Harmony ; family relationship

By cherriessade

38.2K 3K 330

(COMPLETED) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bukan cerita tentang kisah percintaan atau penghianatan, bukan juga mi... More

prolog
one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
eleven
twelve
thirteen
fourteen
fifteen
sixteen
seventeen
eighteen
nineteen
twenty
twenty one
twenty two
twenty three
twenty four
twenty five
twenty seven
twenty eight
twenty nine
thirty
thirty one
thirty two
thirty three
thirty four
thirty five
thirty six
thirty seven
thirty eight
thirty nine
fourty
fourty one
fourty two (END)
Promote

twenty six

355 40 1
By cherriessade

Happy reading


"ANAK paling ganteng kesayangan Mommy udah pulang!" Teriak Beltran mengelegar begitu memasuki rumahnya.

Begitu tersadar, dia meringis sambil meminta maaf ketika melihat Agam dan anaknya-Yuna berada diruang tamu.

Lantas dia menyalami kakak angkat dari Mommynya itu kemudian berjabat tangan dengan Yuna.

Yuna terlihat cantik sekali meski dengan tampang juteknya. Tapi eits jangan salah, Beltran tipe cowok yang setia. Dia tidak akan meninggalkan Nashanya, dia telah berjanji. Begitupun Nasha, gadis itu juga telah berjanji untuk tidak akan meninggalkannya.

Beltran akan menganggap Yuna sebagai sepupunya. Terakhir kali pertemuan mereka, dia mengantar Yuna ke minimarket untuk mendapatkan roti jepangnya, dan dia sempat meminjamkan jaket kulitnya untuk menutupi noda pada bagian belakang celana Yuna.

Queen yang baru keluar dari dapur dengan nampan berisi dua gelas minum untuk diberikan pada tamu.

"Eh, sayang udah pulang?" Queen menghampiri Beltran.

Beltran menyalami tangan Queen, berakhir dengan satu kecupan mendarat dikeningnya.

"Mommy kok kecup aku sih?" Bisiknya sambil melirik Yuna, dia merasa malu dan tidak ingin gadis itu berpikir bahwa dirinya adalah anak manja/anak Mami.

"Biasanya juga kamu yang kecup Mommy."

Beltran memejamkan matanya kala ucapan Mommy terdengar begitu jelas. Dia hanya merasa malu.

"Tapi kan aku udah gede, udah punya pacar." Alibinya.

"Iya deh terserah kamu, Mommy gak peduli. By the way, udah salam sama Om Agam?"

"Udah kok, Mom."

"Ini tumben Om cuma berdua? Tante Anna nggak ikut?"

"Iya, lagi nggak enak badan katanya. Ini baru pulang dari apotek dekat sini soalnya obatnya udah cari keliling tapi stoknya udah pada abis di tempat lain. Terus sekalian deh mampir kesini."

"Ini Yuna nemenin kamu beli obat nih ceritanya?" Tanya Queen karena menurutnya tidak biasa seorang anak ingin pergi menemani orang tuanya untuk hal sepele.

"Nggak juga. Tadi dia minta jemput dari rumah temennya, kebetulan gak jauh dari sini setelah itu ke apotek dulu, baru deh mampir bentar disini."

"Oh, kirain hehe"

"Yaudah, kalo gitu kita pamit ya. Kasian Mamanya nanti nunggu lama"

"Ah, iya, hati-hati ya."

"Iya."

Yuna menyalami Queen, lalu berjabat tangan dengan Beltran.

"Jaket lo nanti gue kembaliin" Ucap Yuna pada Beltran.

"Iya, sans aja dah."

Sepergian Agam, Bara baru pulang kerumah. Menyalami Mommy dan sama seperti Beltran, Mommy juga menjatuhkan kecupan di kening Bara.

"Kok lama pulangnya, Bang?"

"Reon ngajak ke kafe tadi."

"Jadi abang udah makan?"

Bara hanya mengangguk.

"Ya, bagus deh. Soalnya Mommy juga nggak masak, capek habis bantuin kerjaan Daddy semalem. Kasian Dad nggak tidur gara-gara sibuk."

"Lah, terus Beltran makan apa, Mom?"

"Makan dirumah Mama Caitlin atau Mama Michelle aja. Atau nggak, makan di kafe ajak pacar kamu kek."

"Uangnya?" Beltran menyodorkan tangannya tepat dihadapan Queen.

"Jangan kira Mommy gak tau kemaren Dad ngasih duit jajan tambahan ekstra buat kamu!"

"Itukan aku minta uang buat date sama Binasha, Mom."

"Apa bedanya? Sekarang kamu pengen ajak dia makan di kafe kan? Sama aja ngedate itu namanya."

"Curang ah, Mommy! Gak asik!"

"Lah, curang apanya? Kamu yang curang."

"Nggak pokonya. Mau duitt!!!" Beltran terus merengek, bergelayut manja ditangan Mommynya.

***

"Zila, kamu mau makan dimana?" Tanya Daren setelah masuk ke mobil. Ngomong-ngomong mereka sudah berbaikan, tidak, sebenarnya mereka tidak bertengkar.

Michelle-Mommynya-juga sudah meminta maaf dan merasa tidak enak kepada Zila atas waktu itu. Zila juga baik, bahkan berkata bahwa Michelle tidak perlu meminta maaf. Ini hanya kesalahpahaman saja.

"Terserah. Aku ikut aja"

"Yaudah ke kafe biasa aja ya soalnya kalo restoran mah gue gaada duit. "

Zila hanya tersenyum simpul mendengarnya, meski geram didalam hati ingin berteriak pada Daren bahwa dia adalah anak orang kaya raya. Zila yakin, membeli restoran paling mahal pun keluarga Daren sanggup apalagi hanya untuk sekedar makan. Tetapi sepertinya Daren mencoba untuk hidup sederhana, walaupun hidup sederhananya berbeda dengan kehidupan sederhana orang lain.

Zila sebenarnya tidak mempermasalahkan itu, dia tidak peduli sekalipun Daren mengajaknya makan dipanggir jalan.

Sesampai dicaffe, mereka tidak sengaja melihat Beltran dan Binasha yang juga sedang makan ditempat ini.

Daren berdecih saat melihat Beltran memegang tangan Binasha dan tersenyum genit, sementara Binasha merasa risih. Mereka sungguh manis tapi terlihat konyol.

Daren merasa geli dalam hati melihat cara Beltran yang tidak jauh berbeda dengan para buaya kebanyakan.

Dia menoleh ke Zila, "Caffe lain aja mau?"

"Lho, kenapa? Nggak papa kok disini. Ada mereka juga malah," Ujar Zila sementara Daren memasang wajah masam.

Dan berakhir lah mereka yang duduk disatu meja yang sama. Daren dan Beltran saling melirik tajam satu sama lain, padahal niat hati hanya ingin berdua dengan pacar masing-masing.

Seperti yang diduga, Zila dan Nasha malah asik mengobrol mengabaikan mereka berdua.

"Lo ngapain sih pake kesini segala? Kalo mau ajak pacar makan tuh yang elit dikit lah coba, direstoran kek, dimana kek asal jangan disini. " Cerocos Beltran.

"Ya, terserah gue lah. Ini kan kafe nyokap gue. Kok situ sewot?!" Sinis Daren.

"Punya emak gue kali, ngarang lu!"

"Mak lu kan mak gue juga." Sahut Daren santai.

"Dih, sejak kapan lo lahir dari rahim nyokap gue?!" Beltran berdecih.

"Bodo ah, suka-suka lu deh. Gue mau minggat ke restoran dulu." Daren beralih ke Zila, "Sayang, pindah aja yuk. Kita ke restoran aja"

"Katanya kamu nggak ada duit."

"Pfft-modal dikit lah boss, gegayaan aja tau lo." Sembur Beltran.

Daren berdecak, dia mengabaikan Beltran, lalu menjawab Zila.

"Ada. Ini babi ngepet gue baru nyetor uangnya barusan." Ujar Daren terlanjur kesal.

"Lah, selama ini kamu ngepet?" Tanya Zila dengan polosnya.

"Allahuakbar, nggak!! becanda doang itu tadi!" Ucap Daren merasa gemas lalu mengusap wajahnya kasar.

"Kamu neriakin aku?" Tanya Zila tidak percaya.

Daren kicep sementara Beltran meledeknya tanpa suara. Bisa kalian bayangkan betapa menyebalkannya wajah Beltran saat ini hingga membuat Daren ingin mencakarnya.

"N..nggak kok, aku kan biasanya emang gini ngomongnya. Kamu salah denger aja kali."

"Nggak kok, biasanya kamu nggak gini. Tadi itu kamu bentak aku tau"

Daren membasahi bibirnya, tiba-tiba merasa rusing. "Sayang, enggak kok. Aku nggak bentak kamu, aku ngomong sambil nyanyi asal kamu tau, makanya suaranya naik turun."

Beltran menahan tawa. "Masa sih? Ada ya orang ngomong sambil nyanyi? Bohong kan lu yee?"

"Gak usah didengerin ya, Sayang. Ayo kita pindah aja, mendadak ini caffe jadi panas, padahal biasanya nggak pernah. Apa gara-gara setan didepan gue ini kali ya? makanya jadi panas." Daren melirik Beltran merendahkan.

"Sembarangan lo." Beltran tidak terima

"Yuk, Zila. Tadi Beltran bilang nggak nyaman sama keberadaan kita disini soalnya kita gangguin dia pacaran sama Binasha." Daren buru-buru lekas mengajak Zila pergi.

"Kok kamu gitu sih? Padahal aku suka lho ada Zila." Protes Nasha.

"Nggak, sayang. Itu fitnah, aku gak pernah ngomong kayak gitu." Beltran berusaha membuat Nasha percaya.

"Nggak mungkin. Dari awal aku juga ngeliat kalo kamu kayak nggak suka waktu mereka dateng."

"Nggak gitu. A..aku kan cuma-ah, woylah Daren propokator anjir. Kamu jangan percaya dia deh, musyrik. Percaya mah sama Tuhan aja, jangan sama dia, ya?"

"Anter aku pulang, mendadak aku capek, ngantuk, mau tidur." Binasha meraih tasnya, pergi melenggang lebih dulu.

"Daren kek babi anjing! Awas aja lo bangsat." Gumam Beltran tak henti-henti menyumpah serapahi Daren sepanjang jalannya menuju parkiran tempat mobilnya berada.

***

TBC

karena slow update, gw lupa alurnya dah nyampe mana aja. jdi tulis yg ada dipikiran aja dulu.

btw maap lama update soalnya diriku sibuk sekali di rl😭. Ngetik ini juga hanya bisa malem sebelum tidur , kadang nahan ngantuk demi bisa update.

walaupun cerita ini ga rame rame amat tapi gue males bgt klo ngegantung, bawaannya pen cepet² selese.

dah la.

Published June 6, 2021.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 68.1K 61
β€’ 𝘚𝘦𝘲𝘢𝘦𝘭 𝘰𝘧 π˜’π˜¦π˜Ίπ˜΄π˜©π˜¦π˜·π˜’ β€’ [α΄›α΄‡Κ€κœ±α΄‡α΄…Ιͺα΄€ α΄ α΄‡Κ€κœ±Ιͺ ᴄᴇᴛᴀᴋ] "Vendo gak bakal tinggalin Via kan?" "Iya, Vendo gak bakal tinggalin Via." "Janji sama...
705K 55.6K 57
[FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU!!!!!!!!] __________________________________________ menceritakan tentang Avraga Cavero Bagaskara, lelaki tampan d...
1.5M 124K 158
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
2.3M 143K 89
Asyhila Ersya Arabell gadis manis dan lugu yang selalu terlihat ceria didepan semua orang. tetapi dibalik semua itu tidak pernah ada yang tahu tentan...