrr!!🤗

*psstt jangan lupa vote+commentnyaaa!🥰

**all photos from Pinterest/Instagram/Twitter

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 59.4K 76
Perjodohan antar dua keluarga rasanya bukan hal yang tabu. Karena nyatanya berbagai kisah klasik sebuah perjodohan itu sudah ada banyak kisahnya. Lan...
253K 3K 12
BoyPussy Bxb Cowo Bermeki
1.1M 51.8K 51
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _๐‡๐ž๐ฅ๐ž๐ง๐š ๐€๐๐ž๐ฅ๐š๐ข๐๐ž
3.3M 28.9K 29
Tentang jayden cowok terkenal dingin dimata semua orang dan sangat mesum ketika hanya berdua dengan kekasihnya syerra.