Nebula {Resurgence}

By taejung21

126K 23.8K 14.6K

โณ Book 3 - the Peregrination of the 7 Princes Pertemuan lanjutan ketujuh pangeran penerus Elemen dan perjalan... More

Map of Imperium
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
PERTANYAAN
XL
XLI
XLII
INFO : VOTE COVER NEBULA I
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
XLIX
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
LVIII
INFO : VOTE COVER NEBULA II
LIX
LX
LXI
PRE-ORDER NEBULA II
LXII
LXIII
LXIV
LXV
LXVI
LXVII
LXVIII

XLIII

1.3K 309 269
By taejung21

.

.

Hyades berguling ke kanan dan ke kiri dari ranjangnya, hingga sesekali menimbulkan bunyi berderit antara dipan dan lantai. Ketika ia mendudukkan diri dengan raut kusut dan rambut yang berantakan, saat itu juga sebuah bantal melayang tepat mengenai kepalanya, membuat ia mencari-cari arah si pelaku pelemparan benda putih berbentuk persegi tersebut.

“Tidak bisakah kau tenang sedikit?”

“G-Glasio Hyung.” Hyades mengusak mata kanannya yang sedikit gatal sementara tangan kirinya masih memegangi bantal ‘si penegur’.

“Mungkin yang lain tidak terganggu, tetapi aku tidak sama dengan mereka yang bisa tidur dengan pulasnya meskipun ada badai menyerang. Suara-suara berisik yang kau buat itu membuat kantukku menjadi hilang.” Glasio menatap kesal.

Hyades menggaruk tengkuknya malu, ia melemparkan kembali bantalnya ke ranjang si pemilik. “Maaf, maaf. Cobalah sekali lagi, Hyung.”

Glasio menaikkan alis kanannya tak paham. “Coba apa?”

“Coba tidur lagi. Kau pikir apa?” Hyades mengedik.

Tanpa disangka-sangka, Glasio justru menurunkan kedua kakinya ke lantai kamar yang dingin. Ia mengenakan sepatunya dan meraih mantel dari sandaran ranjang.

“E-eh?” Hyades sejenak melirik ke arah jendela saat mendengar lonceng menara berdentang menunjukkan pukul satu malam. Ia kemudian menyadari kalau orang yang tadi berbicara dengannya kini sudah menghilang di balik pintu yang baru saja menutup.

Bukannya mencoba tidur seperti yang lain, justru ia beranjak mengikuti ke mana Glasio pergi. Tidak secara diam-diam, karena ia sendiri yakin kalau Glasio justru sadar akan langkah Hyades yang tergesa-gesa di belakangnya.

“Hyung!”

“Jangan berisik! Kau bisa membuat seluruh penghuni istana bangun!” omel Glasio yang terus melangkah. Mereka berakhir di lapang yang biasa digunakan para prajurit untuk berlatih. Tubuh Glasio berbalik diikuti sebuah cahaya yang melecut menyambar dingin tubuh Hyades hingga tersungkur.

“H-Hyung!”

“Bangun.”

“Hyung! Apa-apaan kau ini?” Hyades mencoba bangkit, tetapi ia mendapatkan satu serangan lagi hingga membuatnya berguling.

“Bangun! Kubilang bangun!”

Hyades menguatkan kedua kakinya untuk menumpu tubuhnya yang sedikit limbung. Saat ia mengangkat tangannya dan memberikan satu serangan untuk Glasio, justru cahaya yang diciptakannya melebur di udara dan jatuh menjadi salju kecil-kecil. Glasio kembali membuat Hyades tersungkur hingga menyebabkan lecet-lecet.

“Pangeran lemah! Hanya begitu saja kemampuanmu? Kau bisa membuat Sideris terjatuh dan ke mana kekuatanmu itu?” Glasio tersenyum simpul.

Hyades terkekeh kesal. “Kau ini sedang membalas perbuatanku pada Sideris waktu itu? Bahkan Sideris saja—” Ia terbatuk setelah lagi-lagi Glasio memberi serangan tanpa ampun.

“KAU INI KENAPA?” kesal Hyades.

“Kau tidak mendengar perkataanku? Kubilang ba—”

Belum sempat Glasio menyelesaikan kalimat perintahnya, sebuah cahaya keunguan terlempar dari tangan Hyades. Hal tersebut membuat Glasio terdorong mundur beberapa meter hingga membuat jejak bergaris di tanah karena kakinya yang menahan kuat-kuat. Ya, serangan Hyades tidak membuatnya tersungkur atau pun berguling.

Hyades bangkit dari posisinya dengan pandangan takjub. “Bagaimana bisa kau begitu kuat?”

Glasio mengusap sudut bibir kirinya yang sedikit terluka. “Antara aku yang memang kuat, atau seranganmu yang terlalu lemah.”

“Eii, tetapi kau berdarah.” Hyades berniat menghampiri, namun satu serangan dadakan membuatnya kembali dipaksa mundur dan jatuh.

Meskipun ia sibuk meringis, kedua matanya sadar bahwa Glasio sedang menurunkan bahu diikuti helaan napas saat menyaksikan dirinya yang kelelahan karena serangan bertubi-tubi.

Glasio mendekat, mengulurkan tangannya untuk membantu Hyades bangkit dengan susah payah. “Aku membawamu ke sini hanya untuk membuatmu sadar. Satu, aku tidak memiliki niat untuk membalaskan dendam Sideris. Kedua, kekuatanmu lemah jika tidak dipancing oleh kemarahan. Ketiga, fokusmu juga lemah. Keempat, kau terlalu mudah goyah dan tidak menganalisis situasi. Seharusnya kau sadar bahwa aku sedang menyerangmu, kau mendekatiku begitu saja tanpa berjaga-jaga.” Glasio berkacak pinggang. “Ayolah, kau ini memiliki begitu banyak kegelisahan tetapi tidak mengasah kemampuan barang sekali saja. Mengandalkan kemarahan dan kekuatanmu yang datang tiba-tiba bukanlah strategi yang bagus untuk melawan musuhmu, Pangeran. Saat kusuruh bangun, maka kau harus sigap dan segera bangun!”

“O-oh ....” Hyades menatap bingung. Sungguh sesuatu yang langka mendengar Glasio mengucapkan kalimat yang begitu panjang. Meski bukan kali pertama, tetapi ia selalu terkejut dibuatnya. Lalu sekarang apa? Ia sedang mengkhawatirkannya?

“Aku tidak ingin tahu apa permasalahanmu dengan Sideris. Tetapi, kurasa mulai sekarang kau harus bisa mengendalikan kekuatanmu itu, bukan sebaliknya kekuatan yang mengendalikanmu. Terutama emosi. Kau bisa menyerang orang-orang terdekatmu tanpa sadar seperti saat bertengkar dengan Sideris kemarin-kemarin.”

Ketika Glasio hendak pergi, tangan Hyades menahannya dengan kuat-kuat. “Kurasa kau harus tahu apa permasalahannya. Apa yang kami bicarakan kemarin.”

Glasio menoleh tanpa ekspresi seperti biasanya. “Aku tidak mau tahu kalau itu urusan pribadi.”

“Profesor Robert. Orang yang ku kalahkan malam itu, ia ada di sini. Orang itu masih hidup di zaman ini, dan Sideris melihatnya di istana Ignitus malam itu.” Hyades menatap serius. “Itulah yang membuatku tidak bisa tidur. Aku khawatir, tapi ... entah apa yang aku khawatirkan.”

“Kau bisa melawannya hari itu, maka—”

“Tidak. Hatiku mengatakan hal lain, sebuah kekhawatiran yang besar.”

Ada nada sungguh-sungguh dari ucapan Hyades, membuat Glasio terdiam sejenak. Hyades melepaskan genggamannya sementara orang di hadapannya ini sedang berpikir entah apa.

“Pada akhirnya, semua ini tetaplah tentangmu,” ucap Glasio akhirnya.

Tiba-tiba Hyades setengah berlutut membuat si lawan bicara mengernyit. “Tolong ajari aku untuk mengendalikan semuanya. Terutama elemen yang ... kau keturunan Nukleus miliki.”

“Huh?” Glasio menatap dengan ekspresi terkejut.

“Aku juga akan berlutut untuk semua orang. Aku tahu aku tidak berhak meminta sesuatu yang paten berdasarkan garis darah seperti ini. Aku bukan keturunan Nukleus atau elemen lainnya terkecuali Centauri, tetapi kau dan yang lain juga tahu ... kalau aku ditakdirkan untuk menguasai kekuatan kelima elemen kerajaan tersebut.”

“Tidakkah permintaanmu itu ... sedikit lancang?” Glasio menaikkan sebelah alisnya, ia cukup kesal.

“Aku tahu. Tetapi aku berjanji, aku tidak akan menyalahgunakannya. Terlebih untuk kekuasaan. Aku mohon. Kalau kau memiliki syarat, maka akan kupenuhi.”

Glasio menyapu pandangan ke sekeliling dengan bingung. “Kalau kau terus berlutut, mungkin prajurit yang berjaga akan salah paham melihatku.”

“Tidak ada siapa pun di sini,” ucap Hyades. “Aku begini karena aku sadar, kekuatanmu adalah sesuatu yang mahal untuk kupelajari.”

“Astaga.” Glasio menghela napas entah untuk yang ke berapa kalinya malam ini. “Akan aku pertimbangkan.” Glasio hendak pergi lagi, namun Hyades menahan sebelah kakinya.

“Tidak ada waktu.”

Glasio memejamkan matanya pasrah. Ia kembali ke tengah lapang. Menghentakkan kakinya satu kali, dan setengah dari lapangan tersebut sudah berubah dipenuhi oleh es dan tumpukan salju. Tentu saja Hyades dibuat menganga karenanya. Tangan kanan Glasio terbuka lebar, membuat sebuah simbol serpihan benda putih tersebut dari cahaya kemudian melemparkannya ke udara. Hal tersebut menciptakan kubah transparan yang Hyades yakini membuat mereka tak terlihat oleh siapa pun dari luar sana.

“Aku akan melakukan apa yang kau minta, tetapi batas waktunya hanya sampai matahari akan terbit.”

“Kenapa?”

“Karena aku harus tidur! Kau mengganggu waktu istirahatku, bodoh!”

Hyades hampir tersedak liurnya sendiri saat mendengar penuturan Glasio. “Kukira karena esnya akan mencair,” desisnya pelan.

Lawan bicaranya menatap tak minat. “Pertama-tama, buatlah boneka salju.”

“Eh?” Hyades mengusap tengkuknya yang sedikit dingin.

“Ayo, tunggu apa lagi?” perintah Glasio terdengar serius.

Hyades menatap salju di sekitar dengan bingung. “Tetapi untuk apa? Apakah dulu tugas pertama ‘Glasio Kecil’ adalah membuat boneka salju juga?”

Glasio menatap Hyades dengan sedikit tersinggung. “Ya. Kalau kau tidak tahu, aku akan menunjukkannya.”

Tanpa aba-aba, tangan beserta jari-jari Glasio bergerak dengan lincah. Mendorong mundur Hyades di atas es yang licin, memaku kakinya dengan es beku, kemudian menarik tumpukan salju sehingga membuatnya bergulung-gulung bulat dan semakin lama semakin membesar.

Bola-bola putih tersebut mendekati Hyades tanpa peduli dengan ekspresi panik dan kebingungan si target. Bola salju yang terdiri dari ukuran berbeda-beda itu tak lama bertumpuk menutupi tubuh Hyades sampai ke leher.

“B-baiklah. Membuat boneka salju dengan kekuatan bukanlah hal yang sepele,” ucap Hyades seolah mengibarkan bendera putih karena mengaku kalah.

“Itu adalah tugas dari seorang ‘Glasio Kecil’ dulu,” cibir Glasio mengulang perkataan Hyades yang sebelumnya. “Lalu tugas ‘Glasio Kecil’ yang kedua adalah menghancurkan boneka salju tersebut hingga menjadi serpihan es.” Glasio kembali siap dengan melemaskan tulang jari-jarinya hingga bunyi gemeretak.

“H-hei! Bagaimana kalau tubuhku ikut terbawa menjadi serpihan?” protes Hyades.

“Manusia kadang membuat kesalahan,” ucap Glasio enteng. Ia melemparkan cahaya putih dari tangannya ke arah Hyades, menimbulkan embusan angin yang sangat dingin dengan berterbangannya bola salju yang kini berubah menjadi titik-titik salju lembut bagaikan hujan. Belum sempat berjatuhan, Glasio kembali melecutkan cahaya yang merubah salju tadi menjadi serpihan es setajam kaca yang dilemparkan jauh hingga menancap di batang pohon terdekat.

“W-wow ....” Kedua mata Hyades melebar. “Tubuh siapa pun bisa tercabik-cabik dengan itu.”

“Mau mencoba?”

“Mencoba dicabik-cabik olehmu? Tidak! Terima kasih.” Hyades bergidik.

Glasio menatap kesal. “Maksudku, mencoba membuat boneka salju.”

“Oh ... dengan tubuhmu sebagai objeknya?” tanya Hyades polos.

“Kau bisa melakukannya tanpa objek, bodoh! Membuat bola salju saja kau penuh drama! Apakah kau akan memberikan pilihan juga pada musuhmu? Apakah kau akan bertanya, rasa sakit seperti apa yang akan musuhmu pilih?”

“Eiii, pemarah,” cibir Hyades. “Baiklah-baiklah. Aku akan coba. Bagaimana caranya?”

Glasio menghela napas, mencoba tenang. “Karena kau ditakdirkan untuk menguasai semuanya, setidaknya kau sudah bisa kekuatan dasar. Coba sentuh terlebih dahulu elemennya.”

“Aku? Menyentuh esnya?” tanya Hyades bingung sementara Glasio mengangguk.

“Biasakan terlebih dahulu. Ingat-ingat bagaimana tekstur, rasa dinginnya, dan semua hal tentang es di kulitmu. Karena dengan itu, ada atau tidak adanya salju, kau tetap bisa mengeluarkan kekuatannya hanya dengan membayangkan. Kau ingat? Aku pernah mengatakan bahwa kekuatan elemen salah satunya diambil dari kekuatan pikiran.”

“Oh, saat di rumah pohon waktu itu, ya?”

“Benar. Cobalah.”

Saking terlalu asyiknya, berkali-kali mereka abaikan bunyi lonceng menara yang berdentang. Hingga akhirnya Glasio tersadar bahwa matahari akan segera terbit meskipun sinarnya tidak bisa menembus sepenuhnya karena suasana aneh yang diciptakan oleh Kegelapan sejak hari itu.

“Yah, lumayan. Meskipun kadang boneka saljumu tidak terlalu bulat,” ucap Glasio sementara hal tersebut terdengar seperti mengejek bagi Hyades.

“Itu boneka salju alien,” ketus Hyades.

“Apa itu alien?” tanya Glasio dengan kening mengernyit.

Hyades menoleh sekilas dengan raut sebal. “Dijelaskan pun tidak akan paham.”

Glasio mencibir malas tanpa ingin tahu lebih jauh lagi. Ia menjentikkan jarinya dan semua salju yang dibuatnya menghilang dalam sekejap. “Jangan ganggu tidurku atau kau akan kubuat boneka salju lagi,” ucapnya kemudian beranjak pergi.

Hyades terkekeh dan mengikutinya pergi ke kamar. Meskipun Glasio terdengar galak dan tidak memiliki perasaan, namun pelajaran yang diberikannya justru terasa menyenangkan bagi Hyades. Tanpa disangka, pelajaran pertamanya adalah membuat boneka salju. Yah, meskipun berakhir brutal dengan menciptakan senjata tajam berupa serpihan es kecil-kecil yang begitu mematikan. Di akhir pelajaran, Glasio mengakui bahwa membuat boneka salju hanyalah dasar untuk mengetahui apakah seseorang tersebut memang berbakat dengan benda putih tersebut atau tidak. Semua anak yang tinggal di Nukleus bisa melakukan itu, maka Hyades pun harus bisa ‘jika memang’ elemen ini juga diturunkan padanya.

“Dari mana sepagi ini?” tanya Aphelion yang mengusak rambut setengah basahnya dengan handuk.

“Oh, sudah mandi?” tanya Glasio. “Rasanya aku juga ingin,” lanjutnya bahkan sebelum mendapatkan jawaban, kemudian ia menghilang berbelok ke arah kamar mandi. Sementara itu, Coastal dan Sideris menatapnya dari arah ranjang dengan wajah kusut.

“Sudah bangun?” tanya Coastal keheranan.

“Baru akan tidur.” Hyades tersenyum lebar. “Tetapi ingin mandi terlebih dahulu karena rasanya gerah sekali.”

“Gerah?” Equinox dan Paleo yang sedang merapikan isi lemari di sudut ruangan menghentikan kegiatannya.

“Aku baru saja akan mencarimu setelah mandi. Tetapi karena kau hilang bersama Glasio, maka kupikir semua baik-baik saja,” jujur Aphelion.

“Ah! Siapa yang besok bersedia untuk tidak tidur semalaman?” tanya Hyades antusias.

Sideris dan Coastal saling menatap dengan jiwa yang baru setengah terkumpul. “Ha?”

.

.

.

.

.

.

.

Masih streaming? Jadi, gimana comebacknya? 😳
.
.

📍n.b H-3 PO Nebula {The Puzzle of Memory} yeayy~!


Continue Reading

You'll Also Like

717K 65.6K 31
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
85.2K 10.4K 14
(๐’๐ž๐ซ๐ข๐ž๐ฌ ๐“๐ซ๐š๐ง๐ฌ๐ฆ๐ข๐ ๐ซ๐š๐ฌ๐ข 3) ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜บ ๐˜ธ๐˜ช๐˜ฅ๐˜บ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ต๐˜ช0506 า“แดสŸสŸแดแดก แด…แด€สœแดœสŸแดœ แด€แด‹แดœษด แด˜แดแด›แด€ ษชษดษช แดœษดแด›แดœแด‹ แดแด‡ษดแด…แดœแด‹แดœษดษข แดŠแด€สŸแด€ษดษดสแด€ แด„แด‡ส€ษชแด›แด€โ™ฅ๏ธŽ ____...
241K 15.2K 24
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
206K 18.1K 19
Follow dulu sebelum baca ๐Ÿ˜– Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...