"MAMAAAA!!"
Ranayya langsung menghambur ke pelukan Auva saat melihat Mamanya datang kerumah Opa-nya.
Auva kaget melihat anaknya begitu lusuh dan cemong sekali. Sudah Auva tebak kali Ranayya habis memakan eskrim.
"Gimana bisa makan belepotan gini?" tanya Auva terdengar kesal.
"Opa beliin Rayya eskrim sama kulkas-kulkasnya, Ma."
Ranayya menunjuk dua box besar yang berisikan eskrim kesukaannya, dibelikan oleh Ayah khusus untuk cucu tersayangnya itu.
"Sekarang mandi sama Mama."
Auva mengajak anaknya ke kamar dan mulai memandikan Ranayya. Ia mengganti pakaian juga yang terkena eskrim di baju Ranayya.
Gadis kecil itu tampak senang menggunakan handuk kesukaannya. Auva mengeluarkan pakaian untuk Ranayya.
"Papa sama Mama nggak mau ikut Rayya nanti pergi sama Opa?" tanya nya menghampiri Damares yang berbaring di kasur.
"Rayya mau kemana sama Opa?"
"Mau ke london. Opa ngajak liburan, tapi katanya Mama sama Papa bisa liburan berdua. Terus Opa bilang juga pulangnya bakalan bawa adik baru untuk Rayya. Benar, Ma, Pa?"
Auva menatap Damares yang kini sedang tersenyum padanya. Mereka berdua tau apa yang dimaksud oleh Ayah, apalagi kalo bukan honeymoon.
"Tanpa liburan. Mama bisa kasi Rayya adik baru," jawab Damares.
Ranayya langsung menatap Mamanya yang sedang memakaikannya baju. "Benar, Ma. Kapan jadi-nya, Rayya nggak sabar punya adik. Biar ada teman main. Main sama Opa cepat capek. Pinggang Opa suka sakit, tapi Opa selalu belikan apapun yang Rayya mau. Opa udah aki-aki jadi suka sakit pinggang."
"Nanti ya. Sekarang belajar yang rajin."
"Mbak pintar banget, Ma. Bisa bantu Rayya ngerjain PR tiap hari. Di sekolah guru muji Rayya karena nilai bagus. Cara Mbak ngajar Rayya bisa dimengerti."
Auva menjadi pendengar setia celotehan anaknya. Ia menyisir rambut anaknya setelah itu Ranayya langsung menghampiri Papanya di atas kasur.
"Mbak Mella, kok pake emoticon cinta sih ngirim pesannya?"
Tamatlah...
Damares langsung keluar ke layar utama ponselnya membuat Ranayya terkikik geli. Awas Gempano benar-benar minta dimasukkan ke rumah sakit.
Udah Tante Ririn sekarang Mbak Mella lagi. Yang mengirim pesan pakai emot cinta itu dari Gempano sendiri.
Auva langsung duduk di samping Ranayya menatap tajam suaminya.
"Belum pernah ngerasain tidur diluar!" ancam Auva.
"Sumpah ini Gempa, Yang."
Damares menunjukkan isi pesannya yang memarahi Gempa. Entah sejak kapan lelaki gila itu mengambil ponselnya dan menyimpan nomor baru itu dengan nama Mbak Mella.
Ponsel Damares tak pernah dikunci. Tidak ada perlu menyimpan rahasia apapun pada Auva. Dengan mudah juga Gempano memainkan ponsel lelaki itu.
Saat sedang menemani Ranayya menonton film kartun di ipad. Damares berbaring dibelakang Auva. Memeluk wanita itu dengan tangan yang masuk kedalam baju Auva, mengelus perut rata istrinya.
Dalam hal apapun yang Ranayya lakukan masih dalam pengawasan Auva juga. Ya taulah gimana Ayah kalo udah beraksi.
"Honeymoon nya ditunda aja. Aku mau ngajak kamu tour sama anak yang lain," kata Damares disela mengusap perut rata Auva.
"Tour apa?"
"Tour antara geng motor terpilih ke bandung."
Auva yakin disana ada Ferdy dan Nigel. Ingatkan Nigel yang pernah cegat Auva di tengah jalan dan ia berkata pada Damares pertemuan keduanya bakalan tidak baik.
Entah apa yang akan dilakukan Nigel nanti-nya.
Ranayya tertidur karena kecapean. Auva mematikan ipad anaknya dan ikut tertidur juga saat merasakan nyaman di elus Damares.
🐈
Ulangan akhir semester pun tiba. Diruangan tampak serius semua. Tak ada yang bersuara. Ruangan Auva rata-rata murid-nya pintar semua.
Berbeda di ruangan Damares. Lihat saja bagaimana lelaki pintar bernama Gempano itu menyelesaikan ulangannya. Sedangkan Bayu dan Seno sibuk menghitung kancing bajunya.
"Gempa, nomor enam apa?" tanya Nevano dengan suara pelan agar tidak didengar pengawas.
"Nomor enam C Nevano! Nomor berapa lagi?!" jawab Gempano dengan berteriak membuat pengawas berdiri.
"Nevano! Gempa!" tegur pengawas.
"Sebagai teman yang baik saya memberikan jawaban Bu," bangga Gempano.
"Nggak teriak juga bego!" maki Nevano.
"Sekali lagi ya Nevano. Ibu bakal ambil lembar jawaban kamu!" peringat pengawas.
"Baik Bu," balas Nevano lesuh.
Gempano kembali ke aktivitas-nya mengkhayal menikah dengan Mel dan hidup bahagia mempunyai anak dua puluh.
Senyum-senyum sendiri seperti orang gila saja.
🐈
"Sialan lo Gempa!" umpat Nevano kesal dan mulai menjitak kepala Gempano.
"Makanya cek ponsel di grup berdosa! Gue ada bagi jawaban!" teriak Gempano didepan wajah Nevano.
"Lupa gue." Nevano pun nyengir tak berdosa.
Auva menghampiri Damares dan berpamitan pada yang lain untuk pulang lebih dulu. Siulan pun terdengar nyaring.
Gempano mengajak paksa Mel untuk menjadi pasangannya di tour nanti, memaksa gadis itu masuk kedalam mobilnya.
"Bukain nggak pintu mobil-nya!" bentak Mel.
"Pokok-nya lo harus jadi pasangan tour gue! Kalo lo nggak mau gue hamilin lo sekarang!"
"Emang lo pikir gue takut sama ancaman lo!"
"Lo nantangin gue!"
"Iya gue nantangin lo! Gue nggak takut sama siapapun apalagi lo---"
Cup
Mel refleks memejamkan matanya saat bibir Gempano mendarat mulus di bibirnya. Tak ada lumatan hanya kecupan lama saja. Gempano pun melepaskan ciumannya.
Perlahan mata Mel terbuka dengan jantung yang sudah berdisko ria. Ia tak percaya kalo Gempano nekat.
"Apa yang udah gue ambil, itu milik gue," ujar Gempano serius.
Mel meneguk saliva-nya. Ia tak bisa berkata-kata lidahnya kelu untuk mengeluarkan kata saking terkejutnya.
Bukan sekali dua kali ia mengancam Gempano. Tapi udah ribuan kali, dan kali ini Gempano sangat serius.
Menggenggam tangan Mel dan meletakkan di dadanya. Mel merasakan jantung Gempano sama sepertinya yang berdetak cepat.
"Lo nggak bisa ngerasain cinta gue?"
Kenapa saat serius begini Gempano terlihat sangat tampan sih dan sialnya bikin Mel tak berkutik sama sekali.
"Harus dengan cara apa lo percaya sama gue? Dengan cara gue tiada lo baru tau arti cinta gue?"
Mel meneteskan air matanya. Ia menggeleng lemah. "Gue cinta sama lo, Gempa. Tapi sayang kita berbeda, lo dari kalangan atas dan gue dari kalangan bawah."
Gempano berdecak sebal. Ia tau kalo Mel bukan anak orang kaya.
"Apa gue mau harta lo? Gue cuman mau lo hidup bahagia sama gue itu aja!" sungut Gempano.
"Gue nikah sama lo nggak sanggup lah!" ketus Mel.
"Lho kenapa?"
"Gila aja lo! Lo pikir gue mesin pembuat anak. Sekali mau anak dua puluh!"
Gempano tertawa. Semua yang dilontarkan dari mulutnya itu hanya bercanda saja. Yakali dia mau nyiksa Mel.
"Sebelas bisa lah," tawar Gempano.
"Lahiran sendiri!"
Gempano mengeluarkan kotak bludru dari laci dashboard. Cincij yang dihiasi berlian kecil di atas-nya. Ia memakaikan di jari manis Mel kemudian mencium tangan Mel lembut.
"Gue janji setelah kita lulus nanti. Gue bakal ngelamar lo, enggak perlu nikah terlalu cepat. Gue mau setelah wisuda kita nikah. Tapi nyicil bikin anak bisa lah ya. Terlanjur sepi," goda Gempano yang dihadiahi pukulan keras dari Mel.
Keduanya tertawa. Mel tak menyangka jika Gempano sangat serius pada-nya. Menyiapkan berlian di cincin Mel sudah lama saat ia MOS dan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Mel.
Ia pun meminta pada Papa-nya dibuatkan berlian kecil untuk dicincin nanti. Cincin yang bakal ia beri kepada kekasihnya nanti. Dan cincin itu kini melingkar manis di jari Mel. Cincin yang bisa beli rumah mewah.
"Aku sayang sama kamu," ucap Gempano dengan senyuman merekah.
Mel tak bisa menahan kebahagiaannya. Ia memeluk Gempano dan menangis haru.
"Aku disini sayang. Mengukir kebahagiaan bersama kamu."
-JAGA JARAK KEMATIAN-
SEE YOU