[My Little Wife]END

By KimJiwoo936

106K 7.2K 235

Seorang pengusaha dari KIM yaitu Kim Seokjin yang terjebak dengan Yoon Jiwoo menikah dengan perjodohan. Jiwoo... More

[My Little Wife] 01
[My Little Wife] 02
[My Little Wife] 03
[My Little Wife] 04
[My Little Wife] 05
[My Little Wife] 06
[My Little Wife] 07
[My Little Wife] 08
[My Little Wife] 09
[My Little Wife] 10
[My Little Wife] 11
[My Little Wife] 12
[My Little Wife] 13
[My Little Wife] 14
[My Little Wife] 15
[My Little Wife] 16
[My Little Wife] 17
[My Little Wife] 18
[My Little Wife] 19
[My Little Wife] 20
[My Little Wife] 21
[My Little Wife] 22
[My Little Wife] 23
[My Little Wife] 24
[My Little Wife] 25
[My Little Wife] 26
[My Little Wife] 27
[My Little Wife] 28
[My Little Wife] 29
[My Little Wife] 30
[My Little Wife] 31
[My Little Wife] 32
[My Little Wife] 33
[My Little Wife] 34
[My Little Wife] 35
[My Little Wife] 36
[My Little Wife] 37
[My Little Wife] 38
[My Little Wife] 39
[My Little Wife] 40
[My Little Wife] 41
[My Little Wife] 42
[My Little Wife] 43
[My Little Wife] 44
[My Little Wife] 45
[My Little Wife] 47
[My Little Wife] 48
[My Little Wife] 49
[My Little Wife] 50 END!!!

[My Little Wife] 46

1.5K 133 9
By KimJiwoo936

Halo🤗
Hayo yg pengen Happy Ending sini nanti jangan lupa Comment😁 intinya makasih ya yang selalu nunggu update ini cerita. Pokoknya love you dah buat kalian💜











































































Happy Reading
































































Seokjin tertidur, bagaimana pun ia kelelahan setelah tadi mengurus beberapa saham yang dikirim kan Namjoon melalui email. Ia tidak tahu saja jika saat ini ia begitu pulas tertidur dan tak mendengar jika putri kecilnya Seojin kembali menangis. Disaat itu, yang mengalami mimpi indah selama satu bulan itu kini membuka matanya dan tersenyum hangat. Ia mencoba mengubah posisi untuk duduk dan menggendong putri kecilnya yang menangis.




Jiwoo sudah sadar beberapa menit setelah ia merasakan suara yang begitu nyaring dan itu adalah putrinya. Ia tidak tahu jika Tuhan mampu mengabulkan keinginannya untuk bisa menggendong putri kecilnya yang selalu ditunggu-tunggu. Ia juga merasa sedih,karena terlalu lama untuk bersama dengan Ajjushi gilanya. Ia rindu semuanya, apalagi kebahagian nya di tambah oleh seorang putri yang saat ini tengah menatapnya namun dalam keadaan tenang tidak menangis.




"Putri bunda cantik sekali hemm...". Jiwoo mengecup pucuk kepala putri kecilnya itu sambil terus memandangnya.



"Maaf, bunda baru sekarang menggendongmu". Lanjut Jiwoo menatap Ajjushi gilanya yang masih tertidur tak terganggu sedikit pun, bahkan Jiwoo tersenyum kala Ajjushi gilanya nampak berusaha mengubah posisi dengan hati-hati karena dikira jika putri kecilnya masih berada di sampingnya.



Jiwoo mengusap rambut Ajjushi gilanya itu guna agar tak mengganggu tidur nyenyaknya.



"Lihat bahkan papa mu sama sekali tak terusik".


"Mbuu... pa...bubu...". Jiwoo terkekeh kecil saat putri kecilnya berusaha untuk berbicara walau ia tak mengerti. Jiwoo mengecup pipi gembul itu sambil menepuk pelan punggungnya agar kembali tidur.



"Saatnya tidur putri kecil bunda hmm...". Jiwoo melepaskan selang infus dan berusaha untuk turun dari atas ranjang namun perlahan agar tak membangunkan Seokjin. Kenapa ia tak membangunkan Seokjin, ia ingin memberikan kejutan untuk Ajjushi gilanya. Ia pun masih tidak mengerti jika saat ini telapak kakinya menapak pada lantai dingin ini.



"Bunda menyayangimu...". Butuh dua menit hingga Seojin kembali tertidur pertanda jika putri kecilnya masih membutuhkan tidur yang begitu lama.





















































"Ahh..aku lupa harus memeriksa Jiwoo". Hoseok bangkit dari duduknya setelah lama ia berkutat dengan Laptop tentang beberapa pasien yang butuh persetujuan operasi besok. Bahkan, Hoseok mengecek jam tangannya jika waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari.



Bergegas keluar sambil memastikan jika ia tidak telat sedikit pun karena kecerobohannya yaitu...lupa. Hoseok yakin jika Seokjin pasti ada di ruang rawat Jiwoo.



"Mian hyeong aku...". Hoseok membelalak terkejut kala ia akan melakukan pengecekkan pada orang yang saat ini berdiri dengan senyuman serta sedang menggendong putri kecil yang telah ia perjuangkan.(Maaf)




"Suttt...nanti Ajjushi terbangun". Bahkan semakin terkejut kala ia bahkan bersuara, sungguh ini adalah keajaiban yang diberikan oleh Tuhan setelah penantian selama satu bulan. Bahkan Hoseok hampir menyerah dan menyarankan pada Seokjin agar merelakan Jiwoo.



"Ji-jiwoo...".


"Eum".



"Woah jinjja...jinjja neo---hah". Hoseok mendekat dan mengusap pipi Jiwoo yang nampak tersenyum hangat padanya. Mengehala nafas lega dengan rasa bahagia yang tak bisa di ungkapkan oleh kata-kata.(Woah benarkah?Benarkah kau--hah)



"Oppa, bisakah kau memindahkan Ajjushi? Aku tak mau ia sakit pada lehernya saat terbangun". Seakan masih terkesima Hoseok gelagapan dan mengangguk untuk memindahkan Seokjin.



Selagi memindahkan Hoseok merasa jika ini adalah mimpi. Ia beberapa kali menampar pipinya, dan bagus jika ia merasakan sakit sekali. Jiwoo bahkan terkekeh sambil menidurkan Seojin perlahan di ranjangnya takut kembali terbangun. Jiwoo berusaha agar putri kecilnya tak terganggu sedikitpun.



"Jiwoo, kau---".



"Gomawoyeo oppa, berkat bantuan mu aku bisa seperti ini". Jiwoo memeluk Hoseok dan menepuk punggung yang lebih tua darinya itu. Hoseok tak bisa berkata-kata bahkan ia malah menangis karena usahanya tidak sia-sia walau hampir menyerah.(Terimakasih)




"Apa ada yang sakit? Seperti dibagian perutmu?". Tanya Hoseok setelah acara mari berpelukan itu selesai.



"Ani,kurasa aku baik-baik saja". Jiwoo mendekat ke arah Seokjin yang masih terlelap itu dengan memberikan selimut yang tadi ia gunakan itu untuk menghangatkan tubuh Ajjushi gilanya ini.



"Apa sesuatu terjadi saat aku tak bisa bersamanya?". Hoseok mengangguk serta mengela nafas lemah.



"Kau tahu jika aku selalu menjadi sasaran amuk darinya. Tapi aku berusaha mengerti jika ia seperti itu karena ingin agar kau tetap hidup dan bahagia bersamanya. Setiap hari, Seokjin hyeong selalu kemari menanyakan keadaan mu yang masih tak ada kemajuan. Kau koma selama satu bulan dan itu membuat Seokjin hyeong nyaris gila jika saja Seojin sumber kebahagiaannya itu selalu menangis seakan jika putri kecilmu itu sama merasa sedih". Jelas Hoseok dan Jiwoo memiringkan wajahnya sambil menatap Ajjushi gilanya.




"Seojin?".



"Eum, Kim Seojin. Hyeong memberikan nama itu pada putri kecilmu Jiwoo yaa". Hoseok kembali memberitahu.



"Saat itu, saat dimana aku pun bingung aku ingin jika seorang putri kuberi nama Seojin karena nama itu sangat dekat dengan Papanya. Kurasa Ajjushi melakukan apa yang menjadi keinginan ku saat itu".




"Bukankah saatnya aku memberitahu yang lain? Mereka pasti sangat senang jika kau sudah bangun dari pasca koma mu itu".


"Jangan, jangan sekarang. Aku yakin jika oppa mengatakannya sekarang pasti mereka akan datang dan aku tidak ingin tidur mereka terganggu. Besok saja emm?".



"Baiklah, kalau begitu kau kembali istirahat beberapa jam lagi akan menunjukkan waktu pagi hari".



"Aku akan istirahat, tapi aku hanya ingin seperti ini dulu Dokter Hoseok ssi?". Jiwoo terkekeh dan Hoseok mengusak rambut Jiwoo gemas.



"Baiklah, jangan lupa istirahat. Kau masih bisa memandanginya setiap hari". Barulah Hoseok pergi keluar dari ruangan Jiwoo. Jiwoo hanya memberikan senyuman dengan semburat merah di kedua pipinya.



"Lihatlah, kau tidur pulas seperti bayi Ajjushi". Jiwoo masih betah memandang Ajjushi gilanya. Namun... suara tangisan Seojin kembali terdengar maka Jiwoo dengan cepat menenangkan putri kecilnya itu dan kembali tertidur.



"Sutt..mimpi buruk ya..tenanglah bunda ada disini sayang".






































































Tepat pukul 06.00 pagi, Seokjin terbangun karena mendengar suara tangisan. Begitu ia beranjak, ia melihat seseorang yang ia nantikan sebulan lamanya ini tengah menenangkan putri kecilnya yang menangis keras. Seokjin melangkah memastikan jika itu adalah Jiwoo. Yang berdiri dengan membelakanginya, Jiwoo nampak menenangkan Seojin yang menangis entah karena apa.



"Sutt...sayang, bunda disini. Maafkan bunda sayang...".



"Ba-baby wife?". Seokjin memanggil Jiwoo dengan masih memastikan hingga...



"Eoh, lihat papa sudah bangun sayang. Berhenti menangis eumm". Seakan dunia yang hampir runtuh baginya itu kembali terenovasi maka Seokjin dengan cepat memastikan bahwa itu adalah My Little Wife nya, Jiwoo nya juga belahan Jiwanya.


"Ka-kau sudah sadar? A-ani kau...". Jiwoo memberikan senyuman sambil mengangguk jika ini memang dirinya.



"Bogosipheo Ajjushi". Jiwoo mendekat tangan kanannya terulur menyentuh pipi Seokjin dengan usapan halus penuh akan kasih sayang.



Seokjin langsung saja memeluk Jiwoo dengan memberikan batasan agar tidak menyakiti putri kecilnya. Seojin kembali menangis dan Jiwoo mendorong Seokjin untuk kembali menenangkan putri kecilnya.



"Aku akan memberikan asi pada Seojin, tunggu sebentar eum?". Seokjin mengerti dan mengangguk. Ia merasa benar dan tidak benar jika ini bukanlah mimpi untuknya. Jiwoo duduk di atas ranjang untuk memberikan asi nya itu pada Seojin.


"Maaf, ternyata putri kecil bunda lapar...". Seokjin masih memperhatikan Jiwoo yang membelakanginya karena tengah memberikan asi pada putri kecilnya. Seokjin segera menghubungi Namjoon untuk memberitahu jika rapat penting diundur dengan otomatis Namjoon menganga bagaimana cara memberitahu mereka secara tiba-tiba.


"Tidak bisa hyeong! Kau sudah tak masuk kantor selama 1 bulan dan aku yang melakukan itu semua".


"Aku akan memberikan upah yang lebih besar untukmu".


"Bukan masalah upah tapi, sebagian penting ini dari luar negeri hyeong aishh jebal datang saja walau hanya satu jam eoh?".


"Aku tidak bisa. Karena aku ingin berdua bersama Jiwoo, dia sudah sadar". Seokjin masih memperhatikan Jiwoo yang nampak menimang putri kecilnya.


"Aku tahu hyeong,jika Jiwoo sadar---MWO?!".(Apa?)



"Gantikan saja jadwalnya aku tutup".


"Ani chakkaman hyeong? Yeobseyeo? Hyeong...ani sajangnim?". Namjoon uring-uringan sendiri dan ia berusaha mengingat jika tidak salah dengar kalau Jiwoo sudah sadar.(Tidak tunggu sebentar!Halo..)



"Hoseok, Hoseok, Hoseok". Namjoon mencari nomor Hoseok."Aku harus menghubungi Hoseok, emmm angkat cepat!". Namjoon nampak tak sabaran hingga..


"Wae?".



"Yak! Benar jika Jiwoo sudah sadar?".


"Eoh, kenapa kau heboh sekali? Aku baru saja tertidur tapi kau---aishh". Kesal Hoseok karena tidurnya kembali tergangu.


"Ja-jadi benar?". Namjoon kembali memastikan.




"Jika kau masih tak percaya kau bisa langsung datang kemari". Setelah itu sambungan panggilan terputus dan Namjoon gelagapan sendiri. Ia harus memastikan sebelum pukuk 07.00 pagi. Karena jika ada alasan seperti ini maka para petinggi penting itu akan memahami jika rapat penting inu batal untuk hari ini.



























Saat ini, Jiwoo memeluk Ajjushi gilanya ini yang sangat manja dan menempel padanya. Bagaimana tidak jika satu bulan penantian membuahkan hasil hingga keajaiban dari Tuhan bukanlah main-main. Seojin tertidur di ranjang tempat Jiwoo tiduri namun,karena saat ini ada salah satu bayi besar yang sangat manja sekali padanya.


"Aku sungguh merindukkan mu..dan aku rasa jika ini adalah mimpi". Untuk kesekian kalinya ucapan dari Ajjushi gilanya ini membuatnya menghela nafas.



"Ajjushi..". Jiwoo mencoba merubah posisi agar Ajjushi gilanya ini duduk tegak dan berhadapan dengannya.


"Hm?".


"Heoksi... apa Ajjushi merawat diri? Aku---tidak tahu kenapa kau tampak berbeda seperti ini". Seokjin tertegun dengan ucapan istri kecilnya, maka ia memberikan senyuman lalu memeluk Jiwoo hati-hati takut melukai.


"Awalnya, aku tidak bisa menjaga diriku. Aku merasa semua telah hilang dan menyerah adalah salah satunya namun...". Seokjin melepas pelukan lalu menangkup wajah istri kecilnya serta mengecup bibir istri kecilnya lembut.



"...baby Seojin seakan mengingatkan ku untuk tidak menyerah untuk sebuah harapan yang sangat kunantikan. Mungkin, baby Seojin juga sama menantikan seseorang yang amat berharga dan pelengkap untuknya".



"Mi-mianhae...".




"Ani, kau tidak melakukan kesalahan. Mungkin inilah cara Tuhan memperlihatkan kasih sayang yang tulus untuk setiap pasangan. Dengan memberikan ujian juga bentuk kesempatan disetiap ujian yang ia berikan". Jiwoo menarik baju Ajjushi gilanya hingga dua bilah bibir mereka bertemu hangat. Bahkan Seokjin terkejut dengan perlakuan istri kecilnya yang sangat tiba-tiba.





Saling melumat penuh rasa emosi akan kerinduan membuat nuasa ruangan begitu romantisme. Jiwoo bahkan tidak sadar jika saat ini ia duduk di pangkuan Seokjin. Kedua tangannya ia lingkarkan di leher Ajjushi gilanya ini dan memperdalam ciuman hangat itu seolah tak ingin terpisahkan barang sedetik pun.



"Ba-baby...". Seokjin menyudahi sesi ciuman itu dan takut akan menjadi sensasi yang lebih panas. Jiwoo berkedip dan masih belum sadar jika dirinya duduk di pangkuan Seokjin.



"Wa-waeyeo?". Tanya Jiwoo yang tidak ada perubahan sama sekali, yaitu polos walau sudah menjadi seorang ibu.


"Kau terlalu bahaya, aku tidak ingin menyakitimu".



"Nan...gwaenchanani-kka".



"Tidak. Kau harus tahu, jika seorang laki-laki memiliki kebutuhan khusus juga dan aku tidak ingin menyakitimu hanya karena itu".


"Apa--ajjushi ingin...melakukan hal itu?". Tanya Jiwoo lagi begitu polos membuat Seokjin mengusap pipi Jiwoo gemas lalu mengecup kening istri kecilnya itu sayang.



"Lebih baik kau istirahat hmm? Aku akan menghubungi eomma dan appa juga eomonim dan abeonim". Jiwoo turun dari pangkuan Seokjin dan mengangguk mengerti setelah itu Jiwoo menghampiri Seojin putri kecilnya yang terlelap beberapa saat lalu.


"Aiguu putri kecil bunda...mimpi indah sayang...".
































"Jinjja? Kuharap ini benar Jim". Yoongi terkejut bahkan ia yang dalam keadaan rapat penting saat ini hanya menjadi pandangan aneh untuk para pemegang saham yang ingin bekerja sama dengannya.


"Jinjja hyeong, aku akan pergi ke Rumah Sakit sekarang..aku akan mengirimkan foto padamu". Ucap Jimin yang tergesa untuk memberitahu eomma dan appanya.


"Besok, aku akan datang ke Seoul". Mutlak Yoongi yang masih membuat para pemegang saham itu bingung siapa yang menghubungi Yoongi.



"Eoh, aku menunggu mu hyeong". Sambungan panggilan terputus. Namjoon memberitahu Jimin, bahkan Namjoo bergegas menuju Rumah Sakit untuk memastikan juga.



"Eomma! Appa!". Teriak Jimin hingga kedua orang tuanya menghampiri Jimin.




"Ada apa? Kenapa kau berteriak?". Tanya Tuan Yoon yang merasa khawatir akan suatu hal.


"Eomma, appa...Jiwoo---".



"Kenapa? Jiwoo kenapa nak? Apa sesuatu terjadi hmm? Katakan". Ny.Yoon meraih kedua tangan Jimin dan berharap bukan kabar buruk.



"Tuhan mau mendengarkan do'a kita..Jiwoo sadar, Namjoon hyeong yang mengatakan hal itu".


"Benarkah? Oh sesange..Putri kita yeobeo". Ny.Yoon memeluk Tuan Yoon menangis bahagia jika putri mereka bangun dari koma nya selama satu bulan ini.



"Kajja eomma appa,aku ingin melihat adik kecilku". Lantas tanpa ada halangan apapun Jimin menyiapkan mobil dengan dirinya sebagai sopir dan kedua orang tuanya duduk di kursi penumpang.









































"Yeobseo eomma...datanglah ke Rumah Sakit sekarang. Jiwoo sudah sadar".

"N-nde? Benarkah itu?". Tanya balik ibu Seokjin sambil mengucapkan rasa syukur pada Tuhan.

"Emm, aku harap ini bukanlah mimpi namun...ini memang kenyataan eomma. Datanglah kemari dan lihat menantumu yang saat ini tengah menenangkan putri kecil ku". Seokjin melihat Jiwoo tengah mengendong Seojin yang kembali terbangun.


"Eoh arraseo, eomma akan datang dengan appa mu...jaga menantu dan cucu eomma Seokjin ah".


"Emm, tentu". Sambungan panggilan terputus secara sepihak dan Seokjin kembali mendekat pada Jiwoo. Memeluk istri kecilnya dari belakang, saling menatap pada putri kecil mereka yang sama tengah menatap kedua orang dewasa yang menjadi orang tuanya.

Sebelum itu,Namjoon kembali menghubungi Seokjin untuk memastikan dan saat itu juga Namjoon di perintahkan oleh Seokjin untuk memberitahu Yoongi, Jimin juga mertua nya. Namun, Namjoon hanya memberitahu Jimin karena Jimin saat itu tengah berada di Rumah. Yoongi telah diberitahu oleh Jimin tinggal ke empat temannya Jiwoo yang belum tahu saat ini. Karena mereka kuliah di luar negeri, mungkin dengan video call akan membuat mereka tahu.


"Sayang...rindu bunda hmm? Lihat papa mu manja sekali". Sindir Jiwoo dengan kekehan kecil bahkan Seojin nampak memberikan senyuman kecil seolah mengerti.


"Aku tidak manja. Aku hanya memelukmu baby...".


"Begitukah? Ahh yaa, berhenti memanggilku dengan sebutan bayi. Karena panggilan itu untuk putri kecil kita".


"Benarkah?". Seokjin mengecup setiap inci leher putih istri kecilnya hingga terakhir...



Cup..


"Saranghae...geurigu, gomawo dorawaneunde". Mengecup bibir istri kecilnya sekilas dan saling menatap dengan senyuman bahagia kedua orang itu.(Aku mencintaimu..juga,terimakasih karena kau kembali)




































































































Bersambung...

Maaf telat update tiba2 saja jadwal kerja gue padat banget jadinya sore gini gue update. Maaf nggk nepati janji seperti biasanya update😭

Btw, yang minta Jiwoo buat bangun lagi ayo Comment eoh? Moga nggk makin gaje ya cerita gue ini..

Makasih untuk 20k yang sudah nambahin cerita ke reading list kalian juga Vote dari kalian...

Nan neomu manhi saranghae💜

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 167 9
menceritakan kisah seorang mafia tampan bernama jenova althenio albert yang menikah dengan gadis cantik nan penurut bernama jeonira aldira saxira Me...
405K 4.3K 85
ā€¢Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre ā€¢woozi Harem ā€¢mostly soonhoon ā€¢open request High Rank šŸ…: ā€¢1#hoshiseventeen_8/7/2...
1M 83.8K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
2.5K 96 25
selamat datang di cerita pertama ku semoga kalian suka.šŸ°šŸ° Berawal dari terjebak hujan Dan memilih berteduh di halte dekat sekolah, siapa yang menya...