Haruto merubah subjek dari 'Babunya Wonyoung', menjadi 'LIBURAN YOK!'
Jeongwoo: Asek! Gratis nih?
Wonyoung: Hilih!
Wonyoung: Laganya kaya bakal diizinin sama para leluhur
Haruto: Seharian aja
Haruto: Berangkat pagi
Haruto: Balik abis magrib
Jeongwoo: Lo yang bayarin kan?
Wonyoung: Kalo tigaan doang gak asik ah. Bosen anjir, lo pada mulu ketemunya.
Haruto: Ajak dah Kak Jisung sama Dera. Biar rame sekalian
Jeongwoo: Lo sama siapa?
Haruto: Naeun dooong
Wonyoung: Masih aja itu drama. Kaga beres-beres.
Jeongwoo: Naeun udah ogah sama lo. Seleranya udah berubah.
Wonyoung mengundang Kak Jisung, Dera dan Mara ke dalam grup
Kak Jisung: Apa nih?
Haruto: Yuk ah besok bisa ga? Pagi kumpul abis subuh. Jam lima gue jemput lo semua.
Dera: Apaan? Jemput apaan?
Jeongwoo: To ini gratis kan ya?
Kak Jisung: Apaan yang gratis?
Haruto: Fix ya nanti abis subuh langsung gue jemput lo pada.
Haruto: Kak Jisung yang pertama dijemput
Wonyoung: Izin dulu dongo
Wonyoung: Yakin bener bakalan diizinin.
Mara: Grup apa ini?
Mara: Jemput apa?
Mara: Kenapa izin?
Jeongwoo: Cowok lo random noh. Tiba-tiba ngajak liburan
Kak Jisung: Mau pada kemana sih?
Kak Jisung: Kaya boleh aja pergi keluar sama ortu.
Haruto: Nah itu. Izin cepetan!
Haruto: Kalo udah dapet izin kan enak.
Mara: Emang mau pergi ke mana? Terus kapan? Kalo besok sorry aku gak bisa ikut.
Haruto: Kamu mau ke mana?
Dera: Jadi Mara beneran mau hangout bareng Kak Asahi?
Wonyoung: Dera? Ini Dera atau Jeongwoo? Anjir anjir!
Kak Jisung: Dera setelan pabriknya emang gitu. Baru kebuka sekarang aja.
Haruto: Mending pada izin dulu. Bisa gak? Biar gue gampang pesen tiketnya.
Jeongwoo: LO MAU NGIRIM KITA JADI PEKERJA ILEGAL DI ARAB YA?!
Wonyoung: Naik pesawat? Mau kemana nih?
Mara: Naik pesawat?
Mara: Ruru mau ke rumah?
Haruto: Iya...
Haruto: Sehari doang.
Mara: Ngomong dong
Mara: Gak usah pesen tiket
Mara: Bareng aja. Yang lain ikut juga?
Haruto: Kamu udah beli tiket?
Mara: Nggak
Mara: Bukan beli tiket
Mara: Pesawatnya udah ada
Wonyoung: Gue dapet izin
Wonyoung: Kata Mamah, Kalo ada Mara gak apa-apa. Anjir sepercaya itu emak gue sama Mara
Jeongwoo: Mama gue malah bilang, "Beli oleh-oleh ya, Mas."
Jeongwoo: Dia gak tau anaknya mau dijadiin tumbal pesugihan.
Dera: Gue juga diizinin
Dera: Kalo sama Mara, mamah percaya. Mara emang muka-muka mudah mempercayai orang tua.
Haruto: Kok bisa emak lo pada kenal sama Mara?
Haruto menghela nafasnya, membiarkan grup yang awalnya berisi tiga orang, kini menjadi dua kali lipatnya. Remaja itu memilih untuk segera menghubungi kepala asisten di rumahnya.
"Selamat malam, Tuan muda..."
"Pak gak usah pesen tiekt pesawat. Tapi nanti tolong jemput di bandara ya. Saya sama temen-temen, sekitar 6 orang."
"Baik Tuan Muda. Kira-kira sampai jam berapa?"
"Saya kurang tau, soalnya mau naik jet pribadi keluarga Nakamoto. Coba Bapak cari info ke keluarga Nakamoto."
"Baik Tuan Muda, akan saya konfirmasi kepada keluarga Nakamoto."
"Makasih ya, Pak...."
💃
"Sultan kalo gabut kayak gini ya?" tanya Jeongwoo saat mereka sudah tiba di Bandara. Matahari bahkan belum terbit seutuhnya.
"Ayok," ajak Haruto kepada teman-temannya.
"Gue baru tau ada ruang tunggu privat di bandara..." gumam Jisung. "Kelas VVIP lagi."
Jisung, Wonyoung, Dera dan Jeongwoo sudah seperti orang dongo. Mulut mereka sesekali membulat karena terperangah. Berbeda dengan Haruto dan Mara yang berjalan lebih dulu di depan keempat temannya.
"Anjim! Jet pribadi?" umpat Jeongwoo. "Ini jet pribadi kaya punya Syahrini itu kan?"
"Yang disewain sama suaminya Bunda Maya itu bukan sih?" saut Dera yang sudah satu frekuensi dengan Jeongwoo.
"Ayok naik," ajak Mara. "Aman kok, gak ada orang asing. Cuma ada beberapa asisten aku aja."
"Ra, ini sewa jet pribadi berapa?" tanya Wonyoung yang sudah seperti orang dongo karena sedari tadi mangap terus.
"Yakali nyewa, namanya aja jet pribadi. Ya punya pribadi laaah..." saut Haruto yang sudah santai duduk.
"Ini punya lo, Ra?"
"Bukan..." jawab Dera dan langsung mendapatkan toyoran dari Jisung.
"Gue nanya ke Mara!"
Mara tentu saja langsung tertawa, kali ini jet pribadinya tidak sepi. "Bukan punya aku, Kak. Punya Papah aku."
"Ya sama aja..." balas Jeongwoo. "To, lo kaga punya Jet pribadi juga?"
Haruto yang sudah asik bersandar pada kursinya langsung mendelik. "Gue gak sekaya itu," jawab Haruto santai. "Pada mau sarapan kaga?"
"Oh iya? Sebentar aku pesenin makanannya dulu ya...."
Liburan dadakan kali ini memang cukup membuat empat manusia terkena serangan kaget mendadak. Haruto mengajak teman-temannya liburan, bonus Mara yang memberikan fasilitas jet pribadi karena kebetulan Mara juga harus pulang ke rumahnya sebentar.
Jeongwoo sahabat sepergilaan Haruto ikut bersama dengan Dera. Gebetan Uwo yang belum juga dikasih kejelasan hubungan. Lalu ada juga Wonyoung, majikan dari Haruto dan Jeongwoo. Ia datang bersama Park Jisung, salah satu penduduk Graha Permai 2 yang kebetulan senior Trio Gaje di sekolah.
"Boleh foto-foto gak sih?" tanya Wonyoung. "Mau pamer pernah naik jet pribadi nih gue."
Haruto langsung mengumpat. Penyesalan baru datang sekarang saat melihat tingkah norak teman-temannya. Ia tidak bisa membayangkan jika mereka datang ke rumahnya. Bahaya ini.
💃
"Selamat datang tuan, Muda...."
Jeongwoo, Wonyoung, dan Jisung dengan kompak menahan nafasnya. Barisan manusia membungkuk saat Haruto baru saja masuk ke dalam rumah megah itu.
Hanya tiga manusia yang datang ke rumah Haruto. Dera memilih langsung ikut dengan Mara ke rumah yang tak kalah besar di depan rumah Haruto.
"Kuping gue kaga budek kan ya?" bisik Jeongwoo. "Tuan muda katanya?"
"Ini manusia bobrok beneran saingannya Rafathar?" bisik Jisung kepada Jeongwoo. Dua lelaki itu masih terus saling berbisik. Berbeda dengan Wonyoung yang sudah melongo karena melihat interior rumah Haruto yang megah.
"To, gue ke rumah Mara aja deh ya?"
"Mbak, tolong anterin temen aku ke rumahnya Mara..."
Salah satu perempuan yang berdiri langsung maju mendekat kepada Haruto, "Baik Tuan Muda...."
"Anj! Ini udah di atas Sultan kayanya..." bisik Jeongwoo dan dijawab anggukkan Jisung.
"Lo pada mau istirahat dulu atau gimana? Jalan-jalannya nanti aja jam 10an ya..." kata Haruto. "Gue ada urusan bentar. Kalian bebas disini ngapain. Anggap aja rumah sendiri."
Haruto terlihat keluar kemabli dari ruangnya. Meninggalkan Jisung dan Jeongwoo yang masih terperangah.
"Tuan... tuan--"
"Eeem... panggil Jeongwoo aja Pak," kata Jeongwoo dengan canggung. "Ini juga Jisung."
Jisung menganggukkan kepalanya. "Iya, Pak. Panggil nama aja. Kita gak cocok dipanggil tuan."
Salah satu pelayan laki-laki tersebut langsung tersenyum. Pantas saja majikannya menjadi berbeda, ternyata temannya seperti ini.
"Den Jisung sama Den Jeongwoo mau istirahat dulu? Kebetulan kamar tamu sudah kami rapikan."
Jeongwoo dan Jisung dengan kompak menganggukkan. "Ngomong-ngomong, Haruto pergi kemana ya, Pak?"
"Menemui pamannya," jawab Pelayan tersebut. "Sedari kemarin memang sudah diminta untuk datang ke sini."
"Lo kenal pamannya?" tanya Jisung dan dijawab gedikan bahu Jeongwoo.
"Gue tau Pamannya yang dokter jantung itu. Tapi gue rasa bukan Mang Baekhyun deh yang lagi Uto temuin."
💃
"Kamu kan umurnya udah tujuhbelas tahun, Ruto."
"Ruru gak paham, Oom..."
"Ya makanya belajar. Kamu coba kelola dulu salah satu studio seni."
"Nggak deh, Om. Om aja yang atur."
"Kamu anaknya, satu-satunya yang mewarisi beberapa kekayaannya Papah kamu."
Haruto menghela nafasnya. Ia kira dulu Papahnya bangkrut benar-benar tidak menyisakan harta. Ternyata masih banyak yang tersisa.
"Gini aja deh, Ruru mau fokus sekolah dulu. Baru abis itu aku pegang salah satu bisnis Papah. Gimana?"
"Sekarang latihlah dulu..."
"Ooom... Nanti aja."
Sumpah Haruto pengen ngerengek, tapi dia gak akrab banget sama Om Jidi. Coba aja di depannya ini Mang Baekhyun. Udah dia betot kepalanya.
"Coba dulu aja selama tiga bulan."
Haruto menghela nafasnya. Ia tak bisa menolak.
"Yaudah."
Tbc
Ini Jeongwoo, Jisung, Wonyoung sama Dera kayanya pulang harus berobat ke Ayah Heechul juga.
Kena serangan Jantung mulu dari tadi.