Love Story 1 (PJM) ✅

By Min_iren

3.6K 1.2K 6.4K

Sepenggal cerita cinta dari anak kuliahan yang memiliki banyak rasa di dalamnya. Dibaca yah! Kalau gak dibaca... More

1 (satu)
2 (dua)
4 (empat)
5 (Lima)
6 (enam)
7 (tujuh)
8 (delapan)
9 (sembilan)
10 (sepuluh)
11 (sebelas)
12 (dua belas)
13 (tiga belas)
14 (empat belas)
15 (Lima belas)

3 (tiga)

279 123 572
By Min_iren

Jimin memang sialan, ia tega sekali membuat gadis yang ingin bertransaksi video dengannya harus menunggu lama seperti ini di kantin yang sudah ia janjikan. Kehilangan satu konsumen yang akan menjadi pelanggan setianya-- baru tahu rasa.

Gadis bermarga Shin itu mengerut risih pada para lelaki yang sedang memandangnya dengan tatapan nakal, memang ya-- lelaki fakultas teknik ini matanya jelalatan sekali. Apa di fakultas mereka tidak ada gadis yang bisa di pandang atau bagaimana sih ? sampai gadis Shin ini ketakutan ketika di pandang seperti ini.

Sedangkan di tempat lain Jimin tengah terengah-engah mengatur napasnya karena kelelahan berlari. Kalau bukan Hoseok yang membangunkan Jimin karena keberadaannya yang percuma berada di ruang tari ini jika dia hanya tidur-- mungkin kini Jimin masih terlelap dan melanjutkan mimpi genitnya.

Dengan menyusuri koridor Jimin berdoa semoga gadis Shin itu tidak bergerak meninggalkan tempat duduknya karena Jimin karena terlambat menemui gadis itu. 

Sesampai di kantin bola mata Jimin menyusuri segala sudut kantin. Dia melihat dua gadis jadi-jadian di ujung sana. Ya, siapa lagi kalau bukan Lee Airin dan Choi Jira. Tentu bukan mereka yang Jimin cari, dan dia menemukan satu presensi gadis duduk membelakangi dari keberadaan Jimin dengan sedikit menundukkan kepala karena sedang dikerubungi oleh mata bejat para lelaki di kantin fakultasnya.

Jimin semakin tidak percaya diri, benarkah gadis berpita pink itu yang akan bertansaksi dengannya? Sebab, dari penampilannya saja sudah menyeleweng dari ekspektasinya.

Baiklah Jimin tak ingin ambil pusing, lantas ia merogoh ponselnya dari saku celana dan mencari nomer gadis itu lalu mengklik tombol panggil.

Gadis Shin 

[Hallo]

Astaga suaranya lembut sekali. Jimin sebenarnya sudah yakin kalau gadis berpita pink itu adalah si gadis Shin karena gadis itu menempelkan ponsel ke telinganya sembari duduk membelakangi keberadaan Jimin yang jaraknya tidak begitu jauh.

[Hallo, Jimin?] Ulang gadis itu diseberang sana.

"I-iya, Hani."

[Jimin di mana? apa tidak jadi bertemu? Hani sudah menunggu Jimin cukup lama. Kalau Jimin sibuk tidak apa, Hani bisa pulang sekarang.]

"Apa kau mengikat rambutmu dengan pita pink?" Tanya Jimin to the point.

Hani refleks memegangi rambutnya yang di ikat pita pink itu dengan sebelah tangannya dan mencari presensi Jimin.

"Apa kau juga memakai kaus berwarna pink yang kebesaran?"

Lagi-lagi Hani mengerjapkan mata merasa bingung karena apa yang di katakan Jimin memang benar.

Jimin merasa gemas dengan gelagat kebingungan Hani yang tak menemukan keberadaannya.

"Aku di belakangmu, Hani. coba sini berbaliklah ke belakangmu."

Dengan cepat Hani memutar tubuhnya dan menemukan sosok Jimin yang masih menempelkan ponsel di daun telinganya sembari melambaikan tangannya. Tak ketinggalan senyuman genit milik Jimin pun terpatri di bibirnya.

Hani akhirnya bisa bernapas lega karena dengan kedatangan Jimin di sini setidaknya Hani terbebas dari tatapan jahil dari lelaki yang berada di kantin ini.

Astaga... Tolong beri tahu Hani bahwa lelaki yang bersama dia juga memiliki tatapan jahil yang belum di keluarkan.

"Pindah tempat saja, ya."

Hani langsung mengangguk menyetujui lalu mengikuti langkah Jimin yang berada di depannya.

🌿

"Ah... Akhirnya keluar juga." Desah lelaki yang memiliki bibir tebal nan sexy itu sembari merenggangkan tubuhnya. "Hey... kenapa berdiri di sana? Masuk sini, Hani." Lanjutnya ketika menyadari bahwa si gadis pita pink masih berdiri di ambang pintu ruang kelas.

Hani yang di suruh masuk oleh Jimin ke dalam ruangan terlihat bimbang, gelisah, dan cemas.

Jimin rasa gadis itu mungkin ketakutan ketika menyadari ruangan tersebut tampak sepi tak berpenghuni. Tapi mau bagaimana lagi? Dari pada dikerubungi oleh mata jahil para lelaki di kantin lebih baik di sini saja, kebetulan penghuni ruangan ini baru saja selesai jam matakuliah mereka.

Dengan langkah pelan dan hati-hati seperti habis di perawani-- Hani masuk ke dalam ruangan dan duduk di depan Jimin.

"Aku tidak akan apa-apakan dirimu, Hani. Jadi tenang saja, ya." Jimin bersuara mencoba menenangkan gadis yang masih menampilkan airmuka cemas tapi Jimin lihatnya jadi gemas.

Hani menggeleng, "Bukan itu." Jimin langsung memusatkan tatapannya ketika mendengar ucapan Hani. "Eum... Memangnya Hani boleh masuk ke ruangan ini, ya? Hani, kan bukan dari fakultas teknik seperti Jimin."

Ah... Astaga, ternyata gadis Shin ini cemas bukan karena takut di apa-apakan oleh Jimin melainkan dirinya yang bukan dari mahasiswa fakultas teknik dengan santai memasuki kawasan fakultas ini.

Jimin tertawa setan dalam hati, rasanya jadi ingin apa-apakan gadis si pita pink ini saja. Gemas sekali melihat keluguannya.

"Tidak apa, Hani. Kita ini, kan masih satu Universitas hanya beda fakultas saja."

Hani mengerutkan bibirnya kemudian mengangguk menanggapi ucapan Jimin.

"Jadi mau video versi apa? Dan level kepanasannya tingkat berapa?" Tanya Jimin sembari menaruh laptop di atas meja dan menghidupkannya.

Sontak Hani membeku dengan bibir setengah menganga, ia tak mengerti apa maksud kalimat video versi apa dengan level kepanasan tingkat berapa yang di ucapkan oleh Jimin.

Menyadari tak ada tanggapan dari Hani lantas Jimin melirik lalu berkata, "Apa kau baru pertama kali melakukan transaksi seperti ini?"

"Nee ...," Jawab Hani sedikit menunduk seraya menahan malu. Tidak tahu sih, Hani ini malu karena baru pertama kali bertransaksi video ini atau malu di lirik oleh Jimin.

"Aku berikan yang paling dasar saja, ya. Mana sini flashdisknya." Kata Jimin sembari tersenyum. Hani yang beri senyum manis khas Jimin, kan jadi makin suka.

Suka pada Jiminnya, bukan pada transaksi video nya.

Saat Jimin tengah sibuk mengutak-ngatik laptop memindahkan file ke flashdisk dengan ekspresi serius nan tampan itu, diam-diam Hani mencuri pandang, apalagi lihat bibir tebal nan sexy milik Jimin, ah rasanya Hani makin gila kalau melihat pemandangan ini.

"Sudah." Suara Jimin membuyarkan tatapan diam-diam Hani. "Ini." Lanjutnya sembari memberikan benda mungil itu pada Hani.

"Jimin, ini harganya berapa, ya?"

Lihatlah, bagaimana Jimin tidak semakin gemas akan keluguan dan kepolosan gadis Shin ini. Apa ia mengira ini transaksi jual beli barang atau makanan begitu? Masa di tanya harga seperti itu sih.

Lagipula, ini juga karena Jimin. Dia lupa, seharusnya dia memberikan price list terlebih dulu pada Hani melalui chat pribadinya.

"Jim... Sepertinya Hani tidak jadi bertransaksi dengan Jimin hari ini." Hani tiba-tiba menyerahkan flasdisknya pada Jimin.

"Lho, kenapa?"

"Anu... Eum... Dompet Hani sepertinya tertinggal di kelas. Jimin bisa hapus kembali file video nya."

"Tak apa, itu gratis. Hani tak usah membayar untuk kali ini."

Mendengar kata gratis dari Jimin, Hani langsung menggelengkan kepala. "Tidak Jimin. Hani tidak ingin Jimin kekurangan uang nantinya karena memberikan video gratis pada Hani. Hani juga dengar kalau Jimin bisnis seperti ini kelangsungan hidup Jimin."

Agak menggores harga diri Jimin sih sebenarnya. Belum tahu saja si gadis Shin ini kalau Jimin anak konglomerat, jadi memberikan satu video gratis pun tak akan jatuh miskin.

Hani yang masih kekeh untuk memberikan kembali file tersebut pada Jimin, akhirnya lelaki berbubur tebal nan sexy itu menawarkan suatu hal pada Hani. "Begini saja, bagaimana kalau Hani mengutang saja padaku. Besok atau lusa nanti Hani bisa bayar padaku. Bagaimana?"

Gadis Shin itu mengulum bibirnya menahan senyum malu-malu, secara tidak langsung ia akan bertemu kembali dengan lelaki yang ia sukai, bukan?

"Ini Hani tidak apa kalau menghutang pada Jimin?"

Jimin mengangguk sembari tersenyum pada Hani. Aduh... Hani bisa mabuk kalau di suguhkan senyuman seperti ini terus.

"Terimakasih, Jimin. Nanti Hani beri lebih sebagai tanda terimakasih karena Jimin sudah baik pada Hani."

Jimin boleh jingkrak-jingkrak tidak, ya? Lumayan juga memberi hutang pada Hani, bisa diberi lebih pula. Eum... Boleh juga tidak yah pemberian tanda terimakasih dari Hani itu di ganti dengan yang lebih-lebih juga. Hehe.

"Hani boleh pulang?"

Tuhkan, berbicara dengan gadis lugu seperti Hani ini benar-benar harus menahan hasrat yang ingin membantingnya ke atas ranjang. Gemas sekali, Jimin sampai menggigit bibir nya sendiri menahan gemas karena gadis itu meminta ijin agar boleh pulang.

Memangnya dia ini siapa nya Hani? Kenapa mesti meminta ijin seperti itu? Kalau ingin pulang, ya pulang saja, kan. Pikir Jimin begitu.

"Kalau aku tidak mengijinkanmu pulang, bagaimana?" Jimin dengan suaranya yang sensual sembari mencondongkan tubuhnya kedepan Hani.

Hani membeku menahan napas dan matanya membola. Jantungnya berdebar hebat, semoga Jimin yang ada di depannya tak mendengar irama debaran jantung Hani yang rasanya seperti... Ah seperti itulah.

Jimin tertawa dan memposisikan tubuhnya kembali semula. "Tegang sekali, apa aku semenakutkan itu, Hani?"

Hani tak menjawab, ia sibuk menata debaran jantungnya supaya kembali normal.

"Hani boleh pulang sekarang, kok. Nanti kalau rindu padaku, bilang saja, ya." Ucap Jimin dengan nada genitnya.




Tbc💋

Kecup manis dari kak Jimin 💋 awwwww 😍

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 202K 32
Mati dalam penyesalan mendalam membuat Eva seorang Istri dan juga Ibu yang sudah memiliki 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa mendapatkan kesempa...
353K 27.4K 37
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
1.8M 85.9K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.7M 26.2K 27
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...