CERITA KITA ( ON GOING )

By tyaurby

22.2K 1.9K 904

"Jadi, harus dengan cara apa supaya mas suami mendapat maaf dari mbak istri?" ••• Perjodohan, mungkin terden... More

1⛅
2⛅
3⛅
4⛅
5⛅
6⛅
7⛅
8⛅
9⛅
10⛅
11⛅
12⛅
13⛅
14⛅
15⛅
16⛅
17⛅
18⛅
19⛅
20⛅
22⛅
23⛅
24⛅
25⛅
26⛅
27⛅
28⛅
29🌥️
30⛅
31⛅
32⛅
33🌥️
34🌥️
35🌥️
36🌥️
37🌥️
38🌥️
39🌥️
40🌥️
41🌥️
42⛅
43🌥️
44🌥️

21⛅

458 40 39
By tyaurby

Nahh kan, tangannya gatel pengen up padahal jdwlnya kalo cerita sebelah dah slsai










21. Mas suami dan mbak istri

Bel istirahat berbunyi, Nayara segera memasukan bukunya ke dalam tas, menutup resleting tas kemudian mengambil ponsel yang berada di laci mejanya.

Hari ini kaira masih belum masuk sekolah, cewek itu belum pulang dari Bandung. Entah urusan apa itu, Nayara tidak menanyakan lebih pada cewek itu.

Untungnya Nayara masih ada temen deket selain kaira, ada Amora teman sekumpulan nya bersama kaira tentunya.

Nayara menghampiri Amora, berdecak ketika melihat gadis itu yang sedang membaca cerita di wattpad. Amora ini emang anak Oren banget, segalanya tau tentang wattpad dan beberapa cerita yang lagi hits.

Nayara sampe bingung sendiri, gimana caranya Amora biar nggak ketinggalan berita terupdate soal cerita-cerita yang lagi hits atau permasalahan orang yang plagiatin cerita. Kalo Nayara si udah pasti bakal ketinggalan, secara cewek itu nggak pedulian sama masalah orang lain.

"Mora kantin yuu," ujarnya. Amora mengangkat kepalanya, kemudian mengangguk setuju. "Okayy,"

Amora berjalan di sebelah Nayara, banyak yang bilang mereka ini seperti kembar padahal jauh bedanya.

"Si Kai kemana nggak sekolah?" Tanya Amora.

Nayara menggeleng, menepati ucapannya supaya tidak memberitahukan kepergian cewek itu ke Bandung. "Nggak tau gue juga," sahutnya.

"Emangnya dia nggak ada chat Lo atau call gitu?" Tanya Amora lagi.

Nayara menggeleng. "Nggak ada Mora."

Amora mengangguk, cewek itu tak bertanya lagi. Membalas beberapa orang yang menyapanya dengan wajah senyum dan anggukkan kepala yang dilakukan Nayara dan Amora.

Cewek itu meruntuki dirinya sendiri, kenapa ke kantin harus lewatin lorong 12 IPA sih, apa nggak ada jalan pintas supaya Nayara tidak melewati kelas Gilang.

Kantin kelas 12 itu terletak di pojokan, sejajar dengan kelas 12 IPA itu yang membuat Nayara harus melewati kelas Gilang, di tambah di depan kelas 12 IPA itu ada kelas bahasa, jadi benar-benar tidak ada jalan pintas untuk ke kantin.

Mana anak-anak Pasga ngumpul di depan pintu lagi, ini namanya Nayara nyari mati kan? Cewek itu belum siap mendengar siulan teman-temannya Gilang.

"Gausah tegang elahh," Mora menyadarkan Nayara. Cewek itu jadi menghela nafasnya dengan wajah ketar-ketir. "Keringet dingin anjir,"

Mora tertawa geli, menyenggol lengan Nayara membuat cewek itu mencebik kesal. "Mora Lo jangan mulai ya?!"

Kebiasaan Mora kalo lagi jalan bareng tuh gini suka dorong-dorong orang kalo ada cowok di depan kelas, atau cowok yang lagi berkerumunan, emang Mora ini ngeselin banget.

"Nggak Nay, enggak elah," kata cewek itu. Berlagak iya tidak akan mendorongnya lagi, padahal yang udah-udah suka ngedorong lagi.

Akhirnya Mora diam, malu juga dengan tatapan sinis anak-anak cewek IPA yang mendelikinya dengan tajam.

Sementara di depan kelas Gilang duduk anteng saja di kursi, tidak heboh seperti Oki yang akan mengeluarkan jurusnya untuk menggoda Amora.

Oki berdecak melihat Gilang yang tengah duduk anteng. Cowok itu menyenggol lengan Gilang membuat cowok itu melotot kesal.

"Apaan si Ki?" Tanya Gilang nyolot.

Oki menggerakkan matanya dengan alis terangkat. Mengisyaratkan supaya cowok itu mengikuti kode yang di berikan.

Gilang berdecak, memutar bola matanya kemudian kembali lagi duduk anteng. "Nggak usah ngasih kode. Nggak semua cowok paham kode," ujarnya.

Oki jadi menghela nafasnya. Gini kalo punya temen kalem, kalemnya kebangetan sampe ada istrinya lewat aja diem aja.

"Mbak Nay itu," ucap Oki. "Anjayy Mora tambah cantik aja," cetus cowok itu. Di pandang dari jauh aja Mora cantik apalagi kalo dari dekat yakan?

Falen mengusap wajah Oki yang sedari tadi memandang Mora. "Mora nggak bakal mau sama Lo,"

"So tau Lo! Gini-gini juga pesona gue lebih mehong dari pada Lo," ucap Oki, membanggakan dirinya.

"Najis sombong."

Samudra ikut menggoda. Rasanya nggak afdol kalo cowok itu tidak ikut menjaili cowok kalem. "Gi istri lewat tuh," ucapnya menyenggol lengan Gilang.

"Paan si, masa harus pasang red karpet?" Cowok itu mendengus geli.

"Samperin sana ajak makan," goda Alfi.

Gilang mendengus. Memandang Alfi dengan tatapan kesal. "Lo juga ngapain si ikut-ikut,"

Dafi yang paling banyak diam ikut menggoda Gilang. Emang temennya ini pada hobi buat Gilang malu.

"Buruan samperin, nanti keburu sama Zio Gi."

"Kapal mbak Nay mas Gi karam tau rasa Lo," ujar Oki.

"Doa itu yang bagus, bukannya yang jelek. Bloon lu!!" Nah kan mulutnya kembali nggak di filter.

"Nah kan, anak kalem emang suka gini," samudra mengusap-usap rambut Gilang membuat sang empu menghempaskan tangannya dengan kasar. "Anjirr Lo apa-apaan sih," kesalnya.

"Gue masih suka lawan jenis ya!" Ujar Gilang dengan mata melotot. "Lo pikir gua gay?"

"Lagian siapa yang bilang Lo gay? Ada gue bilang begitu hah?"

"Nggak usah ngusap-ngusap makanya." Balas cowok itu sedikit ngegas. "Kurang belaian ya Lo?"

Samudra mendengus kesal. Kalo bukan temen udah mau buang Gilang kelaut rasanya. "Goblok lu!"

"Naya," itu suara Oki yang menyapa Nayara. Sebenarnya Oki nggak kenal deket, cuman tau aja.

Nayara hanya mengangguk, kemudian tersenyum.

"Naya itu temennya siapa?" Tanya Oki membuat Nayara berbalik arah. "Ini Mora,"

Oki mengangguk, kemudian tersenyum sedikit canggung. "Ini Dafi nanyain tapi dianya malu. Suruh gue yang nanyain,"

Oki nyari mati beneran. Nggak tau aja Dafi kalo udah marah sebelas dua belas sama singa.

"Oh g---"

Dafi yang mendengar itu keluar dari balik pintu, memasang wajah galak memandang Oki dengan mata melotot. "Ngapain bawa-bawa gue?"

"A-a nggak ko," Oki menggaruk rambutnya. "Ya nggak Nay," cowok itu Melirik Nayara yang mengangkat bahunya acuh.

Dafi kesal tentunya. Melayangkannya pukulan pada lengan cowok itu, tidak keras namun cukup sakit.

"Amora nggak usah di dengerin, tukang ngibul dia," ujarnya, Amora hanya mengangguk kaku. Serasa mimpi gitu liat Dafi ngomong, soalnya Dafi ini pelit ngomong.

"Nay kata Gilang hati-hati," ujar Falen berteriak. Cowok kalem yang melihatnya sudah mengumpat dalam hati.

"Nggak boleh deket-deket Zio katanya." Sahut Samudra. Mau di taro dimana coba muka cowok kalem. Emang temennya kaya anj** semua. Gilang kesel.

"Dia cemburu Nay." Ujar Alfino, mengundang gelak tawa anak-anak, hanya cowok kalem saja yang masih memasang muka datar. Bisa-bisanya juga Nayara malah ikutan ketawa, emang itu istri minta di gigit.

***

Nayara baru saja sampai di rumah, cewek itu terus berjalan ke kamarnya tanpa menghiraukan panggilan Cio. Untung saja kamarnya sudah Nayara rapihkan pagi tadi, kalo belum si Nayara tambah pusing.

Setelah mengganti pakaiannya Nayara segera keluar kamar, menuruni tangga matanya mencari keberadaan Gilang dan Cio.

Nayara mengambil Cimory dari kulkas, membawa beberapa buah yang sudah ia potong-potong dan menyimpannya di meja dekat tv.

"Meongg..." Cio datang menghampirinya di susul Gilang dengan raut wajah lesunya.

"Meongg..." Cio meloncat, duduk di pangkuan Nayara sambil menggeliatkan badannya.

Gilang tersenyum melihat itu, ikut duduk di sebelah Nayara sambil membuka sarung kakinya kemudian melempar sarung kaki itu ke pojokan sofa.

Nayara yang melihat itu melotot kesal, mencubit pinggang cowok itu sambil mendelik. "Kebiasaan tau nggak,"

Gilang cengengesan, memasang wajah terkalem supaya Nayara luluh. "Hehe maaf mbak istri,"

"Ambil sana, taro di tempat cucian," titahnya, mendorong Gilang. "Ntaran aja ah, masih capek Yara," balas Gilang.

Cowok itu mengubah posisinya menjadi tiduran, beralaskan paha Nayara.

"Ganti baju dulu sana," ujar Nayara, cowok itu menggelengkan kepalanya membuat Nayara merasa geli. "Jangan geleng-geleng geli tau,"

Nayara mendengus, membiarkan cowok itu tidur di pahanya dan dan Cio di sebelahnya. Tayangan televisi tidak ada yang menarik, hanya berita-berita yang topiknya itu-itu saja.

"Yara mau buahnya," ucap Gilang saat melihat cewek itu asik memakan buah.

"Bangun makanya,"

"Nggak mau. Suapin yaa,"

Nayara mendengus geli. Ternyata Gilang bisa manja juga, Nayara pikir bisanya cuman marah-marah nggak jelas.

Nayara mengambil potongan anggur mengarahkan pada mulut Gilang yang langsung di makan cowok itu. "Enak," pujinya.

Cewek itu mengangguk senang. Gilang meminta Nayara untuk menyuapinya lagi, Nayara tak menolak justru cewek itu melakukannya dengan senang hati.

"Yara nanti mau punya anak berapa," Gilang mengangkat kepalanya, memandang wajah cantik cewek itu.

Nayara gelagapan. Tiba-tiba Gilang menanyakan soal anak. "Dua aja, jangan banyak-banyak,"

Gilang tersenyum, menarik pipi Nayara membuat cewek itu cemberut kesal. "Banyak juga nggak papa, nanti kan seru banyak temennya,"

"Maunya itu mahh." Balas Nayara dengan galak.

Gilang nyengir, kemudian bangkit dari tidurnya menghadap Nayara. "Mau cowok apa cewek, apa twins aja,"

"Apa aja di kasihnya. Pengennya cowok dulu nanti adeknya cewek biar abangnya bisa jagain adeknya," sahut cewek itu. "Twins juga boleh,"

Gilang mengangguk. Menatap lamat-lamat cewek itu tanpa kedip, membuat sang empu memandangnya heran.

"Ngapain liatin gitu?"

Gilang menggeleng cepat, merapatkan duduknya dengan cewek itu kemudian merangkul bahunya. "Yara, mulai sekarang tidur di kamar gue ya."


***

Yang nggak mau uwu-uwuan bisa di skip ya prenn:)))

Gilang gemesin banget pengen ngarungin akutuu

Kalian tim mana?

Mbak istri mas suami?

Mbak istri Zio?

Sampai jumpa di chapter selanjutnya babayyy ❤️

Istri sahnya mas terangggg ❤️❤️❤️❤️

Jonggol 20,28. 13 Juli 2021

Continue Reading

You'll Also Like

122K 2.3K 14
Setelah cukup lama menetap di kota. Alin, gadis berusia 23 itu akhirnya kembali ke kampung tempat di mana kedua orang tuanya menetap. Tentu alasan ia...
107K 2.2K 8
slow up ‼️
1.7M 62.3K 40
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
394K 546 4
21+