PELAKOR KECIL (Tamat)

By Ririn_f

79.1K 4.1K 193

Hanya dengan kedipan mata maka seluruh pria di dunia ini akan tunduk pada Olivia. **** Olivia adalah gadis ya... More

prolog
1. Gadis jenius dan rahasianya
2. Tawaran
3. Pria menyeramkan
4. Harapan
5. Rencana jahat
6. Pembullyan
7. Gadis yang malang
8. Rahasia yang terbongkar
9. Mimpi
10. Peduli
11. Pelukan
13. Rindu terbayar dan Es krim
14. Fitnah
15. Kebohongan
16. Kepura-puraan
17. Gadis paling imut
18. Hampir mati
19. Kemarahan
20. Chris yang sebenarnya
21. Kepergian Jeremy
22. Kejengkelan
23. Pesta
24. kelinci kecil
25. Dua pria menyebalkan
26. Rumah Olivia
27. Masakan
28. Pulau pribadi
29. Perasaan yang harus di hindari
30. Ingatan masalalu
31. kebenaran yang mengejutkan
32. Wanita jahat
33. wanita jahat beraksi
34. Ancaman wanita jahat
35. tawaran
36. Keputusan
37. Psikopat gila
38. Kebahagiaan (tamat)
promosi
sekuel PELAKOR KECIL
Cerita Baru
Dandelion
Girl In Glove

12. Salah paham

1.6K 96 3
By Ririn_f

Setelah bel pulang berbunyi, Olivia merapikan buku-buku kualitas rendahnya dengan hati-hati, lalu memasukkan semuanya ke dalam tas usangnya yang bahkan tidak pernah di ganti walaupun ribuan musim telah berlalu. Ia belum sempat membeli tas selama ini, karena ada banyak kebutuhan yang lebih penting, selain tentu saja bayar hutang pada rentenir. Dan beginilah bentukan tasnya sekarang, buruk dan di beberapa tempat sudah rusak.

Setelah menghela nafas beberapa kali dan melihat keadaan di luar kelas yang sudah sepi, ia beranjak keluar. Derap langkahnya terdengar ke seluruh penjuru koridor. Siswi-siswi yang lain pasti akan merasa tengah berada di dalam scene seram film hantu, kemudian berlari ketakutan setelah mendengar sedikit suara aneh dari dahan kayu yang menggores tembok. Berbeda dengan Olivia yang malah merasa nyaman, semua orang tahu bahwa ia adalah gadis aneh yang suka suasana sepi tanpa teman, dan Olivia pun mengakuinya. Lagipula buat apa mempunyai teman yang banyak kalau mereka semua memakai topeng berlapis untuk saling mengelabui satu sama lain .

Sesampai di parkiran Olivia langsung mendekat ke arah sepedanya, dan betapa terkejutnya dia karena sepedanya sudah berubah warna dari merah muda menjadi berwarna warni bekas cat semprot. Dia melirik hati-hati ke arah kedua bannya sambil berdoa semoga saja benda itu tidak kempes. Menghela nafas lelah setelah melihat ternyata kedua ban sepedanya kempes parah.

Olivia tahu betul siapa yang melakukan ini. Sudah pasti ke 5 anak orang kaya itu, yang tidak tahu cara bercanda seperti apa. Andai saja mereka tahu bagaimana susahnya Olivia mendapatkan sepeda ini, pasti mereka akan menangis tersedu-sedu sambil meminta maaf, ya itu kalau mereka punya hati, tetapi sepertinya mereka tidak punya, ingat hal apa yang terakhir kali anak-anak itu lakukan kepada Olivia.

Olivia hanya menghela nafas, berharap kejadian seperti ini tidak akan pernah terulang lagi. Masih untung sepedanya yang jadi korban, bukan dirinya.

"Nona Olivia."

Dengan kesiapan diri yang masih marah di dalam hati kepada anak-anak orang kaya itu, Olivia refleks menoleh ke arah orang yang menegurnya dengan sedikit aneh, seolah-olah gadis lemah seperti dirinya akan siap untuk memukul seseorang. Namun senyum cerah dari pria paruh baya yang tadi baru saja berbicara membuat Olivia merasa reaksinya terlalu berlebihan.

Pria itu tengah mendorong speda, yang terlihat tidak ingin sama sekali ia naiki. Olivia Merasa pernah melihat orang ini, tetapi ntah di mana.

"Ini speda dari tuan Jeremy," katanya membuat Olivia bingung.

"Aku sopirnya tuan muda Jeremy. Dia menyuruhku untuk membelikan sepeda untuk nona Olivia," katanya lagi.

"Itu untukku?" Olivia menunjuk sepeda itu.

"Iya nona. Tadi ia melihat speda nona di coret-coret, lalu ia menyuruhku untuk membelikan nona yang baru. Awalnya ia yang ingin memberikan ini secara langsung, tetapi ia sedang ada hal mendesak yang harus di lakukan," jawab pria itu. Memangnya apa urusan yang terlalu mendesak untuk siswa SMA.

"Aku tidak bisa menerimanya. Bawa saja kembali," tolak Olivia. Ia berfikir seharusnya Jeremy tidak perlu berlebihan seperti ini. Olivia tidak pernah mengharapkan untuk di bantu. Terlalu besar hal yang harus di korbankan sepertinya jika menerima bantuan dari Jeremy.

Mengacuhkan orang tadi, Olivia meraih sepeda miliknya dan mendorongnya meskipun agak sulit karena kedua bannya kempes.

Melihat itu pria paruh baya tadi segera merebut speda Olivia dan menggantikannya dengan yang baru. Lalu dia pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Olivia hanya ternganga melihat kepergian pria itu karena belum sempat mengatakan apa-apa. Setelah itu ia memandang sepeda yang sudah berada di tangannya, bingung harus mengambilnya atau tidak.

Setelah beberapa saat, mengabaikan segala gengsi yang membuat rugi, diapun mengambilnya saja. Dari pada harus jalan kaki dan menaiki taksi menggunakan uangnya yang pas-pasan. Olivia menaiki sepeda itu keluar sekolahan. Mengayuhnya dengan mudah, merasakan halusnya, berbeda dengan sepeda bututnya.

Olivia meyakinkan diri. Jika punya uang nanti, ia akan mengganti uang Jeremy yang di pakai untuk membeli sepeda ini. Ia tidak ingin berhutang apapun pada orang lain, karena suatu saat nanti, mungkin orang itu akan menagihnya.

***

Piring itu berdecit saking sudah bersihnya di cuci oleh Olivia. Seperti biasa, ia bekerja sebagai tukang cuci piring. Namun hari ini agak sedikit lain, Olivia agak canggung dengan orang-orang di sekitarnya karena kejadian kemarin.

Tadi Olivia sedang duduk-duduk di rumahnya sambil memikirkan pekerjaan apa yang akan ia kerjakan untuk mendapatkan uang, karena ia mengira dirinya sudah di pecat dari restoran. Tetapi tiba-tiba handphone bobroknya berdering tanda seseorang menelpon. Dan betapa terkejutnya ia saat orang dari restoran CH seafood yang menelponnya dan menyuruhnya untuk kembali bekerja. Dengan senang hati Olivia pun datang dengan segera ke tempat ini.

Walaupun sesampainya di sini banyak yang berbisik-bisik aneh saat melihatnya. Mungkin bertanya-tanya apa sebenarnya hubungannya dengan pak Chris karena kejadian kemarin. Walaupun begitu Olivia tetap mantap melangkah, karena tujuannya di tempat ini hanya mencari uang, bukan mencari apa-apa.

"Kau berhasil membuat dia di pecat," kata seorang wanita pada Olivia, yang ia tahu namanya Julia. Wanita ini adalah salah satu pelayan senior di restoran ini.

"D......dd...dia siapa?" Tanya Olivia tergagap, hal yang sering ia lakukan saat berbicara dengan orang baru.

"Pak David."

Olivia terkejut.

"Tidak mungkin dia di pecat," kata Olivia tidak percaya.

"Dengar Olivia. Yang aku katakan ini benar, ntah ada hubungan apa kau dengan pak Chris sehingga dia membelamu sampai-sampai dengan mudahnya memecat manager restoran yang bahkan sudah bekerja saat restoran ini baru di buka."

Olivia memperhatikan bibir wanita ini yang sedang berbicara. Bibirnya merah sekali karena lipstik yang ia pakai, membuat Olivia bertanya seberapa banyak ia menggunakan benda itu di bibirnya.

Namun Olivia segera menjauhkan pemikirannya dan kembali pokus ke permasalahan ini. Seharusnya pak Chris tidak berlebihan, ia tidak perlu memecat pak David yang sudah berkerja lama hanya untuk tukang cuci piring yang bahkan belum berpengalaman seperti dirinya.

"Dan walaupun kau di perlakukan berbeda oleh pak Chris. Kami akan tetap memperlakukanmu sama seperti yang lainnya, ingat itu," kata Julia. Lagipula Olivia tidak ingin di perlakukan berbeda.

Wanita itu pun pergi meninggalkan Olivia tetapi beberapa menit kemudian dia kembali membawa banyak piring kotor dan meletakkan di depa Olivia.

"Cuci ini," kata wanita itu sarkas lalu pergi.

Beberapa menit kemudian piring semakin banyak dan menumpuk. Wanita tadi terus membawakan Olivia lagi dan lagi membuat tangannya terasa pegal.

"Olivia," suara seorang laki-laki dari arah belakangnya, membuat Olivia menengok dan menghentikan aktivitasnya untuk sementara. Di sana berdiri salah satu karyawan berperawakan kurus dan pendek. "Seseorang ingin bertemu dengan mu," lanjut laki-laki itu.

Setelah mencerna semuanya dengan otaknya, Olivia jadi bertanya-tanya siapakah yang repot-repot ingin bertemu dengannya. Kemudian setelah itu muncul beberapa kandidat di dalam kepalanya, yang pertama adalah pak Chris dan setelah itu pak Robert, dua orang ini sepertinya yang paling mungkin, karena Olivia akhir-akhir ini sering berurusan dengan dua pria penting ini. Tetapi mengingat di mana dia berada sekarang, mungkin itu pak Chris.

Olivia berjalan sambil mengikuti laki-laki tadi, melewati beberapa pelanggan yang masih duduk menikmati makanan mereka walaupun sudah larut malam. Beberapa karyawan lain memandang Olivia bertanya-tanya dalam hati tentang gadis itu, lagi.

Laki-laki itu membawa Olivia ke meja yang terletak agak pojok mendekati pantai. Pantai begitu indah terlihat dari tempat ini. Sepertinya ini adalah tempat khusus karena terpisah dari tempat pelanggan biasa.

Olivia melihat di sana tengah duduk seorang wanita, yang terlihat cantik dengan dres ketat yang pas di tubuh rampingnya. Di pundaknya tersemat pakaian hangat melindunginya dari dinginnya malam. Olivia bertanya-tanya siapakah orang ini, tetapi tunggu, Olivia pernah melihatnya di suatu tempat.

"Ini dia bu," kata laki-laki tadi sopan dengan sikap hormat.

"Saya permisi," katanya lagi. dia lalu memberi isyarat kepada Olivia supaya mendekati wanita itu.

Sementara itu Elena mengalihkan pandangannya dari laut ke arah Olivia. Ia menelitinya sebentar dengan pandangan yang tidak mengenakkan. Setelah itu ia baru mengingat pernah bertemu gadis ini beberapa Minggu yang lalu di tempat ini saat ingin makan malam bersama Chris. Elena ingat gadis ini menolak cinta Jeremy.

Sekarang Elena baru paham kenapa gadis seperti ini menolak Jeremy, pasti ia tengah mengincar yang lebih segalanya dari Jeremy, dan tentu saja itu Chris. Buktinya adalah, adegan berpelukan itu.

Elena tahu gadis ini yang di peluk Chris waktu itu karena menyelidikinya dan bertanya pada beberapa karyawan di sini.

"Kamu Olivia?" Tanyanya, bahkan suaranya pun terdengar merdu di telinga Olivia. Jujur Olivia mengagumi wanita ini bahakan dari awal melihatnya.

"Iya," ucap Olivia pelan dan kecil.

"Saya Ellena Willson, istri Chris."

Perkenalan tidak terduga wanita ini menjelaskan kenapa Olivia pernah melihatnya di suatu tempat. Lalu mengangguk pelan, sambil masih mengagumi bagaimana cantik parasnya. Pak Chris memang tidak salah dalam memilih pasangan.

Sementara itu Ellena berpikir tidak mungkin sekali Chris akan menyukai Olivia. Karena di lihat dari manapun, gadis ini terlihat seperti gelandangan, lusuh sekali. Setidaknya itu yang terlihat di mata Ellena sang fashionista sejati. Bahkan ia mendengar bahwa gadis ini diam-diam membawa pulang lobster, membuatnya ingin tertawa keras. Kehidupannya pasti sulit.

Gadis ini benar-benar bukan tipe Chris sekali. Dia tidak tinggi, bentuk tubuhnya pun tidak bagus, dan tidak lupa dia terus menunduk seperti telah kehilangan kepercayaan diri. Jadi apa yang gadis ini miliki selain umurnya yang muda, tentu saja dia tidak punya apa-apa.

Setelah selesai menelitinya.
"Apa hubunganmu dengan suamiku,?" Tanya Ellena pada Olivia tanpa basa-basi.

"Apa kau tidur dengannya?" Tanyanya membuat Olivia hampir-hampir tersedak ludahnya sendiri.

"Tidur??, Maksud ibu apa?" kata Olivia kali ini memandang wanita itu tajam. Bukannya dia tidak mengerti maksud wanita ini apa. Dia mungkin adalah gadis kecil yang lugu dan tak tahu apa-apa. Tetapi soal tidur ini, dia tau betul maksudnya. Karena dulupun Olivia sering mendengar ejekan teman-temannya bahwa ibunya sering tidur dengan banyak laki-laki berbeda. Tentu karena dia jalang, dan wanita ini jelas-jelas mengira dirinya ini jalang juga.

"Dengar kan aku gadis kecil. Jika uang yang kau inginkan dari suamiku, maka jauhi dia. Aku akan memberikan uang yang banyak untuk mu."

Lagi-lagi perkataan wanita ini membuat Olivia tidak habis pikir. Tadi dia berkata tidur sekarang uang. Jelas-jelas dia telah salah paham.

"Ibu salah paham. Aku dan pak Chris tidak punya hubungan ......."

"Lalu kenapa kau berpelukan dengannya," suara Elena meninggi membuatnya terdengar ke seluruh ruangan. Matanya melotot marah.

"Aku...aku...hanya." Olivia tidak tau harus menjelaskan apa, karena memang tidak ada apa-apa. Waktu itu pak Chris pasti hanya replek memeluknya karena dia terlihat sangat sedih, dan kejadian itu pun berlalu begitu cepat.

Elena meraih amplop coklat di atas meja yang terlihat mengembung karena isinya terlalu banyak. "Ambil ini dan jauhi suamiku." Katanya menyodorkan pada Olivia.

Olivia bergeming, enggan meraih  benda yang ada di tangan wanita kasar itu.

"Ini uang, bukankah ini yang kau inginkan."

Olivia masih diam. Wanita ini telah salah menilainya, ia bukan gadis materialistis. Ya mungkin ia sangat perlu uang, tetapi membayangkan mendapatkan uang dari mendekati pria kaya saja tidak pernah sekalipun ada di dalam pikirannya, tidak pernah sekalipun.

"Pergilah sejauh-jauhnya dari tempat ini," kata wanita itu lagi.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menerima uang itu, karena aku tidak menginginkannya. Lagipula aku pun tidak punya hubungan apa-apa dengan pak Chris. Dia hanya guru di sekolahanku dan juga kebetulan menjadi bos dari restoran tempat ku bekerja. Terserah ibu mau percaya atau tidak, yang jelas aku tidak punya hubungan apa-apa dengannya."
Olivia Jujur mengatakan hal ini.

"Ibu bisa bertanya langsung dengan suami ibu. Lagipula siapa aku sehingga bisa membuat pak Chris suka padaku dan meninggalkan ibu," lanjut Olivia.

***

Ellena berjalan cepat keluar dari restoran di ikuti supirnya. Ia benar-benar kesal sekali kepada Olivia. Menurutnya gadis itu terlalu sombong mengingat keadaannya seperti apa.  Berani-beraninya ia menolak uang yang banyak dan bahkan pergi meninggalkan Ellena tadi setelah mengatakan hal yang seolah-olah mengejek.

Ellena kesal sekali. Jika bisa, ia akan menendang gadis itu keluar dari restoran ini sekarang juga. Tetapi mengingat bagaimana Chris membelanya, ia jadi tidak berani. Pasti gadis itu cukup penting, jika manager restoran yang sudah berjasa bertahun-tahun saja bisa di pecat. Memikirkan hal itu membuat Elena semakin kesal. Tidak ada yang boleh di perlakukan lebih dari dirinya oleh Chris.

Sementara itu Olivia kembali ke dapur dan mencuci piring yang makin bertambah banyak.

Olivia benar-benar tidak habis pikir dengan wanita tadi. wajahnya yang bak Dewi itu ternya menyembunyikan sipatnya yang amat sangat jelek. Ia tahu betul bahwa wanita itu hanya ingin melindungi suaminya, Olivia memahami itu sebagai sesama perempuan. Tetapi Olivia benar-benar tidak pernah berfikir ingin berhubungan lebih dengan pak Chris. Mereka hanya seperti saat ini, sebatas guru dan murid saja, tidak akan pernah lebih.

Wanita itu pasti sangat menyayangi pak Chris sehingga hanya dekat dengan gadis seperti dirinya saja wanita itu sudah ketar-ketir merasa khawatir suaminya akan di rebut. Lagipula Olivia tidak akan pernah merebut siapapun dari siapapun.

"Apa yang kau bicarakan dengannya?" tanya Julia tiba-tiba sudah berada di belakang Olivia, tetapi sekarang tanpa membawa piring kotor.

Olivia hanya diam, sambil masih pokus ke piring kotor.

"Pasti dia sangat khawatir suaminya akan berpaling ke gadis sepertimu." Julia tergelak, seolah-olah hal itu adalah komedi baginya.

"Aku lihat mukanya tadi saat keluar dari sini, benar-benar tidak mengenakkan. Bahkan make-upnya yang tebal itu tidak bisa menutupi kemarahannya." Dia tertawa lagi sekarang cukup keras, membuat Olivia memandang Julia aneh, sambil berpikir ntah ada dendam apa wanita ini pada Ellena. Dia tampaknya sangat senang melihat wanita itu kesal.

Melihat Olivia memandanginya aneh Julia langsung membentaknya. "Kenapa kau memandang ku begitu, cuci itu dengan benar." Suruhnya seolah-olah dialah yang berkuasa di tempat ini. Diapun berlalu pergi meninggalkan Olivia.

***

Olivia keluar dari restoran sambil memijit-mijit tangannya yang terasa pegal sehabis mencuci bertumpuk-tumpuk piring kotor. Ia pulang sendirian seperti biasanya, namun kali ini tanpa menggunakan sepeda. Olivia sengaja tidak membawa sepeda karena rumahnya lumayan dekat dengan restoran. Lagipula itu adalah sepeda pemberian Jeremy, ia merasa agak segan untuk memakainya. Ia juga masih pusing mengingat ntah bagaimana harus mengganti uang Jeremy nantinya. Jujur saja selama ini ia jarang sekali memegang uang, karena setiap uang yang di hasilkan oleh nya selalu langsung di serahkan kepada pak Johan.

Olivia melanjutkan langkahnya kemudian memeluk dirinya sendiri karena udara dingin yang berhembus dari laut. Udara malam memang menjadi sangat dingin di jam-jam seperti sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 11:00 malam, keadaan sekitar pun sepi sekali.

Beberapa menit berjalan Olivia akhirnya hampir sampai di rumahnya, tetapi setelah melihat sebuah mobil di pinggir jalan dekat rumahnya ia segera bersembunyi. Itu adalah mobil pak Johan, pria tua itu pasti datang untuk menagihnya lagi bersama anak buahnya.

Olivia segera pergi ke arah lain, bermaksud bersembunyi di tempat yang lebih aman. Ia duduk di dekat pagar milik salah satu tetangganya, di sinilah tempat persembunyiannya kalau sedang seperti saat ini. Ia lebih baik bersembunyi dari pada harus menemui orang tua itu yang selalu saja memukulnya. Walaupun ia harus bersembunyi sampai pagi, sampai orang itu pergi, ia sanggup.

Namun besok paginya ia berlari kecang di koridor Sekolahan dengan penyesalan di dalam dada, ia sepertinya tidak bisa menunggu pria jahat itu pergi sampai pagi, makanya ia menjadi tidak pokus dan tertidur. Beberapa siswa-siswi memandang keluar jendela karena mendengar suara sepatunya yang cukup keras. Ia sudah terlambat ntah beberapa menit. Sebenarnya ia tidak pernah seperti ini sebelumnya, tetapi sekali lagi gara-gara kemarin malam menunggu pak Johan dan anak buahnya pergi, ia tertidur dan terbangun ke siangan di atas rumput, seolah-olah sedang tertidur di hotel mewah saking nyenyaknya. Sebenarnya ia juga kelelahan kemarin malam karena mencuci piring sebegitu banyaknya.

Olivia masuk ke dalam kelasnya terengah-engah semua mata tertuju kepadanya, dan seperti biasa Olivia hanya menunduk. Untung guru belum masuk, membuatnya menghela nafas lega, kemudian duduk di bangkunya.

***

"Apa kalian tidak curiga pada pak Chris," Kevin tiba-tiba memecahkan ke heningan di antara mereka berlima. Tetapi tidak ada satupun yang memperhatikannya, karena yang lain sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Jam istirahat beberapa menit lalu berbunyi, ke lima anak orang-orang kaya ini sedang berkumpul di tempat khusus mereka. Beberapa makanan sudah tersedia di sana makanya mereka tidak perlu ke kantin.

"Jangan-jangan dia ada hubungan dengan Olivia, gadis itu."

Semuanya langsung memandang Kevin, dengan ekspresi berbeda-beda.

"Dengar, aku tidak sebarangan mengatakan ini. Ingat saat kita berlima di panggil ke ruangan kepala sekolah waktu itu." Katanya membuat semua orang langsung membongkar ingatan itu di antara ingatan yang lebih baik lainnya.

"Pak Chris memperingati kita untuk tidak menggangu Olivia. Kalau sampai kita mengganggunya lagi dia akan mengeluarkan kita dari sekolahan ini." Lanjut Kevin.

Maria memutar bola matanya jengah mendengar ke curigaan Kevin yang benar-benar mustahil, dia pasti terlalu sering membaca novel.

Sementara yang lainnya masih mendengarkan.

"Dia bahkan berbicara seperti itu kepadanya," Kevin menunjuk Carles. "Yang adalah keponakannya sendiri."

"Dia adalah selingkuhannya pak Chris, maksud mu?" Tanya Zoe dengan nada malas. Jika memang itu benar, ini lebih baik dari pada gadis itu merebut Jeremy darinya.

Kevin mengangguk membenarkan perkataan Zoe.

"Apa kau mau mati. Kau secara tidak langsung menghina bibiku. Itu artinya kau sedang mengatakan bibiku kalah dengan gadis semacam dia." Carles memelototi Kevin sambil menyiapkan tinjunya untuk memukul temannya itu.

"Iya, Kevin sedang menghina seorang Elena Willson," Stuart menimpali.

"Tunggu-tunggu aku tidak bermaksud seperti itu." Carles menghentikan tinjunya yang hampir mengenai muka Kevin. "Aku kan hanya curiga," katanya lagi. Carles menarik tinjunya batal memukul Kevin dan memikirkan perkataan laki-laki itu bisa saja terjadi.

"Kalau kau mengatakan Jeremy menyukai gadis itu, baru itu benar," kata Stuart sambil masih menatap layar handphone nya. Mendengar hal itu Zoe memelototi Stuart, namun laki-laki itu tidak memandang ke arahnya.

Zoe beranjak dari duduknya kesal dan langsung pergi keluar dari ruangan itu, Maria mengikutinya.

Continue Reading

You'll Also Like

22.9K 532 15
Dua orang sahabat saling jatuh cinta, tapi berusaha saling menutupi satu sama lain. Rony yang terkadang berubah ketika ia memliki pacar sedangkan Sal...
274K 14.2K 45
Naura Annisa gadis yang baru saja menyelesaikan pendidikan SMA nya tiba-tiba dilamar oleh dua pria yang tidak dikenal nya. Dan paling parah kedua pri...
3M 23.9K 45
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2.1M 30.2K 27
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...