SHAKA FOR ZALFA (REVISI)

By moccanialatte

2.8K 483 17

Zalfa, siswi begajulan nomor satu seantero Chandra Buana tiba-tiba menjelma jadi sosok bidadari surga dibalik... More

PROLOGUE
💜Kenalan sama best couple dulu yuk!💜
O N E
T W O
T H R E E
F O U R
F I V E
S I X
S E V E N
E I G H T
N I N E
T E N
E L E V E N
T W E L V E
T H I R T E E N
F O U R T E E N
F I F T E E N
S I X T E E N
S E V E N T E E N
E I G H T E E N
N I N E T E E N
T W E N T Y
💜MANUSIA-MANUSIA DALAM SATU CERITA 💜
T W E N T Y O N E
T W E N T Y T H R E E
T W E N T Y F O U R
T W E N T Y F I V E
T W E N T Y S I X
T W E N T Y S E V E N
💜NEW INSTAGRAM ACCOUNT!!!💜
T W E N T Y E I G H T
T W E N T Y N I N E
T H I R T Y
T H I R T Y O N E
T H I R T Y T W O
T H I R T Y T H R E E
T H I R T Y F O U R
T H I R T Y F I V E
T H I R T Y S I X
T H I R T Y S E V E N
T H I R T Y E I G H T
T H I R T Y N I N E
F O U R T Y
F O U R T Y O N E
F O U R T Y T W O
F O U R T Y T H R E E
F O U R T Y F O U R
F O U R T Y F I V E
E P I L O G
💜CERITA BARU!!!!! 💜

T W E N T Y T W O

37 8 1
By moccanialatte

Hai hai, sobat Nia!
Udah lama banget Nia nggak up, gimana kabarnya?
Siap serbu ShaZal??!!!!
Langsung aja deh, check this out!

💤💤💤

Dentingan suara piring dan sendok yang bertabrakan menjadi backsound di ruang makan keluarga besar Zaki Baihaqi. Sayangnya di sana hanya ada dua orang, sang tuan rumah dan permaisurinya, Zaki dan Alfina. Anak tunggal mereka sampai jam makan malam belum juga pulang.

"Zalfa kabur lagi, Mi?"

Umi Alfina terkikik kecil. Ia menandaskan suapan terakhir Soto Betawi yang menjadi menu utama malam ini.

"Abi jangan suudzon mulu sama anaknya dong."

"Loh bukannya biasanya juga begitu?"

"Anaknya Abi satu itu sekarang udah beda loh, Bi. Jarang bejujagan clubbing lagi. Umi liat di lemari juga baju-baju mininya udah nggak ada, nggak tau kemana," setelahnya Umi Alfina menggigit kerupuk sampai mengeluarkan suara berisik.

"Tetep aja jam segini belum pulang," jawab Abi Zaki.

"Orang anaknya lagi ke masjid Istiqlal sama Shaka."

Abi Zaki mendongak. Sementara itu Umi Alfina masih asyik mengunyah kerupuk. Setelah itu Abi Zaki mengangguk pelan sembari menggosok dagunya.

"ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH!!!"

"Waalaikumsalam," jawab Abi Zaki dan Umi Alfina bersamaan.

Dari ujung ruang makan tampak cengiran khas Zalfa. Gadis dengan seragam setengah basah itu berjalan ke arah meja makan sambil menenteng sepatunya.

"Wah wah hebat kali Abi dan Umiku ini. Makan nggak nungguin anaknya," ucap Zalfa sembari menggelengkan kepalanya dan berdecak.

"Ngapain kamu basah-basahan kayak gitu, Jal? Pengen masuk angin? Pengen disuntik dokter?" cerocos Umi Alfina setelah melihat penampilan Zalfa dengan baju setengah basah hampir kering yang terlihat kusut.

"Keujanan tadi, Mi. Shaka lupa bawa jas ujan. Nggak bakal sakit juga kali ah, Mi. Orang cuma dikit," jawab Zalfa.

"Lah terus sekarang Shaka-nya mana?"

"Balik dong. Ya kali mau nginep di sini. Emang Zalfa cewek apaan?"

Zalfa menarik kursi kosong di samping Umi Alfina lalu duduk di sana. Umi Alfina mendelik tajam, tangannya dengan lihai menarik telinga Zalfa yang tertutup jilbab.

"Aw aw aw! Sakit, Umi!" pekik Zalfa saat merasakan panas di telinganya.

"Ini bocah bandelnya nggak ilang-ilang ya! Udah tau bajunya basah, dekil, kusut, mirip tikus got kayak gitu. Masak iya mau langsung makan, mandi dulu sana!" rentetan kalimat itu meluncur dengan lancar dari mulut Umi Alfina.

"Laper, Umiiiii," rengek Zalfa.

"Zalfa," Zalfa menatap Abi-nya dengan tatapan kesal. Tapi seperti biasa, ia tidak pernah bisa berkutik dari tatapan Abi Zaki.

Dengan langkah menghentak Zalfa kembali berdiri dan berjalan ke kamarnya dengan gontai.

"Assalamualaikum!"

Zalfa menghentikan langkahnya yang baru sampai tangga. Ia melongok untuk melihat siapa yang datang. Senyum manisnya terbit saat melihat Bastian berdiri di depan pintu dengan plastik berlogo toko kue favoritnya.

"Abang! Zalfa di sini!!" Zalfa melambaikan tangannya ke arah Bastian.

"Halo, Zal!" sapa Bastian.

"Mandi, Jalpa!"

Zalfa tergeragap dan segera berlari ke kamarnya untuk mandi setelah mendengar titah Yang Mulia Umi Alfina.

"Bang Bas, jangan kabur lo! Tunggu gue di gazebo!" teriak Zalfa sebelum menutup pintu kamarnya. Setelah itu terdengar bunyi keras dari pintu kamar Zalfa yang dibanting.

Bastian hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya pelan. Ia melangkah menghampiri Umi Alfina dan Abi Zaki untuk menyalimi dua orang tua Zalfa itu.

"Dari rumah, Bas?" tanya Abi Zaki.

"Enggak, Bi. Kebetulan habis dari studio B'Band, terus mampir ke sini," jawab Bastian.

"Udah makan belum? Umi ada soto betawi ini. Tapi makan sendiri soalnya Umi Abi udah selesai makan," tawar Umi Alfina dengan senyum merekah.

"Makasih, Umi. Tadi udah makan di studio barengan yang lain," tolak Bastian dengan halus.

"Beneran nih nggak mau? Nggak nyesel?" goda Umi Alfina.

Bastian menggaruk tengkuknya yang sedikit gatal.

"Kamu dari studio? Zalfa nggak ikut?" kali ini Abi Zaki yang bertanya.

Bastian menggeleng pasti. "Nggak, Bi."

"Ya pasti nggak ikut dong, Bi. Kan Umi udah bilang, Zalfa jalan sama Shaka ke istiqlal," sambar Umi Alfina.

Bastian mengerutkan alisnya dalam. Ia bahkan baru tau kalau Zalfa baru saja jalan dengan Shaka.

"Kamu tunggu Zalfa aja, Bas. Paling sebentar dia mandi, udah malem," kata Umi Alfina.

"Oh iya, Umi. Ini Bastian bawa brownis. Siapa tau Umi dan Abi suka," Bastian menyodorkan paperbag di tangannya.

"Haduhh makasih, Bastian. Ini mah pasti Umi suka."

Bastian tersenyum tipis. "Bastian tunggu Zalfa di gazebo dulu, Umi, Abi," tuntas Bastian.

💤💤💤

"Brownisnya mana?"

Bastian menoleh dan mendapati Zalfa berdiri dengan piyama panjang dan jilbab instan berwarna cream. Kakinya terbalut sandal bulu berbentuk kepala kelinci warna merah muda.

"Dikasih ke Umi sama Abi tadi," jawab Bastian.

Zalfa melebarkan matanya. Tangannya terulur untuk mencubiti lengan Bastian dengan ganas.

"Sakit tau!" protes Bastian.

"Suruh siapa kasih brownisnya ke Umi?"

"Suka-suka gue dong, kan yang beli brownisnya gue," Bastian menjulurkan lidahnya untuk mengejek Zalfa.

"Bodo ah. Ngapain juga lo ke sini kalau nggak bawa buah tangan?" Zalfa melipat tangannya ke depan dada. Bibirnya mengerucut pertanda kesal.

Bastian terkekeh ringan. Ia menarik tangan Zalfa untuk duduk di sebelahnya.

"Udah sering juga gue bawa macem-macem makanan buat lo. Sesekali buat Umi nggak papa kali."

"Tapi kenapa harus brownis favorit gue? Kan gue jadi iri."

"Iya-iya besok gue beliin brownis buat lo lima kotak sekaligus," ucap Bastian dengan sombong.

Zalfa melirik Bastian samar-samar. Brownisnya lima kotak ini, nggak main-main. Bastian emang jarang perhitungan dalam membeli sesuatu. Anak sultan gitu loh.

"Seriously?" gumam Zalfa.

"Ada rules-nya," jawab Bastian.

Zalfa berdecak kasar. Ia menyesal sudah tergiur dengan tawaran Bastian yang menjebak itu.

"Ogah ah! Malesin lo ah!"

"Yakin nih? Nggak nyesel? Kalo ditambah gelato sepuasnya?" tawaran Bastian yang begitu menggiurkan membuat Zalfa sedikit goyah.

Tetapi Zalfa masih kukuh. Ia yakin rules dari Bastian pasti aneh-aneh. Terbukti dari banyaknya bonus yang dapat Zalfa terima kalau ia bisa menyelesaikan rules itu.

"Tambahin lagi deh, gimana kalau gue traktir tom yam seafood yang di resto ujung jalan studio itu? Lo suka banget pasti. Sepuasnya deh, gue traktir seminggu full."

Zalfa kembali goyah. Kabar buruknya, tom yam seafood resto itu adalah salah satu kesukaan Zalfa dengan harga yang lumayan menguras kantong. Untuk ukuran Zalfa yang anaknya juragan sawit saja bisa dikatakan mahal.

"Yaudah apa rules-nya?" putus Zalfa. Akhirnya ia kalah dengan tom yam seafood menggiurkan itu.

Bastian tersenyum penuh kemenangan. Meluluhkan Zalfa hanya perlu sedikit menguras dompetnya dan mencari favorit-favorit Zalfa. Semudah itu.

"Sangat mudah, Dek. Gue nggak akan minta macem-macem kok," Bastian tersenyum lebar membuat Zalfa semakin penasaran.

"Iya udah cepetan, atau gue berubah pikiran nih," cecar Zalfa tak mau lebih penasaran.

"Sabar dong, Zalfa."

Zalfa berdecak sekali lagi. Sementara itu Bastian terkekeh sembari mengusap ujung kepala Zalfa.

"Pertama, lo harus cabut omongan lo soal lo mau keluar dari B'Band."

"Tapikan ... "

"Ssstttt! Tunggu gue selesai ngomong!" potong Bastian sebelum Zalfa meluncurkan kalimat protesnya.

"Kedua, tetep dateng buat latihan ke studio seperti biasa.

Zalfa hendak melayangkan protes lagi sebelum Bastian mengacungkan telunjuknya di depan mulutnya dan menggerakkannya ke kanan dan kiri.

"Terakhir, manggung lagi ya, Zal. Gue mohon!"

Zalfa menghela nafasnya kasar. Ia melihat manik mata Bastian yang penuh harap dengan rasa iba. Tapi di sisi lain, sangat berat untuknya memutuskan.

"Udah gue bilang, B'Band akan rusak dengan vokalis egois kayak gue, Bang. Mending kalian cari vokalis baru."

"Siapa bilang, Zalfa?"

"Nggak perlu dengar dari mulut siapa. kenyataannya emang gitu kan? Gue emang nggak bisa jadi orang yang baik yang bisa diandalkan. Bisanya nyusahin," cerocos Zalfa penuh dengan kesadaran diri.

"Buktinya, B'Band bisa berjalan hampir dua tahun dengan lo sebagai vokalis kan? Kenapa nggak bisa sampai tiga tahun, empat tahun, atau bahkan sepuluh tahun, maybe."

Zalfa menggeleng pelan. Ia mengalihkan pandangannya dengan asal.

"Semuanya udah beda. Gue bukan lagi yang dulu. Bima juga bukan Bima yang dulu. Mungkin lo dan Edden saat ini masih sama, tapi besok siapa yang tau?"

Tangan Bastian terulur untuk memegang tangan Zalfa. Zalfa tidak mengelak. Tetapo gadis itu masih mengalihkan pandangan.

"Gue udah dapat persetujuan dari Lemonade buat ubah jadwalnya. Gue juga tolak tawaran SMA Gema Bangsa buat manggung di anniversary mereka. Gue juga nggak jadi tanda tangan kontrak sama Kafe Cafein," jelas Bastian.

Zalfa menukikkan alisnya tinggi-tinggi. Ia tidak faham dengan jalan pikiran Bastian.

"Kenapa? Sayang banget bonusnya kalau dibatalin, Bang."

"Buat apa terima job banyak-banyak kalau vokalis aja nggak jelas. Gue sama yang lain udah setuju buat kurangin job biar lo bisa masuk B'Band lagi."

"What?!" shock Zalfa. "Bima?"

Zalfa meragu. Apa Bima benar-benar ikut mengusahakan ia kembali dalam B'Band. Sedangkan dari gelagatnya saja sangat kontras kalau Bima tidak menginginkan Zalfa ada dalam Band mereka lagi.

"Jangan mikir macem-macem, Zal. Bima juga udah setuju kok. Ego dia terkalahkan sama tawaran job yang hampir pupus karena vokalis B'Band yang statusnya menggantung," Bastian terkekeh kecil.

Zalfa menghela nafas panjang. "Abang bisa jamin kejadian kayak kemarin nggak akan terulang?"

Dahi Bastian mengerut, matanya menyelidiki wajah Zalfa dengan curiga.

"Gue rasa selain lebih alim sekarang lo juga lebih baperan."

Zalfa menempeleng kepala Bastian. Bibirnya maju beberapa senti. Sementara itu Bastian tertawa ngakak melihat kekesalan Zalfa.

"Nanti kita bicarain ini sama-sama, bareng Edden dan Bima juga. Biar semua clear dan masalah ini nggak terulang lagi, deal?"

Dengan ragu Zalfa mengangguk pelan. Suatu keharusan bagi Zalfa. Ia tidak mau lagi-lagi dianggap sebagai sosok egois. Ini semua dia lakukan demi keselamatan B'Band, Band yang telah mereka bangun hampir dua tahun.

💤💤💤

Zalfa baru saja terlelap saat seseorang membuka pintu kamarnya. Gadis itu tidur terlentang dengan jilbab yang belum sempat ia lepas. Abi Zaki yang baru saja masuk kamar Zalfa tersenyum kecil.

Kaki paruh baya itu melangkah mendekati Zalfa. Selanjutnya Abi Zaki duduk di sisi ranjang. Tangannya terulur untuk mengusap kepala Zalfa.

"Abi?"

Zalfa yang sebenarnya belum hanyut dalam mimpi pun kembali terjaga. Ia melihat senyum itu dari bibir Abi Zaki. Sementara tangan Abi masih berada di kepala Zalfa.

"Ada apa kesini, Bi?" tanya Zalfa masih dengan posisi terlentang.

"Nggak papa. Pengen aja liat anak Abi tidur, eh malah jadi kebangun," jawab Abi Zaki jujur.

Zalfa beranjak duduk. Mereka duduk bersisihan dengan kepala Zalfa menyandar pada bahu Abi Zaki. Jujur Zalfa ngantuk. Tapi ia yakin ada hal penting yang akan Abi Zaki sampaikan.

"Gimana, kamu bahagia menikmati setiap jalan terjal sejauh ini?" tanya Abi Zaki.

Pikiran Zalfa langsung terhubung dengan obrolan mereka malam di dekat kolam waktu itu. Sepertinya Abi Zaki ingin melanjutkan obrolan itu.

"Zalfa sih perlahan terbiasa sama jalan terjalnya, Bi. Tapi ... "

"Tapi?"

"Yaa ... Semakin Zalfa menyelam lebih dalam, semakin ada aja tantangannya," jawab Zalfa.

Abi Zaki mengangguk ringan. Tangan kanannya menggosok dagu yang terlihat sedikit rambut halus di sana.

"Emang udah seharusnya begitu. Justru karena tantangan itu, kamu akan terus terlatih," ucap Abi Zaki.

"Zalfa coba terus berusaha, Bi. Doain Zalfa ya, Bi."

"Doa orang tua untuk anaknya itu nggak perlu diminta, Zalfa."

Zalfa menyengir lebar menampakkan gigi gingsulnya. Tangan kiri Abi Zaki kembali aktif mengusap kepala Zalfa.

"Kamu dan Bastian bicarain apa sih tadi? Kok Abi lihat serius banget?"

Senyum Zalfa luntur begitu saja. Rasa serba salah kembali menyergap hatinya. Sejujurnya, ia belum terlalu yakin untuk kembali ke B'Band.

"Biasa, Bi. Urusan anak muda," Zalfa mencoba menyembunyikan masalahnya dari Abi Zaki.

"Masalah Band?" lagi-lagi jiwa cenayang Abi Zaki mencuat. Zalfa tidak habis pikir dengan kemampuan Abi-nya itu.

Tidak menemukan jawaban apapun dari Zalfa, Abi Zaki lantas melihat raut wajah anak tunggalnya itu.

"Abi nggak akan banyak bicara lagi karena sekarang ini Zalfa-nya Abi udah dewasa. Bukan anak SD yang perlu banyak dituntun ini itu. Abi yakin kamu tau mana sesuatu yang harus diprioritaskan dan mana yang harus dijadikan prioritas kedua," ucap Abi seperti tau kegelisahan Zalfa.

"Abi mau Zalfa keluar dari B'Band?" tanya Zalfa.

Abi Zaki menggeleng pelan. "Abi tidak akan melarang kamu untuk ini itu, Zalfa. Tapi kalau menurut kamu itu yang terbaik, mungkin menurut Abi juga begitu," jawab Abi Zaki.

Zalfa takjub. Sungguh lihai Abi-nya mengolah kata menjadi sehalus mungkin dan tidak membuat Zalfa terkekang. Mungkin Abi Zaki sudah belajar dari pengalaman. Zalfa tidak akan suka dikekang.

"Kasih Zalfa waktu sampai lulus SMA, Bi. In Sya Allah, Zalfa bakal lebih siap untuk fokus sama pendidikan dan masa depan Zalfa," jawab Zalfa mencoba menyeimbangi kehalusan tutur kata Abi Zaki.

Abi Zaki kembali tersenyum lega. Ia mendekap tubuh Zalfa dengan erat. Setelah sekian lama ia mengimpikan Zalfa berubah dan akhirnya tercapai juga.

💤💤💤

Dua ribu kata, semoga nggak bosen bacanya. Boleh dong komen-komen kekurangan Nia di sini.

Jangan lupa tekan bintang oranye di bawah!

With love,

Nia 💜



Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.1M 289K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
97.3K 4.2K 39
[TAHAP REVISI] gak ada deskrip :) Langsung skip ke part 1😘 ** Kalo udah baca jangan lupa tinggalkan jejak vote comen sebanyak-banyaknya❤️😚.
2.5M 148K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
97.8K 12.3K 44
#1 Muslimstories #1 Al-Azhar #1 kakakberadik #12 Poligami #2 Poligami #2 Muslim NO COPAS❌ HASIL PEMIKIRAN SENDIRI TANPA CAMPUR TANGAN ORANG LAIN🙏 ~~...