Imamku Musuhku [ END ]

By NgrhniNs_20

98K 6K 248

🐢[ 𝐒𝐩𝐢𝐫𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥- 𝐑𝐨𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞 ]🐢 🚫PLAGIAT HARAP MINGGAT JAUH.🚫 [ HARAP VOTE TERLEBIH DAHULU SEBEL... More

prolog
IM : 1
IM :2
IM : 3
IM : 4
IM : 5
IM : 6
Part 7
IM : 8
IM : 10
IM : 11
IM : 12
IM : 13
IM : 14
IM : 15
IM : 16
IM : 17
IM: 18
IM: 19
IM: 20
IM : 21
IM : 22
IM : 23
IM : 24
IM : 25
IM : 26
IM : 27
IM : 28
IM : 29
IM : 30
IM: 31
IM : 32
IM : 33
IM : 34
IM : 35
IM : 36
IM : 37
IM : 38
IM :40
IM : 39
IM : 41
IM : 42
IM : 43
IM : 44
IM:45
IM : 46
CAST IM
IM : 47
IM : 48
IM : 49
IM : 50
IM:51 - Special Days
IM :52
IM : 53
IM : 54
IM : 55
IM : 57
IM : 56
IM : 58
IM : 59
IM:60
IM : 61
IM : 62
IM : 63
IM : 64
IM: 65
IM : 66
IM : 67
IM : 68
IM : 69
IM : 70
IM : 71
IM : 72
IM : 73
IM : 76
IM : 74
IM : 75
IM : 77
IM : 78
IM : 79
IM : 80
IM : 81 - Rasyad Al-Kahf
IM : 82
IM : 83 - Mendadak Reuni
IM: 84 - Secercah Kebahagiaan
IM 85 - Yeah, Finisih!
IM : 86 - Welcome to Kakak ipar
IM : 87 - Yang di nanti
IM : 88 - Tingkah Absurd Mbok Darsih.
IM : 89- Hadeh, toxic people lagi.
IM : 90 - Gender Reveal
IM : 91 - Kerikil Kecil
IM : 92 - Makna kebahagian
IM : 93 - Badai Lagi.
IM : 94 - Hari Super Bahagia
IM : 95 - Tujuh Bulanan Adik Bayi
IM : 96 - Welcome, Jogja!
IM : 97 - Maternity Shoot in Malioboro
IM : 98 - Cobaan Silih Berganti
IM 99 - Fase Terberat
IM : 100 - THE FINAL
pengumuman

IM : 9

1.8K 113 4
By NgrhniNs_20

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan lupa baca Al-Quran gaes❤

Happy Reading❤


Malam Hari

"Ah elah, gue sebenarnya ga suka kalo di paksa kaya gini, Kay," gerutu Ninda sedikit terisak sesekali membetulkan pashminanya yang ia pakai sebab sedikit berantakan.

Kayla mendekati sahabatnya itu, ia mengusap sisa air mata Ninda yang berjatuhan dan berucap. "Hey, lihat gue! Apapun keputusan lo, jangan lupa sertain kata hati lo, Nin! gue tau ini berat buat lo sungguh mendadak banget di usia lo yang baru dua puluh dua tahun. Tapi apa lo tega merusak rona kebahagiaan Ayah Bunda lo? Begini gue saranin lo ketemuan dulu, masalah hasilnya nanti bagaimana itu bisa dipikir belakangan."

Ninda memeluk Kayla dan menangis sejadi-jadinya, "Tapi, gue gak bisa, Kay. Gue gamau dijodohin toh umur gue masih muda, target nikah gue masih lama," ucapnya dengan nada terbata-bata.

Kayla menghela napas, tangannya ia ulurkan untuk mengusap kepala Ninda. "Astaga... Ini baru pertemuan keluarga, Nin. Jadi lo masih ada kesempatan buat ngulur waktu, nah gunain itu buat salat istikharah. Percaya sama gue! Semua akan baik baik saja, percaya Allah bakal ngasih jalan terbaik buat lo."

Ninda terdiam sejenak mencerna ucapan demi ucapan yang terlontar dari mulut sahabatnya itu. Setelah merasa tenang ia melepaskan pelukannya pada Kayla dan menampilkan senyuman tulus. "Makasii ya, Kay. Atas saran lo, gue gak bisa berkata-kata lagi selain terimakasih dan terimakasih. Gue juga beruntung banget punya sahabat kaya lo yang setia barengan dari jaman SMA sampai sekarang ini."

Kayla mencebikkan bibirnya, "Lebai lo, Ah. Udah sana siap-siap,"

Baru saja Ninda akan turun suara ketukan pintu mengistrupsinya untuk turun.

Tok tok tok!

Bunda Nina memanggil dan mengajaknya turun. "Ninda sayang, teman Ayah sudah sampai di bawah. Ayo kita turun, Nak!"

"Iya, Bunda. Ini Ninda lagi dandan, katanya biar makin cantik." sahut Kayla terkekeh.

Ninda menatap Kayla datar dan mengerucutkan bibirnya macam anak bebek.

"Oke, jangan lama lama ya nak!"

"Iya,"

Setelah suara Bunda menghilang, Ninda kembali menatap Kayla memintanya untuk turun bersama. Namun, Kayla menolak dan memilih rebahan di kamarnya.

"Ayo, Kay. Kita turun sama-sama, temanin gue, ya." pintanya dengan raut wajah memelas.

Kayla menggeleng tegas. "Gue disini, gue 'kan bukan siapa siapa. Udah sana,"

"Gue cantik?" Ninda meminta pendapat sesekali mencuri pandang pantulan dirinya di cermin.

Gamis Ninda kaya gitu ya gaes😅

"Cantik banget gamis itu cocok sama lo, Bebs." puji Kayla.

Ninda menganggukkan kepalanya. "It's, oke. Gue emang cantik dari lahir, gue turun dulu, yah." pamitnya.

Kayla tersenyum lebar. "Okey, semangat, Bestie,"

Ninda mengancungkan jempolnya lantas membuka knop pintu  dan berjalan turun.

****

Dengan sedikit ragu Ninda melangkahkan kaki, menuruni anak tangga dengan pelan dan tibalah ia di ruang tamu dimana semua mata kompak menatap dirinya yang baru saja tiba.

Ninda melihat dua orang pasutri dengan gaya yang cukup mewah, dilihat dari pakaian yang mereka pakai.

Netra Ayah Rian berbinar dan ia berucap girang. "Nah, itu putri saya turun Mas Herman dan Mbak Laila."

Wanita berwajah ayu, berpoleskan make up tipis itu tersenyum lebar. Ninda menebak umur beliau sepantaran dengan sang ibunda atau lebih tua sedikit dari Bunda.

"Wah, MasyaAllah cantiknya. Lihat Pa! Cantik 'kan calon menantu mama." puji Wanita bernama Laila itu.

Pria di samping wanita itu menganggukan kepala dengan netra berbinar pula. "Iya, sangat cantik. Mama the best lah nyeleksi calon mantu," kekehnya.

"Ninda salim dulu, Nak!" titah Bunda Nina.

Ninda mendekat lalu menyalami tangan Laila, untuk Herman ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Assalamu'alaikum om tante, perkenalkan nama saya Ninda,"

Laila bertambah senang melihat attitude calon mantunya, ia pun mengangguk riang.

"Salam kenal sayang, panggil Mama aja ya biar kita semakin akrab. By they way kamu cantik banget mirip sama Bundamu." puji Laila.

Ninda menunduk malu untuk menyembunyikan raut merah yang timbul di kedua pipinya. "Alhamdulillah, terimakasih tan eh mam."

"Sama-sama sayang,"

"Sebentar ya, Nak. Putra kami masih dalam perjalanan kamu duduk saja dulu." ucap Herman.

Ninda memaklumi, "Iya, gapapa, om,"

Herman terkekeh. "Papa saja biar sama kaya kamu manggil istri saya."

"Oh iya, Pa," jawab Ninda kikuk.

Bunda bangkit dan berpamitan untuk mengambil jamuan, sesampainya di dapur Bunda melihat bi Ani yang kepayahan menyiapkan jamuan.

"Bibi sudah belum, Bi? Tamunya sudah datang," ujar Nina yang berdiri dekat meja makan.

"Nggeh, sebentar, bu," sahut Bi Ani merapikan cangkir diatas nampan.

"Jangan lama ya, Bi. Kasihan mereka sudah nunggu lama," Nina berkata kembali.

"Niki mpun dados kok bu" Bi Ani berjalan mendekati posisi Bunda sembari menyodorkan nampan yang berisi sebuah teko dan beberapa gelas serta beberapa toples berisi camilan.

"Monggo, mang dibeto" kata Bibi.

"Matursuwun, bi" Bunda mengambil alih nampan itu dan berjalan kembali ke ruang tamu.

"Nggeh bu,"

Bunda meletakkan nampan di meja lalu menaruh satu per satu cangkir di hadapan mereka semua."Maaf ya mbak mas menunggu lama hehe. Jadi ga enak saya ini, punya tamu kok gak disuguhkan apapun."

Mama Laila terkekeh, "Tidak apa-apa, Mbak. Santai aja,"

Bunda tersenyum kikuk, "Tapi ya tetep ndak enak. Maaf sekali lagi ya, Mbak."

"Astaghfirullahalazim, Mbak. Sudah tidak apa-apa, kok."

"Nah, mari Mas Mbak monggo dicicipi. Maaf bila seadanya,ya." Ayah Rian mempersilahkan Laila dan Herman untuk minum.

"Tidak masalah Rian, ini sudah lebih cukup iya 'kan,Ma," ujar Herman meminta pendapat istri.

Laila mengangguk membenarkan ucapan Herman. "Iya, Pa,"

*****

Sebuah mobil mewah berwarna putih masuk ke perkarangan rumah besar milik Ninda dan mobil itu membunyikan klakson agar Pak Hardi supir sekaligus satpam membuka gerbangnya.

Kayla yang mendengar suara klakson mobil, ia pun menyibak tirai jendela lalu melihat siapa pemilik mobil itu dari jendela. Meskipun gelap di bawah sana tapi Kayla tetap bisa tahu karena sorot lampu dari mobil tersebut.

"Perasaan kaya Familiar itu mobil, eh iya itu 'kan mobilnya Alif. Apa yang mau dijodohin sama Ninda itu Alif?" monolog Kayla sendiri.

Alif turun dari mobil lalu melempar senyum pada Pak Hardi. "Saya permisi dulu, Pak."

Pak Hardi terbengong sesaat lantas ia mengangguk. "Eh, em iya, Den."

Alif melangkahkan kakinya ke teras
, gegas ia mulai mengetok pintu dan mengucapkan salam. Kebetulan pintu terbuka dan Alif masuk.

Tok! tok! tok!

"Permisi, Assalamu'alaikum." ucap Alif memberi salam.

Mereka serempak menoleh lantas menjawab salam dari Alif, kecuali Ninda yang sedang memainkan ponsel guna mengusir kejenuhannya
"Wa'alaikumussalam."

Alif mendekati Rian dan Nina menyalami kedua orang tua Ninda. "Maaf, Alif telat om tante, jalanan lumayan macet."

Ninda yang mendengar suara tak asing baginya lantas ia mendongakkan kepalanya memastikan seseorang yang menyebut dirinya itu salah. Namun yang terjadi adalah.

"A-Aliff," pekik Ninda terkejut.

"Iya gapapa, emang jakarta kalau jam segini suka macet ya, banyak karyawan kantor pada pulang."balas Ayah Rian.

Alif pun tak kalah terkejutnya lantas ia sedikit berteriak. "Ninda."

Kedua orang tua dari kedua anak itu tersenyum sumringah sebab anak-anak mereka sudah kenal. satu sama lain.

"Wah, MasyaAllah kalian sudah saling kenal ya?" tebak Bunda Nina.

Ninda meringis pelan, ini tidak benar. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Alif ini teman aku Bunda di kampus,"

"Alif ini anak Mama dan Papa, Nak." ujar Herman memberi tahu.

Ninda terbelalak kaget spontan ia berteriak keras. "Apaaa?!"

Kayla yang mendengar teriakan Ninda dari bawah, ia menginggit bibirnya. "Perasaan gue makin ga enak, nih."

Alif terkekeh menatap raut wajah Ninda yang kurang mengenakkan. "Jadi ini yang mau dijodohin sama Alif, Ma, Pa?" tanyanya memastikan.

Laila mengangguk. "Iya sayang dan alhamdulillah kalian sudah saling kenal. Jadi kita langsung bisa menentukan tanggal pernikahannya  Mbak Nina dan Mas Rian."

"Ngebet banget, sih! Sapa juga yang mau nikah sama Alif. Ishhhhhhhh kesellllllll," rutuk Ninda dalam hati.

Diam - diam Alif menganggumi kecantikan dari sosok Ninda dan tak sengaja ia bergumam,"Cantik."

Namun naasnya Ninda mendengarnya dan  menatap tajam manik mata hitam milik Alif.

Ninda menghela napasnya. "Ma, Pa. Ninda boleh berbicara sama Alif di depan? Ga lama kok, sebentar saja," tanyanya meminta pendapat.

Laila tersenyum lebar, "Boleh kok, Nak. Iya ajak Alif ya rada pemalu,"

"Cih pemalu? Apaan yang ada malu malu in." batin Ninda.

"Iya, tante." Ninda tersenyum tipis. "Ayoooo ikut gue! Kita perlu bicara"

"Kemana sayang?" Alif menahan tawa.

"Buruan, gausah banyak tanya, deh. Ah elah," ketus Ninda.

****

Mereka berdua keluar dan duduk di teras yang di sampingnya terdapat taman kecil. Ada sebuah kolam ikan yang menerangi taman tersebut. Ninda langsung menghempaskan bokongnya di kursi sedangkan Alif duduk.

Kayla tertawa terbahak-bahak, dari atas jendela ia mengintip. Namun, sialnya ia ketahuan Ninda dan membuat Ninda semakin murka.

"Kayla lo turun sekarang!" teriak Ninda kencang.

Alif mengerutkan dahinya. "Loh, ada Kayla juga?" tanyanya.

Ninda mengangguk. "Iya, nginep."

Kayla bergegas turun dari kamar Ninda.

"Kenapa ya Allah yang mau di jodohin sama gue itu elu sualif," Keluh Ninda frustasi mengacak jilbabnya asal.

Alif terkekeh lantas ia menanggapi keluhan Ninda dengan santai. "Dih, mana gue tahu. Emangnya kalo gue kenapa sih? Kayanya lo gasuka banget sama gue."

"Argh ya gasuka lah, bisa gila kalau gue hidup berdua seatap sama lo," ketus Ninda membuang pandangannya ke taman.

Kayla datang dan ia langsung tertawa terbahak-bahak. "Pfftt.... Jadi ini calon suami lo, Nin? Abujeee gileee. Hahahaha,"

Ninda semakin kesal, ia menginjak kaki Kayl tetapi Kaki Alif yang kena.

"Woiii, jangan nginjek dong. Sakit bege," umpat Alif meringis kesakitan.

"Sorry, salah sasaran." Ninda meminta maaf. "Btw gue mau nanya serius"

Alif menaikkan satu alisnya. "Apa?"

"Lo mau nerima perjodohan ini?" tanya Ninda to the point.

Alif mendengkus kesal. "Iyalah, hanya orang bego yang gamau dijodohin sama gadis secantik lo dan satu lagi gue gabisa nolak permintaan Mama Papa gue. Gue sadar selama ini gue bandel,suka bikin susah, ya dengan cara inilah gue bisa bahagian mereka."

Ninda meraup wajahnya kasar. "Ya Allah makin frustasi gue eh depresiii."

Alif tergelak. "Hahaha, emang kenapa si lo kaya ga suka kalo kita berjodoh." tanyanya.

"Emang gasuka, mimpi apa gue sampe harus berjodoh sama lo," ketus Ninda.

Kayla melerai perdebatan yang terjadi. "Udah kalian gausah gitu, cukup jalani aja dong, lagian kalian kan sama sama suka."

"Ga semudah yang lu omongin, Kay!" sarkas Ninda. "Lif, gue mohon tolak perjodohan ini, cari alasan kek kalo lo udah punya pacar atau yang lain."

"Enggak! Mau kek apapun gue ga bakal tolak perjodohan ini. Kenapa ga lo aja yang bilang sama Ayah dan Bunda."tegas Alif.

"Udah demi apapun udah,Lif. Tapi mereka tetap ngotot, gue sampai heran kenapa mereka ngebet banget."

Alif terkekeh. "Ya, berarti kita di takdirkan untuk berjodoh gitu aja kok repot,"

"Itu kemauan lo, kemauan gue beda lagi," dengus Ninda tak suka.

"Emang apasi kemauan lo?"tanya Kayla yang sedari tadi hanya menyimak obrolan mereka berdua.

"Gue mau cepat lulus habis tuh gue kerja di luar negeri atau ga nerusin S2 di Amerika biar sekalian ketemu Abang gue," tutur Ninda jujur.

Alif tertawa jahil. "Lahh, pfft nanti  kita bisa nyusul kesana sekalian honeymoon sayang."

"Najisun." Ninda berdecih pelan. "Siapa juga yang mau nikah sama lo."

"Heleh," sinis Alif.

"Ih apaan si lo, gue ga mau sama lo, titik tanpa koma. Gue maunya sama orang bule," Ninda menyombongkan diri.

"Halu terossss"cibir Kayla

"Suka-suka gue,"

"Udah gausah halu, mending lo terima ajaa perjodohan ini." ujar Alif santai

"Apa kata dunia kalau gue terima perjodohan dengan musuh gue sendiri. Ibarat menjilat ludah." cibir Ninda.

Kayla menghela napas, kepalanya mendadak pusing karena menyimak perdebatan yang terjadi. Hingga suara bunda Nina menginterupsi mereka untuk makan malam.

"Ninda, Alif sudah bicaranya nak? Ayo masuk kita makan dulu. Eh Kayla juga turun toh ayoo gabung makan yaa."

"Kayla makan nanti aja bun, lagi gaenak lah masih ada tamu." Kayla berucap sungkan.

"Yasudah kalau mau kamu begitu, tenang Bunda sisihin buat kamu kok, Nak! Ayok Nin ajak Alif masuk."Pinta Bunda Nina.

" Iya Bunda," jawab Ninda. "Ayoooo kucrut!"

"Perlu gue gandeng ga?"

"Najisun, Kay lo  ke kamar dulu, ya. Nanti kalau udah selesai gue langsung ke atas." titah Ninda.

"Baik, nyonya." Kayla terkikik.

Ninda melirik sinis Kayla, "Gausah cengegesan! Ga lucu."

"Iyaaaa iyaaa,"

Ninda dan Alif pun masuk ke dalam rumah mengekori sang Bunda dari belakang dan sampailah mereka di ruang tamu.

"Nah ini dia, kalian kok lama banget ngomongnya. Gimana sudah ada kecocokan belum?"tanya Papa Herman penasaran.

"Ngga bakal!"

"Eh kok gitu?"tanya mereka semua.

Alif sengaja menginjak kaki Ninda keras. " Kami cocok,kok."

Ninda mengaduh dan menatap sengit pada Alif. "Astaghfirullah sakit," ringisnya pelan.


"Syukurlah kalau kalian cocok, kami pun sudah menentukan tanggal pernikahannya yaitu minggu depan hari jum'at ya, Mbak, Mas," ujar Mama Laila antusias.

"Haa jum'at depan?!" pekik Ninda terkejut tapi segera ia menormalkan kembali raut wajahnya.

"Iya sayang, lebih cepat lebih baik," balas Laila.

Ninda memejamkan mata sejenak dan menarik napas dalam dan menghembuskan secara perlahan lalu ia berucap.

"Apa ngga kecepatan? Maaf bukan Ninda menolak perjodohan ini tapi minggu depan Ninda mau ke Medan. Ada tugas dari dosen istilahnya kita jalan jalan tapi juga ngerjain tugas terus Ninda juga mau sholat istikharah dulu," pintanya.

"Gimana, Pa?"tanya Mama Laila meminta pendapat sang suami.

"Ninda pulang kapan?" Herman berbalik tanya.

"Kebetulan ada teman Ninda, paling semingguan Pa, Ma. InsyaAllah kalau tidak di undur," jawab Ninda mantap.

Papa Herman mengangguk paham. "Gimana menurut Mas?"

"Kita tunggu anak saya balik ya, Mas Mbak. Begini putra saya juga akan tiba disini mas, Ninda ke Medan In Sya Allah Bian datang dari Amerika, Mas Mbak." Ayah memberi penjelasan.

"Yey Bang Bian pulang." ujar Ninda girang. "Kenapa Bang Bian ga bilang sama Ninda, yah?"


Ayah Rian mengedikkan bahunya acuh. "Mana ayah tahu,"

"Yasudah kalau begitu gapapa kan, Ma?" tanya Herman kembali.

"Iya, gapapa pa"

Bunda Nina mengalihkan pembicaraan mereka. "Bagaimana kita lanjut makan malam, keburu dingin makanannya, Mas Mbak?"

"Ayoo Mas Mbak kita makan dulu." timpal Ayah Rian.

"Ayoo ayoo. Saya juga mau nyicipin masakan calon besan,"jawab Papa Herman.


"Calon, Pa," ucap Mama Laila.

"Iya,Ma. Calon,"

Mereka semua melangkahkan kakinya ke ruang makan. Mereka semua memposisikan diri di kursi masing-masing. Di meja makan sudah terhidang berbagai macam masakan salah satunya Ayam Cabe Ijo.


"Mari dicicipi walaupun sederhana, soal rasa jangan ditanya sudah seperti restoran bintang lima." Bunda Nina mempromosikan masakannya

"Hahaha,Mbak, sampen itu lucu loh, bisa dalam segala hal apa istilahnya, Lif? Mama lupa."tanya Mama Laila.

"Multitalenta" Alif mengingatkan sang Mama.

"Nah iya multitalenta"tukas Mama
Laila.

"Hahaha, Mbak. Bisa saja mujinya. Ayo mbak dicicipi."tawar Bunda Nina.

Ninda menatap malas makanan yang tersaji di depannya. Ide cerdik pun muncul seketika. "Bun, aku makan dikamar aja, ya? Kasihan Kayla belum makan malam dia. "

"Maaf, Kay. Nama lo gue pinjem xixix,"

A

yah Rian terkejut. "Lohh, Kayla nginep, toh?"

"Iya, Ayah. Tadi sore dia pengen nginap disini," sahut Ninda.

"Yaudah gapapa. Ini Bunda ambilkan sekalian ya buat Kayla. Kasihan juga dia," Ucap Bunda menyendokkan nasi dan lauk ke piring mereka.


"Iya Bunda, Maaf ya mama papa Alif," Ninda meminta maaf.

"Gapapaa kok nak,"

Ninda bersorak gembira tatkala idenya berjalan lancar. Sembari membawa makanan ia tak lupa untuk fokus ke anakan tangga. Sesampainya di depan pintu Ninda menendang pintu tersebut dan melihat Kayla yang terbaring manis dengan posisi ponsel diatas perutnya.

"Kay, lagi apa lo? Nih gue bawa makanan,"kata Ninda sembari menutup pintu.

Kayla terperanjat kaget. "Lah lo, ngapain dimari buk! Bukannya ikut makan di bawah."

"Gue gaenak sama lo, Kay. Nih ayo makan." Ninda menyodorkan makanannya.

"Wanginya enak nihh, pasti enak." Goda Kayla.

Kayla mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya. Melihat Ninda yang bengong ia pun menyenggol bahu Ninda. "Beneran enak, Nin. Ey malah ngelamun."

Ninda tergagap, "Ah iya gimana?"

"Kenapa ngelamun? Ada apa lagi?" Tanya Kayla penasaran.

"Bang Bian jum'at dateng dan kita ke Medan." ujar Ninda lesu

"AAA SERIUS LU DEMI APAAA BANG BIAN PULANGGG" pekik Kayla girang.

"Sst.... Diem. Iya dia pulang mau nyaksiin gue married."

"Kapan? Wah gila gercep banget tu mama papanya Alif pengen punya mantu kaya lo."tanya Kayla.

"Hari Jum'at harusnya berhubung kita mau ke Medan jadi diundur."

"Gilaa cepet banget" Ucap Kayla

"Kata mereka lebih cepat lebih baik. Tapi menurut gue malah membuat waktu gue menjadi singkat bersama Bang Bian. 3 tahun lo, Kay gue ga ketemu!" Ninda mulai terisak

"Sabar, jangan nangis! Pasti ada jalannya kok."Kayla memeluk Ninda.

"Hugh, Hugh, Hugh. Iyaa kay, srottt!" Ninda mengelap ingusnya

"Jijik banget, astaghfirullahaldzim.
"seloroh Kayla mengelus dada. "Makan, yok! Enak nih,"

"Apa mau gue suapin?"tawar Kayla cengegesan.

"Boleh boleh kok." Ninda tersenyum

"Buka mulut lo! Aaa."

"Gimana? Enak?"

"Banget." jawab Ninda sambil mengacungkan dua jempolnya.

Kayla terkekeh, "Syukurlah, setidaknya lu masih doyan makan meskipun masalah banyak mendatang."

"Ga makan pingsan!" Ninda terkekeh.

"Bener juga."

Tok! Tok! Tok!

Pintu diketok kembali suara Bunda mengiterupsi Ninda agar Ninda ke bawah.

"Nin, ayoo ke bawah tnte sama om mau pulang."panggil Bunda Nina

"Gue kebelet BAB bilang sama Bunda ya, Kay! Please." pinta Ninda dengan wajah memelas.

Kayla tersenyum. "Iyaa gue tau, maksud lo."

"Nah tuh tau. Tolongin!"

"Iyaaa sayang."

"Nin,"panggil Bunda kembali.

Ninda sudah kabur ke kamar mandi sedangkan Kayla berjalan pelan dan membukakan pintu.

Ceklek!

"Maaf tante, Ninda lagi di kamar mandi katanya kebelet." Kayla Bohong

"Oh gitu yaa, yaudah deh. Bunda duluan ya kayy, soalnya mereka sudah mau pulang,"

"Iya Bunda,"

"Kamu tutup lagi deh pintunya, oh ya makanannya jangan lupa dihabiskan." Bunda berucap kembali.

"Siap, Bun."Kayla menutup pintu kembali.

Ninda menghela napasnua lega dan ia pun keluar dari persembunyiannya. "Gimana gimana?"

Kayla terkikik geli, "aman,"

"Fyuh, akhirnya! Capek gue," keluh Ninda memijat pangkal hidungnya.

"Sabar, bentar gue balikin piring dulu." ucap Kayla.

"Iye sono, sama ambilin minum yaa di kulkas." titah Ninda sembari mendudukan bokongnya ke tepi ranjang.

"Idih ogah, siapa lu nyuruh nyuruh gue heh!"sungut Kayla emosi.

"Please, gue aus banget nii."

Kayla memutar bola matanya malas "Baiklah, tuan puterii."

Tling!

081××××
Gue tau, lu gamau ketemu gue kenapa? Karena lu bete kan??

Ninda K

Siapa si? √√

081×××
Alif

Ninda K

Gue kebelet, jadi ga sempet. Sorry salamin juga sama om tante ya
√√

081××
Oke, gue sampein besok
Jgn lupa Save!
Jangan tidur larut.
Good night

Ninda bergumam "Najis!"

Ninda K

Males sv lu gaada paedahnya. Trims! √√

Read


"Huh cape!" Tidur ah," Ninda bergumam. "Oh ya gue kan belum jadi minum!"

Ninda pun bangkit dan duduk bersandar di ranjangnya.

Beberapa menit kemudian.

Kayla masuk dan mengunci pintu kamar Ninda.

"Woiu ambil piring aja setaun lo sekalian semedi."Ninda bersedekap dada

Kayla menyodorkan segelas air dan berucap, "Kagaa, nih minum! "

Ninda mengedipkan sebelah matanya dan memonyongkan bibirnya, "Maacii babucu."

"Babi apa babu?"tanya Kayla.

"Babi."

"Heh! Lu bikin emosi malam malam." ketus Kayla.

"Bercanda."Ninda menepuk bahu Kayla

"Ayo tidur besok kesiangan" Ajak Kayla

"Huum ayo" Ucap Ninda mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu tidur

"Jangan dimatiin semua, gue phobia gelap"ujar Kayla jujur

" Ngga kok, ini gue kasih lampu tidur" Ucap Ninda merebahkan badannyanya di ranjang

Kayla pun turut merebahkan badannya samping badan Ninda

"Akhirnya, kita ketemu lagi kasur tercinta" Sambung Ninda

"Huh, nyesel gue nginep sini. "

"Apa?"

"Masa gaada selimut si." Ucap Kayla kesal

Brugh

Ninda melemparkan bedcovernya dan pas mendarat di kepala Kayla

Kayla meringis mengusap pelan dahinya "Aww sakit ish. Kejam banget jadi orang"

Ninda tersenyum lebar " maaf"

"Hm."

"Selamat Malammm" Ucap Ninda

"Malamm" jawab Kayla

Kayla pun memejamkan mata menyusul Ninda ke alam mimpi.

***

Bersambung,

Sudah Revisi 2 Kali!!!! Jangan lupaaa komen dan bintangnya, kaks.

Byl, 11 April 2022.
Lulus revisi✅

Continue Reading

You'll Also Like

Renjana By faaa

Spiritual

24.8K 1K 32
"Wahai arutala saksikanlah renjanaku bersama nabastala agar diriku bisa bertemu dengan sang harsa meski semua terlihat seperti lengkara." Menceritaka...
1.6K 64 61
Cerita Tamat ⚠️ Happy Reading 💕 Kisah seorang perempuan yang mencintai dalam diam kepada seorang laki-laki, teman satu kelasnya saat ia bersekolah d...
2.7M 292K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
Faricha By Nana

Teen Fiction

11.9K 1.9K 98
(Tamat) Belum revisi Faricha Lutfia Izza, seorang gadis yang cuek. Semua yang membencinya berbalik menjadi temannya setelah mereka menyakitinya. Se...