instant-story [SinB]

By HeeramiTruffle

23.3K 1.7K 178

SinB x Boys one shot collections of SinB's story being paired with any male kpop idols. More

Hwang SinB
SinB x Jungwoo NCT
SinB x Kino Pentagon
SinB x Wonwoo Seventeen
SinB x Seungmin Straykids
SinB x Seonghwa ATEEZ
SinB x Beomgyu TXT
SinB x Doyoung NCT
[1] SinB x Seungyoun (Woodz)
SinB x Heeseung Enhypen
SinB x Sunwoo The Boyz
SinB x Sejun Victon
SinB x Jungwon Enhypen
SinB x Jimin BTS
SinB x Donghyun AB6IX

SinB x Hendery WayV

588 73 14
By HeeramiTruffle


Lelaki paruh baya itu berdehem.

"Okay, BAB 2 udah saya kasih revisi, dikit kok, kamu tinggal kerjain revisi terakhir yang saya kasih, terus lanjut ke BAB selanjutnya."

Pandangan Sinbi yang sedari tadi tak pernah lepas dari tumpukan kertas di atas meja, kini beralih menatap seorang lelaki paruh baya yang duduk di hadapannya. Kedua manik matanya sontak berbinar mendengar penuturan yang diucapkan lelaki itu—Dosen Pembimbing skripsi-nya.

"Beneran, Pak? BAB 2 udah dapet acc?"

Melihat Pak Dosen menganggukkan kepalanya mantap, membuat seulas senyuman perlahan terpatri di bibir Sinbi. Ia tanpa sadar menghela nafas lega.

"Kamu udah dapet informan-nya? Mau berapa orang?" Dosen itu menyeruput kopi panas miliknya, lalu menatap Sinbi lamat.

"Eung.. rencananya sih, saya baru mau nanya adik saya, Pak. Kebetulan dia juga sekolah di sana. Nanti saya mau minta kontak-kontak anggota club fotografi lewat adik saya." Sinbi menjelaskan rencananya, yang membuat dosen itu mengangguk paham.

"Jaman sekarang sudah canggih. Kalo kamu mau pake kuesioner gitu, kamu minta aja masuk atau join sementara ke group chat mereka. Pasti mereka punya group chat kan? Gak perlu ribet nyari kontak ini-itu, pasti semua anggota ada di sana. Tanya aja di sana." Dosen itu memberi saran.

"Baik, kalo begitu, Pak. Terima kasih sarannya. Saya permisi.." Sinbi berujar ramah, seraya tersenyum. Ia memasukkan kembali berkas-berkas miliknya ke dalam sebuah map plastik dan totebag miliknya, lalu membungkukkan badannya sedikit sebelum meninggalkan ruangan milik dosennya itu.

"Eh, Hwang Sinbi," Sinbi menoleh sebelum ia berhasil menutup pintu.

"Iya, kenapa, Pak?"

"Kamu tau mahasiswa anak Humas yang namanya Hendery gak?"

"Oh.. Hendery, anak Humas angkatan 17 bukan, Pak?"

"Iyaa, dia.. sebelum kamu yang bimbingan, dia bimbingan duluan ke sini, tadi pagi. Ini laporan dia ketinggalan. Kalo ketemu, tolong kamu kasiin, ya.." Pinta sang Dosen seraya menjulurkan setumpuk kertas yang tidak terlalu tebal. Sinbi melangkah mendekat, matanya sedikit membelalak kala ia menangkap banyaknya coretan bertinta merah memenuhi lembaran cover.

'Hmm, laporan job training..'

"Siap, Pak. Nanti saya kasih ke dia. Kalo begitu, permisi, Pak, selamat siang.." Sinbi mendekap berkas laporan itu ke dadanya lalu melangkah keluar ruangan.

Gadis itu kini mengangkat berkas itu di hadapannya. Menatapnya lekat, lalu membuka lembar demi lembar karena merasa penasaran.

'Ckk, revisi sampe mampus!'

Sebenarnya Sinbi tidak terlalu mengenal sosok mahasiswa bernama Hendery ini. Namun ia mengingat saat ia pernah ikut kepanitiaan beberapa event fakultasnya. Dia ingat ada salah satu panitia yang bernama Hendery dari jurusan sebelah, jurusan Hubungan Masyarakat, angkatan 17, yang berarti adik tingkatnya. Ya.. meskipun bukan satu divisi kepanitiaan, tapi ia sempat beberapa kali mendengar nama itu disebutkan oleh beberapa panitia lainnya selama sebelum dan sesudah event terlaksanakan.

Sinbi yang memiliki sifat acuh dan tidak peduli sekitar, membuat dirinya hanya mengenal orang-orang yang dianggapnya cukup penting dan berpengaruh di hidupnya saja. Untuk apa pusing-pusing memikirkan orang lain? Dirinya sendiri sudah repot dengan urusan hidupnya. Gadis itu terlalu fokus pada dirinya. Dia juga tidak pandai mengingat wajah orang-orang asing. Terkadang ia hanya ingat nama, tapi tidak tau orang atau wajahnya, juga kadang sebaliknya, ingat wajah tapi tidak ingat namanya.

Sinbi melangkahkan kaki jenjangnya di sepanjang koridor ruang dosen. Tatapannya masih tertuju pada berkas laporan di tangannya.

"Ini.. gimana gue nyari yang punyanya?" Sinbi bermonolog ria. "Ah, Chanwoo! Dia kan anak Humas juga!"

Tangannya kemudian merogoh saku belakang celana jeans-nya, tempat di mana ponselnya bersemayam. Ia segera mencari kontak Chanwoo lalu dengan cepat menyentuh icon telepon. Ia sedang malas mengetik.

Panggilan itu tersambung, lalu pihak seberang mengangkat panggilan itu setelah empat kali deringan berbunyi.

"Halo.."

Kening Sinbi mengerut kala ia menangkap suara Chanwoo namun terdengar bisik-bisik.

"Woo, lo di mana?"

"Kelas. Gedung U. Kenapa, Bi?"

"Loh? Bukannya semester 8 udah gak ada kelas?"

"Bacot lu! Ini gue ikut kelas adek tingkat, masih ada matkul yang kosong nilai soalnya."

Sinbi terkikik mendengar curhatan sang sahabat. "Hehe, gue lupa.. lo kan bego," ia tertawa mengejek.

"Gak penting, gue matiin!"

"Eh, bentar, bentar! Lo punya kontak Hendery, gak? Anak jurusan lo, angkatan 17."

"Hendery?" Sempat hening beberapa detik, lalu Chanwoo kembali berujar dengan suara dingin. "Gue kirim lewat chat. Ganggu lo."

Tut!

Sinbi mendengus menatap layar ponsel. "Dih, sok banget merhatiin kelas. Biasanya juga tidur selama kelas."

Sinbi mendongak ketika kakinya sampai di depan lift. Ia segera menekan tombol lift. Menunggu beberapa saat lalu pintunya terbuka, kosong. Ia melangkah masuk masih menggerutu karena Chanwoo masih belum mengirimkan kontak Hendery.

Ketika pintu lift akan tertutup dan tangannya terulur ingin menekan tombol lantai, seseorang dari luar sana tiba-tiba menahan pintu lift yang hampir menutup, membuat Sinbi tersentak kaget hampir terjungkal.

Seorang laki-laki tinggi berpenampilan casual, terengah-engah melangkah memasuki lift. Dari penampilannya, Sinbi sudah memastikan dia adalah mahasiswa. Tak mungkin seorang dosen, wajahnya begitu muda.

Sinbi langsung menormalkan kembali ekspresi dan sikapnya, bersikap tak peduli pada lelaki yang kini berdiri di sampingnya. Sinbi sempat celingak-celinguk ke arah luar lift—memastikan jika masih ada orang lain lagi yang akan menaiki lift, namun tidak ada lagi—sebelum ia menekan tombol tutup lalu menekan tombol lantai satu. Saat itu mereka berada di lantai enam gedung.

Suasana hening menyelimuti keduanya. Sinbi kembali memainkan ponsel, mengirimkan beberapa buble chat ke pada Chanwoo, yang tak kunjung juga mengirimkan kontak yang diminta.

Sinbi mendesah frustasi, lalu kembali menatap berkas laporan di tangan lainnya. Membalik-balikkan laporan itu.

"Gila sih, banyak banget ini revisi, mana keliatan banget ini tuh banyak yang copy-paste lol."

Sinbi berujar pelan, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kecil.

"Gak bisa main rapih, nih anak, ckk," decak Sinbi lagi.


"Emm.."

Sinbi menoleh cepat ke arah lelaki di sampingnya kala ia bersuara. Gadis itu menangkap raut ragu serta gelisah terpancar dari wajahnya—yang Sinbi akui lelaki itu memiliki paras yang good looking.

Sinbi menaikkan satu alisnya, tak mengerti akan sikap yang ditunjukkan lelaki itu. Lelaki itu tampak sedikit—eurghh.. ketakutan?

"Itu.."

"..itu.. g-gue.."

"..anu.. itu.."

"Lo kenapa?" Sinbi yang jengah menunggu lelaki itu menyampaikan maksudnya pun akhirnya bertanya lebih dulu.

Lelaki itu terkesiap mendengar nada dingin Sinbi, juga tatapan keduanya yang terpaku satu sama lain.

Ting!

Pintu lift terbuka menampakkan pemandangan lantai satu. Sinbi melirik sekilas ke arah luar, lalu kembali menatap lelaki itu.

Memutus kontak, Sinbi menghela nafas lalu kakinya berjalan keluar dari lift.

"Weird," gumamnya pelan.

Belum terlalu jauh menjauhi lift, kakinya sontak terhenti kala seseorang memanggil nama lengkapnya. Ia juga mendengar langkah kaki berat mendekatinya.

Lelaki tadi.

"Lo kenal gue?" Sinbi bertanya langsung ketika laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya.

"Iya, Hwang Sinbi." Ucap lelaki itu diiringi senyum yang cukup membuat Sinbi sempat terpana beberapa detik.

"Gue.. gue Hendery."

Mata Sinbi sedikit melebar mendengar lelaki yang katanya bernama Hendery itu.

"Lo.. lo Hendery? Anak Humas?"

"Oy! Dery! Ngapain lo di situ?! Gece woy!"

Keduanya serempak menoleh ke arah teriakan di ujung sana, terdapat tiga orang lelaki sedang duduk di lobby.

"Bentar, Mark! Ini penting! Lo pada duluan aja!" Lelaki yang bernama Hendery itu ikut berteriak menjawab teriakan yang ditujukan padanya.

Tanpa mengindahkan respon temannya, Hendery kembali menatap Sinbi. "Sinbi, gue suka sama lo."

Hening menyelimuti keduanya.

"Sinting?" Sinbi menatap Hendery penuh selidik.

Hendery menyibak rambutnya kasar. Nampak begitu frustasi. Entahlah, ia hanya bingung dengan situasi aneh yang ia ciptakan sendiri.

Di ujung sana, ketiga temannya memperhatikan kedua insan yang masih saling berhadapan itu, dengan tatapan datar, sambil berucap, "bego." Kemudian mereka pergi keluar gedung.

Hendery kembali menatap Sinbi, wajahnya memelas, "gue tau, lo pasti mikir gue aneh. Tiba-tiba confess, ke elo—"

"Emang." Sinbi menyela dan menatapnya kelewat datar, membuat Hendery menelan saliva-nya susah.

"Lo ikut gue."

Tanpa sempat protes, tubuh Sinbi tertarik kala tanpa aba-aba Hendery menarik tangannya dan sedikit memaksa gadis itu mengikuti langkahnya. Sinbi sempat meronta, namun cengkraman lelaki itu pada pergelangan Sinbi cukup kuat.

Mereka sampai di halaman belakang gedung dosen. Hendery melepaskan tautan tangan keduanya.

"Ngapain sih?! Macem-macem gue teriak!" Sinbi menyentak seraya dengan kesadaran penuh meningkatkan keamanan tak terlihat untuk dirinya sendiri, mengingat hanya ada mereka berdua di tempat sepi itu. Sinbi berusaha tenang, namun tetap waspada.

You know I can paint the world,
Sitting there in black and gold,
You the perfect chemical,
I gotta test, I got

Ponsel Sinbi berbunyi, ia cepat-cepat mengangkat panggilan itu setelah melihat nama 'Chanwoonjing' tertera di layar.

"Chanwoo!!! Tolongin gue! Cepetan ke sini! Gue diculik! Cepetan! Ini gue di—"

"Berisik!"

"HEH ANJING! SAHABAT LO LAG—"

"Kasiin hp lo ke Hendery. Gece!"

"H-HAH?"

"Kasiin hp—"

Ponsel Sinbi tiba-tiba berpindah tangan dengan cepat. Hendery berjalan sedikit menjauh, lalu mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

Sinbi masih melongo kaget, otaknya masih memproses situasi yang sedang terjadi. Di sana, Hendery tampak berbicara serius dengan si penelepon. Tak berselang lama, Hendery kembali mendekat, lalu memberikan kembali ponsel Sinbi, masih dengan panggilan tersambung.

Sinbi menerimanya dengan raut tak paham. Hendery terkekeh melihat reaksi Sinbi yang baginya terlihat menggemaskan.

"Sinbi!"

"Oy!"

Suara Chanwoo terdengar di ponsel Sinbi, ia kemudian mendekatkan telepon ke telinganya.

"Woo.."

"Tenang aja, lo aman sama dia. Gak usah takut, dia udah lulus uji sensor, kok. Gue balik duluan, okay? Enjoy!"

Tut!

Panggilan terputus.

Hendery mengelus kepala Sinbi lembut, membuat Sinbi kembali sadar dan menatap manik lelaki itu bertanya-tanya.

Lelaki itu menyunggingkan senyum, "duduk dulu sini, gue jelasin." Ia menuntun Sinbi untuk duduk di salah satu kursi taman yang ada di dekat mereka. Entah kenapa, Sinbi menurut tanpa ada penolakan sedikit pun.

Berdehem singkat, Hendery menatap gadis yang duduk di sebelahnya, "Sinbi, lo gak sadar siapa gue?" Tanya Hendery lembut, Sinbi diam tak merespon.

'Ini maksudnya apaan sih huhu Sinbi gak paham😭'

"Kayaknya gue emang perlu usaha lebih keras lagi buat lo." Hendery menggenggam satu tangan Sinbi, membuat Sinbi terkesiap. Namun ia kembali diam kala merasakan genggaman hangat juga elusan lembut di punggung tangannya.

"Lo masih Kak Ttinbi-nya gue, ya. Sifat lo yang dingin, cuek, jutek, gak peduli sama sekitar masih ada di diri lo semua."

'Ttinbi...?'

'Wait..'

"Gue udah ngamatin lo selama dua tahun terakhir, berusaha deketin lo, berusaha biar lo inget gue lagi." Sinbi tampak ingin membuka mulut, namun Hendery mencegahnya, "shhht.. gue belom selesai, lo dengerin dulu sampe beres." Hendery tersenyum melihat gadis Hwang itu menganggukkan kepalanya menurut.

"Gue masih inget, momen kita dulu.. Lo yang galak dan usil, sering jahilin anak-anak komplek sebelah. Lo, Bang Chanwoo, Bang Moonbin, Bang Jungwoo, Chani, gue.. suka kabur ke warnet pas pulang sekolah. Lo yang jatuh di tangga SD kita dulu, gara-gara kepeleset yang nyebabin kaki kiri lo patah, dan juga selama tiga minggu gue jadi orang yang selalu gendong lo di punggung gue ke mana-mana.. Lo, yang selalu meluk gue kalo ketakutan denger suara petir.. Lo, yang nangis waktu gue sakit amandel.. Lo, yang marahin Bang Chanwoo sama Bang Moonbin karena ngerusakin boneka SpongeBob elo, hadiah dari gue.. Lo, yang gak mau nemuin gue.. dan lihat gue terakhir kalinya di bandara.."

'Jadi..? dia itu..'

Mata Sinbi mulai memanas, kedua bola matanya sudah berkaca-kaca. Dadanya pun mulai sesak.

Perasaan itu..

Perasaan itu, kembali hadir di hatinya.

Hatinya yang sudah lama membeku.

Hatinya yang sudah lama menggelap.

Hatinya yang sudah lama mengeras.

Sinbi menggigit bibirnya, menahan segala rasa yang ingin sekali segera ia curahkan.

"Gue.. gue sebenernya takut buat nemuin lo lagi. Gue tau, lo pasti benci sama gue. Gue juga sadar diri, gue gak bisa nepatin janji kita buat selalu ada di samping lo kapan pun, kondisi apa pun. Gue cowok brengsek, gak bertanggung jawab. Lo tau? Butuh waktu yang lama buat gue bangkit, setelah gue jauh dari lo. Gue juga sakit, Bi. Gue juga gak mau ninggalin elo. Apalagi pas terakhir kali, lo gak mau ikut nganterin gue ke bandara. Dunia gue hilang, Bi."

"Karena lo itu.. dunia gue."

Sinbi tak sanggup lagi, air matanya mulai meluncur melewati pipi mulusnya. Tak ada isakan, Sinbi masih diam menatap sosok lelaki berharga di depannya.

Bugh!

Hendery terkesiap ketika mendapat tinjuan di dadanya. Ia menatap Sinbi tak mengerti, yang kini menyorotnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Bego! Tolol! Bodoh! Cowok tolol!"

Sinbi terus merapal cacian untuk lelaki itu.

"Bi.."

Bugh!

Grep!

Hendery membelalak kala tubuhnya ditarik lalu direngkuh Sinbi, setelah gadis itu kembali melayangkan tinjuan di perutnya.

Gadis itu terisak di leher Hendery, Ia semakin mengeratkan kedua lengannya yang melingkari bahu lebar lelaki itu. Menangis tersedu-sedu.

Hendery tersenyum penuh arti, tangannya bergerak melingkari tubuh mungil Sinbi, ia mengusap-usap lembut kepala sang gadis.

"Lo cowo bego! Tolol! Bodoh! Gue benci sama lo!"

Sinbi terus mengumpat namun suaranya tersendat-sendat karena tangisan yang bukannya membuat lelaki itu marah, namun malah membuat ia terkekeh kecil. Lucu sekali, pikirnya.

"Kok lo ketawa sih, bego?! Hiks." Sinbi masih menangis di pelukan Hendery, ia merasa kesal merasakan tubuh lelaki itu yang bergetar karena tertawa yang ditahan.

Hendery semakin mengeratkan pelukannnya. Keduanya melepas rasa rindu yang sudah membuncah di dadanya masing-masing. Sinbi juga mengeratkan pelukannya, tangisannya sudah mulai mereda, namun ia enggan untuk melepaskan diri. Perlahan, ia bergerak menaruh dagunya di bahu Hendery, menggesekkan kepala sampingnya ke kepala Hendery. Mencari posisi nyaman.

Matanya sembab, hidungnya memerah. "Gue benci sama lo, cowok bego. Lo kok gak ngabarin gue selama pergi? Sama sekali gak ada pesan, chat, email, telepon atau apa pun itu pokony—"

"Gue gak bermaks—ARGH!"

Sinbi memukul punggung lelaki itu kesal. "Diem, atau gue cium?!" Bentak Sinbi, membuat Hendery termangu.

"Ckk, gue belom selesai.." Sinbi berdecak jengkel, "gara-gara lo, Dery! Gue sempet menderita karena lo. Gue yang ternyata baru sadar, kalo gue gak bisa jauh dari lo, gak bisa kehilangan lo. Gue bahkan sempet gak mau lagi maen sama Chanwoo, Moonbin, Jungwoo, Chani.. karna gue pasti inget sama lo. Loooooo terus. Heran banget." Sinbi bisa merasakan Hendery yang menahan tawa. Ia pun mengulas senyum tipis, sangat tipis, "kenapa? Kenapa lo gak ngabarin gue? Kenapa lo gak bilang udah balik ke sini udah lama? Kenapa lo gak bilang itu elo, Hendery?!"

Hendery melerai pelukan, ia lantas menangkup wajah Sinbi yang menatapnya dengan sorot tajam, meski matanya sembab. Dengan lembut ia mengusap kedua pipi Sinbi dengan ibu jarinya.

"Maaf.. Maaf, gue baru jujur ke elo sekarang." Manik keduanya terpaku satu sama lain. Hendery menatap bola mata cantik Sinbi dengan sendu nan penuh ketulusan. "Gue emang cowok tolol, yang gak berani deketin cewek yang disayanginya layaknya lelaki sejati. Maaf.." Hendery menghela nafas, "gue sebenernya udah mau jujur dan deketin lo waktu pertama kali gue balik ke sini. Tapi, gue gak berani, setelah ternyata ada cowok lain yang ngejar lo." Alis Sinbi menukik tajam mendengar penuturan lelaki itu. "Ternyata gue punya saingan, gak cuma satu, banyak juga ternyata, haha. Bang Jungkook, Bang Doyoung, Bang Jaehyun, Bang Taeyang, Bang Eunwoo, Bang Rowoon, Bang Ungjae, Bang Lino, Bang Vernon, Yunho, Wooyoung, Yohan, Jaemin, Heeseung, Yeonjun, Hyunjin, Sunghoon, Dosen Pak Changwook, Pak Seungwoo, Pak Inyeop, Pak Seokjin, Pak—"

"Stop! STOP! STOP!!!"

Sinbi memekik, ia membekap mulut Hendery dengan kedua tangannya sampai lelaki itu hampir terjungkal ke belakang. Bola matanya semakin melotot tak percaya kala lelaki itu mengabsen banyaknya nama-nama lelaki—yang entah siapa Sinbi tidak kenal—bahkan sampai menyebutkan nama-nama dosen segala.

"Lo kerasukan setan mana heh?! Lancar bener ngomongnya! Hafalin nama-nama pencetus teori sama metode penelitian hafal gak lo?!"

Hendery terkekeh, lalu mencubit kedua pipi chubby Sinbi gemas. "Lo masih sama ya, cerewet."

"Sakit anjir! Lepas!" Sinbi memukul tangan Hendery, menepisnya kasar.

Cup!

Cup!

Seketika tubuh Sinbi menegang kala lelaki itu secara tiba-tiba menyerangnya, mengecup kedua pipi Sinbi yang memerah akibat cubitan dan semakin memerah akibat kecupan. Sial!

"Sialan lo!"

Sinbi hendak beranjak pergi, namun tangannya ditarik Hendery kembali duduk.

"Apaan lo senyam senyum, kek orang stress?!"

"Lo lucu, gemes, gue gak kuat. Pengen gigit pipi gembul elo. Kangen."

Sinbi memukul bahu Hendery keras penuh tenaga.

"GAK PAHAM APA HEH KALO GUE UDAH KENA SERANGAN JANTUNG DARI TADI?!"

Hendery mengabaikan teriakan Sinbi, ia memeluk tubuh Sinbi dari Samping, mengunci pergerakan gadis itu.

"DERY ANJING GUE TERIAK NIH!"

"Teriak aja sayang." Lelaki itu menangkup sebelah pipi Sinbi, lalu mendekatkan wajah, dan dengan gemas menggigit pipi gembul Sinbi. Membuat Sinbi semakin meronta.

❤❤❤

Sinbi's Lover Dery


| kak ttinbi
| oit sayang..
| msih ngmbek?
| dih gitu doang mrh
| slah sndri knp pipinya
gembul gemesin
| beb, kok g diread g dbls?
| serius ngmbek?

| hwang..
| sayang..
| maafin
| klo g bls kita end aja yu?

| jan dbwa serius gue bcnd beb
| seriusnya nnti klo gue
sm klrga gue k rmah lo
| bi, heh! gue becanda beneran!
| engga yatuhaaan bru
aja official gue huhu
| hiks sedih amat idup
orang ganteng
| bales dong ayang..
| aku kangen kamu
| beb, sbnrnya gue mau
minta sesuatu
read

| FINALLY DI READ!!

minta apa? |

| hehe
| sbnrnya itu laporan jobtre
gue di elo hehe
| pnya gue
| itu yg td lo pgang di lift 😁

serius punya lo? |
yg dari pak sihyuk?|
yg isinya tinta merah semua? |
yg isinya copy-paste semua? |
yg tata penulisannya acak2an? |

| 😢
| beb, u don't have to
expose me like that
| 😭
| 😭

😁 |
gue ga nyangka lo setolol ini |

| kok jhat? 😭

besok, cafe xoxo jam 3 |
ayo gue bantuin revisi |

| SERIUSSSSSS?!!!
| AAAAAAAAAAAAAILOPYOU

❤ |





-------------------------Heerami_Truffle

Continue Reading

You'll Also Like

89.3K 10.9K 35
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
130K 13.1K 35
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
270K 21.2K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
386K 39.8K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...