Aziela [Revisi]

By Ann_Prnma

31.1K 2.1K 446

PROSES REVISI! "Dee Zie, Lo gak mau gabung sama abang?" tanya Dean. "Stop panggil Ela adik! dan stop manggil... More

PROLOG
Aziela || 02
Aziela || 03
Aziela || 04
Aziela || 05
Aziela || 06
Aziela || 07
Aziela || 08
Aziela || 09
Aziela || 10
Aziela || 11
Aziela || 12
Aziela || 13
Aziela || 14
Aziela || 15
Aziela || 16

Aziela || 01

2.2K 199 58
By Ann_Prnma

01. Awal dari semuanya

•••

"Memaafkan adalah cara terbaik untuk meingikhlaskan."
-Aziela.Y

Happy Reading!!

Seorang gadis kecil berumur 10 tahun sedang berada di trotoar bersama adiknya.

Ela-Gadis kecil itu berjalan jalan santai sambil sesekali menyapa pejalan kaki yang melewati mereka.

"Tatak Ela, Atu au beyi guyayi!" Reyhan-Adik Ela menarik tangan Ela sambil merengek agar mau membelikannya gulali.
(Kakak Ela, Aku mau beli Gulali!)

Ela menunduk menatap adiknya. "Adek Rerey mau gulali?" Reyhan mengangguk antusias dengan mata berbinar.

"Di mana ada penjual gulali?" Ela bertanya lagi kepada adiknya. Tangan kecil Reyhan menunjuk sebuah gerobak gulali di seberang jalan dari tempat mereka berdiri.

Ela berpikir sejenak. "Tapi tunggu jalannya sepi dulu, ya. biar kita bisa menyeberang dengan selamat."

Reyhan mengangguk saja. Toh, yang penting dia dibelikan gulali. Beberapa menit menunggu, akhirnya jalanan agak renggang. Ela menggenggam erat tangan mungil Reyhan dan menyeberang menuju penjual gulali.

Setelah membeli beberapa gulali untuk Reyhan, Ela dan adiknya menyeberang untuk segera pulang karena hari sudah sore. Namun, saat mereka baru sampai di tengah jalan, sebuah mobil dari arah kanan melaju dengan kecepatan rata-rata. Bahkan menabrak papan tanda di pinggir jalan.

Tin ... Tin ....

Klakson mobil terdengar nyaring mengisyaratkan Ela untuk menghindar. Ela yang mendengar klakson mobil itu pun segera menghindar.

Namun, belum sempat mereka beranjak dari situ, tiba-tiba ada sebuah motor yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata menyalip mobil tadi dan akan menabrak Reyhan. Ela yang melihat itu pun refleks melempar adiknya ke pinggir jalan agar Reyhan tidak tertabrak.

Naas, Reyhan malah tertabrak oleh mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi tadi. Karena tabrakan itu, tubuh Reyhan terpental hingga beberapa meter dan gulali yang dipegang Reyhan tadi berlumuran darah dari kepalanya.

Nasib Ela juga tak kalah parahnya. Ela tak terpental namun Gadis kecil itu tertabrak di bagian perut yang mengakibatkan rasa sakit yang sangat luar biasa.

Orang-orang yang berada di sana mengerubungi Reyhan dan Ela yang berlumuran darah. Mereka langsung menghubungi Ambulance dan sebagian orang mengejar Mobil dan Motor yang menabrak Ela dan Reyhan tadi.

"REYHAN!" teriakan itu berhasil mengalihkan pandangan semua orang. Ela yang hampir menutup mata pun sontak membuka matanya lagi saat mendengar teriakan itu.

"Mama ... Maafin ... Ela yang gak becus ... jaga adik ...." Lirih Ela di sela-sela sakitnya.

Samar-samar Ela mendengar suara mamanya yang menangisi adiknya tanpa memedulikan dirinya yang hampir sekarat.

Ambulance datang dan langsung membopong tubuh Reyhan ke brankar dan langsung menuju rumah sakit terdekat. Mamanya ikut masuk ke dalam Ambulance sambil menangis histeris.

Ela hanya tersenyum kecil. Pandangannya kabur dan semuanya menggelap. Ela tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Apakah ini akhir hidupnya?

-Aziela-

Ela terbangun dari tidurnya yang panjang. Gadis kecil itu mengerjapkan matanya berusaha menyesuaikan sorot cahaya. Matanya menelisik ke sekeliling berusaha mengingat apa yang terjadi kepadanya. Putih, satu hal yang mendeskripsikan di mana Ela saat ini. Ela berpikir sejenak. Apakah ini akhir dari hidupnya? Apakah Ela sudah mati? Terus bagaimana keadaan adiknya?

Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi otak Ela. Sampai pintu ruangan terbuka lebar menampakkan seorang Dokter cantik.

"Hai! Bagaimana keadaanmu?"

Ela yang tersadar dari lamunannya pun menatap lekat Dokter yang berada di hadapannya. "Ba-Baik." Jawabnya gugup.

Dokter tadi tersenyum tipis melihat Ela ketakutan seperti itu. "Jangan khawatir, kau baik-baik saja. Oh, ya, kenalkan nama saya Dokter Rita, Dokter yang merawatmu. Dan, siapa namamu?"

"Aziela Yulaika. Panggil saja Ela."

"Benarkah itu namamu? Nama yang bagus sekali!"

Ela hanya tersenyum tipis mendengar pujian itu. "Makasih, Dokter Rita!" ucap Ela sambil menampilkan deretan giginya.

Dr. Rita jadi gemas melihat gadis kecil di hadapannya ini. "Apakah kau sudah tahu jika mamamu tidak menjengukmu?"

"Ela sudah tahu. Mama ga pernah peduli sama Ela," ucap Ela sendu. Dr. Rita memang sudah tahu seluk beluk Ela. Dari mulai keluarganya sampai kecelakaan itu. Tadi dia hanya basa basi saja agar Ela tidak takut kepadanya.

"Tenang saja, Ela. Saya sudah membayar biaya selama kamu di sini. Jadi, kau tidak perlu memikirkan apa pun juga," ucap Dr. Rita dengan senyuman manis di wajahnya.

"Makasih lagi, Dokter Rita! Aaa, Ela jadi sayang." ucap Ela dengan nada gemas. Ela sudah menduga kalau ini akan terjadi. Namun, dia tak menyangka kalau ada orang baik yang mau membayar pengobatannya.

"Panggil Bunda saja. Ela mau kan jadi putri kecilnya Dokter Rita?" tanya Dokter Rita berharap.

Ela mendongakkan kepalanya ke atas sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu pertanda sedang berpikir. Lalu dia menganggukkan kepalanya dengan antusias sampai poninya ikut mengangguk.

Dr. Rita terkekeh lalu mencubit pelan pipi chubby Ela. "Coba ceritain kehidupan Ela." ujar Dokter Rita hati-hati takut membuat Ela kembali bersedih.

Menghela nafas pelan, Ela menceritakan kehidupannya yang tak pernah dianggap oleh orang tuanya sejak kecil dan selalu diasingkan dalam keluarga sendiri.


"Ma, Ela mau di peluk juga dong kaya Adek Rerey." pinta Ela memelas kepada mamanya yang sedang sibuk dengan ponsel di genggamannya. Namun Mama Ela tampak acuh dengan kehadiran anaknya.

"Ma," rengek Ela sambil menggoyangkan kaki Mamanya.

"Lepas!" ketus Mamanya. Ela menggeleng yang membuat Mamanya semakin jengkel.

"Kenapa Ela ga pernah di sayang kaya Adek Rerey? Kenapa Ela selalu di beda bedakan Ma! Dedek Rerey selalu Mama sayang dan Mama peluk. Tapi kenapa Ela gak pernah dapet semua itu Ma? Kenapa Ma? Kenapa?" rengek Ela semakin menjadi-jadi sambil terus menggoyangkan kaki Mamanya. Namun Mama Ela hanya diam tak berkutik sambil terus memainkan ponselnya.

"Jawab Ma, Jawab!"

Plak!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Chubby Ela. Gadis kecil itu memegang pipinya yang terasa panas dan perih akibat tamparan mamanya.

"KAMU MAU TAU KENAPA? ITU KARENA KAMU ANAK PEREMPUAN! SEHARUSNYA AKU MEMILIKI 2 ANAK LAKI-LAKI. TETAPI, GARA-GARA KAMU, IMPIANKU HANCUR!" bentak Mama Ela murka.

Deg!

Hati Ela mencelos mendengar fakta itu. Sakit? Tentu saja. Anak mana yang tidak sakit hati ketika tak di anggap oleh orang tua nya.

Gadis kecil itu memandang Mamanya dengan mata yang berkaca-kaca. Salahkah ia di lahirkan sebagai anak perempuan? Kenapa dia di salahkan atas apa yang ia sendiri tidak tau mengapa.

"Ada apa ini?"

Seorang pria paruh baya memasuki rumah dan langsung menghampiri mereka. Mama Ela hanya menunjuk Ela dengan dagunya.

Ayah Ela melirik ke arah Ela yang sedang duduk lemas di lantai dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

Plak!

Satu tamparan lagi mendarat manis di pipinya. Ela hanya mampu meringis menahan rasa sakit di kedua pipinya. Namun sepertinya hatinya lebih sakit dari pada 2 tamparan tadi.

"MAU APA LAGI KAMU, ANAK SIALAN? GAK CUKUP BUAT KELUARGA KAMI MENDERITA HANYA KARENA KEHADIRANMU?" teriak Ayah Ela menggebu-gebu.

Ela berpikir sejenak. Ayah dan Mamanya sama saja. Sama-sama tak memiliki hati. Ah, jangan salahkan Ela jika dia kali ini melawan orang tuanya. Salah mereka sendiri bersikap kasar kepada anak berumur 10 tahun.

"JANGAN SALAHKAN ELA KALAU ELA TERLAHIR SEBAGAI ANAK PEREMPUAN! ITU SEMUA TAKDIR! TAK ADA YANG TAU TAKDIR SEPERTI APA YANG AKAN KALIAN TERIMA! DAN ELA JUGA TAK BERHARAP DI LAHIRKAN DI DUNIA INI!" teriak Ela mengeluarkan unek-unek yang selama ini dia pendam. Lega rasanya namun hati Ela masih sakit.

Orang tua Ela langsung bungkam tak tahu harus berkata apa lagi. Perkataan Ela ada benarnya juga. Tapi, karena kebencian mereka lebih besar daripada rasa kasihan, mereka tak memedulikan perkataan anak mereka.

Merasa tak ada jawaban, Ela berlari menuju kamarnya sambil terisak. Dia masih kecil namun mengapa di beri ujian yang begitu berat?

Dokter Rita yang mendengar itu pun merasa kasihan kepada gadis kecil di hadapannya ini. Mengapa anak kecil seperti Ela di perlakukan seperti itu? Apakah benar mereka orang tua?

Ela menangis setelah menceritakan semua itu. Lagi dan lagi dia harus mengingat kejadian yang tak mengenakan dan membuat hatinya sakit. Dokter Rita segera memeluk tubuh rapuh Ela yang sedang menangis sambil mengusap punggung Ela agar tenang.

"Nanti bunda akan mengambil hak asuh mu ya, Sayang," ujar Dokter Rita sambil mengecup pucuk kepala Ela.

"Tapi, apa bisa?" tanya Ela tak yakin.

Dokter Rita tersenyum manis. "Bisa, Sayang. Ela mau 'kan jadi anaknya Bunda?"

"Mau!" Antusias Ela.

"Oh iya, anak Bunda mana?"
Perlahan senyum Dokter Rita luntur digantikan dengan senyuman sendu.

"Suami Bunda meninggal karena kecelakaan beberapa tahun lalu. Kecelakaan itu mengakibatkan Bunda keguguran dan rahim Bunda harus diangkat. Tapi ga pa-pa, 'kan sekarang Bunda punya Ela."

"Maaf, Bunda. Ela gak tahu," sesal Ela karena menanyakan hal yang sensitif.

"Ga pa-pa, Sayang."

"Makasih, Bunda! Ela sayang Bunda." Ela memeluk Dokter Rita.

"Sama-sama, Aziela Yulaika."

-Aziela-


04 Juni 2021

Continue Reading

You'll Also Like

165K 3.4K 36
Ini adalah hidup saya!
28.3K 1K 51
Apa yang kalian rasain kalo punya Kakak Laki-laki yang sifatnya, perhatian, sayang sama elu, protektive, ganteng, baik, pasti elu suka mikir gini. "U...
5.7M 378K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
Rakabumi By Arunika

Teen Fiction

255 80 7
"ketiadaan kisah kita dalam cerita hidupku bukanlah kemauanku, maka kini kujabarkan betapa hebatnya angan masa depan yang kunostalgiakan padamu, dulu...