Taehyung menghela nafasnya sekali lagi. Jeongguk, sosok yang sulit ditebak dan penuh tanda tanya. Jeongguk sama rumitnya seperti kecamuk rasa yang Taehyung pendam dalam hatinya.
Begitu banyak pikiran yang memenuhi kepala. Begitu juga rasa yang memenuhi hatinya dengan lancang. Taehyung ingin berbohong, akan dirinya yang diam-diam mendamba sosok Jeongguk yang begitu rumit untuk dimengerti olehnya.
Atau mereka hanya belum megenal dengan baik?
Entahlah. Yang pasti pihak yang bersalah atas segalanya yang menjadi semakin abu-abu disini adalah Taehyung sendiri. Yang memulai semuanya.
Lamunan Taehyung terhenti saat ponsel pintarnya berdering keras. Melihat layarnya yang menyaka menampilkan nama Jimin disana.
"Yak! bodoh! kemana saja kau idiot?!"
Teriakan Jimin adalah yang pertama kali Taehyung dengar. Menjauhkan ponselnya dari telinga, Taehyung mencegah gendang telinganya pecah hanya karena teriakan Park Jimin.
"Di dunia. Aku sedang dalam mood yang buruk. Kalau kau mau mengomel atau mengintrogasiku tunda saja. bye."
Taehyung memutus panggilan itu sepihak. Wajahnya terlihat murung dan Taehyung membenci dirinya saat ini. Benci karena mengetahui dengan jelas alasannya berada dalam mood yang tidak baik. Memalukan.
"Kim Taehyung!"
Taehyung terkejut, mendengar namanya dipanggil langang oleh ayahnya dari luar sana. Segera keluar untuk melihat dan mendapati ayahnya datang dengan botol minuma keras.
Baju formalnya telah kusit dengan dasi yang tidak lagi berada pada tempat yang seharusnya. Pintu rumah ditutup rapat meski tidak dikunci, sehingga keributan apapun yang segera akan mengisis ruangan luas di rumahnya ini tidak akan terdengar keluar.
"Cepat kesini pembawa sial!" Ayahnya berteriak.
Taehyung hanya diam di tempatnya. Tidak ingin menurut dengan mudah sebelum ayahnya meyeret paksa dirinya untuk turun.
Melempar Taehyung ke lantai seperti biasa. Ayahnya mabuk, dilihat dari bagaimana cara berjalannya yang sempoyongan.
"Apa lagi kali ini?" Taehyung melirih, menatap ayahnya yang berdiri di depannya dengan mulut yang sibuk meminum alkohol dari botol yang dipegangnya.
"Kau! kau tidak pernah membuatku bangga!" Ayahnya berteriak. Menendangi Taehyung yang hanya diam di tempatnya.
Bukannya terlalu lemah, Taehyung hanya masih menghormati sosok pria yang kini menindasnya. Bagaimana pun juga dia ayahnya, Taehyung masih mengingatnya dengan baik.
"Lihat anak wanita itu! Si Jeon keparat berhasil mempermalukanku karena tingkahmu! Kau sialan!" Sekali lagi Taehyung diam saat tendangan berkali-kali dilayangkan padanya.
"Kau harusnya menghargai uang yang ku buang untuk membiayai anak sialan seperti mu!"
PRANG!
Setelah lemparan botol itu, suasana berubah hening. Sebelum teriakan para pelayan mengisi dan ayahnya yang terdiam seperti patung.
Lelehan cairan kental berwarna merah pekat perlahan merembes ke lantai. Kepala Taehyung adalah sumbernya.
"Taehyung!!"
Teriakan itu, Taehyung mendengarnya meski samar. Suara itu juga adalah suara yang sangat dikenalnya.
"BRENGSEK!"
BUGH!
Dengan membabi buta, sosok itu memukuli ayah Taehyung. Tidak ada perlawanan yang bisa dilakukan ayahnya karena sama sekali tidak ada celah melawan.
"Apa yang kau lakukan padanya! akan kubunuh kau!" Lagi-lagi, sebuah tinju dilayangkan pada ayah Taehyung. Membuat ayah Taehyung terkapar di lantai, tidak berdaya.
"Jeong..guk.." Hingga suara Taehyung terdengar. Orang itu, Jeon Jeongguk menghentikan segala pergerakkannya.
Nafasnya tercekat mendengar suara Taehyung. Jeongguk menoleh, menemukan Taehyung yang mengulurkan tangan padanya.
Seorang pelayan wanita yang tidak Jeongguk ketahui ada disana. Menangis tersedu-sedu melihat keadaan Taehyung.
"Aku b-baik.." Taehyung berujar kembali. Memberi sebuah senyum pada Jeongguk yang telah berlutut di hadapannya.
Tangan Taehyung yang berlumur darahnya sendiri, Jeongguk genggam erat-erat. Kemudian mengambil alih tubuh itu untuk dibawanya keluar dari rumah terkutuk ini.
"Aku butuh mobil!" Jeongguk berusara dengan keras dan bibi Han dengan cepat berlari untuk menemukan kunci Taehyung yang selalu diletakkan di nakas kamarnya.
"Kau akan baik-baik saja." Bisiknya pada Taehyung yang mulai memejamkan matanya.
"Kau akan baik Taehyung. Aku berjanji."
Jimin berlari tergesa ketika mendapat panggilan telepon dari bibi Han. Menyambar jaket kulit hitam yang tergeletak di atas kasur berlapis seprai berwarna abu-abu.
Melajukan benda beroda empat itu dengan cepat, Jimin tidak lagi peduli akan keselamatan karena serangan panik yang mengacaukan segala akal sehat di kepalanya.
"Dimana Taehyung?!" Jimin tanpa sadar membentak. Menatap kearah bibi Han yang perlahan merapikan segalanya dengan tangan gemetar.
"Tuan muda dibawa oleh seseorang ke rumah sakit." Bibi Han menjawab. Menundukkan kepala menyembunyikan isak tangisnya dari Jimin.
Jimin menoleh kesekitar, menemukan ruang tamu yang berantakan dan ayah Taehyung yang masih tergeletak tak sadarkan diri di lantai.
Jimin ingin tidak peduli, namun rasa kemanusiaannya lebih tinggi. "Bawa dia ke kamarnya dan panggil dokter." Jimin memberi perintah, membiarkan orang-orang yang bekerja sebaagi pelayan laki-laki di rumah Taehyung membopong tubuh tuannya.
"Jangan bersihkan dulu bibi." Suara Jimin menghentikkan pergerakan bibi Han yang akan membersihkan lelehan darah Taehyung di lantai.
Jimin meraih ponselnya, menatap kearah satu ponsel yang tergeletak dengan layar pecah di lantai. Menekan tombol hijau dan beberapa detik kemudian ponsel itu menyala.
Ponsel milik Jeongguk.
Motor Jeongguk yang terparkir di depan juga telah memberi Jimin petunjuk siapa yang datang untuk membantu.
Mengakhiri panggilannya, Jimin menekans beberapa angka umum. Mendekatkannya ke telinga begitu panggilannya terhubung.
"Aku Park Jimin, melaporkan tindakan kekerasan yang terjadi di kediaman Siwon Kim."
Sedikit panjang (pendek)? sedikit kek komen kalian selama ini wan. Canda. Bener. Btw ada yg baca ff Me vs Daddy nya kak Una? aku kobam dong sama Behahahaha nya item.
©queen_na1