faster than a wedding

Galing kay andirananda

1.9M 61.5K 1.4K

Nalani Lituhayu, gadis yang baru saja memasuki masa SMA-nya harus kehilangan mimpinya karena hamil di luar ni... Higit pa

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
epilog

chapter 19

57.5K 1.9K 44
Galing kay andirananda

Radina menutup telinganya dengan bantal. Suara tangisan bayi yang memuakkan.

“Sssssttt, Adnan, maunya apa?” tanya Nalani dengan pelan pada anaknya. Ia takut membangunkan Radina. Kalau pun Adnan menangis, jarang sekali tangisannya sekeras ini.

“Naaaaal, Adnan nangis tuh,” keluh Radina di tengah tidurnya yang terganggu.

Tangis Adnan semakin menjadi dan Radina jadi benar-benar terbangun.

“Naaaaal, Adnan maunya apa sih? Kasih susu gih,” kata Radina.

“Nggak mau. Kalau kamu keganggu, pindah aja ke kamar kamu,” kata Nalani.

Radina menggaruk kepalanya lalu meminum air yang ada di atas nakas. Ia menghampiri Nalani yang sedang menggendong Adnan.

“Sini aku aja yang gendong,” kata Radina.

Nalani membiarkan Radina menggendong anaknya dan ternyata sepertinya Adnan sedang ingin digendong ayahnya. Tangisnya mereda begitu Radina mengelusi punggung anaknya itu.

“Dia ingin aku yang gendong, Nal,” kata Radina.

Nalani duduk di sofa dan menatap Radina yang sedang menggendong Adnan. Matanya terasa berat sekali sehingga ia harus mengerjap-ngerjapkan matanya.

“Tidur aja, Nal. Giliran aku yang bangun malem-malem gini setelah gak kamu gak pernah ganti shift malem. Tidurnya di tempat tidur jangan di sofa. Nanti yang ada kamu sakit badan,” kata Radina.

Nalani langsung pindah ke ranjang dan ia pun terlelap begitu saja begitu berbaring.

“Kamu sengaja bangunin Papa ya biar Mama istirahat?” tanya Radina pada anaknya.

Adnan mangap-mangap seperti biasa kalau diajak bicara.

“Anak pinter,” kata Radina.

*****

Satu tahun kemudian...

“Mas, bangun,” panggil Nalani dengan perlahan.

“Mana ciuman selamat paginyaaaa?” Radina mengeluh.

Nalani mengecup bibir Radina dan Radina pun langsung bangun.

“Wah, anak Papa udah bangun ternyata,” kata Radina sambil mencubit pipi anaknya.

Adnan yang sedang bermain dengan mainannya memukul tangan Radina.

“Yeeee yang gak mau diganggu!” kata Radina lalu mengambil handuk yang disodorkan oleh Nalani.

Nalani menggelengkan kepalanya. Ia sudah terbiasa membangunkan Radina yang super manja dan tidak akan bangun sampai Nalani memberikannya ciuman selamat pagi.

“Ayo, Nan, kita ke bawah,” kata Nalani sambil menggendong Adnan.

Adnan mengigiti mainannya ketika digendong Nalani.

“Mbak, sini sama aku aja deh daripada seragamnya kusut,” kata Madina yang seragamnya berupa kaus polo.

“Titip ya,” kata Nalani sambil memberikan Adnan kepada Madina.

Nalani berlari ke kamar karena ia lupa menyiapkan pakaian Radina. Begitu ia membuka pintu kamarnya, Radina sudah berganti pakaian.

“Telat. Aku udah ganti baju dulu,” kata Radina.

“Maaf,” kata Nalani yang merasa bersalah.

“Sini aku cium dulu baru aku maafin,” kata Radina sambil menarik lengan Nalani dan mengecup bibirnya beberapa kali baru melepaskannya.

“Udah?” tanya Nalani.

Radina mengangguk dan Nalani kembali ke rutinitas paginya yang lain.

*****

“Mas,” panggil Nalani pada Radina yang sedang membuat paper.

“Ya,” sahut Radina.

“Nggak jadi deh,” kata Nalani.

“Sini, Nal, kamu ada perlu apa?” tanya Radina sambil menatap istrinya yang menunjukkan kepalanya di connecting door.

“Nggak apa-apa sih. Maaf ganggu ya, Mas,” jawab Nalani dan menutup connecting door.

Radina yang penasaran membuka connecting door dan menemukan Nalani sedang belajar. Radina tersenyum. Istrinya itu begitu perhatian dan tidak mau mengganggunya ketika sedang mengerjakan tugas.

“Kamu lagi belajar apa?” tanya Radina.

“Matematika,” jawab Nalani.

“Ada yang kamu gak bisa?”

Nalani mengangguk.

“Sini aku ajarin. Aku gak mau ganggu anak kita yang udah tidur kalau belajar di kamar kamu,” kata Radina.

“Tapi Mas kan lagi ngerjain tugas.”

“Nggak apa-apa. Ngajarin kamu ini. Sini!”

Nalani membawa buku-bukunya ke kamar Radina yang sudah jarang digunakan kecuali untuk belajar karena Radina sendiri selalu tidur di kamar Nalani. Dengan sabar Radina menerangkan pelajaran yang terkenal sulit itu sampai Nalani mengerti.

“Makasih, Mas,” kata Nalani begitu Radina selesai mengajarinya.

Nalani memalingkan wajahnya untuk memandang Radina dan ia baru menyadari kalau wajah mereka ternyata sangat dekat. Keduanya tersenyum lalu menempelkan bibir masing-masing.

“Bu! Buuuu!” panggil Adnan sambil merengek.

Radina menjauhkan bibirnya dari bibir Nalani. “Anak kita tuh. Aku mau ngerjain tugas lagi, kamu urus dia gak apa-apa, ya,” kata Radina.

Nalani mengangguk dan pergi ke kamarnya untuk menghentikan tangisan Adnan. Radina sendiri malah tersenyum. Butuh tiga bulan untuk membuat Nalani bisa mengikuti cara berciuman Radina. Hanya sebatas itu. Meski Radina setiap malam tidur bersama Nalani, mereka tidak pernah melangkah lebih dari ciuman. Pernah suatu kali Radina menelusupkan tangannya ke balik piyama yang Nalani pakai namun Nalani langsung ketakutan dan Radina pun jadi menggelitikinya untuk membuat suasana yang tidak canggung. Radina menggeleng-gelengkan kepalanya untuk melupakan apa yang ia pikirkan dan kembali mengerjakan tugasnya yang sempat terbengkalai.

“Aaaaaaaaarck,” Radina mengeluh sambil meregangkan tubuhnya.

“Udah selesai, Mas?” tanya Nalani yang datang sambil membawakan segelas susu hangat untuk Radina.

“Dikit lagi, Sayang,” jawab Radina.

Nalani menyimpan gelas berisi susu hangat itu di samping laptop Radina.

“Pegel ya, Mas?” tanya Nalani.

“Liat kamu pegelnya ilang,” jawab Radina jujur dari hatinya. Bagaimana tidak? Nalani selalu bangun pagi setiap hari, ikut menyiapkan sarapan, bahkan menyiapkan baju untuk Radina, belum lagi ia harus sekolah dan pulangnya langsung mengurus Adnan, tidak lupa ia mengerjakan tugas sekolah saat Adnan tertidur atau Adnan sedang diurus oleh orang tua Radina karena Nalani tidak terlalu suka menitipkan Adnan pada Bi Muas. Malam-malam Nalani masih harus bangun karena Adnan masih suka rewel meski umurnya sudah setahun lebih. Hal-hal tersebut menjadi rutinitas Nalani dan Radina tidak pernah mendengar satu keluhan pun ke luar dari mulut istrinya. Sekarang Radina hanya pegal-pegal dan ia mengeluh?! Radina juga masih tahu diri.

Nalani tersenyum lalu menepuk bahu Radina dan meninggalkan kamar Radina.

Begitu tugasnya selesai, Radina pindah ke kamar Nalani dan menemukan kalau Nalani sudah tertidur. Radina mengendap-endap agar tidak membangunkan Nalani namun ternyata Nalani tetap terbangun.

“Mas, mau dipijet dulu?” tanya Nalani.

“Nggak usah, kamu tidur aja. Aku mau pake kursi pijet,” jawab Radina.

“Kalo gitu aku cuciin kakinya aja, ya?”

“Nggak usah. Aku cuci sendiri aja.”

“Mas tunggu aja di kursi pijet. Aku siapin untuk nyuci kaki Mas.”

Radina tidak bisa menolak. Ia ke luar dari kamar Nalani dan menuju kursi pijat yang ada di ruang keluarga lantai atas. Punggungnya terasa nyaman begitu bersandar di kursi tersebut dan tidak lama kemudian Nalani datang dengan membawa baskom berisi air hangat dan wash lap.

“Udah, Nal, kamu tidur aja,” kata Radina.

Nalani menggeleng sambil memangku kaki Radina dan mengelapnya lalu berkata, “Nggak apa-apa kok. Cuma ini yang aku bisa.”

“Kenapa kamu bilang gitu?”

“Aku malu sama Bapak juga Ibu karena aku gak pinter di sekolah. Harusnya aku gak perlu sekolah lagi dan ngurus Adnan aja di rumah. Sayang uang Bapak sama Ibu.”

“Loh, jadi selama ini kamu sekolah setengah hati?”

“Nggak, Mas. Otakku pas-pasan dan aku suka kepikiran Adnan waktu aku sekolah. Rasanya lebih baik kalau aku di rumah aja dan konsentrasi ngurus Adnan.”

Radina menarik kakinya dan menarik tangan Nalani dengan kasar menuju kamarnya. Begitu sampai di kamar, Radina menarik lengan Nalani hingga Nalani terduduk di kasurnya lalu ia mencengkeram kedua lengan Nalani.

“Aku gak suka kamu kayak gini. Kamu pikir buat apa kamu disekolahin lagi, Nal? Buat hambur-hamburin uang orang tuaku? Buat sumbangan untuk sekolah kamu? Kamu tetep perlu pendidikan untuk kepentingan diri kamu sendiri! Tapi apa kamu bilang? Kamu lebih milih untuk ngurus Adnan?! Adnan ada yang ngurus di rumah. Asal kamu tau, Bi Muas udah ngurus aku sejak aku berumur 3 bulan sampai sekarang. Kamu takut kalau Adnan jadi anak Bi Muas kalau beliau yang urus?! Bisa nggak sih kamu percayain Adnan ke tangan orang lain? Bukan cuma kamu yang sayang sama Adnan! Aku, Madina, Mama, Papa, Bi Muas, semuanya sayang sama Adnan dan gak ada yang berusaha mencuri Adnan dari kamu. Gak ada yang mau bikin Adnan gak keurus. Kamu punya waktu untuk Adnan setelah pulang sekolah, jadi seriuslah di sekolah! Jangan setengah-setengah!” Radina setengah membentak.

Nalani terlihat ketakutan melihat pandangan Radina yang berapi-api.

“Aku gak mau punya istri yang cuma manggut dan nurut apa yang aku bilang. Aku juga gak mau punya istri yang pasif. Aku mau istri yang bisa mengutarakan pikirannya sendiri untuk jadi bahan pemikiranku. Aku bisa buat banyak keputusan yang salah hanya karena kamu gak ngomong sama sekali, Nal. Aku perlu temen untuk diskusi dan melengkapi aku. Makanya yang aku perlu itu bukan hanya istri penurut, tapi juga istri yang cerdas. Istri yang negur aku waktu aku salah karena gak selamanya keputusan aku itu bener,” lanjut Radina.

Nalani menunduk.

“Sekarang tidur. Kamu juga besok harus sekolah. Aku gak mau kamu sakit karena kecapekan,” kata Radina.

Nalani mengangguk dan berbaring, membiarkan Radina menyelimutinya. Radina sendiri langsung pergi meninggalkan kamar tanpa mencium Nalani dulu padahal biasanya Radina menyempatkan diri untuk setidaknya mencium kening Nalani sebelum tidur. Nalani menghela napas dan merasa tidak nyaman saat mau tidur. Tapi apalah daya, ia sudah terlalu lelah hari ini sehingga terlelap begitu saja.

****

maaf ya updatenya lama, akhir-akhir ini saya lagi minim motivasi banget dan selagi galau-galau gak penting itu membuahkan pertengkaran pertama pasangan ini kekeke~ sepertinya update selanjutnya gak akan lama karena UAS saya mau beres. doain nilainya bagus yaaaa dan IPK-nya naik ^^ dan selamat membaca.

makasih buat yang baca, ngevote, ngomment apalagi jadi fan. biglovefromme ya :*

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

6.1M 316K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
754K 21.1K 200
1000 puisi untuk Kamu yang kusebut rindu :) Cover By @Lil_Butterflies
1.3M 114K 26
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
22.9K 1.7K 25
[PRIVATE ACAK] YUK FOLLOW Aku adalah pria yang sangat beruntung sejak lahir tapi aku sangat tidak beruntung dalam hal cinta , di umurku yang bukan...