CERITA KITA ( ON GOING )

Autorstwa tyaurby

22.2K 1.9K 904

"Jadi, harus dengan cara apa supaya mas suami mendapat maaf dari mbak istri?" ••• Perjodohan, mungkin terden... Więcej

1⛅
2⛅
3⛅
4⛅
5⛅
6⛅
7⛅
8⛅
9⛅
10⛅
11⛅
12⛅
13⛅
14⛅
15⛅
16⛅
17⛅
18⛅
19⛅
20⛅
21⛅
22⛅
23⛅
25⛅
26⛅
27⛅
28⛅
29🌥️
30⛅
31⛅
32⛅
33🌥️
34🌥️
35🌥️
36🌥️
37🌥️
38🌥️
39🌥️
40🌥️
41🌥️
42⛅
43🌥️
44🌥️

24⛅

389 35 0
Autorstwa tyaurby

Sayang bgt sama kaliannnn❤️❤️





















24. Akibat nggak dengerin istri

Markas PASGA begitu ramai di isi oleh anggota inti kelas 12 dan jajarannya. Belum lagi anak kelas 11, yang terdiri dari Mahesa dan teman-temannya yang ikut meramaikan.

Ateng sebagai perwakilan kelas sepuluh ikut hadir meramaikan, juga beberapa anak lainnya.

Selepas pulang sekolah Gilang tak langsung pulang, cowok itu berkumpul bersama teman-temannya tanpa meminta izin istrinya, Nayara.

Meraih kaleng soda, Gilang duduk di sebelah Alfi yang tengah bermain catur bersama para temannya yang lain. Membuka kaleng soda itu, kemudian meminumnya.

"Gi, Mbak Nay mana?" Tanya Oki, duduk di depan Gilang dengan satu kaki di angkat.

"Ya di rumah, ngapain emangnya?" Tanya Gilang dengan nada tak santai.

Oki di buat tertawa, menarik kepala Gilang sembari mengusap muka cowok itu. "santai anjirr, gabakal gue ambil ini." Ujarnya, menyadari raut wajah Gilang yang mendadak badmood.

"Tapi," cowok itu menggantungkan kalimatnya. "Ada niatan sihh,"

"Anjing Lo!" Gilang menghempaskan tangan Oki, memasang wajah masam. "Jangan banyak tingkah deh. Gue tonjok tau rasa lu!!"

"Yamaaf kanjeng, nggak maksud gue mahh." Oki memasang wajah lesu, kembali duduk seperti semula.

Samudra, Dafi, dan Falen datang menghampiri mereka, mengisi tempat yang masih kosong membuat suasana tampak ramai.

Samudra memicing, menatap Gilang dengan tangan menggaruk kepala. "Kenapa Gi? Nggak dikasih jatah ya lu?" Tanyanya.

Gilang berdecih, Samudra ini pikirannya belok terus nggak ada bener-benernya. "Jatah-jatah! Oon emang!" Decak Gilang dengan kesal.

Samudra mengernyit, "anjirr, kalem aja elahhh nggak usah ngegas gitu," balas Samudra.

"Abisnya jatah terus, mana pernah gua," Gilang mengambil kaleng soda kemudian meneguknya, mengusap bibirnya dengan tangan. "Nggak ada jatah-jatahan kata Yara juga."

Falen, Dafi, Alfi, juga Oki dibuat tertawa dengan ucapan yang barusan cowok kalem ucapkan, belum lagi raut wajahnya yang lusuh membuat mereka ingin menertawakan Gilang habis-habisan.

"Cup... Cup ... Cup... Kasian temen gue." Falen mengusap-usap kepala Gilang, yang di bahas dengusan oleh cowok itu.

"Uluhhh... Kasian." Oki ikut meledek, membuat Gilang tambah kesal jadinya.

"Kesiksa banget pastinya," Dafi ikut mengompori, sangat puas pastinya.

"Puasa berapa bulan Gi?" Alfi terkekeh setelahnya, mengusap wajahnya yang terasa kering karena kebanyakan tertawa. "Jangan bilang dari awal kawin?" Tebaknya.

"Nikah bos, nikah," Samudra mengoreksi, tertawa terpingkal-pingkal sambil memukul paha Oki berkali-kali.

"Biasa aja anjirr ketawanya, nggak usah sambil gebugin gua." Oki mendengus, menjauh dari Samudra. "Samu tuman banget, ketawa sambil nyiksa orang." Cibirnya.

"Seru anjir, lebih kerasa gitu." Samudra tertawa tanpa dosa.

"Monyet lu!! Enak si enak, jan ke gue juga lah imbasnya."

"Brisik ah. Diem Yara call gue nih,"

Antensi semuanya beralih memandang Gilang yang sedang tersenyum cerah sambil memandangi layar ponselnya. Terlihat Gilang menggaruk rambutnya karena salah tingkah, lantas cowok kalem mamasang wajah senyum tanpa dosa.

Terdengar suara grasak-grusuk dari telepon, yang mereka yakini itu suara Nayara yang lagi ngomel-ngomel. Mereka terbahak saat melihat Gilang yang sedang diomeli habis-habisan karena nggak langsung pulang.




🐳🐳




Waktu siang berganti sore, kini jam menunjukkan pukul 4 sore. Nayara sudah selesai dengan kegiatan rumahnya, mulai dari memasak, mencuci baju, beres-beres rumah sampai memandikan anak angkatnya, Cio Grahadi kucing kesayangannya cowok kalem.

Toples berukuran kecil mendarat sempurna di pangkuannya, membuka tutupnya dengan mata fokus pada layar tv di depannya. Nayara memfokuskan dirinya pada acara yang sedang ia tonton, sesekali memasukan cemilan kedalam mulutnya.

Ponselnya bergetar, membuat atensi gadis itu teralihkan pada layar ponselnya yang menampilkan notifikasi dari Amora, temannya.

Mora

Nay gue sama Kai mau nginep yaaa

Gadis itu langsung terbangun dari duduknya, berjalan mondar-mandir sambil menggigit kuku jarinya.

Nayara diam sebentar, mencari alasan yang masuk akal supaya Mora dan Kaira tidak jadi menginap dirumahnya.

Sebelum membalas pesannya, gadis itu menormalkan jantungnya yang sempat ingin berpindah tempat.

Nayara

Sorry Mor, gue ada acara malam inii

Balasan itu yang Nayara kirimkan pada Amora. Bukan, bukan Nayara tidak mengizinkan gadis itu untuk menginap, masalahnya ini sekarang Nayara tak sendirian ada Gilang bersamanya.

Mora

Aaaa padahal pengen bgttt, mau maskeran bareng gue abis beli masker baru nihhh

Pesan dari Amora kembali masuk, membuat Nayara merasa tidak enak karena telah membohongi gadis itu. Mungkin ada baiknya Nayara memberitahu tentang dirinya yang sudah menikah pada Amora dan Kaira.

Nayara

Gue juga pengen Mor, next time kali yaa, sorry bgt

Nayara menghela nafasnya lega, mengusap wajahnya yang begitu keruh kemudian kembali duduk lesehan di karpet.

Keripik kentang baru saja masuk kedalam mulutnya, namun suara klakson motor yang riuh membuat gadis itu buru-buru mengunyah kemudian menghampiri pintu sambil berdecak kesal.

Nggak bisa apa baik-baik bunyiin klaksonnya, kenapa harus rusuh-rusuh gini coba. Dengan bunyi klakson yang riuh membuat Nayara panik rasanya. Takut ada apa-apa.

Nayara mengatur nafasnya, suara pintu diketuk tak sabaran terdengar ke telinganya membuat ia beberapakali mengusap dadanya bersabar.

"Sabar Gi, lagi jalan ini,"

"Bisa nggak si nggak usah rusuh."

Begitu kunci di buka pintu terbuka, Nayara berkacak pinggang siap mengeluarkan unek-uneknya. "Pulang telat, nggak sab-"

Kalimat Nayara menggantung begitu saja. Wajah cewek itu berubah menjadi panik saat melihat suaminya di papah oleh Alfi, Dafi beserta temannya yang lain.

"Astagaa... Ini kenapa," Nayara menghampiri Gilang. Muka cowok kalem di penuhi lebam lebam merah di kedua pipinya, sudut bibirnya yang robek serta mengeluarkan darah. Belum lagi jidat cowok itu seperti terbentur sesuatu, dagu cowok itu juga terdapat lebam merah.

Beberapa temannya yang lain juga mengalami hal yang sama, tapi yang paling parah ialah Gilang. Bahkan baju putih yang dilapisi jaket berlogo elang bertuliskan PASGA itu terlihat lusuh.

"Bawa masuk aja,"

Nayara menyuruh mereka memapah Gilang ke dalam, mendudukan cowok itu di sofa ruang tamu.

"Duhh ko bisa gini si," Nayara memegang kepalanya, berkacak pinggang menatap beberapa cowok berjalan mendahuluinya.

"Sabar mbak Nay," Oki menepuk bahu Nayara, membuat cewek itu menoleh, mengangguk sebagai jawabannya.

"Kenapa bisa gini?" Tanya Nayara, melirik Oki yang berjalan di sampingnya.

Oki tersenyum tipis, melirik teman-temanya yang sudah duduk lesehan di karpet. "Biasalah urusan laki." Setelah itu Oki berjalan cepat menghampiri temannya.

"Bentar ya, ngambil kotak obat dulu,"

Nayara berjalan lemari yang berada di samping kamar Cio, setelah mendapati kotak obatnya Nayara kembali ke ruang tamu untuk mengobati Gilang.

"Maaf ya jadi ngerepotin," Nayara tersenyum tak enak.

"Santai mbak Nay," balas Oki.

Nayara mengangguk, mulai mengobati luka-luka yang ada di wajah Gilang. "Hebat ini udah bisa berantem," Nayara mencibir, nadanya pelan supaya anak-anak lain tidak mendengar tapi sayangnya mereka sudah mendengar, dan sekarang mereka ingin tertawa melihat wajah Gilang yang sudah sangat lusuh.

"Makanya, gue ngomong itu di denger Gi," Nayara mengambil kapas, menuangkan Betadine di atasnya. "Gini'kan jadinya,"

"Ini nih akibat nggak dengerin istri!!"

Gilang merintih, cowok itu diam saja tak ingin membalas ocehan Nayara. Toh nanti juga Gilang yang bakal kalah.

"Pelan-pelan Yara, sakit ini," Gilang melotot, sedikit menyikut perut gadis itu, membuatnya di hadiahi tatapan galak dari sang istri.

Bibirnya mengantup rapat, diam dan pasrah saat mata Nayara memelototi'nya, membuat ia seperti anak yang takut pada ibunya.

"Anjirr, kicep dah tu anak," Samudra menggelengkan kepalanya, mengelus dada karena menonton adegan rumah tangganya Nayara dan Gilang.

"Hahahh, manut bener dah tu anak," Falen ikut mencibir Gilang.

"Depan kita gengsinya selangit, depan mbak istri nyalinya nyiut gaiss," Oki mencebikan bibirnya, lantas berpindah tempat duduk.

Nayara berdecak, kemudian berusaha merubah raut wajahnya biasa saja. "Maaf banget yaa, kalian jadi pada dengerin cerocosan gue," Nayara terkekeh setelahnya.

"Astaga... Lupa banget nggak kasih kalian minum," Nayara baru ingat itu rasanya. Tapi cowok di depannya ini belum selesai di obati. "Duhhh gimana ya, ini belum selesai lagi," keluhnya.

Alfi berdehem, menyikut lengan Dafi membuat cowok itu bersuara. "santai aja Nay,"

"Iya kalem mbak Nay," samudra ikut menimpali.

Nayara kikuk, menggaruk lehernya melempar tatapan pada Gilang.

"Yang mau ambil minum ambil sendiri deh," Gilang bersuara. Mengarahkan matanya pada ruangan di depannya yang terhalang lemari. "Dapurnya disana, dalem kulkas banyak makanan sana minuman," jelasnya.

Anak-anak bersorak kegirangan, saling melempar tatapan dan tersenyum simpul. "Boleh nih Nay,"

Nayara mengangguk, tersenyum kecil. "Iyaa boleh, ambil aja di kulkas minumnya." Katanya dengan ramah. "Itu di meja makan ada nasi sama lauknya juga, kalo mau makan makan aja yaa,"

"Sorry banget yaa nggak bisa ngejamu kalian," Nayara tersenyum tak enak. "jadi kalian yang nyari sendiri,"

"Santai aja Nay," Alfi menyahut. "Kita yang ngerepotin malahan."

"Dihh nggak gitu ko."

"Banyak bacot bet anjirrr, ini udah nggak sabar mau makan," Falen mendengus kesal, membuat Alfi merasa malu.

"Anjing gada urat." Samudra menyikut perut cowok itu, di bahas cengiran oleh Falen.

"Sorry, sorry, Yaudah gih pada ke dapur,"

Anak-anak mengangguk, lantas pergi ke dapur meninggalkan Dafi, Gilang, dan Nayara.

Samudra berbalik, memberi kode pada dafi untuk ikut ke dapur.

"Apaan si?" Dafi tak mengerti.

Samudra merasa geram tentunya, memejamkan matanya kemudian menatap tajam pada Dafi.

Kadar kepekaan Dafi hampir 00,1°% makanya anak itu nggak pekaan paling akut.

"Ngikut bego!" Sambar Falen ngegas. "Lo mau jadi nyamuk disini?"

"Mau liat keuwuaan sepasang suami-isteri hehh?" Oki menggelengkan kepalanya, lantas menghampiri Dafi, membawa cowok itu untuk ikut ke dapur.





🐳🐳🐳

Tbc

Untuk part ini menurut kalian gimana?

Yang mau kasih kritikan dan saran, boleh bgt yaaa. Bisa kalian komen atau nggak DM aku prennn.

So, yang belom muncul di harap muncul dan tinggalkan jejak ya prennn. Biar kita sama-sama untung gituuu.

Nggak lucu kan kalo kalian untung bisa baca, lah aku buntung, udah nulis berhari-hari nggak dapet jejak apa-apa.

Sayang kalian banyak-banyaaaaaak❤️❤️

Mau next lagi kapan?

21/08/2021

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

407K 37.2K 89
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
114K 2K 13
Setelah cukup lama menetap di kota. Alin, gadis berusia 23 itu akhirnya kembali ke kampung tempat di mana kedua orang tuanya menetap. Tentu alasan ia...
101K 5.1K 75
sebuah plorog keluarga kecil yang ada 4 anggota yaitu rony salma syarla nabila, salma memiliki dua anak yang masih kecil dan cerita ini kami persemba...
242K 26.5K 90
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...