Fall In Love Of Concert

By sobedah

2.4K 573 347

Empat gadis yang berasal dari SMA Sagara ini cukup dikenal di ruang lingkup sekolah, terkenal karena menjadi... More

Prolog
01. Pertemuan Pertama
02. Pertemuan Kedua
03. Pertemuan Ketiga
04. Hari Kesialan Dani
05. Diskusi Turnamen #1
06. Diskusi Turnamen #2
07. Latihan Basket SMAS #1
08. Satu Server
09. Latihan Basket SMAS #2
10. Mora Satu Server
11. Masalah
12. Amanat Pak Samsul
13. Kemenangan #1
14. Kemenangan #2
15. Elmor Nyebelin?
16. Paket VVIP
17. OTW Korea
18. Korea, Kami Datang!
19. Bergibah
20. To The World Yeogi NCT!
21. Temenan?
22. Dua Tamparan
23. Belajar (Mengerti) Bersama
24. Ibaratkan Kaca
25. Ujian
26. Cowok Suka Ngatur
27. Sisi (Hidup) Lain Adelmora
28. Kisah Masa Lalu
29. Menciduk atau Terciduk?
30. Panik
31. Kehidupan Adelmora
32. Meet With Kalandra Family
33. Rekrut Anggota Baru
35. Bersekolah Bukan Berwisata
36. Tentang Masa Lalu
37. Cemburu Pada Haechan
38. Si Tua Bangka
39. Memaafkan
40. Awal Jumpa, Awal Perpisahan
41. Pertemuan dan Perpisahan
42. Semua Ada Hikmahnya
43. Tiba-tiba
44. Lost Control
45. Chaos

34. Avra Sadgirl

21 10 0
By sobedah

Lewat kaca bening yang ada di samping pintu ruang rawat kekasihnya, Avra menatap sendu tubuh lemah bertancapkan selang-selang penopang hidup itu.

Setetes air mata pun luruh membasahi kedua pipinya tanpa terasa. Tangan kanannya mengelus jendela tembus pandang tersebut dengan pelan, dan seketika hatinya berdenyut nyeri, "Cepet sembuh ... aku sayang kamu."

"Kak,"

Saat mendengar suara familiar itu, Avra bergegas mengusap air matanya dengan cepat lalu menoleh. Pandangannya tertuju pada adik kelas kesayangannya, Dani. "Kenapa?"

"Tenangin diri dulu, Kak," ucap Dani sembari menyodorkan segelas minuman berlogo kantin Rumah Sakit, "Nih... Dani beliin coklat panas kesukaan Kakak."

Avra pun langsung menerima dengan senang hati usai berterima kasih. Segera dia meneguknya dan mengecap rasa pahit manis yang tercipta. Lezat.

Ah ya, jangan heran. Avra memang datang ke rumah sakit bersama Dani seusai mengurus perekrutan anggota basket.

"Gimana, Kak? Udah enakkan?" gadis bertubuh pendek itu mengajukan pertanyaan seraya mengamati raut wajah Kakak kelasnya yang mengernyit heran. "Kak, lo kenapa, sih? Komuknya gitu amat."

"Panas, Dan. Kenapa gak dikipasin dulu," Avra mengelap sudut bibirnya lalu duduk di kursi tunggu, dia menatap Dani sekilas kemudian menepuk bangku yang kosong, "Sini duduk, ngapain lo berdiri terus?"

Gadis pendek itu termangu. Sedetik berikutnya, dia meringis malu dan duduk di samping Avra, "Eum ... gimana keadaan si garlic?"

"Ya gitu, Dan," bahu Avra merosot ke bawah seolah tak berdaya lagi, "Dia masih kritis."

Dani mengangguk paham, "Lo sedih banget kayaknya, Kak."

"Bukan kayaknya, emang udah sedih itu!"

Keduanya langsung menoleh secara serentak, dan mendapati Lio tengah bersandar disalah satu pilar rumah sakit sembari mengemut permen rasa mangga nya.

"Dulu aja di tinggal selingkuh mulu sama poster, sekarang pas udah sekarat baru ditangisin."

"Diem lo!" berang Avra. Enggan bertengkar lebih lama dengan sang sepupu, "Gak cowoknya, gak ceweknya, sama-sama julid."

"Apa maksud kamu?"

Susah payah, Avra menelan ludahnya ketika Elmor tiba-tiba muncul di hadapannya, "Eh ... hehehe, gakpapa Mor."

Elmor, gadis dingin dan bermuka datar itu merotasi kan matanya. Kalau bukan karena kasihan, dia sih malas berurusan dengan hal seperti ini. Apa lagi, berangkatnya bersama Lio, lelaki itu sungguh ... aaarrghh menyebalkan!

Tanpa disadari, Lio yang berdiri di belakang gadis itu menjulurkan lidahnya. Mengejek Avra ceritanya. Namun, dia langsung kicep saat Elmor menatapnya dengan lekat, "Ngapain masih di sini?"

"Hah? Siapa? Aku?" Lio menunjuk dirinya sendiri.

"Hm,"

"Ohh, tadi, kan aku disuruh Bunda jagain Avra, dan ...," Lio sengaja menggantungkan ucapannya. Perlahan, dia mendekatkan bibir merah mudanya ke telinga Elmor,  "Calon mantunya."

"Woi! Tau kondisi napa, Kak Avra lagi galau malah pamer kemesraan!" cercah Dani sembari berkacak pinggang.

"Iri bilang," Ujar Lio menyombongkan diri. "Dahla, gue mau pulang dulu buat ganti baju."

"Sekalian aja gak usah balik, lo! Biar gue jodohin Elmor sama Pak Samsul."

Mendengar itu, Lio langsung menatap sepupunya nyalang. Tangannya bergerak ingin melepas sepatunya lalu melemparkan ke arah gadis tersebut, akan tetapi ... Elmor kembali mencegahnya, "Pergi, se.ka.rang!"

"Iya-iya."

Bersamaan dengan hilangnya Lio dari pandangan, Ponsel Avra berdering, dia menatap benda pipih itu agak lama.

"Angkat aja, Kak. Siapa tau, Mama lo khawatir," titah Dani seolah mengerti ekspresi Kakak kelasnya.

Benar juga. Segera Avra menggeser ikon hijau lalu menempelkan ponselnya ke telinga, "Assalamualaikum, Ma."

"Waalaikumsalam, kamu dimana?"

"Di ... di rumah ... di rumah sakit."

"Jenguk pacarmu? Udah mama duga." Avika—Mama Avra—terkekeh sinis diseberang sana. "Sekarang kamu berani gak izin sama Mama? Siapa yang ngajarin?"

Kedua netra Avra memejam erat. Astaga, dia tak berselera untuk adu mulut. "Maaf Ma, tapi kalau aku izin, apa Mama peduli? Bukannya Mama lebih suka prioritasin kertas-kertas itu?"

"Jaga mulut kamu! Mama gak pernah mendidik anak jadi pembangkang! Sekarang, Ardi udah jemput kamu."

"Tapi—"

Tut. Tut. Tut.

Panggilan antara anak dan ibu itu terputus. Lebih tepatnya, sang Ibu yang memutuskan secara sepihak.

Sial.

***

Sementara, diluar Rumah Sakit, Lian nampak berkendara sendirian menggunakan mobil miliknya. Gadis pecinta Om-om itu sengaja datang terlambat, karena sibuk mengerjakan tugas Bahasa Inggris.

Saat akan berbelok kedalam area parkiran, tiba-tiba mobilnya ditabrak oleh seseorang. Tidak kencang, namun sanggup mendorong kendaraannya. "Eh, eh, woi! Apaan nih?"

Dengan gerakan tak sabaran, gadis itu melepas sabuk pengaman lalu turun dari mobil kesayangannya. Dia berjalan dengan wajah yang memerah sebab menahan amarah—tapi jatuhnya malah jadi lucu.

Tuk. Tuk. Tuk. Tuk.

Mobil berwarna silver itu diketuk Lian. Dan saat jendelanya terbuka, gadis itu reflek membolakan matanya, "Wah ... Om-Om. Eh astaghfirullah, sadar Lian!"

Lian berdehem, berusaha tidak terpesona dengan pria dewasa yang kini memandangnya intens. "Om, tanggung jawab! Mobil saya lecet, tuh! Main tubruk-tubruk aja, dikira lagi main gokart kali."

"Maaf, gak sengaja,"

Hanya itu yang diucapkan pria tadi, sebelum akhirnya melesat pergi ke dalam rumah sakit.

"Ihhh, apaan banget, sih, tuh orang! Ngeselin." Lian menghentak hentakkan kakinya kesal. Namun, dia baru mengingat sesuatu, "Om itu mirip sama orang yang—ah, iya gua inget! Dia kan yang di rumah Aprak itu. Eh, tapi dia ngapain di sini?"

"Aish, ngapain gua mikirin itu."

Kepala Lian menggeleng. Mending mikir Haechan, daripada Om itu. Masih muda, ganteng, tukang ngegas lagi, ahh ... cocok sekali menjadi mantu bundanya.

"Lepasin! Gue gak mau pulang sama lo!"

Kali ini, Lian terkesiap. Lamunannya tentang Haechan tiba-tiba ambyar ditengah jalan. Dia melihat Avra tengah ditarik paksa oleh pria tadi.

"Eh eh, apaan, nih? Lepasin tangan temen saya, Om!" Lian berusaha melepas cengkraman pria itu, meskipun hasilnya nihil.

Elmor dan Dani kemudian datang dengan napas tak teratur. Mungkin kelelahan karena berlari mengejar. "Le ... pa ... sin ... Kak Avra."

"Tidak, dia harus ikut saya!"

Lagi-lagi, pria itu menarik lengan Avra agar mengikuti langkahnya. Sedangkan Lian juga masih berusaha menghalangi jalan Ardi meski harus rela terdorong.

"Lepasin tangan temen saya, Om! Kalau nggak ...,"

"Kalau nggak apa? Apa yang mau kamu lakukan pada saya?" tantang Pria itu. Setelahnya, dia kembali mendorong tubuh Lian sampai hampir terhuyung, untung saja ada Dani dan Elmor yang menyokong.

"Udah, Kak. Biarin Kak Avra sama Om itu, nanti dia makin di kasarin kalau Kakak nyuruh lepas." Dani mengelus bahu Lian agar Kakak kelasnya itu tenang.

Bukannya diam, Lian malah berlari ke arah Ardi dan Avra, setelahnya dia pun menendang 'aset pribadi' pria itu.

Bugh!

"Awwwh, sakit!" erang Ardi sembari memegang selangkangannya.

"Atau saya akan ngelakuin itu!" lagi, Lian menendang, kali ini sasarannya dada. Untung saja dia memakai celana jeans.

Bugh!

Tubuh Ardi limbung kebelakang, dan tanpa menyia-nyiakan waktu, Elmor dan Dani menggiring Avra masuk kedalam mobil Lian. Meninggalkan Lian yang masih memandang tubuh lawannya.

Usai menghela napas, Lian melangkah maju mendekati Ardi yang masih mengerang kesakitan. Dia berjongkok di sampingnya lalu menepuk pipi pria itu berulang kali, "Makanya Om ... jadi cowok jangan berani sama cewek doang."

***

Mobil itu melaju cukup kencang dijalanan sepi. Mengabaikan angin yang menerbangkan rambutnya.

"Tadi itu siapa lo, Prak?" Lian bertanya demikian dengan raut wajah datar.

Elmor yang duduk disamping Avra menaikkan satu alisnya. Ternyata sepupunya itu bisa berubah menjadi dingin juga.

Yang ditanya terlihat masih sibuk menenangkan diri dengan meminum air mineral dari dalam botol, "Itu ... itu cowok yang mau dijodohin sama gue."

Cittt.

Lian spontan menginjak rem mendadak. Hingga kepalanya hampir menyosor setir.

"Wah, bahaya, udah gue aja Kak yang nyetir. Gue belum mau mati muda, ya!" Ujar Dani sembari mengelus dadanya.

"Enak aja, kalau lo nyetir, yang ada polisi tidur lo tubruk sampai bangun!" Lian melirik sinis adik kelasnya. Kemudian dia beralih menatap Avra, "Lo ... serius mau dijodohin?"

"Iya."

Sungguh diluar dugaan, Lian justru memberi selamat, "Woah selamat, ya! Doain gua supaya cepet nyusul sama Haechan."

Lian tetaplah Lian.

To Be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

68.8K 17.7K 40
[Follow dulu sebelum membaca] [Completed] *** Anca Zabryna, cewek yang mendapatkan peringkat terburuk diangkatan kelas 11. Sifat kekanak-kanakan dan...
2.9K 385 38
GANTI JUDUL!! [Bijaklah memilah cerita!] πŸ“Œ15+ 𝑱𝒖𝒅𝒖𝒍 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 : π‘―π’π’˜ 𝒀𝒐𝒖 𝑭𝒆𝒆𝒍? 𝐽𝑒𝑑𝑒𝑙 π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž : πΆπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘‘π‘Ž πΎπ‘–π‘‘π‘Ž 𝘈𝘢𝘡𝘩�...
1.4M 39.2K 100
hanya sekumpulan quotes yang unpaedah. Tapi mungkin ini bisa ngilangin kegalauan gegara gebetan ditikung temen sendiri :"D
377K 27.6K 51
tentang NAUMI Gadis penuh luka, hidupnya sepi dan hampa. saat fisik dan hati di tikam secara bersamaan, disitulah mulainya penderitaan. senja dan h...