OWN YOUR HEART ✓

By lady4pril

35.2K 3.4K 151

Wang Yibo, tampan dan sangat kaya. Dia tidak pernah jatuh cinta sampai bertemu Xiao Zhan. Tadinya ia bermaksu... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Extra Chapter

Chapter 13 [END]

3.4K 263 39
By lady4pril



°°°°°°°

Zhan tak bisa bergerak. Seperti tersihir, dia terdiam, menempel di kursinya.

Bagaimana Yibo bisa ...? Dia ... apa?

Zhan melegakan tenggorokannya yang tercekat. "Hal ini sama sekali bukan urusanmu, Yibo." akhirnya ia masih bisa berbicara.

Tidak ada seorangpun yang pernah menanyakan hal ini sebelumnya, alasannya menikah dengan Daniel, bahkan sampai pada kesimpulan bahwa ia melindungi seseorang.

"Semua ini urusanku, Zhan Zhan." jawab Yibo tegas, "Aku ingin kau masuk dalam hidupku sekarang. Tapi masa lalumu sepertinya mencegah adanya masa depan untuk kita berdua."

"Tidak ada masa depan untuk kita berdua, Yibo. Dan jawaban pertanyaanmu tidak akan membuat perbedaan." Balas Zhan dingin

"Lihat saja." Yibo langsung menyahut.

Zhan mendengus. Yibo tidak akan puas sebelum diberi jawaban. Apa yang harus dia lakukan? memanggil Kris agar langsung menyeret Yibo keluar? Tapi Yibo cukup keras kepala untuk datang lagi.

Zhan menutup mata, mengumpulkan seluruh tenaganya untuk memberitahukan apa yang selama ini disimpannya.

"Ayahku bekerja pada Daniel tujuh tahun yang lalu." Zhan mulai bercerita. "Dia kepala akunting di perusahaan Daniel." Ia tidak berani menatap Yibo dan terus menunduk menatap karpet di bawahnya sambil meremat kedua jemari tangannya. "Ayahku, dengan sangat bodoh, meminjam sejumlah uang untuk melakukan investasi sendiri tanpa diketahui Daniel." ia berhenti sejenak. "Akhirnya Daniel mengetahui hal itu."

"Aku mengerti." Gumam Yibo pelan

Zhan mengangkat kepalanya, "Ayahku bukan orang jahat." Ia duduk tegak di kursinya.

Yibo mengangguk, tanpa ekspresi, "Hanya sangat bodoh, seperti yang kau katakan. Dan Daniel tidak suka memaafkan orang bodoh."

"Bukan begitu." Bibir Zhan bergetar

"Jadi, ada perjanjiannya?" selidik Yibo, "Kau menikah dengan Daniel sebagai ganti tidak akan menuntut ayahmu?

Memang perjanjian seperti itu yang ditawarkan Daniel padanya. Zhan sangat terkejut, baik oleh penggelapan dana yang dilakukan ayahnya dan cara Daniel menyelesaikan permasalahan dengan cara yang kejam.

Zhan tidak begitu mengenal Daniel, hanya beberapa kali bertemu dengannya saat acara kantor ayahnya. Tapi Daniel seorang kolektor barang-barang indah, dan dia menginginkan Zhan untuk melengkapi koleksinya!

"Kau tidak perlu menikah dengannya, Zhan Zhan." sergah Yibo kasar. "Ayahmu sudah dewasa, dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Bukan kau yang harus membayar untuknya."

"Ayahku sakit," jawab Zhan datar. "Bahkan sebetulnya dia sedang sekarat. Aku tidak tega membiarkannya mati di penjara."

Daniel memberikan pilihan dengan jelas pada Zhan. Menikah dengannya dan ia akan membiarkan mertuanya pensiun dengan bahagia dan nama baiknya tidak akan ternoda. Atau sebaliknya, Daniel akan menuntut sehingga ayah Zhan harus menghabiskan hidupnya di penjara.

Zhan masih ingat pertemuannya dengan Daniel tujuh tahun lalu yang menjadi penentu hidupnya serta bagaimana puasnya ekspresi Daniel saat meyakinkan Zhan bahwa ia sangat mencintai Zhan sejak pertama melihatnya, bahwa ia sudah menduda selama bertahun-tahun, dan bahwa Zhan akan bahagia bersamanya.

Walau sebenarnya penampilan Daniel masih menarik dalam usia lima puluh tahun tapi sesuatu dalam dirinya membuat Zhan bergidik ngeri. Dan hal itu menjadi semakin buruk setelah Zhan menikah. Sampai Zhan lebih memilih mati ketimbang bersamanya.

"Ayahku mati karena kanker empat tahun setelah aku menikah." Sambung Zhan. "Setahun kemudian Daniel meninggal dengan cara yang sama. Itu membuatku ... lega." Ia terbata-bata, matanya sudah berkaca-kaca.

Tidak bisa dipungkiri Zhan memang bahagia saat mendengar kabar kematian Daniel karena hal itu akhirnya membebaskannya dari pernikahan tanpa cinta.

"Kau selalu setia di sisi Daniel sampai matinya." Kata Yibo tiba-tiba

Zhan menggeleng. "Annie sakit saat itu, dia terserang campak Jerman, dan aku ... aku tinggal di rumah bersamanya."

"Tentu saja, Annie alasanmu tidak meninggalkan Daniel setelah kematian ayahmu."

Zhan terkejut, "Bagaimana kau tahu semua ini?" tanyanya tak percaya.

Setelah ayahnya meninggal, Zhan sudah ingin melepaskan diri dari Daniel tapi pria itu mengancam kalau Zhan pergi, maka Annie harus tinggal bersamanya. Zhan tidak punya pilihan selain harus tinggal demi Annie. Daniel yang tidak pernah menyayangi Annie entah apa yang akan diperbuatnya pada anak sekecil itu. Zhan tidak berani membayangkannya.

Yibo tersenyum kecut, "Ibuku menggunakan cara yang sama sewaktu ayahku ingin menceraikannya ketika ia tahu ibuku selingkuh. Tapi jika demikian, ibuku harus berjuang seorang diri untuk menafkahi semua anak-anaknya." Jelasnya. "Namun ironis, saat ayahku bangkrut, ibuku justru meninggalkannya dan kami semua. Pria seperti Daniel tak kan membiarkan kau membawa anaknya."

"Memang." Zhan mengiyakan.

"Tapi sekarang semua itu sudah berakhir."

"Apa sudah berakhir juga untukmu, Yibo?" tantang Zhan. "Aku tidak melihatmu jatuh cinta atau percaya pada sebuah pernikahan."

"Kau tidak sedang membicarakan hidupku, Zhan Zhan."

"Tentu saja, iya." Jawab Zhan cepat. "Kita berdua sama-sama orang yang terluka karena pernikahan."

"Kalau begitu mungkin kita bisa saling menolong."

"Rasanya tidak." Zhan berdiri. Duduk membuatnya merasa tertekan setelah menceritakan semua masa lalunya.

Yibo ikutan berdiri. "Zhan Zhan, hidupmu sekarang berjalan sesuai apapun pilihanmu. Kau tidak dikendalikan oleh siapa pun lagi. Kau bisa memulai lagi dari awal."

"Kau tahu berapa lama waktu yang diperlukan agar hidupku aman seperti sekarang? Tidak, Yibo. Hidupku akan tetap seperti sekarang. Aku tidak ingin mengubahnya."

"Kalau begitu, biarkan aku masuk." Pelan-pelan Yibo menarik lengan Zhan. "Biarkan aku masuk, Zhan Zhan." bujuknya lembut

"Supaya kalau suatu saat kau mau meninggalkanku, semuanya akan berantakan sekali lagi? Tidak, Yibo. Terima kasih." Zhan menggeleng

"Bagaimana kalau aku tidak akan meninggalkanmu?"

"Bagaimana kalau ada manusia di bulan?" balas Zhan sinis.

Yibo mendesah putus asa. "Kita belum tahu persis apakah benar-benar ada atau tidak. Sama seperti kau tidak akan mengenalku dengan baik sebelum mencobanya."

"Tidak, Yibo." jawab Zhan tegas. Zhan sudah menceritakan dirinya terlalu jauh kepada Yibo, dan ia tidak ingin masuk lebih dalam lagi.

Yibo melepaskan Zhan, "Kau bisa saja keliru, Zhan Zhan. Dan kurasa saat ini kau juga tidak akan mengalah. Dan kalau kau berubah pikiran .... " Yibo mengambil sesuatu dari dalam jasnya dan menuliskan sesuatu di belakang kartu. "Ini kartu namaku, dan aku juga sudah menuliskan nomor telpon apartemenku. Telponlah kapan-kapan." Yibo menyerahkan kartu itu ke dalam tangan Zhan lalu menatap Zhan sejenak. Saat tidak mendapat jawaban, Yibo pergi.

Zhan tetap diam, berusaha penuh mengendalikan diri sampai Yibo meninggalkan ruangan. Tapi kemudian air matanya mulai menetes. Untuk Yibo. Untuk dirinya sendiri. Untuk kenyataan bahwa dengan kepergian Yibo, Zhan sepenuhnya sadar bahwa Yibo bukan hanya sudah memasuki kehidupannya, tapi juga hatinya.

Dia jatuh cinta pada Yibo. Tapi baru saja Yibo keluar dari hidupnya.

-----------

Neraka. Pasti rasanya seperti ini. Awalnya Zhan berpikir, menikah dengan Daniel dan tidak mencintainya adalah neraka. Tapi sekarang ia tahu, jatuh cinta pada Yibo dan tidak bersamanya adalah neraka.

Sudah seminggu lewat sejak Yibo meninggalkannya tiba-tiba. Berulang kali Zhan mengambil kartu nama Yibo tapi tidak sekalipun ia menelponnya. Sekarang ia tidak perlu lagi membaca kartunya, ia sudah hafal nomor telpon Yibo. Tapi Zhan belum juga menelponnya.

Dia sangat ketakutan. Takut mencintai. Takut kehilangan. Kematian Daniel melepaskan Zhan dari tekanan yang dirasakannya selama ini.Tapi masuk ke dalam hidup Yibo secara singkat, sangat tidak tertahankan. Sebab pria itu adalah seorang petualang yang tidak pernah menetap pada satu hati. Zhan takut memikirkan itu.

Siang ini, Zhan akan berjumpa dengan Yibo. Tentu saja untuk urusan bisnis. Siang ini mereka akan menanda-tangani kontrak penjualan hotel Xinhwa ke perusahaan Wang.

Tidak pernah Zhan merasa gelisah seperti ini untuk urusan bisnis. Ia terus memikirkan akan bertemu dengan Yibo. Apalagi sekarang Yibo sudah tahu semuanya tentang pernikahannya yang tidak bahagia serta alasan dibaliknya. Tidak ada orang tahu hal ini sebelumnya. Tidak ada orang yang tahu sebanyak itu tentang dirinya, kecuali Yibo!

Perasaan Zhan kacau. Ia duduk dengan tegang di kursi rapat. Bukan hanya ia senang bisa bertemu lagi dengan Yibo, tapi juga gelisah karena ia belum pernah betul-betul bersama Yibo setelah sadar kalau ia mencintai pria itu. Belum pernah Zhan dekat dengan pria yang dicintainya.

Pertama-tama para pengacara sampai di ruang rapat. Pengacara Zhan, pengacara Cheng Xiao dan Wenhan, dan akhirnya pengacara yang mewakili perusahaan Wang. Ketegangan Zhan makin bertambah saat melihat kedatangan mereka. Dan Yibo setiap saat bisa muncul kembali.

Setelah itu Cheng Xiao dan Wenhan tiba.

"Bagaimana kabar Annie?" tanya Wenhan ramah.

Zhan tahu, walau hatinya sudah disakiti setelah kematian Daniel, tapi perhatian Wenhan pada Annie benar-benar tulus, bahwa ia benar-benar senang pada Annie. Wenhan agak lemah dan mudah dipengaruhi. Cheng Xiao-lah yang lebih kuat yang ada dibalik rencana mereka untuk mengambil Annie dari Zhan.

"Baik, terima kasih." Zhan menjawab singkat.

Menit-menit berlalu, mereka masih menunggu kedatangan Yibo, dan Zhan hampir saja melompat dari kursi saat pintu dibuka dan sekretarisnya mengumumkan kedatangannya. Rasanya seluruh saraf Zhan menjadi sangat tegang bahkan hampir putus, menatap pintu yang terbuka lebar.

Wang Talu melangkah masuk ke dalam ruangan dengan senyumnya yang khas.

Wang Talu! Zhan tidak bisa untuk tidak melirik ke arah belakang Talu, mencari-cari Yibo. Tapi ketika sekretarisnya menutup pintu di belakang Talu, jelaslah sudah bahwa Talu hanya sendirian. Ke mana Yibo? Zhan begitu menunggu-nunggu pertemuan ini agar ia bisa bertemu Yibo hari ini. Setidaknya ia bisa memandang Yibo.

"Aku minta maaf karena seharusnya Wang Yibo, adikku, berada di sini. Tapi dia tidak bisa hadir." Talu berbicara sambil duduk di kursi sebelah Zhan setelah meletakkan tas di meja panjang rapat. "Ia berhalangan. Namun demikian, aku punya wewenang penuh untuk menyelesaikan perjanjian ini atas namanya." Ia menunjukkan surat kuasa yang sudah disahkan oleh pengacaranya lalu menyerahkan ke pengacara Xinhwa.

Zhan duduk tidak bergerak. Otaknya terus bertanya-tanya. Apa maksudnya berhalangan? Apa Yibo sakit? Apa yang terjadi pada Yibo?

Tapi kesempatan untuk bertanya pada Wang Talu harus menunggu sampai empat puluh lima menit sampai akhirnya hotel Xinhwa berpindah tangan, ditukar dengan sejumlah uang dari perusahaan Wang.

"Talu." Zhan menghentikan Talu ketika pria itu baru mau meninggalkan ruangan bersama yang lainnya setelah rapat selesai. "Bisa aku bicara padamu sebentar?" tanyanya canggung

Talu menunggu sampai semua pengacara meninggalkan ruangan sebelum menjawab Zhan dengan tak sabar, "Ada apa, Zhan Zhan?" nadanya dingin

Zhan menelan ludah susah payah, "Di mana Yibo?" tanyanya pelan

"Kenapa kau ingin tahu?" balas Talu

Zhan mengangkat bahu, "Kupikir agak tidak biasa kalau .... Dia tidak hadir hari ini."

"Semuanya sah, Zhan Zhan. Aku bisa meyakinkan itu." Jawab Talu. "Aku punya wewenang untuk ... "

"Bukan itu yang kumaksud," Potong Zhan cepat. "Dan kau tahu persis maksudku yang sebenarnya. Kumohon tutup pintunya, Talu, dan bicaralah padaku."

Talu beranjak untuk menutup pintu yang di belakang Zhan, kemudian kembali ke hadapan Zhan dengan tatapan tajam. "Apa maumu, Zhan Zhan? Apa kau puas sudah membuat Yibo bertekuk lutut? Bahwa dia tak datang hari ini karena dia begitu menyedihkan sampai kau pasti tahu apa yang telah kau perbuat padanya." tuduhnya.

"Aku cuma ingin tahu apa semua itu betul?"

"Kenapa?"

Zhan takut jatuh cinta. Lebih tepatnya ia takut kehilangan karena mencintai. Yibo juga takut untuk jatuh cinta. Tapi jika apa yang dikatakan Talu benar, maka mereka berdua sudah terlambat untuk mundur. Mereka sudah saling mencintai. Dan saling menyiksa diri tidak ada gunanya! Dari pada mati sendiri-sendiri, lebih baik hidup bersama-sama.

Zhan menelan ludah, mencoba mengeluarkan seluruh keberaniannya. "Apa kau sudah melihatku baik-baik hari ini?" pintanya pelan

Talu mengernyit, "Apa?"

"Lihat aku," Zhan membujuk, "Apa kau tak lihat mataku yang cekung, wajahku yang suram, lingkaran hitam di mataku, setelan jasku yang agak longgar, padahal minggu lalu masih pas di tubuhku. Lihat aku baik-baik, Talu. Dan kau akan lihat bahwa aku juga sudah menyerah."

"Ya ampun, Zhan Zhan." Talu menghela nafas, "Kau jatuh cinta pada Yibo!"

Zhan berdiam sejenak, mengumpulkan segenap kekuatan untuk menyampaikan pengakuan yang paling sukar dalam hidupnya. "Ya!" kata itu keluar seperti desah kelegaan. Akhirnya ia mengakuinya. Mengucapkannya. Ia mencintai Yibo.

"Kalau begitu, kenapa kalian lakukan ini satu sama lain?" tanya Talu jengkel. "Kenapa tidak lebih cepat mengakuinya saja?"

"Tidak semudah itu, Talu."

"Ya, tentu saja aku tahu." Jawab Talu, "Coba katakan sekali lagi." ia memaksa

Zhan ragu-ragu. Mengakui pada diri sendiri tidaklah mudah. "Aku ... aku mencintai Yibo." katanya cepat

"Sekali lagi. Tapi jangan cepat-cepat. Katakan dengan jelas." Bujuk Talu

"Aku mencintai Yibo." Kali ini Zhan menyatakan dengan tegas.

"Bagus! Sekarang katakan sendiri padanya." Talu memegang bahu Zhan dan membalik tubuhnya menghadap pintu.

Dan saat itu juga ia langsung berhadapan dengan Yibo! Mata Zhan membelalak terkejut diiringi detak jantungnya yang berpacu. Zhan terpaku.

Sudah berapa lama dia di situ? Apa Yibo mendengar pengakuannya yang gemetar? Apa Talu sudah tahu kalau Yibo ada di belakangnya ketika pria itu membujuknya untuk mengatakannya.

Zhan membalikkan badan, padangannya menuduh tajam pada Talu. Dilihatnya, pria itu mengangkat bahu, minta maaf. Talu sudah tahu bahwa Yibo masuk ke dalam ruangan itu pelan-pelan ketika mereka berdua berbicara. Yang artinya Yibo sudah mendengarkan semua pengakuan cinta Zhan ....

Yibo tersenyum hangat ketika Zhan membalikkan tubuhnya lagi menghadapnya. "Aku juga mencintaimu, Zhan Zhan." ucapnya serak.

"Berarti itu tandanya aku harus segera pergi." gumam Talu. "Kecuali kalau kau ingin aku tinggal ... " godanya pada Yibo

"Pergilah, Ge." Yibo menyuruhnya datar, pandangannya tidak beralih dari Zhan.

Talu menyeringai, "Dasar, kalau ada maunya baru memanggilku gege." Tapi ia tersenyum dengan puas. "Satu hal saja, bolehkah nanti aku menjadi pendampingmu?"

Alis Yibo berkerut menatap Zhan, "Boleh tidak?' tanyanya

Pendamping? Apakah itu artinya pernikahan .... Apakah Yibo ingin menikah dengannya setelah semua yang dikatakannya?

"Kau dan Ayuan boleh saling berebut." Yibo menjawab untuk Zhan. "Yang kalah boleh menyerahkan Zhan Zhan. Bagaimana menurutmu, Zhan Zhan?" tanyanya lembut

Zhan memang tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa menyerahkan dirinya. Tapi pernikahan ....?

"Kalau begitu, anggap saja aku kalah." Jawab Talu. "Aku ingin sekali menyerahkan Zhan Zhan di altar."

"Oke, sekarang pergilah, Ge!" ucap Yibo tak sabar.

Setelah Talu pergi, suasana menjadi begitu sunyi. Mendadak Zhan merasa malu saat menatap Yibo. Tapi Talu memang betul tentang Yibo; dia kelihatan kurus dan tertekan.

"Kenapa kau baru datang?" tanya Zhan akhirnya memecah kesunyian, ia masih malu menatap Yibo.

"Aku tidak bisa tinggal diam. Aku meminta Talu menyelesaikan kontrak, tapi aku tidak bisa duduk saja di mejaku dan tidak bekerja. Kau tidak menelponku, Zhan Zhan." Yibo memarahi Zhan dengan lembut, lengannya menyusup ke pinggang Zhan.

"Aku ingin," jawab Zhan pelan. "Aku sangat ingin menelponmu, Yibo." ia mengangkat matanya menatap lurus pada Yibo, "Tapi aku takut ...."

"Kau pikir aku tidak?" goda Yibo lembut. "Aku mencintaimu, Zhan Zhan. Dan perasaan itu tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tapi sekarang semuanya terjadi, perasaan ingin melindungi dan menjaga, menginginkan, dan membahagiakanmu. Sebelum ini tidak pernah kurasakan ada sesuatu yang hilang dalam hidupku. Tanpa kau, Zhan Zhan, hidupku terasa tidak berarti, membosankan, tanpa tujuan."

Zhan tahu maksud Yibo. Ia punya Annie tapi Annie saja tidak cukup lagi untuknya. Ia menginginkan pria ini dalam hidupnya. Membutuhkan Yibo. Mencintai Yibo.

"Menurutmu ini bisa berhasil, Yibo?" tanyanya ragu. "Apa kita berdua bisa melupakan kekecewaan dan kesedihan masa lalu dan saling mencintai?"

"Menurutku, Zhan Zhan. Kita pasti bisa jika berani menjalaninya." Jawab Yibo penuh keyakinan sembari membawa tubuh Zhan mendekat padanya.

"Yakin tidak akan bosan denganku?" godanya sembari memeluk pinggang Yibo.

"Kaulah segalanya yang pernah kuinginkan, Zhan Zhan." ucap Yibo sungguh-sungguh. "Segalanya dan untuk selamanya."

Yibo tidak main-main. Zhan bisa melihat itu dari matanya yang menatap Zhan dengan penuh cinta dan tekad untuk membahagiakan dirinya, dan bahwa Yibo akan mencintainya sebagai satu-satunya dalam hidupnya. Apalagi yang ingin Zhan minta dari pria yang begitu mencintainya?

"Kau mau menikah denganku, Yibo?" tanya Zhan, matanya berkilat jernih.

Pelukan Yibo makin erat, "Kupikir kau tidak akan minta!" senyumnya. Ia menghirup napas dalam-dalam sebelum bibirnya menyentuh bibir Zhan dengan lembut.


--- T H E  E N D ---

❤️❤️❤️





Continue Reading

You'll Also Like

523K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
49.1K 3K 17
[ SEDANG DALAM PROSES REVISI ] Pertemuan singkat membawa ku kepadanya. • Meski waktu dapat di putar aku tidak berpikir untuk mengubah keputusanku; me...
251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.5K 199 6
kisah cinta dua pemuda yang terhalang oleh restu keluarga, mereka terus mencoba berbagai cara agar mendapatkan restu dari keluarga sampai mereka berb...