Voice Of Love

De Alena_Koa

19.2K 1.6K 322

Drama percintaan di dunia penyiaran radio.. Cerita ini hanya karangan fiksi belaka... 🔞🔞🔞 IN YOUR AREA!! B... Mais

Bab 1 - A Galileo Manoban
Bab 2 - Jane
Bab 3 - New Comer
Bab 4 - Bitter Encounter
BAB 5 - Affair?
Bab 6 - Confession
Bab 8 - I feel The Pain
Bab 9 - Under Pressure
Bab 10 - Hari Patah Hati Jennie
Bab 11 - Misunderstanding
Bab 12 - She said yes?
BAB 13 - Jennie's Misery
Bab 14 - Backstreet
Bab 15 - Trouble Maker
Bab 16 - Give Him A Chance
Bab 17 - Better With You
Bab 18 - Better With You II
Bab 19 - Bucin
Bab 20 - Full of Hope
Bab 21 - Precious
Bab 22 - Menantu Idaman Bapak

Bab 7 - Mengikhlaskan

670 71 8
De Alena_Koa


Sebelumnya...

Waktu menunjukkan pukul 10 malam, Rose baru saja sampai di kostnya setelah siaran malam. Rose meletakkan sling bagnya dan bersiap untuk bersih-bersih ke kamar mandi sebelum sebuah suara deringan dari handphonenya membuat Rose urung masuk ke kamar mandi.

Rose mengangkat teleponnya yang ternyata dari sang mama.

"Assalamu alaikum Ma.. Ada apa telepon teteh malem-malem?"

'Waalaikum salam teh.. Teteh baru pulang dari radio? Tadi mama sempet telepon teteh tapi ga diangkat-angkat.'

"Oh.. Maaf ma. Teteh ada siaran malem, dari tadi ga sempet ngecek handphone teteh. Mama sehat kan ma? Papa lagi apa? Kalau Echan pasti lagi main game ya ma?"

'Iya gapapa teh.. Mama alhamdulillah sehat.. Papa juga baru pulang dari kantor teh, seharian ini papa sibuk nemenin 3 clientnya sidang. Echan sesuai prediksi teteh lagi main ps sama si Alwin tetangga kompleks kita."

"Loh papa 3 kali sidang ma? Hmm bener-bener lawyer sibuk, bentar lagi bakal dapet predikat lawyer papan atas tuh ma." Seloroh Rose.

'Hahahah teteh bisa aja.. Gimana keadaan teteh? Terus gimana keadaan cucu mama?'

'Hmm.. Mama ga marah soal kehamilan teteh?' Ucap Rose pelan.

'Buat apa mama marah teh? Mama justru bangga sama teteh karena udah berani jujur sama mama. Mama hargai kejujuran teteh. Ga mungkin mama bisa marah kalau teteh udah mau mengambil resiko dengan kejujuran teteh itu..'

"Duuh maa.. Teteh jadi kangen sama mama." Rose menghapus air matanya yang tanpa sengaja turun.

'Iya teh.. Mama juga kangen teteh.'

'Hmmm.. Teteh apa bapaknya mau bertanggung jawab atas kehamilan teteh?' Tanya sang mama.

"Ngg.. Ngga ma.." Ucap Rose pelan.

'Terus teteh ga mau minta pertanggung jawaban dia?'

"Teteh udah minta pertanggung jawaban dia tapi dia ga mau mengakui anaknya ma.." Ucap Rose sembari terisak.

'Ya udah teh.. Teteh pulang aja ya ke Bandung! Kita rawat sama-sama Bayi teteh disini. Teteh udah dititipin sama Allah, jadi jangan pernah berfikir untuk membuang apalagi menggugurkan bayi teteh yang ga berdosa yaa teh..' Kembali Rose terisak atas ucapan sang mama.

"Tapi papa gimana ma??"

'Biar nanti mama pelan-pelan ngomong sama papa. InsyaAllah papa ga marah teh..'

"Baik ma."

'Teteh gimana keadaannya? Sehat kan?'

"Teteh masih suka pusing ma. Terus tiba-tiba suka mual. Ngecium bau masakan yang aromanya kuat juga bikin teteh mual. Selera makan teteh jadi turun karena tiap makan mual terus.."

'Itu wajar kok teh kalo di masa awal kehamilan emang suka gitu. Cuma jangan sampai ga makan ya teh. Sekarang kan kalo makan teteh ga cuma buat 1 orang.. Kalau teteh ga makan kasian dedeknya. Tapi teteh udah periksa ke dokter?'

"Iya maa.. Teteh udah periksa ke dokter. Ma, kalau gitu teteh besok aja kali yaa. ngajuin surat pengunduran diri teteh ke radionya. Biar bisa cepet pulang ke Bandung."

'Oh yaa teh.. Lebih cepat lebih baik teh.. Terus kapan teteh mau pulang ke Bandung? Biar Echan nanti jemput ke Solo."

"Belum tahu ma.. Mungkin lusa teteh pulang."

'Teteh kuat perjalanan jauh naik kereta? Kalau ga kuat naik pesawat aja teh. Nanti biar mama pesanin tiketnya.'

"Iyaa ma.. Kalau gitu teteh tutup teleponnya ya maa teteh mau bikin surat pengunduran diri dulu."

🎙🎙🎙

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk!" Ucap Mino.

"Selamat pagi Pak.." Sapa Rose.

"Pagi Rosie.. Ada perlu apa kamu datang ke ruangan saya sepagi ini?" Tanya Mino.

"Hmm.. Saya mau menyerahkan surat pengunduran diri saya Pak.."

"Kamu.. Mau resign??" Tanya Mino. Rose mengangguk.

"Kenapa tiba-tiba? Apa alasan kamu mau resign?"

"Saya pengen pulang ke Bandung Pak. Saya mau cari kerjaan disana agar lebih dekat sama keluarga saya Pak" Ucap Rose.

Mino tampak menimang dengan keputusan apa yang akan dia berikan kepada Rose.

"Saya sungguh sangat berat melepas kamu pergi dari Gemintang Radio.. Karena kamu sudah ikut berjasa besar dalam memajukan radio ini. Selain itu kamu sangat potensial."

"Saya tidak akan menyetujui surat resign kamu.. Akan tetapi, saya akan kasih kamu long leave dan kamu bisa kembali ke radio kapanpun kamu mau!" Ucap Pak Mino

Rose baru saja keluar dari ruangan Pak Mino disaat yang bersamaan dia berpapasan dengan Jisoo yang baru saja datang ke radio. Jisoo membuang muka ketika melihat Rose. Lantas tanpa sepatah kata Jisoo melewati Rose, sementara Rose menatap pilu kepergian Jisoo seraya mengusap perutnya yang masih rata.

🎙🎙🎙

Jennie mengaduk kopinya yang sudah dingin. Tatapan kosong, sementara tangannya tak berhenti memutar sendoknya didalam cangkir kopi.

"Lo kalo ga niat meminumnya, biar gue aja deh kak yang minum." Ucap Leo.
"Perasaan dari tadi lo aduk teruus ga lo minum-minum, dari gue pesan gofood sampai gofoodnya udah dateng.."

"Kira-kira kenapa ya Rosie tiba-tiba pengen resign?" Tanya Jennie.

"Yah kan lo udah denger alasannya Kak.."

"Tapi alasannya buat gue ga masuk akal Le.."

"Udah deh udah.. Daripada lo bingung sekarang lo makan dulu deh ayam gepreknya, keburu dingin ini nasi dan ayamnya." Ucap Leo.

"Mendadak gue ga nafsu makan."

"Atau mau gue suapin?"

"Aakk" Leo mengarahkan sendok berisi nasi dan ayam ke mulut Jennie. Namun Jennie masih diam tidak membuka mulutnya.

"Kak.. Buka mulut lo! Daripada yang udah dibeli mubadzir ntar!" Bujuk Leo. Dengan sesikit terpaksa Jennie membuka mulutnya.

"Nah gitu dong.."

Saat suapan pertama sudah habis, Leo pun kembali memberi suapan kedua untuk Jennie, bersamaan dengan itu, Jisoo baru saja masuk pantry. Sehingga Jisoo dapat melihat kedekatan Jennie dan Leo.

Jisoo tidak dapat menahan rasa cemburunya. Namun Jisoo mencoba bersikap biasa saja meskipun air mukanya berubah dengan dingin. Jisoo melewati Jennie tanpa sepatah katapun. Hingga akhirnya Jennie menyadari keberadaan Jisoo.

"Oh Le. Thanks ya buat ayam gepreknya kalau gitu gue ke atas dulu ya.. " Ucap Jennie yang kini semakin ingin menghindari Jisoo.

"Oh iya hampir lupa.. Ini sapu tangan lo kemarin udah gue cuciin thanks yaa!" Ucap Jennie setelah mengambil sapu tangan Leo di saku tasnya. Jennie meninggalkan pantry tanpa menghiraukan keberadaan Jisoo, Jisoo menatap punggung Jennie dengan sendu.

🎙🎙🎙

Leo menutup pintu kamarnya, lantas meletakkan kunci motor dan tasnya di meja belajar. Tak lupa dia melepas jaket lalu digantungkan di balik pintu. Leo pun segera merebahkan dirinya di ranjang, menjadikan lengannya sebagai bantalan.

Sejenak Leo teringat dengan sapu tangannya yang baru dikembalikan Jennie tadi. Tangannya merogoh saku celana untuk mengambil sapu tangan tersebut. Leo tersenyum menatap sapu tangan berwarna abu abu tersebut. Tak lama Leo menciumnya..

"Hmmm.. Wanginya Jennie banget!" Ucap Lukas dengan matanya yang terpejam.

"Ga bakal gue cuci selamanya nih sapu tangan biar wangi Jennie ga ilang." Kembali Lukas berucap saat dia sudah tak lagi mencium sapu tangan itu.

"Jennie.. Jennie.. Jennie.. Bawa gue ke mimpi indah malam ini Jen.." Ucap Lukas membenarkan posisi tidurnya dan lantas menarik selimut untuk bersiap-siap berkelana di alam mimpi.

Beberapa saat setelah Leo tidur, sang ibunda dan ayah datang menengoknya.

"Hmm.. Kebiasaan banget deh, kalau pulang malem ga bersih-bersih dulu, ga ganti baju dulu, langsung tidur!" Ucap Ibun.

"Ya udah lah bun ga papa.. Leo pasti capek pulang kerja, udah biarin aja kita juga tidur yuk.."

Sang ibu menatap ayah lantas mengangguk.

🎙🎙🎙

Sudah 5 hari berlalu semenjak pengunduran diri Rose di radio. Semenjak itulah jadwal siaran program radio menjadi kacau karena kepergian Rose. Saat ini ketegangan menyeruak di seluruh ruang meeting yang dihadiri crew siaran dalam rangka meeting evaluasi rutin program dan siaran yang dipimpin Jisoo.

"Program-program yang biasa dibawakan Rosie turun drastis ratingnya semenjak programnya dibawakan announcer lain. Bahkan banyak pendengar terutama penggemar Rosie banyak yang complaint karena Rosie ga ada." Ucap Jisoo sembari berdiri dan berkacak pinggang.

"Kalau soal penggemar yang complaint.. Okelah.. Kita bisa abaikan. Cuma soal profesionalitas kalian sebagai announcer itu mana? Seolah-olah kalian ga niat karena jadwal siaran ditambah, terus siaran malas-malasan!! Pantes aja rating turun!!" Ucap Jisoo geram seraya meninjukan tangannya di meja.

Jennie melirik sekilas ke Jisoo, akhir-akhir ini yang ia tahu mood Jisoo sangat buruk. Acap kali Jisoo meluapkan emosinya di depan seluruh crew radio. Jika dulu waktu hubungan mereka masih berjalan baik, Jennielah orang yang mampu menenangkan emosi Jisoo. Namun kini, jangankan untuk menenangkan emosi Jisoo berdekatan dengannya pun Jennie masih enggan.

Luka yang diberikan Jisoo begitu besar dan membekas di hati Jennie. Sehingga butuh waktu lama bagi Jennie untuk menyembuhkannya.

"Maaf mas sebelumnya.. Tapi kita bisa nyoba membujuk Rosie buat balik ke radio lagi. Karena sebenarnya kita masih butuh dia disini." Usul Jeffry.

"Omong kosong!!! Dia udah balik ke Bandung, ga mungkin dia mau balik ke Solo lagi.."

"Gue sebenarnya udah ada ide untuk program-program Rosie kita gantikan dengan program baru. Cuma tinggal nunggu persetujuan dari kalian aja." Ucap Jisoo.

"Oke mas gue setuju." Ucap Hanbin.

"Yang lain gimana?"

"Gue sedikit ga rela karena psycotalk itu masuk program favorit banyak kalangan sih mas." Ucap Jennie.

"Bahkan gue rela khusus hari senin gue double siaran. Supaya psycotalk ga diganti." Imbuh Jennie.

Jisoo nampak menimang.

"Maaf Mas Jisoo.. Gue juga ga rela kalau Radika diganti. Karena program Radika program radio pertama di Solo yang nyajiin keunikan di dalem programnya dan bahkan radio lain pun banyak yang mencoba bikin program sejenis mas."

"Program garing maksud lo?" Ucap Jisoo.

Jeffry hanya membungkam mulutnya karena kesal dengan jawaban Jisoo.

"Pokoknya nanti gue bakal susun program lagi, dan gue butuh saran kalian buat mempertimbangkan program mana yang harus diganti mana yang ga." Ucap Jisoo.

"Oke.. Cukup meeting kita hari ini. Silahkan bagi yang mau melanjutkan pekerjaan kalian. Hmm. Khusus Jennie tetap tinggal disini!" Tutup Jisoo.

Semua crew pun bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang meeting. Leo yang duduk disamping Jennie menepuk pundak Jennie saat akan keluar.

"Gue duluan Kak Jen.." Ucap Leo. Jennie mengangguk.

Jisoo menghela nafas pelan sebelum akhirnya dia mendekati Jennie. Jisoo memutar kursi Jennie dan berlutut di depannya. Jennie menatap datar Jisoo.

"Mau apa?" Tanya Jennie dingin.

"Sayang.. Aku mohon jangan batalin pernikahan kita.. Mamaku sudah nyiapin semuanya sayang. Dan aku.. Aku bingung harus ngomong apa nanti sama mama kalo kamu batalin gitu aja." Ucap Jisoo menggenggam erat tangan Jennie.

"Maaf keputusanku sudah bulat. Aku udah ga bisa lagi jalanin hubungan kita." Ucap Jennie melepaskan tangannya sementara Jisoo menghela nafas pelan.

Tatapannya sendu, bagaimana tidak, ia harus menelan kenyataan pahit bahwa Jennie tak lagi menginginkannya. Ya tentu ini resiko yang harus dia terima dari perbuatannya.

"Besok malam, kita pertemukan kedua orang tua kita, kita selesaikan baik-baik hubungan kita di depan orang tua kita. Dan aku harap... Kamu mau jujur dengan orang tua kita." Ucap Jennie.

"Apa kamu mau memaafkanku Jennie?" Tanya Jisoo. Jennie berfikir sejenak sebelum akhirnya helaan nafas keluar dari mulutnya.

"Aku mau memaafkanmu.. Asal, kamu mau tanggung jawab dan menikahi Rosie.. Dia sedang mengandung anak kamu mas. Kamu tega ngebiarin dia berjuang sendirian??" Ucap Jennie sembari menahan sesak di dadanya. Bagaimanapun juga dia pernah begitu mencintai Jisoo, bahkan sekarang sisa-sisa rasa cinta masih tersimpan di hatinya.

Jisoo menatap kosong Jennie.

"Gimana?" Tanya Jennie.

"Huft.. Oke.." Dengan berat hati Jisoo menjawab. "Demi kamu!"

"Telepon Rosie sekarang.. Bilang kalau kamu mau menikahi dia!" Ucap Jennie.

Jisoo mengambil handphonenya yang berada di meja lantas mengetikkan sesuatu sebelum akhirnya menempelkan handphone pada telinganya.

Jennie menatap Jisoo sedikit sendu.

"Hallo Rosie.."

"Iya kenapa mas tumben telfon?"

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.. Sedikit penting!"

"Ngomong soal apa?"

"Hmm.. Soal kehamilan kamu..." Ucap Jisoo menjeda kalimatnya.

"Kenapa? kenapa tiba-tiba nanyain kehamilan aku? Aku tahu sejak awal kamu ga mau nerima kehamilanku, sekarang mas tenang aja aku ga akan nuntut mas buat tanggung jawab kok. Ini anak aku bukan anak kamu.. Jadi biar aku besarin sendiri anak aku tanpa bantuan kamu!" Tutup Rose tajam serta terdengar bergetar seolah Rose tengah menahan tangisnya.

Jisoo menjauhkan handphonenya dari telinga dengan sedikit bertanya-tanya.

"Kenapa?" Tanya Jennie.

"Rosie bilang dia ga mau nuntut aku lagi buat tanggung jawab.." Jawab Jisoo.

"Kenapa ga langsung ngomong jujur aja?" Tanya Jennie.

"Aku sedikit ragu.."

Huft.. Lagi-lagi helaan nafas keluar dari mulut Jennie.

🎙🎙🎙🎙

Di tempat lain, Rose menutup telepon lantas meletakkan dengan kasar handphone yang digenggamnya ke sofa panjang yang dia duduki. Sebelah tangannya melabuh di kening seraya terisak.

"Maas.. Jangan siksa aku seperti ini!!" Ucap Rose seraya terisak.

"Teteh.. Teteh kenapa??" Tanya sang mama tersentak saat melihat Rose tengah menangis terisak.

Mamanya yang baru saja tiba dari dapur membawa cireng yang sengaja dia buat untuk cemilan Rose. Setelah meletakkan piring cireng ke meja, mama lantas memeluk Rose. Rose semakin menangis tersedu kala berada di pelukan sang mama.

"Bapaknya dedek ma.." Adu Rose pada sang mama.

"Kenapa teh sama bapaknya dedek?"

"Bapaknya dedek tiba-tiba ngehubungi teteh nanyain kehamilan teteh ma. Disaat teteh pengen lupain dia.. Kenapa dia malah tiba-tiba muncul.." Ucap Rose seraya terisak.

"Mungkin insting dia sebagai seorang bapak terlalu kuat teh.."

Rose semakin terisak setelah mendengar ucapan sang mama.

"Teh, emang teteh bilang apa ke Bapaknya dedek di telepon?"

"Teteh bilang teteh ga nuntut tanggung jawab dari dia lagi ma.. Teteh juga bilang dedek bukan anak dia, dedek akan teteh besarin sendiri tanpa bantuan dia ma.."

"Teteh... Cara teteh salah! Teteh ga bisa seperti itu, meskipun bapaknya tidak mau bertanggung jawab. Tapi suatu saat bapaknya bisa saja mencari tahu anaknya teh, karena seperti tadi mama bilangkan? Insting seorang ayah itu kuat teh.. Apakah teteh mau ngebiarin dedek ga kenal sama bapaknya?" Tanya mama.

"Tapi bapaknya udah ga mengakui anaknya sejak awal ma, jadi teteh udah bertekad untuk ngebiarin dedek ga tau siapa bapaknya.."

Sang mama menghela nafas.

"Ya udah.. Teteh jangan sedih lagi ya.. Nanti kalau teteh sedih dedeknya jadi ikutan sedih.." Ucap sang mama seraya mengelus perut Rose.

Rose menghapus air matanya dan tersenyum haru.

"Iyaa ma."

'Rasanya teteh ga mau balik ke Solo lagi ma.. Teteh mau terus di Bandung.'

🎙🎙🎙🎙

Beberapa hari kemudian...

Jennie tengah disibukkan dengan laptopnya di sofa ruang santai lantai 2 radio. Dia tengah membuat tugas kuliahnya, setelah siaran pagi tadi. Saat dirinya tengah sibuk dengan tugasnya. Tiba-tiba Leo datang membawa kantong berisi sekotak makanan kepadanya.

"Apanih??" Tanya Jennie saat Leo mengayunkan kantong tersebut di depan mukanya.

"Leker Naimo." Mata Jennie berbinar.

"Leker Naimo? Lo habis dari sana?" Tanya Jennie. Leo mengangguk

"Dekat kampus gue kan juga ada Kak Jen. Gue tadi habis dari kampus, terus sekalian mampir ke situ karena gue ingat lo lagi suka banget sama menu baru Leker Naimo." Ucap Leo mengambil duduk di sebelah Jennie.

"Apa coba menu baru favorit gue?" Tanya Jennie.

"Leker isi telur, tuna, keju." Ucap Leo.

"Iih tahu aja deh!"

"Ya tahu laah Leo gitu loh!"

"Anyway lo cepet banget ke kampusnya??"

"Heem, cuma urusan ke akademik bentar doang kok. Terus siang ini gue ada siaran."

Jennie mengangguk seraya memakan lekernya.

Tak lama Leo meninggalkan Jennie karena dia akan segera siaran. Tinggalah Jennie sendiri lagi. Jennie menoleh ke sumber suara saat dia mendengar sebuah suara langkah kaki dari arah tangga menuju lantai dua. Betapa terkejutnya dia saat yang datang adalah Rose, dengan senyum tipis yang dia arahkan ke Jennie.

"Rosie!" Pekik Jennie. Rose tersenyum.

Jennie dengan cepat mendekat ke arah Rose yang sudah berdiri di depannya, memeluknya erat seolah ingin meluapkan kerinduannya pada sang sahabat.

"Gue pikir lo ga bakal ke radio lagi.." Ucap Jennie.

"Gue kesini karena sebenarnya gue ga boleh resign sama Pak Mino mbak, Pak Mino malah ngasih gue cuti panjang supaya gue bisa punya waktu sama keluarga gue di Bandung." Jelas Rose sembari memeluk punggung Jennie. Jennie mengangguk sesaat kemudian dia melepas pelukannya.

"Rosie gue minta maaf.. Soal waktu itu..." Ucap Jennie belum sempat melanjutkan kalimatnya Rose telah memotongnya.

"Oh.. Ga papa mbak. Gue emang pantas mendapatkannya karena gue udah berbuat kurang ajar sama mas Jisoo." Ucap Rose tersenyum pilu.

"Ga.. Lo ga salah Rose.." Ucap Jennie.

"Oh iyaa ikut gue yuk!!" Ucap Jennie menarik pergelangan tangan Rose.

"Mau kemana mbak??" Tanya Rose.

"Udah ikut aja!"

Rose hanya bisa patuh dengan ajakan Jennie yang ternyata mereka pergi ke ruangan Jisoo. Rose menahan tangan Jennie yang hendak mengetuk pintu ruangan Jisoo.

"Mbak.. Mau ngapain ke ruangan Mas Jisoo?" Ucap Rose yang terdengar enggan masuk ke ruangan itu.

"Udah lo ikut aja yaa.."

"Ng.. Tapi mbak..."

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk!"

Rose dengan berat hati menerima tarikan Jennie yang mengajaknya masuk.

Saat sudah di dalam Jisoo terkejut karena melihat Jennie dan Rose masuk ke ruangannya.

"Ada apa Jen??" Tanya Jisoo.

"Mas. Sudah janji kan sama aku mau bertanggung jawab dengan kehamilan Rosie." Ucap Jennie yang membuat Rose tercengang.

"Maksudnya apa mbak??" Tanya Rose.

"Ros.. Ada yang lebih berhak bersama mas Jisoo daripada gue, makanya gue batalin pernikahan kami, dan orang tua kami juga sudah mengetahuinya. Lo dan anak lo lebih berhak daripada gue Rosie, lo lebih berhak untuk bersama mas Jisoo. Jadi jangan pernah mikirin buat besarin anak lo sendirian Rosie!" Ucap Jennie.

Rose berkaca-kaca. Sementara Jisoo hanya terdiam memandang Jennie.

"Terus lo gimana mbak?" Tanya Rose.

"Gue gapapa Rosie.." Jennie menarik Jisoo untuk mendekat ke arah Rosie.

"Gue udah mengikhlaskan mas Jisoo.. Buat lo!" Ucap Jennie suaranya sedikit bergetar, senyumnya terlihat menyimpan luka. Tangan Jennie mengarahkan tangan Rose dan tangan Jisoo untuk disatukan.

"Gue harap kalian berdua bisa sama-sama merawat bayi kalian yaa.." Pesan Jennie.

"Mas.. Jaga Rosie! Dia butuh kamu di masa-masa kehamilannya." Ucap Jennie yang beralih menatap Jisoo yang masih terdiam dengan tatapan dinginnya.

"Demi kamu aku akan jaga dia.. Tapi kamu harus ingat Jennie. Aku masih cinta kamu, sampai kapanpun cintaku ga akan pernah hilang!" Ucap Jisoo. Jennie tersenyum pilu.

"Kalau gitu aku pergi.." Ucap Jennie meninggalkan Jisoo dan Rose berdua di ruangan Jisoo.

Jennie mempercepat langkahnya menuju toilet lantai dua. Sesampainya disana Jennie masuk ke bilik dan menutup rapat pintunya serta menghidupkan keran air. Jennie menangis sejadi-jadinya.

"Kenapa mengikhlaskan begitu sulit daripada saat gue ngucapinnya." Ucap Jennie terisak meratapi kepedihannya.


𝓑𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓫𝓾𝓷𝓰

Sorry for my bad.. My mistake.. My typo..

Bisa-bisanya gue lupa sama jalan cerita ini... 😂😂 ada di part sebelum"nya ya yang bilang kalo ga salah Jisoo anak bungsu eh di part sebelum ini ngomongin jisoo anak tunggal.. Oke sepertinya mesti gue ralat nih part yang ngomong Jisoo anak bungsu!

Thank you for coming, reading, vote, and comment..

Continue lendo

Você também vai gostar

132K 10.2K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
183K 15.4K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
486K 5.1K 87
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
79.9K 7.7K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG