*****
🌼
ALFAREZI KAVINDRA
🌼
Kalian dari daerah mana aja nih?
Kalau fii dari Lampung 📍
🌼
Ketemu lagi sama Alfa ya wkwkw
Maaf kalau ada kata kata kasarnya
Sempetin buat ngasih jejak ya, biar fii seneng wkwkwk
Terimakasih
🌼
*****
HAPPY READING ‼️
🌼🌼🌼
"Hanya berharap kamu adalah gadis satu-satunya yang menjadi alasan aku bertahan dalam hidup yang kejam ini"
-Alfarezi Kavindra-
🌼🌼🌼
"Alfa kantin yuk, traktir tapi ehehehe." Kenzo memamerkan gigi putihnya.
Alfa memutar bola mata malas. Sahabatnya itu selalu saja meminta traktir, meski yang dibeli bukan makanan mahal.
Tanpa berucap Alfa bangkit dari duduknya, meninggalkan Kenzo dan Daniel. Membuat keduanya ikut bangkit mengikuti dibelakangnya. Sudah Kenzo duga pasti tujuan Alfa adalah kantin, tentu saja untuk meneraktirnya. Dasar sahabat laknat sukanya minta gratisan huhuhu.
"Pilih," ucap Alfa singkat.
Sontak membuat mata Kenzo dan Daniel berbinar, segera memilih apa yang mereka inginkan. Inilah yang disukai dari kedua curut itu, meminta gratisan dari Alfa yang pasti tidak akan ditolak oleh siempunya. Biasalah best friend.
"Sering sering aja begini Al," ucap Daniel yang sudah membawa satu kresek makanan.
"Iya beber tuh kata Daniel," sambung Kenzo membawa satu kresek makanan ditangan kanan dan ditangan kiri minuman kaleng. Dasar dikasih untung mintanya jantung si Kenzo.
Alfa menatap Daniel dengan nyalang "Lo yang minta."
Kenzo meringis melihat tatapan Alfa yang seperti ingin menerkamnya " sahabat Al, Alfa 'kan gak pelit gak kaya Daniel,"
Tak
"Anjing Lo," umpat Kenzo saat Daniel menjitak kepalanya.
"Berapa mbok La?" tanya Alfa kepada mbok La atau mbok Laila pedagang dikantinnya yang berada paling pojok.
"Lima puluh ribu den habisnya," jawab mbok La.
Alfa mengangguk, menyerahkan uang berwarna biru setelah itu ia pergi. Mbok La Sudak tidak heran dengan kelakuan murid satu itu. Yang memang dinginnya nauzubillahi sekalipun dengan orang yang lebih tua.
"Rooftop," Kenzo dan Daniel mengangguk. Karena pelajaran saat ini adalah fisika, ketiga cowo itu memutuskan untuk membolos saja.
"Al Lo gak cape apa diem mulu gak bicara?" tanya Daniel, heran dengan sifat sahabat satu ini.
"Males," jawab Alfa singkat.
Kenzo menonyor kepala Alfa "Lo ngomong irit banget bangke!" Alfa mengedikan bahunya acuh.
Sesampainya di rooftop mereka merebahkan diri ditikar yang ada disana. Cuaca panas, membuat mereka menatap sekitar dengan mata menyipit karena silau.
Hening. Sibuk dengan kegiatannya masing masing. Alfa melamun. Lagi dan lagi cowo itu selalu melamun. Kedua sahabatnya memaklumi. Pasti ini semua berkaitan dengan keluarganya. Mereka memang tau tentang keluarga Alfa tapi tidak dengan penyakitnya.
Tepukan dibahu membuat lamunan Alfa membuyar "jangan melamun, nih makan." Kenzo menyodorkan roti kepada Alfa.
Alfa menerima pemberian Kenzo dan duduk "thanks,"
"Ada masalah lagi sama bokap Lo?" tanya Kenzo ikut duduk begitu juga Daniel.
"Ya gitu,"
"Ya gitu, gitu gimana? njing!"kesal Kenzo.
Daniel mengelus dada Kenzo "sabar sabar, yang Lo hadapin ini es batu bukan manusia, jadi wajar."
"Najis dada gue Lo elus elus!" Kenzo mendorong tangan Daniel dengan kasar.
Kenzo kembali menatap Alfa, ia merasa prihatin. Terlihat lebam dipipinya. Yang pasti kelakuan dari bokapnya.
"Lo habis dipukul bokap Lo lagi Al?" kali ini Daniel yang bertanya. Alfa hanya mengangguk.
Keduanya menghela nafas "kenapa Lo gak ngelawan aja, Al?" tanya Kenzo.
"Gue gak tega liat Lo disiksa terus sama bokap lo," lanjutnya.
Ia menggeleng "gue gak bisa, biarpun itu dia papa gue."
"Gue tau kalo itu. Tapi masalahnya Lo disisihin Al, bokap Lo selalu bela Abang Lo 'kan." ucap Daniel.
"Gue sayang sama Abang gue, meski Abang gue juga gak suka sama gue," jawabnya memandang lurus kedepan.
"Ya udah terserah Lo. Kalo ada apa apa jangan lupa kabarin kita. Kita ini sahabat." ucap Kenzo melerai, tak ingin membuat Alfa tertekan karena masalah keluarganya yang rumit.
"Bener, kita selalu ada buat Lo kok." sambung Daniel. Alfa tersenyum namun tipis, sangat tipis. Bahkan hanya dia dan tuhan yang tau.
"Kelas, satu jam lagi pulang." ucap Alfa yang sudah bangkit terlebih dahulu. Kedua sahabatnya mengangguk lalu mengikuti dari belakang.
Sepanjang koridor arah kelas mereka 12 IPA 1 mereka mendapat pujian dari murid SMA Nusa Bangsa. Ketiganya memang badboy tapi jangan diragukan kepintarannya terutama Alfa. Yang selalu mendapat juara umum, tapi baginya itu tidak berarti sama sekali.
"Wih gilaa, kak Alfa dingin gitu berdamage ya. Apa lagi kalo gak dingin beuhhhh,"
"Iya tuh, cowo idaman banget."
"Beruntung banget yang bisa dapetin kak Alfa,"
"Kak Alfa pengen deh gue jadi pacarnya,"
"Ganteng sih tapi sayang dingin, datar kek tembok."
Ucapan terakhir mampu membuat Alfa, Kenzo dan Daniel berhenti. Alfa menatap gadis yang berucap tadi. Nampak santai diraut wajahnya tidak ada rasa ketakutan sedikitpun.
Entahlah kenapa ia mempermasalahkan masalah ini. Biasanya ia acuhkan. Tapi saat melihat gadis itu rasanya berbeda, ada harapan yang terselip. Gadis berambut panjang yang hanya diikat setengah dengan ikat rambut motif bunga matahari putih ( Bunga Daisy) . Membuat gadis itu menjadi cantik dan imut.
"Lo bilang apa tadi?" tanya Alfa dingin, masih menatap gadis itu.
"Cuman bilang kalo kak Alfa itu ganteng tapi sayang dingin, datar kek tembok." jawab Aleen jujur. Kedua sahabat Aleen memutar bola matanya jengah, begitu juga Kenzo dan Daniel melongo karena kejujuran gadis itu.
"Temui gue di rooftop sepulang sekolah," ucap Alfa melenggang pergi, begitu juga Kenzo dan Daniel yang masih bingung maksud dari sahabatnya ini.
Aleen masih bingung. Apa maksud kakak kelasnya itu?
"Woy!!! kadal malah bengong Lo," teriak Astrid mengagetkan Aleen.
"Kak Alfa ganteng," ucap Aleen tiba tiba tanpa sadar.
"Lo suka sama kak Alfa Leen?" tanya Amanda.
"Hah. Apa?" tanya Aleen sudah tersadar.
"Nggak, gue gak suka sama kak Alfa." lanjutnya.
"Lah tadi Lo bilang kak Alfa ganteng. Terus Lo pas kak Alfa nyuruh Lo nemuin di rooftop malah bengong natap kak Alfa sampe oranya udah pergi Lo belum sadar, meymunah," jelas Astrid sembari terbahak melihat rona merah di pipi Aleen.
"Bener tuh. Buktinya pipi Lo merah kek tomat busuk ahahaha," tawa Amanda pecah saat itu juga.
Dengan rasa malu. Aleen langsung meninggalkan Astrid dan Amanda ke kantin.
"Tungguin anjirrr!" teriak Amanda menarik pergelangan tangan Astrid hingga siempunya meringis.
"Elahh, jangan marah dong Leen. Lo lucu tau kalo marah," Astrid membujuk Aleen agar tidak marah dibantu Amanda.
"Gue gak marah. Gue laper doang, lebay Lo berdua" jawab Aleen jujur.
"Ya udah pesen apa, biar gue yang bayar." ujar Amanda.
"WOUW... WOUW... sering sering dong. Kalo gitu besok gue marah aja terus deh biar di bayarin," ucap Aleen sedikit berteriak.
Seluruh pengunjung kantin spontan menatap ke meja Aleen. Aleen meringis memamerkan gigi putihnya dan tangannya membentuk huruf 'V'.
"Bukan temen gue," ucap Astrid menggeleng diangguki oleh Amanda.
"Sialan Lo berdua ," Aleen memukul lengan mereka berdua. Tega teganya sahabatnya begitu. Dasar sahabat laknat. Ingin rasanya Aleen memblender mereka layaknya buah.
"Sakit Leen, bercanda doang." ucap Astrid mengekus lengannya yang dipukul Aleen.
"Udah Sono pesen. Gue pesenin bakso sama es teh," pesan Aleen mendorong Astrid dan juga Amanda.
"Iye iye, tunggu sini Lo ya." Astrid dan Amanda menuju warung kantin dimana mbak Ica berjualan bakso.
"Mbak Ca baksonya tiga sama es teh nya tiga juga," pinta Amanda kepada mbak Ica.
"Shiaappp. Mau bawa sendiri atau dianterin Nda?" tawar mbak Ica.
"Anterin boleh mbak," jawab Astrid cengengesan.
Mbak Ica mengacungkan jempolnya "okeyy," Astrid dan Amanda kembali menghampiri Aleen.
Tak butuh waktu lama, pesanan mereka datang.
"Ini bakso sama es tehnya nona cantik," mbak Ica memberi hormat layaknya pelayan kepada sang ratunya. Ada ada saja memang.
"Aduh mbak jangan gitu deh, kenapa gak sekalian cium kaki." ucap Aleen menatap Mbak Ica yang melotot lalu terkekeh.
"Eee bocah sama yang lebih tua ngelunjak," jawab Mbak Ica ikut terkekeh dengan kelakuan pelanggan setianya ini.
"Ehehe canda Mbak, jangan serius serius. Kalo minta serius sama mang Jajang aja," ucap Aleen tertawa diikuti kedua sahabatnya. Mang Jajang adalah pedagang bakso bakar didepan sekolahnya.
"Bisa aja si Alien ini," sahut mbak Ica.
"Aileen mbak dipanggil Aleen bukan Alien ishh," kesal Aleen.
"Udah ah, Sono pergi gue mau makan." lanjutnya mengusir.
Mbak Ica pun mengangguk "untung cantik kamu Alien," gumannya lalu meninggalkan mereka.
"Gue masih denger mbak!" seru Aleen.
"Maaf cantik!" teriak mbakk Ica dari warungnya.
"Untung masih tuaan dia, kalo gak udah gue jitak palanya."
Astrid dan Amanda tertawa melihat Aleen yang merasa kesal. Cuman gara gara nama, Aleen sampe marah marah. Gimana gak marah nama udah bagus bagus malah diganti nama makhluk angkasa yang jelek itu, kata Aleen.
🌼🌼🌼
*****
🌼
Udah ya segini aja ehehe
Makasih buat kalian yang udah mampir
Maaf kalau banyak kata yang salah atau typo
Jangan lupa vote sama berkomentar juga ya
See you beyby huhuhu
🌼
Fii mau tanya nih udah follow akun ini belum? Kalau udah makasih ya buat kalian
Kalau belum jangan lupa follow
Selain itu jangan lupa share di media sosial kalian ya biar rame bareng-bareng disini
Terimakasih
Love you
❤️
🌼
Follow Ig fii jangan lupa ya hehehe
@bussyarotun
Back, DM aja
🌼
*****