one

By pokemonbertaring

750 87 39

Kumpulan one shoot dari beberapa shipper yang aku suka❗ ht bertambah sesuai updatean shipper. Chaun_ June, 2k... More

Help Me

742 87 39
By pokemonbertaring

TEKEN BINTANG SEBELUM BACA!

18+

|||||

Jung Yerin tahu ini kesalahannya karena terlalu sibuk bermain di Games Center yang buka 24 jam membuat dirinya harus pulang sendirian. Sebenarnya Yerin sudah terbiasa pulang larut malam, di rumah juga tak ada siapapun kecuali para maid. Orangtua Yerin memilih bekerja dan mengabaikannya jadi Yerin juga melakukan hal yang sama.

Yerin berjalan begitu santai bahkan ia terus bersiul agar memiliki teman di kesunyian malamnya. Yerin begitu menikmati setiap hari seperti ini selama tidak memiliki kesibukan.

Bekerja-bermain-pulang-makan-tidur.

Seperti itu dan akan selalu seperti itu. Yerin tidak peduli apapun, toh di dunia ini juga tidak ada yang peduli padanya.

Krak

Yerin menoleh kebelakang saat mendengar suara kaleng terinjak, namun tak ada apapun disana. Yerin mencebikan bibirnya seraya mengangkat kedua bahunya acuh.

Mungkin kucing. Pikirnya.

Gadis itu kembali berjalan tanpa rasa takut sedikitpun. Rumah mewahnya sudah terlihat, seorang security juga sudah menatapnya lega. Mungkin security itu tengah menunggu kehadiran Yerin.

"Nona kemana saja? Tuan Muda mencari Nona sejak tadi!" ujar security yang berusia lima puluh tahun.

"Dia datang?" tanya Yerin yang di angguki oleh security sebagai jawaban. Yerin segera melangkahkan kakinya masuk dengan sedikit senyum simpul tercetak di bibir. Saat di ruang tamu tak ada satupun orang disana. Tuan Muda menunggu? Cih. Yerin menyesal sedikit mempercayai kalimat itu.

Merasa haus maka dari itu ia menuju dapur sebelum memasuki kamarnya, Yerin membuka pintu mesin pendingin meraih sebotol air mineral, membuka tutup botol dan langsung meneguknya. Yerin bernafas lega saat air dingin sudah membasahi kerongkongannya. Saat meletakan botol air mineral itu di atas meja Yerin melihat seorang yang ia kenal berjalan terburu-buru bahkan tak sadar bahwa Yerin berada di dekatnya.

"Yera? Kau dari mana berpakaian seperti itu?" Yera, perempuan yang berusia sama dengan Yerin berhenti dengan wajah terkejut. Anak dari salah satu maid dirumah Yerin. Bisa dikatakan mereka cukup dekat, dulu.

Yera memposisikan tubuhnya menghadap Yerin dan tersenyum kikuk. Sedangkan Yerin terus menatap tubuh Yera yang terbalut dengan pakaian berwarna hitam, bahkan gadis itu memakai topi dengan warna senada.

"Aku habis membeli ini!" jawab Yera dengan mengangkat sekantong plastik berwarna hitam menunjukannya pada Yerin.

Gadis bermarga Jung itu tidak lagi berkata apapun, memilih melanjutkan langkahnya menuju kamar. Sedangkan Yera hanya mampu terdiam menatap kepergian Yerin yang sudah menaiki anak tangga.

Yerin mendorong pintu kamarnya ia langsung terlonjak mendapati sosok lelaki tinggi berdiri di hadapannya dengan tatapan berang. "dari mana saja kau, Jung Yerin?"

Yerin menghela nafasnya, ia lelah, ia butuh istirahat, dan ia tak peduli pada lelaki itu. Yerin mendorong bahu lelaki berambut coklat itu agar tidak menghalangi jalannya namun naas lelaki itu balik menyerang dengan cara mengunci kedua tangan Yerin di balik punggung.

Yerin sedikit meringis, "Lepaskan aku, Jeon Wonwoo!" Perintah Yerin dengan nada tinggi. Lelaki itu--Jeon Wonwoo, semakin mencengkram tangan Yerin.

Tidak.

Yerin tidak boleh kalah. Dengan kers ia menggigit bibir bawahnya agar tidak berteriak dan memaki lelaki brengsek yang berani menyakitinya.

"Kau hanya perlu menurut padaku. Hanya itu! Tapi, kenapa kau selalu membangkang, heum?"

Yerin bergedik geli saat suara bariton Wonwoo dengan nada rendah terdegar di telinganya, belum lagi hembusan nafas Wonwoo menerpa permukaan kulit lehernya.

Sial. Yerin mengingkan lebih.

"Wonwoo, lepaskan aku!" Cicit Yerin berusaha tidak mengeluarkan suara laknat yang membuat lawannya senang karen berhasil menggodanya.

Wonwoo berdecak, "Ck. Lalu bermain denganku?" ujarnya menggoda.

Yerin mendongakan kepala terus menggiggit bibir bawahnya saat ia rasakan bibir kenyal milik Wonwoo menyapu permukaan kulit lehernya sesekali lidah lelaki itu ikut bermain.

Sial. Jeon Wonwoo selalu bisa membuatnya tidak berkutik. Lelaki itu berbahaya. Sangat.

"Wonwoo-akhhh..." desah Yerin saat Wonwoo menghisap kulit lehernya hingga menimbulkan bekas merah.

"Kau menikmatinya bukan?" Wonwoo terus melakukan kegiatannya menciumi ceruk leher Yerin, sesekali menggiggit dan yang pasti selalu Wonwoo lakukan adalah memberi tanda kepemilikan disana.

"Oh. Ayolah. Jangan menikmatinya sendirian! Aku membenci itu!" pekik Yerin frustasi.

Wonwoo terkekeh mendengar protesan Yerin yang kurang jelas karena merengek. Hanya Wonwoo yang mampu membuat Yerin seperti itu. Merengek layaknya bocah kecil yang meminta permen. Wonwoo melepas cengkramannya lalu menarik Yerin duduk di pangkuannya diatas ranjang king size milik Yerin.

"Jangan pulang sendirian! Kenapa kau selalu membantah? Eum?" tanya Wonwoo pada Yerin, lelaki bermata monolid nan tajam itu mengusap pipi Yerin begitu lembut.

Wonwoo tak memberikan Yerin kesempatan untuk menjawab, laki-laki yang masih memakai kemeja kerjanya langsung menciumi bibir Yerin rakus. Yerin tentu membalas ciuman seorang Jeon Wonwoo. Begitu nikmat dan panas. Mereka bahkan sudah lebih melakukan dari ini walaupun masih berstatus tunangan.

Wonwoo mencecapi rasa manis yang selalu membuatnya candu dari bibir Yerin, mengulum dan menggigit bibir yang sangat Wonwoo gilai rasanya. Yerin berhasil membuat perasaan lebih dan lebih timbul tanpa bisa dikendalikan.

Tangan Wonwoo mulai bergerak menerobos sweater Yerin, menjelajahi punggung mulus gadis-atau wanitanya-itu. Wonwoo menyukai Yerin dari ..., entahlah Wonwoo sendiri lupa tepatnya yang pasti saat awal mereka berkenalan Wonwoo mulai tertarik pada Yerin gadis polos nan menggoda, menurutnya.

Yerin tentu tak tinggal diam. Ia merindukan sentuhan lebih dari Wonwoo karena sudah 2 bulan mereka tidak bertemu dan sialnya Wonwoo tidak pernah menghubunginya. Tanpa alasan yang jelas, laki-laki itu pergi ke luar kota. Dari yang Yerin dengar, Wonwoo pergi untuk urusan bisnis.

Jemari lentik Yerin membuka kancing kemeja yang di kenakan Wonwoo satu persatu, sesekali menaik turunkan tubuhnya untuk menggoda adik kecil Wonwoo yang mulai sesak dibawah sana.

"Akhhh..." lenguh Yerin.

"Kau nikmat, baby ...." puji Wonwoo.

Yerin dan Wonwoo saling menyatukan kening setelah melepaskan pagutan mereka, mengatur nafas masing masing seraya melempar senyuman sinis dan menatap satu sama lain penuh gairah.
Kancing kemeja Wonwoo sepenuhnya terbuka namun tidak terlepas dari tubuhnya dan Wonwoo juga sudah berhasil melepaskan sesuatu di dalam sweater Yerin yang melindungi dua benda kenyal kesukaan Jeon Wonwoo.

"Lets play, baby?"

"Now!"

Saat Wonwoo hendak membalikan tubuh Yerin, wanita itu menghentikan pergerakan Wonwoo. Yerin langsung berdiri dan menghampiri objek utama yang menggaggu penglihatannya tadi. Wonwoo berdecak kesal karena sikap Yerin yang mengulur waktu untuk mencapai kenikmatan yang sudah ia rindukan.

"Sejak kapan jendela kamarku terbuka? Kau membukannya?" tanya Yerin menatap Wonwoo curiga.

Jeon Wonwoo mengerjabkan matanya beberapa kali lalu mengangguk sekali. Yerin menaikan sebelah alisnya tak mengerti.

"Aku merasa kepanasan, jadi aku membukanya. Come on, Babe. Lihatlah, ini begitu menyiksa!" jawab Wonwoo datar, namun langsung memohon seraya menunjuk ke arah bawahnya yang sudah menyembul di balik celana.

Yerin masih menatap Wonwoo curiga, tak lama ia membalikan tubuhnya menatap keadaan luar, merasa tak ada yang mencurigakan akhirnya Yerin menutup jendela kamarnya dan segera menghampiri tunangannya.

Yerin tersenyum sinis, bukan karena permainannya akan dimulai tapi tepatnya ia melihat pendingin dikamarnya aktif sedari tadi.

Jeon Wonwoo, kau berbohong.

|||||


Seminggu berlalu sejak kejadian Yerin mendengar suara kaleng terinjak malam itu, dan malam seterusnya Yerin merasa ada kejanggalan dalam hidupnya.

Yerin merasa diikuti.

Kapanpun.

Dimanapun.

Bahkan saat ia akan terlelap Yerin terus merasa di awasi, Yerin tidak takut jika tiba-tiba ada seorang pyschopat datang dan membunuhnya. Justru ia senang karena bisa mengakhiri kehidupan yang membosankan baginya, hanya saja dengan cara di intai sebelum di jadikan mangsa itu mengganggu sekali.

Saat ini Yerin tengah berada di perpustakan kota. Memutuskan mampir sore ini dan menikmati malam hari dengan bermain games, atau bermain bersama Wonwoo terdengar lebih menarik.

Saat ini lelaki yang berstatus tunangannya itu lebih memperhatikan Yerin, lebih sering menghubungi Yerin bahkan lelaki itu terus mengatakan hal yang menjijikan di telinga Yerin tapi tak urung membuat hati Yerin menghangat.

Jeon Wonwoo tidak pernah seperti itu sebelumnya. Walau mereka bertunangan tapi hubungan mereka tak jauh seperti partner untuk urusan ranjang. Tapi, setelah dua bulan menghilang lalu kembali Jeon Wonwoo sangat berubah lebih terasa peran seorang tunangan dari Jung Yerin.

From : Jeon

Makanlah dengan baik.
Aku mencintaimu...

Yerin tersenyum membaca pesan yang Wonwoo kirimkan. Rasanya, ia seperti jatuh cinta untuk ke dua kalinya pada tuan muda Jeon itun

"Yerin! Aku menemukan bukunya. Ayo kerjakan!" Yerin mendongak dan melihat senyuman manis dari teman kantornya yang kembali dari mencari buku untuk ia baca.

"Terimakasih, Kim Hanbin!" ucap Yerin, Hanbin tersenyum.

Lelaki itu menatap Yerin lama pada gadis yang selama ini mencuri perhatiannya. Kim Hanbin menyukai Yerin sejak pertama mereka berkenalan saat masa penerimaan karyawan baru dulu. Yerin yang terkesan pendiam tapi gesit dalam urusa pekerjaan mencuri perhatian Hanbin. Bahkan tak sekali Hanbin sering melihat Yerin dari kejauhan untuk sekedar melepas rasa rindu yang membuncah dalam hatinya.

Saat Yerin tengah menyelipkan rambutnya di daun telinga, Hanbin tak sengaja melihat bercak merah keunguan tepat di bawah telinga gadis itu.

Hanbin tidak bodoh, ia tahu jenis jejak itu. Hanbin mengepalkan kedua tangannya, rahangnya tak sengaja ikut mengeras melihatnya.

"Yerin, kau sudah memiliki kekasih?" suara Hanbin berubah menjadi dingin, Yerin sedikit terkejut mendapati pertanyaan yang privasi itu. Yerin dan Hanbin memang dekat tapi tidak sampai pada sesi saling bertukar cerita pribadi.

"Tepatnya tunangan!" Yerin dan Hanbin menatap ke sumber suara yang menyahuti pertanyaan Hanbin.

Yerin tak percaya bahwa lelaki yang masih menggunakan baju khas kantoran itu mendekatinya dan mengecup pipi Yerin begitu saja.

"Sayang, kenapa tidak membalas pesanku? Kau membuatku khawatir!"

Yerin bergidik saat Wonwoo mengeluarkan suara berat nan sexy itu. Yerin memang sudah biasa mendengarnya namun sensasi yang di berikan suara itu tidak bisa di rubah. Setiap mendengar suara Wonwoo, Yerin menginginkan sesuatu atau tepatnya, menginginkan laki-laki itu.

Hanbin langsung berdiri tanpa mengatakan sepatah katapun lalu mengambil tas kerjanya dan pergi meninggalkan Yerin bersama Wonwoo begitu saja dengan wajah merah menahan amarah. Selama ini Hanbin tidak tahu jika Yerin sudah bertunangan dan fakta itu membuat Hanbin sakit hati. Yerin seharusnya menjadi milik Kim Hanbin.

|||||

Yerin tahu kesalahannya adalah meremehkan sesuatu. Tangan Yerin bergetar hebat saat membaca sebuah pesan yang kembali menerornya.

From : +101678xxx

Nikmati waktumu yang tersisa gadis bodoh! Sebentar lagi nasibmu sama seperti kado yang kuberikan.

Dan ini sudah sebulan sejak Kim Hanbin meninggalkannya di perpustakaan. Hanbin bahkan tidak pernah menyapanya lagi dikantor.

Saat ini Yerin berada di coffee shop tempat yang sering ia kunjungi. Yerin mematikan ponsel pintarnya dan menarik nafas sedalam dalamnya mencoba menenangkan diri.

"Tenang Yerin ..., ini bukan apa-apa!"

Gumam Yerin meyakinkan dirinya. Bukan hanya sebuah pesan teror yang di terima Yerin tapi lebih dari itu.

Saat Yerin membuka laci meja kerjanya mendapati foto dirinya sendiri yang di lumuri bercak merah dan pisau lipat yang tepat menancap di kepalanya. Yerin berteriak kencang saat itu, tapi karyawan lain hanya menatap Yerin heran.

Bukankah hukum alam berlaku? Saat Yerin tidak peduli pada sekitarnya, maka di sekitar Yerin pun tak akan ada yang peduli terhadapnya.

Saat di rumah, gadis itu menerima sebuah paket yang sudah terletak di atas kasur. Yerin heran siapa yang mengirim, saat bertanya pada Yera, ya, karena hanya gadis itu yang leluasa masuk kamar Yerin namun Yera menjawab ia tidak tahu. Saat Yerin membuka paket itu. Seketika Yerin berteriak.

Seekor kucing dengan keadaan kepala dan tubuh terpisah menjadi hadiah untuknya. Semua maid berlarian menuju kamar Yerin untuk melihat apa yang terjadi dan memastikan kondisi Nona muda mereka, saat melihat bangkai binatang itu mereka tak kalah histeris. Yera langsung memeluk tubuh Yerin yang bergetar hebat, menenangkan gadis yang tumbuh bersamanya itu.

Yerin tidak ingin di tinggal sendiri hingga akhirnya Wonwoo datang dan menemani Yerin. Awalnya, Yera ingin menemani tapi Wonwoo menelfon dan Yerin menceritakan pada Wonwoo semuanya. Lelaki itu rela terbang dari Jepang ke Korea meninggalkan pekerjaannya demi Yerin. Tapi, sejak saat itu teror yang di dapati Yerin semakin menjadi-jadi.

Setiap malam, Wonwoo terus memeluk Yerin dalam ketakutan wanitanya. Membagi waktu ekstra untuk menjaga Yerin dan bekerja. Walaupun orangtua Yerin sudah tahu, tapi dua paruh baya itu terlihat abai.

Dan saat ini, Jeon Wonwoo tidak ada di dekatnya. Wonwoo pergi ke New York untuk perjalanan bisnis meninggalkan Yerin yang dilanda rasa takut setiap saat. Walaupun Wonwoo memberikan dua pengawal untuk menjaga tunangannyam

|||||

Kebiasaan Yerin pulang larut sudah di hilangkannya tapi malam ini Yerin melakukannya lagi. Bukan karena sibuk bermain games, tapi pekerjaannya begitu banyak hingga ia harus lembur. Bukannya Yerin tidak ingin dijemput hanya saja ponselnya mati dan sialnya saat itu hanya dirinya yang berada di kantor.

Saat di lobby gedung perusahaan memang masih ada beberapa orang yang tidak terlalu Yerin kenal, dari pada harus meminta tolong pada orang asing Yerin memilih menaiki bus dan pulang sendirian.

Tapi, keputusaanya salah.

Yerin kembali merasa di ikuti.

Sosok itu berjalan begitu lambat namun pasti mengikutinya. Yerin menoleh kebelakang dan tidak mendapati sosok siapapun.

Yerin menarik nafas kuat dan semakin melangkahkan kakinya cepat. Yerin menyesal tetap mengikuti ego-nya. Tidak, Yerin tidak berhalusinasi saat melihat sosok bayangan yang mengikutinya semakin cepat melangkah mendekatinya.

"Wonwoo ..., selamatkan aku, siapapun tolong aku!" kata Yerin gemetar tapi lirih. Yerin menyayangkan jarak rumahnya yang cukup jauh dari halte.

Yerin semakin cepat melangkahkan kaki--tepatnya ia berlari kecil, berdoa dalam hati dan terus berharap ia akan selamat.

Rumah Yerin sudah dekat, sosok yang mengikutinyapun sudah tidak ada entah kemana. Yerin tidak peduli, yang penting ia selamat untuk malam ini dan tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lagi. Tapi, Yerin heran karena tidak melihat sosok security yang selalu ada menunggunya di depan gerbang seperti biasa jika Yerin pulang larut malam.

Kemana paman Yoo? Batin Yerin.

Yerin sedikit berlari saat melihat pintu gerbangnya terbuka tapi tubuhnya terasa tertarik begitu kencang kearah kiri membawanya ke gang yang gelap dan sepi, Yerin tidak melihat apapun yang ia tahu mulutnya di bekap dan kesadarannya perlahan menghilang.

'Wonwoo selamatkan aku ....'

|||||

Ruangan sempit, bau dan gelap.

Yerin disekap entah untuk waktu yang berapa lama. Yerin berteriak sekerasnya tapi hasilnya tetap sama tak ada yang mendengarnya, yang Yerin dapati malah sebuah tamparan keras atau bahkan pukulan dari balok kayu.

Jika dulu Yerin berpikir ia tidak peduli di tangkap oleh psychopat dan di bunuh, sekarang Yerin menyesal terlalu meremehkan hal itu. Yerin takut, sangat takut. Yerin tidak kuat menerima siksaan ini, ia tidak kuat saat harus mati secara perlahan seperti ini. Pada intinya sama saja, Yerin takut mati mengenaskan.

"Lepaskan aku ..." lirih Yerin saat suara pintu terbuka dan langkah seseorang mendekat padanya. Yerin tahu itu adalah orang gila yang tega mengurung dan menyiksanya.

"Oouh .., manna Jung Yerin yang selalu menaikan dagunya? Eum?" tanya seseorang.

Yerin kembali menajamkan telinga berusaha mengingat siapa pemilik suara tak asing itu. Yerin merasa sangat tidak asing, tapi sialnya Yerin melupakan hal sekecil ini.

"Lepaskan aku!" pekik Yerin lemah, badanny penuh keringat dan beberapa luka yang masih basah.

Tapi, penculik gila itu tertawa begitu kerasnya. Suara yang berhasil membuat Yerin merasa ketakutan. Suara yang terdengar seperti ancaman kematian.

"Aku akan melepaskanmu jika kau mati di tanganku, Jung Yerin!" katanya begitu penuh kebecian.

"Apa maumu sebenarnya, sialan?" maki Yerin, dan berusaha melepas ikatan dikaki dan tangannya.

Wanita bermarga Jung itu meringsut kebelakang saat derap langkah semakin mendekatinya. Dimana lagi luka yang akan di buat psychopat itu?

"Akh..." Yerin meringis saat rambut panjangnya yang sudah sangat basah karena keringat ditarik kebelakang dengan kuat. Rasa sakit menjalar keseluruh tubuhnya yang penuh luka.

"Mauku? Kau jelas tahu apa mauku gadis bodoh!" maki sosok psikopat itu dengan nada tinggi. Yerin meringis saat kepalanya kembali dihempas dan membentur sesuatu yang begitu keras di sampingnya. Membuat kepala Yerin sakit sekaligus pusing.

"Kau pikir aku cenayang mengetahui keinginanmu bahkan disaat aku tidak mengenalmu?" Yerin masih mampu berkata sinis disaat dirinya diambang kematian. Membuat psikopat itu kembali tertawa, namun kali ini tawa itu tak menakutkan seperti biasanya. Tawa itu terdengar penuh luka.

"Kau benar ..., kau tidak mengenalku, Jung Yerin."

"Kau gila? Kau menyekapku padahal kita tidak saling mengenal?" maki Yerin marah tidak terima atas perlakuan orang gila yang berdiri menutup wajahnya.

"Tidak ..., tidak. Aku mengenalmu. Sangat!"

Yerin mengerutkan dahinya tidak mengerti. Seseorang itu menarik nafas dalam, "Kita berteman dan sialnya hanya aku yang menganggapmu teman!"

Yerin semakin mengerutkan dahinya berpikir keras siapa orang ini. Yerin terus mencoba mengingat hingga ...

"Akhhhhh Lepaskan ..., Lepaskan ini sakit! Akhhh!" Yerin berteriak kesakitan saat punggung tangannya di injak begitu keras, Yerin tahu itu adalah sebuah benda yang runcing.

Ujung heals itu diputar di punggung tangan Yerin hingga rasa sakit menusuk ulu hatinya. Yerin tidak bisa menahan tangis rasanya begitu sakit hingga membuat Yerin ingin mengakhiri semuanya. Yerin meronta, memukul kaki pelaku itu dengan satu tangannya yang berhasil bebas dari ikatan.

"Kau masih tidak mengingatnya?" teriak psikopat itu marah.

Yerin terisak memegangi pergelangan tangannya yang sudah terlepas dari injakan. Yerin merasakan sesuatu yang kental mengalir keluar dari tangannya dan bau amis kembali menguar.

"Si-siapa kau?" Yerin masih terisak. Tawa itu menggema lagi membuat Yerin semakin ketakutan.

"Sepertinya dengan benda ini kau akan cepat mengingatnya!" Yerin membeku saat benda besi pipih yang dingin mengusap secara perlahan di pipi chubby-nya. Yerin tahu itu adalah sebuah pisau.

"Ja-jangan ..., ku mohon."

Pinta Yerin diabaikan oleh orang itu. Yerin semakin terisak saat ujung pisau tajam itu menekan pipinya dan berhasil membuat lubang kecil di sana membuat sebuah cairan keluar dan mengaliri pipi chubby Yerin.

"Akhhh ...,a-aku minta maaf ..., aku minta maaf." isak Yerin tak sanggup lagi menahan siksaan. Meminta maaf atas ketidaktahuannya yang menyebabkan ia bernsib naas.

"Minta maaf? Disaat semua yang seharusnya menjadi milikku kau rebut?" teriak psiko itu sangat marah.

"Akhhh!!" Yerin berteriak saat pisau itu menancap di punggung tangannya yang tadi di injak. Nafas Yerin tersenggal. Tenaganya melemah saat banyak darah yang mengalir tepat saat psikopat gila itu mencabut pisaunya.

"Kau! Kau merebut kebahagianku! Kau menghancurkan harapanku Yerin! Kau seharusnya MATI!" pekiknya lagi meluapkan amarah yang sepertinya terpendam lama.

Yerin terdiam sesaat menahan sakit yang mendera semua tubuhnya, hingga sebuah nama melintas di pikirannya.

"Yera ...." lirih Yerin akhirnya mengingat pemilik suara yang tak asing ditelinganya.

Iya, akhirnya Yerin ingat dan tahu siapa pelaku yang tega menyekap dan menyiksanya ini.

Yera. Sosok yang ia kenal sejak kecil.

Pisau itu jatuh terlepas dari genggamannya yang tergantung di udara saat hendak menancapkannya tepat di jantung Yerin.

"Yera ...." sekali lagi Yerin menyebut nama itu dengan nada tak percaya. Yerin berharap tebakannya salah.

"Jangan sebut namaku sialan!" maki Yera pelaku penculikn dan penyiksaan pada Yerin.

Jung Yerin semakin menangis mendapati fakta bahwa seseorang yang hidup dari kecil bersamanya tega melakukan ini, membuat sakit yang Yerin rasakan berkali-kali lipat.

"Kenapa .., k-kenapa kau melakukan ini?" tanya Yerin tak percaya, tubuhnya terasa semakin melemah.

Yera tertawa keras, seperti tadi tawa penuh lukanya. Yera mencengkram kedua pipi Yerin kasar menekan kuku panjangnya masuk ke pipi Yerin. Yera melepas penutup wajahnya hingga Yerin benar-benar melihat dengan jelas bahwa benar Yera pelakunyam

"Kau takut? Ini belum seberapa dengan apa yang aku rasakan, sialan!" terus Yera memaki Yerin.

Yerin tidak menjawab, ia menangis melihat sosok Yera yang baik menjadi seperti ini. "Yera hentikan ..."

"Hentikan?" Yera mendengus kasar saat mengucapkan kata itu. "omong kosong! Setelah kau merebut semuanya dan aku terbuang, kau menyuruhku berhenti? Tidak Yerin! Kau harus mati, setelah itu aku akan berhenti!" kata Yera berapi-api kemarahan.

"Yera ku mohon! Kau teman--" ucapan Yerin terpotong.

"Persetan! Saat keluarga Jung lebih memilihmu untuk di adopsi ketimbang aku saat kita di panti asuhan, saat aku harus rela menjadi pembantu di rumah itu karena permintaanmu, saat aku harus menjadi temanmu bukan saudaramu, saat aku ...," ucapan Yera terhenti, ia mengatur deru nafasnya yang tak stabil setelah melampiaskan semua emosi terpendam dalam benaknya, "saat aku harus mencintai lelaki yang menjadi tunanganmu ..., kau menyuruhku berhenti?"

Yerin bungkam seribu bahasa saat suara Yera dengan nada tinggi melirih di ujung kalimatnya. Yang membuatnya terkejut adalah Yera mencintai Jeon Wonwoo?

Kenyataan macam apa ini? Yerin harusnya tidak meremehkan saat pertama kali Wonwoo datang kerumahnya, saat itu Yerin melihat tatapan Yera memang berbeda pada Wonwoo tapi Yerin memilih untuk tidak peduli dan menikmati kebersamaannya dengan Wonwoo.

"Yera ...." lirih Yerin tidak percaya.

"DIAM KAU SIALAN! KAU HARUS MATI!" bentak Yera.

Yera meraih pisau lipat yang terjatuh tadi, ia siap melayangkan pisau itu tapi kembali pergerakannya terhenti saat melihat wajah pasrah Yerin seperti menerima tikaman itu. Yera tersenyum sinis.

"Kau tahu, tubuh Wonwoo begitu panas dan nikmat?" bisik Yera tepat di telinga Yerin.

Yerin membulatkan matanya saat mendengar kalimat penuh penekanan itu. Tidak mungkin, Yerin yakin Yera hanya menipunya. Yera ingin membuat Yerin merasakan sakit lebih banyak lagi. Tetapi Yera tertawa puas, sangat puas seperti menandakan bahwa ia menang.

"Kau bodoh? Seharusnya kau bisa menebak semuanya. Jendela kamarmu yang selalu terbuka saat kau pulang, aku yang selalu dari luar dan Wonwoo yang sering kerumah walaupun kau tidak ada. Seharusnya kau tahu itu!" Yera mencoba sedikit menjelaskan dengan nada penuh kesombongan.

"Kau menikmatinya?" tanya Yerin, terdengar tidak peduli dan mencoba mengabaikannya. Yerin dengan ketidak peduliannya kembali.

Benar, di dunia tidak ada yang bisa dipercaya. Aku mencintaimu? Persetan, perasaan benci itu menjalar walau Yerin tidak mempercayai ucapan Yera sepenuhnya.

Namun itu hanya sebuah topeng agar ia tidak terlihat semakin menyedihkan. Pengakuan yang dilontarkan Yera seakan membunuh jiwa Yerin dengan sekali tebas. Yerin tidak pernah menyangka Wonwoo yang selalu menatapnya ternyata berpaling bahkan bermain dengan wanita lain di belakangnya.

Sakit macam apa lagi yang harus Yerin rasakan saat ini? Bukankah sudah lengkap? Disekap, disiksa dan mengetahui fakta bahwa lelaki yang mulai ia cintai ternyata berkhianat.

Yerin menahan tangisnya. Tentu saja, Yerin tidak boleh lemah hanya karena Jeon Wonwoo.

"Tentu saja. Ah, sebelum kau mati bukankah kau harus tahu siapa pelaku peneror itu? Tapi sepertinya kau sudah tahu bukan?" ujar Yera sarkasme.

"Kau menjijikan!" maki Yerin tak kalah sarkasme, Yerin tidak boleh kalah.

"Apa kau bilang?" teriak Yera lalu menarik rambut Yerin kembali, tidak, Yera tidak cukup dengan itu ia kembali menyeret Yerin dan membenturkan kepala Yerin ke dinding kotor yang lembap karena lumut.

Yerin tertawa kecil, menatap Yera menantang. Membuat Yera semakin emosi. Lalu Yera menendang perut Yerin berulang kali. Yerin terbatuk dan sedikit cairan merah keluar dari mulutnya. Yerin tidak memberikan perlawanan karena kakinya yang masih terikat.

"Kau menjijikan sekaligus menyedihkan, Yoon Yera! Menjadi selingkuhan dan menyiksa orang lain karena merasa tersakiti? Ck, benar-benar menyedihkan sekali!" kata Yerin menahan sakitnya.

"Diam kau gadis murahan!" maki Yera tak tahu diri.

"Hei, berkacalah siapa yang murahan?" kata Yerin menatap nyalang pada Yera, "Wonwoo tentu tidak akan tergoda jika bukan kau yang memulainya! Aku mengenal baik tunanganku. Dan aku yakin saat Wonwoo-ku bersetubuh denganmu hanya namaku yang di sebutnya, bukan?"

Walaupun seluruh tubuh Yerin kesakitan termasuk hatinya, tetap Yerin tidak boleh kalah bukan? Yerin harus mempertahankan segalanya dia bahkan sengaja menekankan kata tunanganku dan Wonwoo-ku seakan mempertegas bahwa lelaki itu miliknya.

Wajah Yera berubah menjadi pias. Membuat Yerin tertawa puas dalam kesakitannya, Yerin pikir kalimat palsu itu akan mendapat ejekan dari Yera dan wanita itu segara membunuhnya. Tapi Yerin tidak menyangka bahwa kalimat kebohongannya benar. Bukankah itu sedikit membuktikan bahwa Wonwoo benar mencintainya? Tapi mengapa lelaki brengsek yang sialnya Yerin cintai itu sudi bersetubuh dengan Yera di saat Yerin mampu memberikan lebih?

Yerin menjadi ragu pada perasaan Jeon Wonwoo padanya.

"Aktingku bagus bukan? Dengar Yera, jika kau tidak melakukan ini dengan kekerasan aku pastikan Jung Yerin selalu lebih unggul dari Yoon Yera!" kata Yerin yang semakin menantang.

Yera tersulut amarah, sudah cukup Yerin mempermainkan emosinya. Yera kembali menarik rambut Yerin membenturkan kepala Yerin kembali ke dinding hingga darah mengalir disana, tidak merasa puas Yera mengambil balok kayu lalu memukulkannya di kepala Yerin setelah itu memukul seluruh tubuh Yerin membabi buta.

Yerin meringis ingin berteriak tapi kekuatan yang ia miliki sudah habis tak bersisa. Yerin kesakitan, tubuhnya tiak memiliki tenaga, pandangan matanya mulai memburam.

Ah, kematian menyebalkan. Kata Yerin dalam hatinya.

"DIAM KAU SIALAN! Semenjak Wonwoo mengatakan ia mencintaimu, memilihmu dan meninggalkanku, aku benar-benar ingin membunuhmu Jung Yerin!" teriak Yera marah, sakit, benci dan amarah menggema di gudang itu.

Yera melempar balok kayu yang sudah terkena bercak darah itu kesembarang arah, ia kembali menarik rambut Yerin membuat wajah basah Yerin yang tercampur keringat dan darah. Yera tersenyum sinis melihat Yerin yang sudah tidak berdaya tapi masih mampu menatapnya dengan sayu.

"Aku membencimu sejak dulu Yerin. Aku membencimu saat kau selalu unggul dariku! Aku sangat membencimu saat Wonwoo mencintaimu!"

Plak!

Yera menampar pipi Yerin yang sudah penuh luka dan darah. Yerin jatuh tergeletak di lantai kotor itu dengan pandangan sayu tapi tidak kehilangan kesadaraanya. Yerin berusaha mengangkat jemarinya tapi tidak berhasil bahkan tubuhnya tak memiliki rasa sedikitpun seakan semua persendiannya mati rasa, bahkan bernafas saja begitu sulit Yerin lakukan.

Yera tertawa begitu puas, ia kembali meraih pisau menempelkan ujung pisau itu di wajah Yerin. Menekannya dalam hingga mengeluarkan percikan darah, lalu menariknya kebawah membentuk sebuah garis panjang di wajah Yerin.

Yerin tidak meronta karena tubuhnya sudah melemah. Yerin tidak bisa lagi, ia tidak sanggup lagi bertahan.

Kepalanya begitu sakit dan penglihatannya sudah memburam. Yerin pasrah jika saat ini malaikat maut datang menjemputnya. Tapi, sepertinya takdir berkata lain, sebelum Yerin kehilangan kesadaran pintu ruangan itu terbuka.

'Dorrr'

Jeon Wonwoo datang menyelamatkannya dan menembak Yera tiga kali, hingga tubuh perempuan itu jatuh bersimbah darah.

Yerin tersenyum lemah melihat Wonwoo yang berlari menghampirinya dengan wajah penuh kekhawatiran. Wonwoo langsung memeluk tubuh lemahnya. Yerin juga melihat beberapa orang masuk dan menyingkirkan tubuh Yera yang tergeletak begitu saja.

"Sayang maafkan aku. Aku mencintaimu, sungguh. Bertahanlah!" mohon Wonwoo begitu menyesal, lelaki Jeon itu bahkan menangis melihat kondisi wanita yang ia cintai.

Wonwoo mengangkat tubuh Yerin ala bridal style. Dalam dekapan hangat itu Yerin memejamkan matanya dan perlahan kesadarannya menghilang.

"Tuan Jeon, wanita itu masih bernafas." lapor seorang pengawal yang mengikuti Wonwoo.

Laki-laki itu menatap Yera sesaat, lalu menatap wajah Yerin. Wonwoo menghela nafas, "selamatkan dia .., dan, balas semua perbuatannya pada wanita yang aku cintai!"










'Terimakasih Tuhan kau mengabulkan doaku ..., Wonwoo-ku datang menyelamatkanku ....'



----THE END----

Continue Reading

You'll Also Like

167K 26.4K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
You Don't Know By

Fanfiction

3.7K 441 5
"hyung jadi kita ini apa?" "ya roomate lah. Mau apa lagi?"
937K 77K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
115K 11.9K 34
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...