3 SOMETHING ABOUT LOVE

By diviana90

112K 14.5K 962

(Cerita sudah lengkap, silahkan follow untuk membaca) ⚠️ WARNING!!!!! 21+ ⚠️ (Cerita ini merupakan CERITA DE... More

Bab 1
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
⚠️ Bab 19 ⚠️
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
END
DITA X RAGA STORY

Bab 2

5.2K 597 10
By diviana90

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya ...

****

"Budi Sudarsono—arsitek, 28 tahun, single, assetnya rumah mewah warisan keluarganya di Bogor dan satu rumah minimalis buatan dia sendiri. Asik banget diajak ngobrol, doi bisa lo ajak ngobrol apapun," ucap Dita tiba-tiba.

Naura yang baru saja sampai di cafénya mengerutkan kening, "Maksudnya apaan Dit?"

Dita mengangkat tangannya, mengisyaratkan Naura untuk berhenti dan menunggunya sebentar. Gadis itu sibuk menatap ponselnya kemudian berkata, "Bakti Cendana, Dokter gigi, punya klinik sendiri, orangnya ganteng tapi agak pendek karena dia bilang 170cm sementara lo aja 165cm, berjiwa sosial yang tinggi karena dia banyak ikut volunteer sana-sini, assetnya baru gedung klinik punya dia aja tapi lumayan karena kliniknya pun oke banget, peralatannya juga modern."

"So?" tanya Naura.

Dita menggeleng, "Ini aja deh ini," sambarnya, "Agung. Sesuai dengan namanya, dia super megah, mewah, dan luar biasa tegas karena dia rektor muda di Universitas terkemuka banget di sini gila anjir! Dia rektor mudanya SFW University! Oh My God! Inimah buat gue ajaa!" seru Dita. Dia yang sibuk sendiri, dia juga yang histeris sendiri. Naura sampai kebingungan melihatnya.

"Dit, mending lo duduk dulu deh," ujar Naura.

Dita menghela napas. Ia menatap Naura, "Budi, Bakti, Agung. Gue udah pilihin orang-orang terbaik yang sepertinya bisa menggantikan si Radhi dalam hidup lo. Gimana? Lo mau pilih yang mana?" tanyanya.

Sekarang Naura mengerti kemana arah pembicaraan Dita.

"Ya ampun, jadi lo sebutin nama dan keunggulan-keunggulan tadi tuh buat dikenalin ke gue?" tanyanya.

Dita mengangguk.

"Inisiatif banget ya gue punya temen," kata Naura.

Dita tersenyum, "Karena gimana pun juga lo harus cepet move on Naw. Sekarang mungkin lo baik-baik aja, bahkan kemarin lo bisa nyantai banget kasih amplop isi buku tabungan ke si Radhi, tapi besok-besok? Siapa yang tahu?"

Jangan dulu berpikir kejadian esok hari. Semalam saja Naura sudah menangis sampai dia ketiduran. Kalau Dita tahu, bisa gawat.

"Gue banyak kerjaan kok Dit, lo nggak usah khawatir. Soal lupain mah, masalah waktu," sahut Naura.

Dita menggeleng, "No. lupain cowok tuh, sama cowok lagi. Kalau lo sakit karena cowok, maka obatnya ya cowok lagi."

"Ya ampun, teori dari mana itu?" tanya Naura tak menyangka.

Dita menyombongkan dirinya, "Dari pengalaman gue," sahutnya.

"Nanti deh. Gue beresin kerjaan hari ini dulu Dit," putus Naura.

Dita menatap sahabatnya lekat-lekat. Baiklah. Sampai di sini saja dulu.

"Kalau gitu kita meeting setengah jam lagi ya! Gue nunggu Mas Raga dateng," ucap Dita.

Naura mengangguk dan tersenyum. Kemudian ia membuka laptopnya dan fokus pada pekerjaannya hari ini.

Naura adalah seorang Manager café milik omnya, ia sudah mengelola café ini selama lima tahun—sama dengan usia hubungannya dengan Radhi karena mereka juga bertemu di café ini. Oh, sial sekali. Sampai kapan ia akan mengingat nama Radhi dalam benaknya?

*****

"Menurut gue, dari pada kita saingan sama café lain, mending kita buka franchise aja buat mereka," ucap Naura. Raga—partnernya dalam menjalankan café ini mengangguk setuju.

"Akhir-akhir ini penjualan kita menurun karena banyak banget café yang nyediain menu yang sama, tapi nggak bisa dipungkiri kalau kita punya menu khas yang nggak bisa mereka tiru," sahut Raga.

Dita mengangguk, "Mungkin bisa ditiru, tapi rasanya beda," katanya.

Kedua orang di hadapannya mengangguk.

"Makanya menurut gue akan lebih baik kalau kita buat proposal kerjasama, penawaran untuk frenchise tapi kita buat dua metode. Yang satu dibawah nama kita, yang satu pake nama mereka, terserah."

"Tapi kan mereka pake produk kita Naw," sanggah Raga.

Naura menggeleng, "Nggak gitu Ga. Jadi gini, kita buka kursus buka café buat mereka-mereka yang mau bikin café. Yah, kayak orang kursus jadi MUA, dia buka sendiri juga pake namanya dia kan?"

Raga dan Dita memiringkan kepalanya untuk berpikir.

"Dari pada mereka niru kita dan plagiat rasa dari café kita bahkan suasananya, mending kita ajarin aja langsung. Kita kasih tahu gimana caranya ngolah kopi yang enak, kita kasih metode yang selalu kita pake buat bikin toast dan makanan lain, lalu kita kasih juga ide dan kiat-kiat marketing kita."

"Naw. Lo serius? Bocorin dapur kita dong ini," kata Dita.

Naura menggeleng, "Yang namanya ilmu, ketika kita bagikan sama orang, gak akan sama pemahamannya sama kita. I mean, bisa aja tujuannya sama tapi caranya berbeda, atau bahkan sebaliknya? Simpelnya sih ilmu kalau dibagi nggak akan berkurang, dan yang sampe ke orang yg kita ajarin juga nggak akan 100% kok."

"Kata siapa itu?" tanya Dita.

Naura tersenyum getir, "Kata Radhi," sahutnya.

"WAH. KALAU SOAL NGAJARIN ORANG MEMANG PINTAR BETUL MANUSIA SATU ITU," teriak Dita. Emosi.

****

Dear Naura,

Saya dari WO We dream Together. Untuk uang pembatalan WO sudah masuk ya Kak, sesuai prosedur dari kami jika ada pembatalan, dana bisa dikembalikan dalam waktu 3 bulan. Silakan cek rekening kakak dan konfirmasi kepada kami apabila dana pembatalan sudah diterima dengan baik.

Regards,

We Dream Together team.

Naura menatap email yang masuk ke ponselnya dengan tatapan kosong. Ia sudah membaca semuanya dan paham dengan isinya. Matanya tetap sama namun jemarinya sibuk melihat M-Bankingnya dan dana sebanyak 30% dari DP yang sudah masuk ke pihak WO sudah kembali ke rekeningnya. Tiga puluh persen dari sepuluh juta hanyalah tiga juta rupiah. Bagaimana pun juga kerugiannya tetap lebih besar, tujuh juta. Ya Tuhan. Beruntung ia memilih WO yang punya kebijakan pembatalan walaupun hanya tiga puluh persen saja. Bayangkan kalau uang sepuluh jutanya lenyap begitu saja. Sudah rugi waktu selama lima tahun menunggu dan menyayangi Radhi, rugi uang sepuluh juta juga yang bisa dipakai biaya hidupnya. Ya Tuhan. Kenapa nasibnya harus begini sih?

"Akarsa Nagara Saputra, Tiga puluh lima tahun, punya Travel Agency dan udah pasti kalau dia seneng travel yang mana bisa aja kalau sama lo bakal kayak Nikita Willy sama suaminya gitu loh jalan kesana kesini. Kan seru Naw," ucap Dita tiba-tiba.

Naura melirik ke arahnya dengan kerutan di keningnya, "Dit, lo kapan berhentinya sih? Dari tadi nyebutin cowok-cowok terus."

Dita tersenyum manis, "Gue bakal berhenti kalau lo mau coba."

"Coba apaan?"

"Ini dong."

"Tinder? Nggak! Gue nggak percaya kisah uwu orang-orang yang ketemu di sana," tolaknya.

Dita tersenyum manis. Ia duduk di depan Naura dan berkata, "Semacam tinder, tapi menurut gue ini jauh lebih oke."

Naura menatapnya penuh tanya. Nah kan, dia mulai penasaran.

"Namanya JD," kata Dita.

Naura tertawa, "Lo jangan bercanda. Nyuruh gue belanja?"

Dita mengangguk, "Betul. Belanja cowok," sahutnya.

"Mulut lo ini bener-bener ya," omel Naura.

Dita terkekeh. Ia menunjukkan lagi ponselnya pada Naura, "Nggak ada hubungannya sama situs belanja Naw sayang. Ini nama aplikasinya JD, kepanjangannya Just Date. Jadi lo nggak akan nemu tuh bio-bio orang yang nulis 'cari yang serius' atau apapun itu. Karena aplikasi ini dipake buat main-main doang."

Naura tak habis pikir dengan Dita. Bukankah sahabatnya yang cantik ini bilang kalau Naura harus mencari obat alias pria untuk mengobati sakit hatinya? Dan sekarang apa katanya? Naura harus mencoba aplikasi untuk bermain-main? Dita bercanda?

"Kayaknya gue lagi nggak pengen main-main deh Dit," ucap Naura.

"Lo butuh break dulu Naw."

Naura mengangguk setuju.

"Tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk lo break. Karena nggak akan bisa," sambung Dita. Ia menghela napas, "Waktu gue gagal nikah dulu, setiap hari selalu gue abisin buat nangis dan nangis. Di rumah nangis, lihat Mama nangis, lihat adek gue nangis, lalu hangout dan ketemu temen pun tetep nangis karena adaaa aja temen nyebelin yang ungkit-ungkit hal itu sama gue, dan gue merasa gue harus pergi untuk memulihkan diri, tapi sendirian nggak enak, gue malah depresi."

Naura terdiam, sejujurnya ia juga sedikit mengkhawatirkan keadaannya sendiri. Naura bahkan berpikir untuk pindah dari rumah yang ia tempati sekarang karena Naura merasa ia tidak bisa hidup di sana lebih lama lagi. Terlalu banyak jejak Radhi dan kisah-kisah mereka yang tertinggal, Naura tidak akan sanggup berdampingan dengan kenangan yang datang melawan kebencian dalam hatinya.

Ya Tuhan, kalau urusan hati memang repot ya.

"Intinya lagi kondisi begini tuh nggak bisa sendirian Naw. Makanya, lo have fun lah dikit-dikit. Toh aplikasi ini cuman buat interaksi aja, mau ketemu apa enggak, ya terserah lo, yang penting senggaknya lo ada temen ngobrol di saat-saat lo membutuhkannya."

"Tapi kan nggak tiap saat orang buka aplikasi itu Dita."

"Coba dulu, baru komen," sambar Dita.

Naura menggeleng, "Nggak ah. Gue mau cari kerja tambahan aja."

"Yah, selalu. Menyibukkan diri untuk melupakan sesuatu. Nggak apa-apa, manusia memang punya kecenderungan buat lari dari kenyataan. Bedanya cara gue lebih menyenangkan."

"Cara gue juga. Kerja, dapet uang, bisa liburan."

"Huu, denial aja terus. Kalau modal chatting bisa sampe liburan bukannya bonus ya? Udah sepaket pula sama guide nya. Ih oke banget ini Naw."

Menggeleng, Naura tetap pada pendiriannya.  

To Be Continue

*****

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 37.6K 6
DELICIOUS D SERIES (DDS) - 3 Ya Tuhan, apakah Kau begitu baik hati padaku hingga mengirimkan malaikat tampan itu di hadapanku? Dia sempurna. Apa mun...
520K 3.6K 2
Jatuh cinta itu mudah. Bagian tersulitnya adalah menemukan orang yang tepat untuk jatuh cinta sepenuhnya. Catatan Cerita ini sudah diterbitkan o...
1.5M 80.3K 29
Bagaimana rasanya, saat diri kita terpaksa harus berdekatan dengan orang yang dibenci? Debby Angela, seorang fashion designer muda dengan aura yang...
3.5M 33.9K 5
Revan, seorang petugas jaga pintu bis Trans Jakarta tampan yang menyukai salah satu penumpang tetap bisnya. Sedangkan Demetra, gadis galak dan cuek d...