Devil Boyfriend [✔]

By jeongmery14

1.2M 116K 17.4K

Dira tidak tau kalau menyatakan perasaan pada Jeno, sama dengan dia yang menyerahkan diri secara langsung ke... More

Prolog
hai hellooo
Devil Boyfriend - Trailer Short Version
Adira Giavany
Arjeno Aldivaro
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60 - END
Q & A
KABAR BAHAGIA
VOTE COVER
BLURB + INFO PO
OPEN PO

Chapter 43

16.6K 1.8K 539
By jeongmery14

Kali ini, vote dulu baru baca ya.

Taeil menengok kanan-kiri sebelum berjalan menuju meja yang diperintahkan si Nona galak. Disetiap langkahnya, Taeil berusaha mengingat semua yang dikatakan Tiara tadi. Namun sifat pelupa pria itu muncul di waktu yang tidak tepat, ia lupa siapa yang akan diberikannya satu gelas vodka ini.

Taeil menggeleng kecil, pasti tidak akan salah. Pria itu sampai di meja yang di duduki Dira, tersenyum ramah memberikan satu persatu ke-enam orang itu dengan berbagai rasa minuman yang berbeda.

Tiba saatnya ia memberikan vodka ini dan juga jus mangga, Taeil meneguk ludah gugup menatap bergantian kedua gadis yang sama-sama bergaun hitam, dan sekarang malah duduk bersebelahan.

"Minumannya Nona," ucap Taeil meletakkan kedua minuman itu di tengah-tengah Xiyeon dan Dira, yang asik menonton penampilan salah satu penyanyi ibu kota yang diundang kemari.

Dira menoleh sekilas ke arah Taeil, melempar senyum tipis sebelum kembali menatap ke arah dance floor. Taeil tersentak kecil, tiba-tiba tersipu sendiri diberikan respon seperti itu.

Kemudian ia pamit pergi, tidak lupa mata Taeil mencari-cari si Nona galak yang entah dimana sekarang. Ah biarkan, yang penting ia sudah melakukan perintah gadis itu.

***

"Oh my god! Suaranya serek-serek basah ... so sexy, rahim gue anget jadinya."

Xiyeon berceletuk lirih yang tak digubris sama sekali oleh ke-lima orang itu. Jemari lentiknya meraih minuman yang tersedia di meja, tanpa mengalihkan pandangan pada penyanyi laki-laki itu. Setelah beberapa saat Dira juga meraih minumannya, meneguknya santai hingga tandas.

Ia berdehem pelan, tenggorokannya terasa tak nyaman setelah menyesap minuman ini. Dira menoleh ke samping setelah merasakan colekan di pinggang, melihat Xiyeon nyengir tak jelas sebelum bergumam.

"Ngebosenin banget gak sih?"

Dira mengernyit, mencium sesuatu tak asing. "Kak Xiyeon habis minum apa?"

Xiyeon mengembungkan pipi, sebelum berdiri dari duduknya tanpa menggubris ucapan Dira.

"Lah, tu anak mau kemana?" tanya Haechan memperhatikan Xiyeon yang berjalan agak sempoyongan.

Renjun menegakkan badan, meraih gelas kaca kosong yang tadi dipegang Xiyeon. Mengendus kecil, sebelum meletakkan kembali dengan wajah terkesiap. "Mabuk tuh, minum alkohol kayaknya kadarnya tinggi sampai dia gitu."

Mereka mendelik, serentak menoleh ke arah dance floor dimana Xiyeon berada sekarang.

"Haiii semuaaa!!!"

Beberapa tamu undangan mengalihkan perhatian ke gadis itu. Xiyeon melebarkan senyum, menoleh ke arah dimana Dewa dan Deya berada.

"Untuk Tante Deya kesayangan Xiyeon, selamat wedding happy semoga langgeng sampai mati sama Om yang baru," ucapnya terkekeh memegang mic yang diambil dari penyanyi laki-laki di sampingnya.

"Untuk om Dewa semoga dosanya terampuni, eh bukan, semoga makin cinta dan sayang sama Tante Deya. Oh ya Om, Xiyeon boleh minta sesuatu gak?"

Dewa ditempatnya menggeleng heran, kemudian mengangguk dengan senyum tipis.

"Tau gak pesta resepsi Om bikin aku ngantuk! Apalagi lagunya kayak nganterin aku buat bobo, jadiiiiii biar lebih seru gimana kalau ditambahin lagu jedag-jedug om??!" Xiyeon mengerjapkan matanya lucu. Pipi cewek itu terlihat sedikit memerah karena efek alkohol.

Dira sendiri menahan tawa melihat tingkah Xiyeon, tidak tau kalau dari arah samping ada dua cowok yang terus memperhatikan gadis itu, bagaimana binar irisnya dan bibir pink alami Dira terbuka sedikit lalu mengatup lagi.

Sedangkan Haechan dan Ryujin seolah tak ada kata mantan diantara mereka, terbukti dari tingkah Haechan yang mengusili Ryujin yang malah membuat cewek berambut sebahu itu tersipu malu namun ditutup-tutupi.

"Boleh yaaa om?? Aku maksa gak nerima penolakkan!" Suara Xiyeon terdengar menuntut.

Dan tanpa menunggu lama Dewa sudah mengangguk setuju, membuat Xiyeon berjingkrak senang sampai ingin terjatuh, namun sigap ditahan oleh penyanyi laki-laki tadi.

Xiyeon menatap penyanyi itu, tersenyum menggoda dan langsung mengalungkan kedua lengannya pada leher laki-laki itu. "Pesta yang sebenarnya dimulai."

Sedetik kemudian ruang ballroom mulai meredup karena beberapa lampu dimatikan. Hanya dance floor yang terang bercahaya karena didesain seperti itu jika ruangan menjadi gelap. Semuanya berjalan sesuai yang diinginkan Xiyeon.

Haechan buru-buru menarik tangan Ryujin supaya ikut masuk ke dalam dance floor lagi, sebelum itu Haechan meminta agar menyetel lagu yang dipintanya.

Seketika dance floor penuh oleh kebanyakan remaja seumuran Jeno ke atas. Mereka sebenarnya sudah menunggu hal ini, pesta dengan alunan biola pelan membuat beberapa dari mereka mengantuk seperti yang dikatakan Xiyeon. Dan sekarang tak lagi, lagu Calvin Harris - This Is What You Came For ft. Rihanna mengudara di sepanjang ruangan ballroom.

"LO JUGA IKUTTT!!!" Xiyeon berteriak nyaring, menarik tangan Dira yang baru saja beranjak ingin pergi ke stan kue.

Dira terkekeh, ikut masuk ke dalam kumpulan orang-orang itu. Menari kecil seraya melihat Xiyeon meliuk-liukkan badannya asal, mereka semua menari bebas dan bernyanyi mengikuti lirik lagu itu dengan heboh. Suasana di pesta ini mendadak berubah drastis, pesta resepsi ini terlihat bukan seperti namanya. Tapi sebuah club malam kecil-kecilan. Ck, ck, ck.

Kedua pengantin pun turut serta dalam kegilaan itu, walau sudah berumur, Dewa dan Deya masih bisa menari asal seperti remaja-remaja disekelilingnya.

Ryujin, Xiyeon dan Dira tertawa menikmati suasana ini. Ryujin yang sebenarnya lagi happy banget, karena tadi Haechan tak sengaja menciumnya saat menari bersama, membuat ia memerah malu dan berakhir pergi dari cowok itu. Sedangkan Xiyeon, sudah dikuasi efek vodka yang tadi diminumnya.

"Gue muallll!!!" ucap Xiyeon menunjukkan gestur ingin muntah.

"APA?" tanya Ryujin berteriak tidak mendengar, karena lagu disetel dengan volume besar dan sorakan mereka menghambat pendengarannya.

"GUE MAU MUNTAH GOBLOK!"

Ryujin dan Dira mendelik.

"Yaudah ayo ke toilet!" ajak Ryujin.

Xiyeon menggeleng. "GAK MAU, MASA LAGI DISKO GINI PERGIII!" ucapnya dan lagi-lagi menunjukkan gerakan ingin muntah.

Ryujin mendecak, ia beralih menatap Dira. "Lo disini aja, gue bawa dia ke toilet dulu!"

Tanpa menunggu jawaban Dira, Ryujin menarik Xiyeon membelah kerumunan. Meninggalkan cewek beriris coklat bening itu sendiri di tengah lautan orang yang menari asal menikmati musik.
Tentu saja Dira tak mau, untuk apa ia disini kalau mereka tak ada, rasanya canggung sekali.

Baru saja setengah berjalan lengan Dira dicekal, ditarik mundur, membuat ia terlonjak menubruk dada orang di belakangnya. Dira mendongak cepat, mendapati senyuman miring Jinyoung yang ... mengerikan.

"Hai Dira."

Dira menghempas kasar pegangan Jinyoung, menatap cowok itu tajam. Tanpa menggubris, sekali lagi ia ingin pergi namun di tahan.

"Kenapa buru-buru banget sih, hm?" tanya Jinyoung menundukkan wajahnya ke arah cewek itu.

Dira mendengus, "ngeliat buaya resek."

Jinyoung terkekeh kecil, menunjuk sudut bibirnya yang terluka. "Lo liat ini? Dare yang bagus, Dira."

"Jelas, buat ngasi pelajaran sama cowok yang mulutnya lemes banget gak ngehargain cewek di depan umum," kata Dira membalas tatapan Jinyoung.

"Gue kira lo cewek yang gak banyak omong, pemalu dan penakut dari cerita temen-temen gue. Tapi disini, di depan gue, lo keliatan berani."

"Ya terus?"

Jinyoung mendengus sinis, menarik pinggang gadis itu untuk mendekat. Tentu saja cewek beriris coklat bening itu tak tinggal diam, memberontak untuk dilepaskan.

"Diem, atau lo jadi korban mesum dari pak tua belakang lo," bisik Jinyoung.

Gerakan Dira langsung terhenti, menoleh pelan ke belakang dan benar saja melihat pria berkumis tipis dengan kulit keriput sesekali mencuri pandang ke arahnya, menari sedari tadi di belakang cewek itu.

"Aku mau keluar dari sini," ucap Dira mendongak menatap Jinyoung lagi.

Jinyoung menarik satu sudut bibirnya. "Lo itu kayak magnet yang gampang banget narik perhatian orang, lo tau itu?" tanyanya tanpa mengidahkan perkataan Dira barusan. "Semuanya, Pak tua itu dan termasuk gue."

"Sekarang bilang, gimana rasanya jadi selingkuhan Jeno?" tanya Jinyoung lagi membuat Dira memandang cowok itu datar. "Dari pada lo sama cowok yang udah punya tunangan, mending sama gue yang masih sendiri. Kasihan, lo masih punya harga diri juga 'kan?"

Dira terkekeh remeh. "Coba nyalonin diri? Seperti yang Kak Jinyoung bilang tadi, banyak yang tertarik sama aku. Jadi aku gak perlu milih cowok ke pede-an kayak Kak Jinyoung ini, masih banyak yang lebih baik dari cowok mulut brengsek."

Senyum cowok itu seketika hilang. "Selain gak punya harga diri jadi selingkuhan orang, lo ternyata juga cewek angkuh."

"Terserah."

"Gak jauh beda dari saudara lo, bedanya dia bisa nutupin baik-baik tapi lo nunjukkin secara terang-terangan," desis Jinyoung.

Dahi Dira mengkerut pelan, sebentar-sebentar. Saudara yang dimaksud? Jangan bilang Jiny--

"Gue tau siapa lo," kata Jinyoung cepat. "Harusnya kalian nyari tempat bicara yang bener-bener gak ada orangnya."

Detik itu juga Dira mematung, mengerjap menatap Jinyoung yang sudah tak bisa menahan kekesalan pada cewek di dekapannya ini.

"Terkejut?" Jinyoung memiringkan sedikit kepalanya, melempar senyum miring. "Tiara ternyata bukan putri satu-satunya Teo Atmadja, tapi salah satu putri yang diakui keberadaannya. Sedangkan yang satunya, disembunyikan dari dunia. Oh atau karena lo anak dari pelacurnya, jadi Om Teo gak mau ngakuin lo?"

Dira menggeram marah, menunjuk Jinyoung tepat di depan wajah cowok itu. "Perlu ditekanin Mama aku bukan pelacur! Kalau Kak Jinyoung cuma tau setengah cerita dari hidup aku, mending diem aja, gak usah merasa tau semuanya."

Jinyoung mendengus remeh, dengan gerakan cepat memegang jari telunjuk Dira membuat cewek itu kembali terkesiap kecil.

"Mengagumkan." Jinyoung mengecup cepat jari cewek itu dan Dira langsung melotot tajam.

"Keturunan keluarga Atmadja memang selalu luar biasa, baik dari segi visual, materi dan lain-lain," lanjut Jinyoung memegang erat jari telunjuk Dira.
"Contohnya di depan gue sekarang, Adira Giavany Atmadja yang buat gue penasaran setelah malam kemarin."

"Kurang ajar!" geram Dira merasakan tangan Jinyoung yang mulanya melingkar di pinggangnya, sekilas mengusap punggung bagian atasnya yang terbuka.

Tanpa pikir panjang cewek itu menginjak kaki Jinyoung, secara bersamaan dari arah
belakang, kerah tuxedo cowok itu di tarik kasar, badannya dibalik cepat dan satu pukulan keras mendarat di rahang Jinyoung sampai cowok itu tersungkur menubruk orang yang menari di sampingnya.

"Jauhin tangan kotor lo dari cewek gue bangsat!" amuk Jeno sekali lagi melayangkan bogeman ke arah Jinyoung.

Jinyoung yang mendapatkan serangan tiba-tiba itu, tentu tak terima. Ia balas memukul Jeno tepat mengenai bibir cowok itu, pekikkan keterkejutan mengudara detik juga dan suasana berubah rusuh. Beberapa dari mereka berusaha memisahkan Jeno dan Jinyoung yang terlibat pertengkaran panas.

Dira melebarkan matanya terkejut, melihat tontonan di depannya. Detik berikutnya iris cewek itu bersetubruk dengan mata tajam Jeno yang masih menggambarkan kemarahan. Jeno menghempas kasar leraian mereka, menerobos kerumunan hingga berhenti di depan Dira.

Napas hangat Jeno terengah-engah menerpa kulit wajahnya pelan, satu sudut bibir cowok itu mengeluarkan darah segar, dan matanya menilik wajah Dira yang terkejut bukan main. Tanpa mempedulikan keadaan Jinyoung, Jeno meraih tangan cewek itu, menggenggamnya erat sebelum menarik Dira keluar ballroom bersama.

Sesekali menabrak asal para tamu dan pelayan, terutama Taeil yang juga kena kesialan karena ulah cowok itu. Mendecak kesal hampir saja menjatuhkan kue-kue enak yang dibawanya, mata Taeil mengikuti kedua remaja itu pergi, menggeleng pelan dan baru sadar telah terjadi sesuatu di pesta ini.

🍂🍂🍂

"Berhenti."

Langkah Jeno terpaksa terhenti, menoleh cepat ke arah Dira yang memadang diam dirinya setelah mengucapkan itu.

"Apa? Mau balik lagi ke dalam, biar si Jinyoung puas buat mesum ke lo?" sarkas Jeno tajam.

Dira mendengus, berusaha menarik tangannya yang digenggam Jeno, namun itu sia-sia. Jeno seperti sudah menempelkan lem agar tangan mereka tak terlepas sedikit pun.

"Lepasin," ucap Dira membalas tatapan cowok itu.

Kini Jeno yang mendengus, kembali menarik tangan cewek itu tanpa menggubris permintaan Dira. Memaksa gadis itu duduk di salah satu kursi beton ditaman sekitar area ballroom.

"Udah duduk, sekarang lepasin tangan aku," kata Dira jengah. Jeno masih berdiri, tak melepas genggamannya pada tangan Dira sedikit pun!

"Kalau gue lepas lo bakal pergi."

"Jelas lah, buat apa ak--"

"Lo gak liat mukak gue, heh?!" potong Jeno cepat menunduk, memajukkan wajahnya ke arah cewek itu.

Dira refleks memundurkan kepalanya, menelan ludah susah payah melihat ekspresi datar bercampur marah dari wajah Jeno.

"Gue mau lo tanggung jawab."

"Ha?"

"Bibir gue luka itu juga karena lo," ucap Jeno.

Dira mengernyit tidak terima, "what? Yang dateng tiba-tiba terus mukul cowok itu Kak Jeno, dan nerima bogeman balik dari Kak Jinyoung. Kenapa disini aku juga salah?"

"Goblok, gue ngelakuin itu buat lo."

"Atas dasar apa heh?"

"Lo cewek gue, wajar lah gue marah sama tu cowok yang gampangnya deketin lo."

Dira terkekeh sinis, sekilas mengalihkan pandangan sebelum menatap cowok itu lagi. "Gak ada istilah aku ini cewek Kak Jeno," tegasnya.

Jeno mengubah posisi menjadi berdiri tegak kembali. "Ada. Gue gak pernah mutusin lo atau tentang kita putus."

Dira mendengus. "Kalau gitu, ayo putus."

Keadaan berubah hening diantara mereka. Jeno tak menjawab, membalas tatapan berani Dira dengan datar. Hanya suara hembusan angin, dedaunan yang bergoyang dan ombak di pantai.

"Kita putus, yang artinya semua selesai." Dira kembali berujar tidak peduli ketika wajah Jeno makin menggelap marah.

"Denger? Putus. Mending Kak Jeno balik cari Kak Ara dan nikmatin pesta pernikahan orang tua Kak Jeno. Buat semuanya kayak dulu, dimana seolah kita gak saling kenal. Itu lebih baik untuk semuanya. Gak ada yang tersakiti, Kak Ara atau aku sendiri."

Entah kenapa detak jantung Dira terasa bekerja lebih cepat mengatakan deretan kata itu, ada rasa takut dan senang ketika semua yang ingin dikatakannya sedari dulu tersampaikan ke cowok di depannya ini.

Jeno terkekeh kecil. "Lo mau putus?" tanyanya mengelus pelan tangan mungil di genggamannya, kemudian menarik cewek itu untuk kembali berdiri.

"Oke."

Mata Dira membulat, semudah itu?!

"Tapi sebelumnya, kasi gue sesuatu yang berharga," ucap Jeno setia memandangi iris coklat bening itu. "Setuju?"

Dira diam sebentar, namun sedetik kemudian menggangguk pelan. Entah bisikan dan dorongan dari mana hingga ia mau menyetujui omongan Jeno. Terlalu terkejut dengan yang diucapkan cowok ini barusan, dulu Jeno ngotot tidak ingin melepaskannya dan sekarang ... dengan tatapan tidak terbaca, Jeno mengusap bawah bibir Dira lembut dengan ibu jarinya.

"Ini favorit gue," kata Jeno menatap bibir ranum itu sebelum menubrukkan pandangannya dengan Dira. "Sebelum rambut wangi lo."

Dira meneguk salivanya, tiba-tiba gugup melanda di kondisi yang tidak tepat. Kaki cewek itu seakan sudah terkunci dan lemas ketika ia mengangguk memenuhi permintaan devil di depannya ini.

"Lembut seperti kapas, manis seperti permen," ujar Jeno kini berdiri sangat dekat dengan Dira, satu tangannya mengelus pipi cewek itu dan berlahan mendekatkan wajahnya. "Biarin gue lebih ngerasain ini."

Dira meremas kemeja hitam Jeno, pandangannya terus beradu dengan mata cowok itu walau benda kenyal milik Jeno sudah mendarat di bibirnya. Menuntut, menerobos meminta lebih dari sekedar bertemu, seakan benar-benar menggambarkan dimana Jeno ingin lebih merasakannya. Rasa asin karena darah di sudut bibir cowok itu, tidak menghambat bagaimana liarnya permainan Jeno.

Tidak, ini tidak benar. Baru saja ingin menjauhkan wajahnya, tangan besar Jeno sudah lebih dulu mencengkram belakang kepala Dira menahan pergerakan cewek itu.

Sial, mereka berbuat mesum di siang hari begini.

Gelenyar aneh seketika merayap di tubuh Dira, dan tanpa sadar melenguh tertahan karena sensasi aneh yang diberikan Jeno. Dahi Dira mengkerut dalam, secara refleks menutup matanya setelah melihat sosok yang berdiri tak jauh dari mereka mematung dengan kepalan tangan yang erat.

Berhasil. Tiara melihat mereka di balkon ballroom tempat Jeno berada tadi. Wajah cewek itu sudah memerah, pergi dari sana dengan dada bergemuruh marah.

Jeno menggeram rendah, tangannya mencoba membuka ikatan rambut cepol cewek itu, berhasil. Rambut hitam Dira kini tergerai menutupi setengah punggung polosnya, dan detik juga Jeno melepas pagutan bibir mereka.

Ia tak berhenti, malah kini benda kenyal dan basah Jeno mendarat di bahu polos Dira. Mengecupnya berulang kali hingga membuat cewek itu merinding hebat. Jika Jeno dibiarkan, maka yang terjadi adalah kegiatan mereka kemarin malam bisa berlanjut sekarang juga. Dan gelar seorang gadis detik ini juga akan hilang dari Dira, ia TIDAK MAU.

"Cukup!" ujar Dira mendorong bahu Jeno agar menjauh. "Kak Jeno berh-- Akgh!"

Dira berteriak nyaring, dengan kuat menjauhkan diri dari Jeno setelah merasakan kulit bahunya digigit dan dihisap kuat oleh cowok itu.

Ikan cupang beraksi.

Jeno mengusap berlahan bibirnya, tersenyum miring menatap tanda yang telah ia buat di bahu cewek itu. "Karya yang menakjubkan," ucapnya.

Dira mendengus marah, menoleh ke samping di mana bahu kanannya terdapat warna merah bercampur ungu gelap.

"Oh, sebenarnya gue belum selesai ngomong tadi," ujar Jeno memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya, membuat Dira langsung menatap cowok itu lagi.

Jeno menyeringai, "oke gue gak terima kita putus."

Dira otomatis mendelik, mengulum bibirnya geram. Harusnya ia tau dari awal bagaimana liciknya devil di depannya ini, tidak mungkin ia akan menerima keputusannya segampang dan secepat tadi.

"Gue mau bilang makasi buat permainan tadi dan lo, gak perlu bilang makasi untuk tanda cupang itu," ujar Jeno menikmati wajah kesal Dira.

"Devil brengsek!" berang Dira melepas kedua flat shoesnya dan tanpa aba-aba memukul cowok itu brutal penuh rasa kesal.

Jeno meringis sakit sekaligus terkekeh, terus mencoba menghindari hantaman bertubi-tubi flat shoes Dira.

"SIALAN! MATI AJA SANAAA!!" teriak Dira melempar flat shoesnya ke cowok itu.

Gotcha! Sepatunya mendarat menghantam keras hidung Jeno, hingga menyebabkan darah menguncur dari hidung cowok itu secara berlahan. Jeno mendecak sebelum memusatkan pandangan pada Dira yang sudah berlari memasuki hotel, dengan susah payah menutupi tanda yang dibuatnya barusan, dan tanpa sadar Jeno menyunggingkan senyuman melihat itu.

Tidak tau kalau sedari tadi ada Taeyong yang bersandar di salah satu pilar sambil menyesap rokok, menyaksikan adegan live ciuman panas diantara kedua remaja itu. Menarik satu sudut bibirnya lebar, sudah lama ia tak melihat ini.

"Kalau si botak liat secara live pasti lebih seru," ucap Taeyong seraya mengirimkan video Jeno-Dira yang sempat direkamnya tadi ke nomer Dewa.

"Ini baru menarik," seringainya.

TBC.






"Ikan cupang sudah debut."

Si cantik punya...

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 721 46
[COMPLETED] Dia lebih berbahaya dari seorang pemburu. Lebih ganas dari seekor binatang pemangsa. Dia selalu kehausan darah meski tidak pernah meminum...
33.2K 2.9K 23
[CHECK OUT THE TRAILER] ❝Love is an abstact noun, something nebulous. And yet love turns out to be the only part of us is solid, as the world turns u...
804K 37.1K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
189K 14.5K 153
【NOVEL TERJEMAHAN】 【BOOK 2】 Pengarang Bìxià Bù Shàng Cháo 陛下不上朝 Artis T/A Tahun 2019 Status di COO 502 Bab (Selesai) ___________ Ye Zhi tidak hanya m...