Lluvia

De mafiakangkung

62.2K 6.7K 7.5K

[𝙊𝙣 𝙂𝙤𝙞𝙣𝙜] Lluvia / Yu-vee-ah Spanish (n.) Rain Qaaley Wonwoo Aestas terlahir di era yang memandang ke... Mais

Guide to Lluviaverse
Capítulo 00 : introducción
Capítulo 01 : un amante de la libertad
Capítulo 02 : un momento caótico
Capítulo 03 : una sonrisa pacífica
Capítulo 04 : un nuevo secreto
Capítulo 05 : uno despiadado
Capítulo 06 : un aroma potente
Capítulo 07 : un melocotón en flor
Capítulo 08 : una negociación
Capítulo 09 : un primer encuentro
Capítulo 10 : un hombre de hombros anchos
Capítulo 11 : lazos de sangre de la familia
Capítulo 12 : esperanzas rotas
Capítulo 13 : verdad amarga
Capítulo 14 : hermoso error
Capítulo 15 : efecto mariposa
Capítulo 17 : quemar el océano
Capítulo 18 : nuevo al comienzo
Capítulo 19 : entre vida y muerte
Lluvia F.A.Q
Capítulo 20 : ser el único
Capítulo 21 : en nombre del amor
Capítulo 22 : no puedes escapar
Capítulo 23 : el último diablo
Capítulo 24 : un nuevo día, un nuevo comienzo
Capítulo 25 : bello durmiente

Capítulo 16 : antes de irte

1.4K 182 248
De mafiakangkung

Chapter XVI : Before You Go

“There are two kinds of guilt: the kind that drowns you until you’re useless, and the kind that fires your soul to purpose.” —Sabaa Tahir

.

.

.

“Kita tidak bisa bertemu malam ini, Vin. Aku sedang tidak ada di mansion. Bagaimana jika besok saja sepulangku dari rumah sakit? Aku sedang menunggu seseorang sekarang—ah, kau akan berkunjung kemari? Baiklah, aku tunggu.”

Panggilan dari sebrang langsung diakhiri oleh Kai yang di beberapa waktu sebelumnya mendengarkan vonis dokter. Saat menemukan Wonwoo dalam kondisi memprihatinkan, Kai langsung membawa Omega manis itu ke rumah sakit agar segera mendapat perawatan. Beruntung tidak ada yang serius, terutama janin yang dikandung kini dalam kondisi lemah. Kai yang mendengar kabar itu tak mampu berkata-kata lagi selain kosong mengisi benaknya, tak menyangka jika Omega yang dia cinta sedang mengandung. Lebih tepatnya mengandung anak dari rival Alpha yang tak pernah bisa dia menangkan segala sesuatunya.

“Ngh....”

“Qaaley, jangan bangun dulu, istirahatlah.”

“Aku ... di mana?” Wonwoo mengedarkan pandangan dan menemukan dinding putih mengisi ruangan.

“Rumah sakit. Aku menemukanmu pingsan di tepi jalan, jadi langsung membawamu kemari. Kau tidak apa-apa sekarang? Apa perutmu masih terasa sakit?”

Bukannya menjawab, Wonwoo malah kembali menangis seraya mengelus perut. Menyesal kenapa harus membahayakan nyawa Little Peanut di kali kedua, semua karena keegoisannya semata yang ingin segera pergi dari La Cascada. Melupakan keadaan tubuh yang jauh dari kata prima. Itu pun beruntung ada orang baik yang menolongnya. Jika saja Kai tidak berada di sana, mungkin Wonwoo akan kehilangan janin dan nyawanya.

“Tidak sakit lagi,” isak Wonwoo menutup mulut dengan telapak tangan. “Apakah ... a-anakku baik-baik saja? Dia masih ada di sini kan, Señor? Dia tidak pergi meninggalkanku? A-aku tidak membunuhnya?”

Kai menggeleng seraya tersenyum manis, menenangkan Wonwoo yang bergetar di atas ranjang. Tangan besarnya menghapus air mata itu, meski perih harus melihat Omega yang dia cinta terluka namun Kai mencoba menguatkan. Mengatakan pada Wonwoo jika pemuda itu tidaklah sendirian. Apa yang dia jaga masih hidup di dalam rahimnya.

“Tentu saja janinmu baik-baik saja. Dia adalah anak yang hebat karena sudah bertahan meski kau mengeluh kesakitan. Jangan khawatir lagi ya? Dokter pasti akan memberikan yang terbaik untukmu dan bayimu. Aku jamin itu.”

“Aku terlalu lemah. Aku yang melukai Little Peanut, Señor. Ini adalah kali kedua aku hampir kehilangannya. Aku takut.”

“Hm? Apa yang terjadi sebelumnya?”

“Aku pendarahan, hampir kehabisan darah dan dalam kurun waktu ini harusnya aku istirahat total. Tapi aku terlalu nakal, aku mementingkan diriku sendiri dengan memilih pergi dari La Cascada ... Little Peanut marah padaku karena memaksanya yang sedang dalam kondisi lemah. Aku bukan Papa yang baik, dia pasti membenciku.”

“Hei, jangan berkata seperti itu. Kau bertaruh nyawa dan menyebut nama calon bayimu dalam kondisi tak sadarkan diri, itu lebih dari cukup untuk membuktikan jika kau sama terluka. Bertaruh nyawa bahkan jika benar ini adalah kali kedua kau mengalaminya, berarti kau betul-betul kuat. Tapi ... Qaaley, bolehkah aku tahu apa yang membuatmu ingin pergi dari La Cascada?”

Nihil. Wonwoo tak mampu menjawab karena suaranya tertelan di dasar kerongkongan. Setiap akan menyebut nama para Dorado terutama Mingyu, sesak menjalar di dada. Rasa sakit itu turun menuju lambung dan mencekik rahimnya yang tiba-tiba kencang. Wonwoo tidak bisa kembali mengingat hal menyakitkan dalam kurun waktu kurang sehari. Bagaimana Mingyu mengatakan untuk memilih menyerah, mengorbankan buah cinta mereka agar tidak mengganggu kisah cinta keduanya adalah kalimat paling mematikan yang tak pernah Wonwoo sangka-sangka.

Mempertanyakan kenapa begitu tega Mingyu pada darah dagingnya? Wonwoo bahkan saking bahagianya sampai berani melupakan kesehatan demi menjaga Little Peanut agar bisa tumbuh sehat di dalam tubuhnya. Tapi Mingyu dengan tanpa perasaan menghancurkan harapan Wonwoo. Dia lebih memilih cinta yang semu dibandingkan nyawa yang paling berharga dari nyawa Omega cantik itu.

“Oke, aku minta maaf sudah membuatmu mengingat hal menyedihkan.” Kai mengelus puncak kepala Wonwoo, tak tega melihat tangisan yang seperti menyampaikan rasa sakit luarbisa. Sesak yang menyiksa. “Aku tidak akan mengganggu waktu istirahatmu, jadi rehatlah. Kau harus berada di sini untuk beberapa hari sampai kondisimu pulih.”

Wonwoo menggeleng, membuat Kai semakin khawatir. “Aku tidak punya waktu banyak, Señor. Aku harus pulang ke El Fuego ... tidak ada alasan untukku berada di La Cascada.”

“Tapi itu terlalu berbahaya. Perjalanan jauh hanya akan membuat kondisimu semakin parah. Begini saja, aku akan merawatmu sampai dokter mengatakan jika kau boleh pergi, kau tidak harus pulang ke kediaman Brendan. Tinggalah di salah satu mansionku, tenang saja ... itu bukan mansion utama yang jelas sepi tidak ada siapa-siapa selain penunggu yang ditugaskan oleh Ayahku. Aku akan merawatmu di sana sementara waktu, lalu mengantarmu pulang ke El Fuego. Bagaimana?”

Tak mampu menjawab, Wonwoo menatap sepasang netra Kai yang dibingkai wajah tampan. Mencari kebenaran atas keraguan yang masih menyatroni benaknya. Sejak melihat sosok Mingyu yang dia percaya melukai dengan begitu fatalnya, Wonwoo menjadi sulit untuk mempercayai para Alpha. Baginya kebaikan mereka begitu ambigu, entah berada di posisi mana ketulusan itu. Di awal memang mereka bisa berkata manis dengan penuh pesona, tapi di akhir bisa kapan saja menorehkan luka.

Sudah menjadi tugas Kai kembali meyakinkan jika keinginannya bukan untuk mencari kesempatan. Dia tersentuh saat mendengar riwayat singkat para Omega resesif yang akan sering menemui hal membahayakan nyawa dirinya maupun janinnya. Meski Kai tidak ingin Wonwoo terluka, keinginan untuk melihat Omega itu bahagia dengan menjaga bayinya akan dia bantu semampunya.

Tidak masalah jika harus berbagi rasa sakit karena yang Wonwoo butuhkan saat ini adalah sebuah dukungan serta afirmasi positif. Dengan Kai menjadi pihak yang menemani bahkan memback up segala keraguan, diharapkan Wonwoo semakin semangat untuk bertahan. Tentu bertahan untuk dirinya sendiri dan bayi yang ada dalam kandungan.

“Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, Señor Castiel. Hari ini begitu melelahkan, aku hanya ingin bahagia dengan bayiku. Apapun akan aku lakukan untuk menjaganya.”

“Kalau begitu kau sudah memutuskan. Aku berjanji akan menjagamu dan bayimu, tinggalah di kediamanku untuk sementara waktu. Aku pun berjanji akan membawamu pulang ke kota asal dalam kondisi selamat sampai tujuan.”

“Terima kasih,” Wonwoo mengangguk penuh haru tak mampu sembunyikan air mata yang kini deras membanjiri pipinya. “Aku berhutang budi padamu, Señor.”

“Sudahlah, itu tidak penting. Lebih baik kau istirahat sekarang, aku akan mengurus administrasi. Jangan terlalu dipikirkan, beban sekecil apapun itu akan menjadi halangan jika kau terus menyadari keberadaannya. Lupakan saja karena kau memilikiku sekarang.”

Setelah memastikan Wonwoo terlelap di ruang rawat VIP, Kai mengurusi pemberkasan dan masalah biaya perawatan. Aneh sekali, meski harus mendengar kenyataan jika Wonwoo sedang hamil anak Mingyu, Kai justru lebih tenang menghadapinya sebab sekarang menjadi pihak yang menjaga sang Omega. Entah apa yang terjadi dalam hubungan mereka, namun Kai merasakan kemenangan untuk pertama kalinya.

Wonwoo yang menaruh segala kepercayaan maupun beban pada Kai seolah menjadi jawaban jika hanya sang Alpha dominan dari nawa Lupus yang bisa menolong kisahnya yang malang. Tentu Kai bangga karena takdir Tuhan tidak pernah disangka-sangka. Jika bukan dia yang menolong Wonwoo kala pingsan mungkin tidak akan demikian skenarionya. Tapi semesta pun mengintervensi di dalam hidup Kai, mengatur sebuah wacana indah namun juga konyol karena Wonwoo datang bak hujan yang tiba-tiba membasahi tanpa pemberitahuan.

Kai beruntung meski harus basah sekalipun, sebab hujan itu begitu indah dan manis. Tak sanggup apabila Kai harus melewatkan Wonwoo yang bisa saja akan menghujani orang lain. Tapi takdir mengatakan Kai-lah orangnya. Betapa bangga dan bahagia sang Alpha dominan dibuatnya.

“Vincenzo, kau sudah lama menunggu? Maaf tadi aku harus mengurus sesuatu.”

“Tidak masalah, aku juga baru saja datang. Memang siapa yang dirawat?”

Kai tersenyum. “Masuklah, kau akan tahu dan biar kita diskusikan di dalam.”

“Oke, mengobrol di koridor sepertinya bukan pilihan yang tepat.”

Rumah sakit swasta La Cascada memang tergolong eksklusif yang hanya bisa diakses oleh orang penting. Tidak sembarangan warga bisa dirawat dan mendapat fasilitas memadai jika tidak ada uang terlibat di dalamnya. Termasuk nawa Lupus yang disegani selalu menjadikan rumah sakit ini tempat terpercaya, Wonwoo beruntung bertemu malaikat dengan segala jenis privilegenya.

“Dia sedang istirahat, biar kita mengobrol di balkon saja.”

Joongki mengangguk setelah melirik sekilas sosok lemah yang terlelap di ranjang dengan tangan dililit selang infus. Entah siapa gerangan, sepertinya merupakan sosok penting bagi Kai. Dan kedatangannya kemari bukan untuk menanyakan masalah pribadi. Sehingga mereka mulai membahas apa yang sudah terjadi belakangan ini.

“Bagaimana Vin, apa kau sudah menemukan arangnya? Dalam minggu-minggu terakhir asap yang sama terus berdatangan, tapi tidak ada yang bisa kita curigai siapa yang membakar kayunya.”

“Ini sangat terencana, Castiel. Pelaku betul-betul cerdik menutup kasus ini dengan sebuah taktik. Karena kau tahu La Cascada bukan El Fuego dan tiga kota lainnya di Paradia, bahkan di l'impronta kota sejenis La Cascada pun memiliki tim secara resmi yang bisa melacak kasus serupa. Sayangnya La Cascada tidak memfasilitasi orang-orang di bidangnya untuk melakukan otopsi, rumah sakit seperti ini terlalu bersih. Sehingga kematian para mayat banyak disalahartikan sebagai serangan jantung mendadak. Pelakunya betul-betul memahami dunia medis dan obat terlarang.”

“Tapi siapa, Vin? Siapa di kota ini yang memiliki minat terhadap dunia medis bahkan sampai meracik racun untuk akhirnya digunakan demi membuka sebuah kasus? Apa motivasinya membuat keramaian ini? Aku masih belum menangkap satu pun alasan yang masuk akal. Semuanya terlalu konyol untuk memberiku jawaban paling waras.”

Joongki yang sudah merasakan asam pahit dunia mafia hanya tersenyum tipis, menepuk bahu Kai yang memang sedang tidak bisa diajak diskusi ke ranah serius. Kasus ini begitu bersih dan licin sampai mencurigai salah satu pihak di La Cascada sama halnya dengan menuduh semua warga. Kesalahan terfatal kota mati ini memang sempat ditinggalkan oleh hukum yang berlaku, karena kebebasan itu pula untuk mencari bukti kuat harus melalui kesabaran terlebih dahulu.

Benar saja, mayat-mayat yang ditemukan seperti teror berantai seiring berjalannya waktu desas-desusnya melemah. Menunjukkan jika warga kota ini berada di ambang peduli dan sebaliknya. Namun bagi Joongki yang diberikan tugas untuk menjaga karena La Cascada adalah rumah kedua, bukan candaan belaka jika dia ingin mengusut masalah yang ada. Karena asumsinya mengarah pada perpecahan dua kubu; Black Wolf dan White Eagle yang berjaya dulu.

“Begini, Castiel. Aku memiliki beberapa premis yang akan membawa pada sebuah kesimpulan, bisa jadi ini memang kebenaran jika melihat apa yang sudah terjadi. Pertama, aku menemukan fakta jika mayat yang menjadi korban adalah beberapa mantan pengikut Black Wolf, pelaku seperti memiliki dendam entah pada para mayat atau Black Wolf itu sendiri.”

“Jadi, kau mengira ini adalah ulah anti mafia sebelumnya?”

“Kita masih belum bisa menyimpulkan karena ada premis lain, bisa jadi dia bukan anti mafia La Cascada, tapi orang yang dulu hidup di antara Black Wolf dan White Eagle untuk membuat kekacauan. Aku rasa pelaku ingin kita terkecoh, dia seperti sedang memikirkan cara lain agar melimpahkan tindakannya pada salah satu mantan anggota Black Wolf atau White Eagle. Kau tidak lupa kan bagaimana Black Wolf berakhir? Mungkin secara resmi karena ada campur tanganku yang merupakan satu-satunya orang yang dipercayai menghentikan konflik. Tapi secara realita, dalam Black Wolf itu sendiri ada perpecahan. Kubu dirimu dan kubu Jackson. Kematian Johnny membuat semuanya berjalan rumit, entah kenapa instingku kali ini kuat menduga jika Brendan Seungcheol yang akan menjadi korban dari sebuah adu domba.”

“...maksudmu ada seseorang yang ingin memecah belahku dengannya?”

Joongki mengangguk namun mengangkat bahu sedetik kemudian. “Bisa demikian, bisa pula terjadi kebalikan. Tapi yang jelas kau di sini menjadi pihak yang akan menentukan siapa pelakunya. Aku selalu mengawasi Brendan dan adik-adiknya, tidak ada satupun hal yang membuat mereka terlibat tapi justru karena itu, saat mereka bersih fitnah bisa datang kapan saja. Jika benar demikian, maka pelaku ingin kau mengadili Brendan atas apa yang terjadi di masa lalu. Kau pemegang kunci terakhir, Castiel. Bukan aku.”

“Ya Tuhan,” Kai menunduk, meremas kepala yang begitu pening berdenyut memikirkan kenyataan jika dia harus kembali terbawa arus masa lalu. “Tak bisakah aku hidup damai saja? Aku tidak ingin terlibat lagi, Vin. Aku lelah.”

“Aku tahu kau menanggung beban menyakitkan. Tapi jika kau bersuara, aku yakin kekacauan ini akan diatasi segera. Lebih cepat lebih baik, bukankah menjaga lebih sulit daripada memulai hal baru? Jika kau lepas tangan maka La Cascada akan mereset sejarah lama, namun tidak dengan nilai juga kebiasaan di masa kini yang perlahan berubah. Kau pasti bisa, Castiel.”

“Temani aku, Vin. Tetaplah di sisiku untuk masalah ini, aku tidak bisa menjaga La Cascada sendirian. Kuakui sisi pengecutku sebagai manusia berada di tahap memprihatinkan, tapi aku tidak bisa bersembunyi terus menerus. Kau benar, aku harus bersuara. Bukan untukku tapi untuk La Cascada.”

“Lihat, bukankah kau begitu berwibawa laksana Raja penguasa hutan belantara? Dengan ada dan tidaknya kemunculanmu di publik, jika kau mencintai kota ini apapun bisa dilakukan, Castiel. Kau hanya harus percaya pada setiap kebaikan yang berbicara dalam hatimu. Aku pasti akan berjalan bersamamu, karena dalam hidupku pun ada orang-orang penting yang harus kujaga.”

“Mohon bimbingannya, Vin. Pada akhirnya kita kembali bekerjasama setelah waktu cukup singkat namun penuh makna sampai kedamaian melingkupi La Cascada.”

“Mohon untuk berikan perintahmu juga, Cas. Aku tidak akan bergerak jika bukan atas keinginanmu. Aku hanya kaki dan salah satu tanganmu. Bukankah tangan kananmu masih Brendan?”

Kai terkekeh. “Meski aku sudah membuangnya dulu, aku tetap tidak bisa melupakan masa lalu dengannya yang begitu luarbiasa. Dia adalah tangan kanan paling hangat yang kumiliki. Namun karena kebodohanku pula yang membuat dia akhirnya pergi.”

“Tidak apa-apa. Anggap persahabatan kalian sedang diuji untuk naik level. Meski kau tidak mengakuinya, sorot matamu mengatakan jika kau menaruh banyak kekaguman padanya. Brendan pun demikian, dia pasti menghomatimu sebagai ketua.”

“Ya kau benar, lebih tepatnya dia memandangku sebagai ketua paling lemah yang pernah ada. Hm, mungkinkah ini saatnya? Mungkinkah ini waktu yang tepat untukku kembali pada dunia yang dulu kucinta namun kubenci pada akhirnya?”

Joongki mengangguk, menguatkan Kai yang mencoba mendobrak dinding tinggi dan tebal hasil ciptaannya selama masa persembunyian ini. Dulu dia adalah ketua yang memiliki kuasa. Dia adalah Raja dari para mafia La Cascada. Castiel Kai Lupus begitu kuat tak terbantahkan pada masa itu. Putra kebanggaan kota hujan yang menyalak melalui hawa dinginnya.

Barangkali ini saatnya untuk Kai kembali menjadi sosok yang dulu terbuang. Sosok paling berani yang tak pernah meragukan kebenaran meski harus rela bertaruh nyawa.

---

Malam Seungcheol terasa dingin kala membaca tiga lembar surat yang ditulis oleh tangan Wonwoo. Masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, Seungcheol membacanya perlahan. Mencermati setiap kalimat dan memahami maksud kepergian tanpa pamit. Hanya diwakilkan oleh surat yang diberikan secara mendadak.

Notes : ini versi non gambar takut gak kebaca dan susah dizoom, isi suratnya kurang lebih begini :

((Brendan...
Jujur aku tidak tahu akan menulis apa lagi dalam surat ini, rasanya aneh dan canggung saat mengetahui kita terbiasa bertengkar sebelumnya namun aku harus mengucapkan kalimat perpisahan. Maaf jika tidak secara langsung sebab waktuku di La Cascada tidak banyak. Aku pun tidak memiliki keberanian untuk jujur padamu mengenai siapa aku sebenarnya. Aku terlalu pengecut sampai tiba saatnya aku terjebak oleh kebodohanku sendiri. Ya, kedatanganku kemari tak lebih dari sebuah misi untuk mengajak kalian para Dorado pulang ke El Fuego. Maaf sudah membohongimu, memanfaatkan kebaikanmu, dan mengganggu hari-harimu. Kau tidak perlu khawatir lagi, mulai malam ini aku tidak akan mengganggu hidupmu. Tidak ada lagi kucing nakal yang membuat kepalamu sakit oleh tingkahku. Karena saat kau membaca surat ini, itu artinya aku sudah pergi. Tolong jangan cemas, toh aku sudah besar, meski aku yakin kau pun tidak peduli.

Hahaha.... bukankah ini lucu? Aku masih mengingat ekspresi wajahmu saat pertama kali bertemu denganku. Betapa waktu begitu cepat berlalu. Aku yang datang kemari untuk membawa kalian bertemu Ibu—Yuri Dorado yang masih hidup hingga detik ini, harus terbawa suasana dan melupakan tujuan awal. Aku malu tentu saja, tapi aku bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga kalian selama 3 bulan. Maaf sekali lagi karena aku sudah menyembunyikan identitasku, aku tidak bermaksud jahat. Kau bisa bertanya pada Kylan mengenai detailnya, tapi aku tidak akan memaksa. Keputusan kalian untuk kembali bukan lagi misiku. Aku menyerah dan memilih untuk pulang. Jadi, terima masih untuk semuanya. Meski singkat kenangan yang ada, tapi aku bersyukur bisa menjadi salah satu adikmu. Hahaha sial, aku malah menangis dan membasahi kertas. Setelah ini, jangan cari aku ya? Aku pasti baik-baik saja. Semoga kalian semua selalu dalam lindungan Tuhan. Aku pamit, Brendan... selamat tinggal.))

“Si bodoh ini. Kenapa dia memilih pergi begitu saja?”

Kertas diremas, Seungcheol keluar dari kamar dan menemukan surat lain di kamar milik Seokmin dan Jun yang belum pulang. Bertepatan dengan itu pintu rumah menjeblak terbuka. Menampilkan wajah Mingyu yang berantakan setelah berlari di tengah napas memburu.

“Qaal...ey, d-di mana dia? Apakah sudah tidur? Qaley sayang ... aku p-pulang. Kau di mana? Kenapa tidak menjawabku? Kau masih marah denganku?”

Mingyu dengan serampangan mendobrak kamarnya yang gelap, terkejut karena sosok Wonwoo tidak ada di sana. Di dapur, ruang tamu, bahkan di mana pun setiap jengkal gubuk derita Dorado, tidak ada eksistensi Omega tercinta. Seungcheol yang bingung dengan reaksi Mingyu dan jelas masih terkejut untuk menerima kenyataan merasa tak tega, akhirnya menepuk bahu adiknya.

“Qaaley sepertinya pulang ke El Fuego. Dia menuliskan surat untukku, Arthur, dan Javiero. Ceklah di kamarmu, barangkali dia meninggalkan satu untukmu.”

“Pulang? Tidak mungkin, Brendan. Qaaley berjanji tidak akan pergi meninggalkanku, kami akan selalu bersama, sampai kapanpun tidak ada yang akan memisahkan cinta kami. Qaaley ... kau di mana? Kenapa kau melakukan ini?”

Mingyu semakin kacau saat tak ada satu pun surat yang Wonwoo tinggalkan untuknya. Siang tadi adalah perpisahan paling menyakitkan yang baru Mingyu sadari dan sesali. Ketakutan akan kehilangan menyetir Mingyu melakukan hal yang malah berakhir melukai. Kini Omega manis itu meninggalkannya, memilih pergi karena terluka oleh kalimat bodohnya.

“Qaaley....” tubuh bongsor Mingyu beringsut di lantai. Menangis seperti orang hilang arah, Seungcheol yang terkejut ikut merendahkan tubuh. Duduk di hadapan Mingyu.

“Hei, buddy. Kau kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian?”

“Aku sudah menyakitinya, Brendan. Aku melakukan hal paling fatal yang membuat Qaaley pergi dari rumah ini. Aku penyebabnya.”

“Oke, tenangkan dirimu. Minumlah dulu, kau pasti lelah berlari ke rumah. Dinginkan kepalamu, aku siap mendengar kenyataan termasuk siapa Qaaley sebenarnya.”

Jika boleh jujur, Mingyu rasanya ingin hilang saja dari dunia. Hatinya kalut ditinggalkan Wonwoo dan di saat bersamaan ada rahasia yang masih terpendam sudah pasti dinantikan Seungcheol penjelasannya. Mingyu tak mampu membagi fokus, hatinya terlampau sesak menebak apakah sang kekasih sudah makan malam? Apakah dia kedinginan dan menangis ingin mendapat pelukan? Mingyu tak tega untuk membayangkan. Ini terlalu menyakitkan.

Setelah membaca isi surat yang diberikan Seungcheol, Mingyu mendengus geli. Merasa kasihan dengan dirinya yang merupakan penyebab sampai hal rumit ini terjadi.

“Rupanya dia benar-benar membenciku. Dia bahkan tidak ingin dan tidak meminta untuk dicari, kenapa kau menghukumku seperti ini, Qaaley? Aku sangat menyesal sudah memintamu menggugurkan kandungan. Sebetulnya bukan itu yang aku inginkan. Qaaley ... demi Tuhan aku tidak bisa berpikir jernih sekarang. Pulanglah, pulanglah ke pelukanku. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku tidak ingin sendirian, bagaimana bisa aku menjalani hidupku tanpa dirimu? Tolong kasihani aku, tolong jangan tinggalkan aku."

Merasa jika Mingyu berubah aneh, meracau persis orang gila dengan tatapan kosong, Seungcheol mencari inisiatif dengan menggerak-gerakkan kencang bahu tebalnya.

“Sadarlah, Kylan! Jika kau begini bagaimana bisa aku membantumu? Ayo kembalilah ... jangan biarkan duka menyelimuti hatimu! Setelah ini kita mencari Qaaley, semoga dia masih ada di sekitar sini.”

“Semuanya sudah terlambat, Brendan. Aku yang dulu meminta agar Qaaley bertahan di sini, kedatangannya ke La Cascada untuk membawa kita pulang ke El Fuego. Kucing manis itu ingin kita pulang ke tempat asal, awalnya aku tahu secara tidak sengaja, karena hal ini pula yang membuat kami dekat. Dari kedekatan itu cinta perlahan tumbuh, aku tanpa sadar terlalu mencintainya ... sampai akhirnya merenggut seluruh hidup dan masa depannya. Saat tahu jika Qaaley mengandung buah cinta kami, aku mematahkan semangatnya. Aku hanya takut kesalahan itu yang membuat Qaaley pergi untuk selama-lamanya, aku tidak ingin dia berakhir sama dengan Omega resesif malang lainnya. Dia harus hidup, maka aku memintanya untuk menyerah dengan kandungannya. Hal itu yang membuat Qaaley marah ... sampai akhirnya memutuskan untuk pergi.”

Tangan Seungcheol terkulai lemas, meski dia memiliki insting sebelumnya mengenai kebenaran jika Wonwoo memang berbohong, tapi saat mendengar langsung dari Mingyu yang sangat dipercaya, otomatis kebenaran itu menamparnya. Meski mengejutkan karena harus kembali bersinggungan dengan masa lalu, Seungcheol yang memandang Wonwoo sebagai orang di masa sekarang mencoba untuk melupakan itu. Menerima keberadaan Wonwoo sebagai adiknya yang baru.

“Begitu ya,” tepukan datang di bahu Mingyu. “Meski menyebalkan karena selama ini aku sudah dibohongi oleh kucing nakal dan adik yang kupercaya, faktanya aku sudah terlanjur menganggap Qaaley sebagai keluarga. Kau tenanglah di sini, aku akan mencari cara untuk menemukan Qaaley. Beristirahatlah, kudengar dalam beberapa hari ini terlalu memforsir diri. Jika kau tumbang, siapa yang akan menjaga Qaaley? Tolong kuatlah untuk dirimu sendiri.”

“Tidak bisa, Brendan. Aku tidak bisa beristirahat jika aku terus dihantui pikiran ... yang bisa saja kini Qaaley sangat kesepian. Dia sedang sakit, aku adalah kekasih paling tega membuatnya pergi di tengah sakitnya. Aku harus mencarinya ... dan membawa Qaaley kembali ke sini. Tolong terima dia lagi ya, Brendan? Meski Qaaley membohongiku dan kalian pada awalnya, bagaimanapun juga dia adalah Ibu Omega dari anakku. Aku tidak bisa hidup tanpa dirinya. Aku bisa gila, Brendan.”

“Kylan, tunggu—hei jangan bersikap gegabah!”

Namun percuma, Seungcheol tak mampu menahan Mingyu yang langsung pergi menerobos hawa malam yang dingin. Meninggalkannya seorang diri dengan segala informasi berkecamuk. Kesampingkan masalah Wonwoo berbohong selama ini, yang paling menyentil hati adalah fakta jika Omega resesif itu sedang mengandung bayi. Menghadirkan keturunan Dorado yang paling Seungcheol wanti-wanti agar tidak pernah muncul di muka bumi.

Itulah mengapa dia tidak pernah mau berhubungan dengan Omega. Seungcheol tidak ingin menyaksikan keturunannya menderita karena menanggung darah Dorado yang dibenci oleh banyak familia. Dan kini, beban itu harus dipikul Wonwoo. Mengandung benih Mingyu yang seorang Dorado murni, tentu menjadi dilema tak berkesudahan di hatinya.

Seolah mengerti dengan kegundahan yang tengah dirasakan, saat hendak pergi mencari Wonwoo tiba-tiba muncul sosok yang Seungcheol rindukan. Rupanya Jeonghan mengunjunginya membawa kantung berisi makanan, lalu tersenyum manis yang membuat sang Alpha ingin didekap dalam sebuah pelukan.

“Kau mau ke mana malam-malam begini, Brendan? Sudah makan? Aku bawakan masakanku, rasanya dijamin enak. Kau pasti suka.”

“Dalam rangka apa? Kau kurang kerjaan atau ingin pamer jika masakanmu enak? Bahkan masakanku lebih baik jika dibandingkan pasta lembek ini.”

“Jangan hina makanannya, mereka tidak salah kok. Kau tidak tahu ya jika di luar sana masih ada banyak orang kurang beruntung yang hidup setiap waktu kelaparan? Meski lembek, masakanku terbukti menyehatkan. Silakan saja dicoba, toh kedatanganku kemari hanya untuk memberikan itu dan memastikan kau baik-baik saja. Sebelum tidur aku ingin melihat Alpha yang kurindukan.”

Sebut itu adalah jenis flirt paling menggelikan namun wajah Seungcheol tersipu kala mendengarnya. Jeonghan gemas hanya bisa mengalihkan pandangan, kali ini tidak ada sosok Hani yang mencuri tubuhnya. Jeonghan belajar bagaimana mempertahankan diri agar tidak melakukan kesalahan. Dengan dia tidak terlelap atau melamun, Hani Draco pasti tidak akan mengusiknya. Termasuk malam ini ingin bertemu Seungcheol pun karena dia benar-benar rindu. Jika mampu ingin dia berteriak agar sang Alpha pergi jauh darinya, menyelamatkan diri sebelum Hani Draco bertindak di luar kendali.

Sebab saat berubah menjadi pribadi lain, kegilaan itu membuat Jeonghan semakin tenggelam. Dia tak mampu menguasai dirinya lagi.

“Terima kasih untuk makanannya, aku akan mencoba ini dengan yang lain. Lebih baik kau segera pulang, aku baik-baik saja, jadi jangan merindukanku.”

Jeonghan mengangguk. “Baiklah. Setidaknya aku lega kau memang baik-baik saja dan masih tampan seperti biasanya. Ah iya, apa besok kau ada acara?”

“Meski aku terlihat mengenaskan, besok aku bertugas menjaga keamanan di Simpático.”

“Oh, kau juga datang? Kalau begitu sampai berjumpa besok, Brendan. Malam ini ... jangan lupa mimpikan aku ya? Bye-bye.”

Kekeh geli mengudara dari Seungcheol yang langsung mengalihkan perasaan bahagia dengan menghirup aroma pasta buatan Beta manis yang menguap di udara. Aroma lezat membuat rasa laparnya meningkat, namun Seungcheol tak bisa habiskan sekarang karena terlalu mencemaskan Wonwoo.

Sebisa mungkin di sisa malam yang pendek ini, dia bertanya pada siapa saja yang ditemui di jalan. Berharap menemukan jejak Wonwoo meski terlanjur pesimis karena surat entah ditulis saat kapan. Bisa saja jauh sebelum dia membacanya. Sedangkan perjalanan menuju El Fuego bisa dibilang cukup jauh yakni 7 jam ditempuh menggunakan kereta antar kota. Kucing nakal itu pasti sudah berjalan jauh dari kecemasannya. Meninggalkan lubang penyesalan dalam hati Seungcheol yang perlahan kehilangan.

“Kau benar-benar bertindak seenaknya, Qaaley. Datang tanpa pertanda dan pergi tanpa pamit sebelumnya. Kau kira dengan menulis semuanya di surat akan membuatku memaafkanmu setelah tiga bulan ini menipuku? Jangan bercanda, bocah bebal! Kau salah memilih musuh, aku tidak akan membiarkanmu bertindak sesukanya lagi. Setidaknya ... pamitlah dengan cara yang benar. Aku ingin mendengar semuanya langsung dari dirimu. Dasar bodoh.”

---

Kepergian Wonwoo menorehkan tanda tanya besar bagi Jun dan Seokmin, terutama Seungcheol yang khawatir karena Mingyu absen di festival Simpático. Sama sekali belum pulang ke rumah setelah semalaman mencari di mana keberadaan Omeganya.

Sedangkan untuk acara yang disulap cukup megah hasil buah pemikiran sosok Eden Jisoo Lupus bersama tim tentunya mengusung prinsip show must go on. Hal itu pula yang membuat Seungcheol tak bisa menolak karena entah kenapa dia tidak ingin melibatkan Wonwoo. Sebab setelah dipikir-pikir lagi, jika iya bocah itu memilih hidup di La Cascada tidak bisa menjamin apakah dalam kondisinya yang sedang hamil akan baik-baik saja?

Para Dorado tak perlu diragukan kemampuan bertahan dalam garis kehidupan yang memprihatinkan. Dengan kondisi Wonwoo yang sedang mengandung menjadi hal yang sama rumitnya dengan bunuh diri. Seungcheol tidak bisa menjanjikan apa-apa, termasuk memberikan asupan nutrisi untuk dikonsumsi. Barangkali menjadi keputusan tepat apabila Wonwoo hidup di El Fuego bersama keluarga sebenarnya.

Meski kecemasan masih ditaruh paling banyak untuk Mingyu. Itu sudah menjadi tugas Seungcheol membantu adiknya memecahkan masalah. Dia akan lakukan apapun untuk menyelamatkan sisa Dorado yang sudah satu penanggungan dengannya.

“Señor, istirahatlah sejenak. Baekhyun membuatkan jus untuk menambah stamina, kemarilah ... minum bersama kami.”

“Terima kasih, aku nanti saja.”

“Eiiii tidak apa-apa, sekarang saja karena jika nanti bisa kehabisan loh. Ayo, jangan sungkan-sungkan.”

Akhirnya Seungcheol menuruti permintaan rekan kerja lain yang sesama tim penjaga keamanan di festival. Dalam beberapa waktu belakangan, dia banyak melakukan pekerjaan apapun yang jelas halal. Meski harus mengerahkan tenaga, bukan masalah sebab itu satu-satunya hal yang Seungcheol bisa banggakan.

Tapi ada yang aneh, satu jam kemudian tubuh Seungcheol tiba-tiba lemas. Kepalanya mendadak pusing dengan tatapan dipenuhi kunang-kunang, hingga gelap datang dan tubuhnya ambruk di keramaian. Tidak ada yang menyadari, Seungcheol pun seperti dipaksa hidup dalam dunia mimpi. Di mana dia bertemu kembali dengan sosok pria dewasa yang begitu Seungcheol cinta namun meninggalkan luka luarbiasa di hatinya. Si pemilik tatto pedang yang juga memberikan tatto sama di lengan kirinya. Pria yang dia sebut Ayah dan menghancurkan nasib Familia Dorado juga familia lawannya.

“Ayah ... kenapa kau melakukan ini pada kami? B-bertanggungjawablah ... jangan pergi.”

Entah berapa lama Seungcheol tertidur, tapi begitu membuka mata ternyata bukan berada di area festival melainkan sebuah kamar motel yang gelap. Dengan isak tangis mengiringi malam ... entahlah, Seungcheol buta waktu sebab di luar tampak gelap. Menunjukkan jika dia sudah berada cukup lama di sana.

“Elly, kenapa kau menangis? Kenapa pula kau tidak berpakaian? Apa yang terjadi ... sebenarnya ... a-ada apa denganku? Kenapa aku bisa ada di sini?!”

Tidak ada jawaban, Hani yang masih menangis menambah susana semakin kalut. Terutama bagi Seungcheol yang merasa tidak mengerti dengan kenyataan ini. Bagaimana bisa dia ada di sana jika Seungcheol sedang bertugas menjaga keamanan? Siapa yang membawanya kemari? Tidak mungkin jika dia berjalan sendiri. Seungcheol tidak mengingat apa-apa saat ini.

“Padahal aku sudah mengatakan untuk berhenti, tapi kau masih saja memaksaku. Brendan ... kau melukaiku, kau yang sedang dalam keadaan mabuk sangat menakutiku. Kau bahkan mengancamku jika aku berteriak meminta bantuan akan membunuhku. Meski aku mencintaimu, ini salah ... kau sudah terbukti memperkosaku, tapi bisa-bisanya kau malah mengatakan ada apa? K-kau benar-benar gila, Brendan! Kau sakit!"

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti ... siapa yang memperkosa siapa, sedangkan kondisiku seperti ini saja aku tidak mengingat apa-apa!”

“Pembohong! Kau yang membawaku kemari. Lihatlah pergelangan tanganku, kau menggenggamnya sampai berbekas. Kau kasar, Brendan. Kau tidak memiliki hati nurani sebagai manusia!”

Seungcheol masih mencerna apa yang dia temukan. Kamar motel cukup berantakan, pakaian yang berserakan di lantai, dan yang paling mengejutkan ada bercak merah di sprei. Apakah itu artinya benar jika Seungcheol sudah melukai sang beta dengan memperkosa hingga membuatnya berdarah? Tapi demi Tuhan, dia tidak ingat apa-apa. Bahkan jika iya tertidur pun seharusnya Seungcheol merasakan apa yang sudah dilakukan sebelumnya.

Tangisan Hani tidak menolong Seungcheol untuk menemukan jawaban. Sampai akhirnya Beta male itu memutuskan untuk pergi. Hampir terjatuh saat menapak lantai, merasakan nyeri di tubuh yang Hani klaim menjadi korban pemerkosaan.

“Aku membencimu, Brendan! Jangan pernah temui aku lagi. Kau benar-benar seperti binatang saat mabuk, kau mengerikan!”

Meninggalkan sang Alpha dalam perasaan berkecamuk, Hani Draco yang merupakan pelaku di balik ini semua menutup skenario dengan kalimat dramatis. Punggung lesap di balik pintu, jemarinya menghapus air mata palsu tanda jika dia hanya berpura-pura. Di mana pertunjukkan luarbiasa akan segera dimulai dan siap menggemparkan seisi La Cascada.

“Sungguh Dorado yang malang, hahaha.”

---

Mengenaskan.

Barangkali itu yang mewakilkan penampilan Mingyu sekarang. Setelah memutuskan untuk mencari Wonwoo, bahkan sampai membolos di acara yang paling berarti baginya. Sampai lupa pulang ke rumah, tidak hanya makan dan minum, Mingyu benar-benar berubah menjadi pria memprihatinkan.

Duduk di pinggir jalan menatap langit malam yang begitu pekat. Tubuhnya lusuh, kausnya kotor karena duduk di sembarang tempat. Bahkan dia sampai lupa tidur hanya karena khawatir dengan keadaan Wonwoo. Tidak ada satupun manusia yang dia temui memberitahu di mana kekasihnya, seolah dunia mengatakan jika sosok Omega manis itu tidak nyata eksistensinya.

Dada Mingyu kembali sesak, tak menyangka jika hari ini akan tiba. Di mana Wonwoo yang dia jaga agar jangan pergi berakhir meninggalkannya. Mungkin fisik Mingyu terlihat baik-baik saja, tapi tidak dengan hati sang Alpha yang hancur karena dirinya benar-benar merindukannya.

Tangan yang gemetar karena belum mengisi perut dengan makanan ditatap. Biasanya setiap malam tangan Mingyu menggenggam jemari mungil Wonwoo, namun malam itu kosong. Tidak ada yang dia genggam. Sosok yang dirindukan benar-benar lesap dari pandangan. Mingyu mati rasa, ke mana lagi dia harus mencari Wonwoonya?

Srek.

Sebuah langkah kaki berhenti di samping Mingyu. Awalnya sang Alpha dominan tidak peduli, tapi sepertinya kaki itu sengaja berdiri di dekatnya. Entah siapa dan apa maksudnya, sebab aromanya jelas bukan feromon Wonwoo.

“Lihatlah Alpha angkuh ini, kau terlihat mengenaskan. Persis gelandangan yang baru saja keluar tong sampah, apa hidupmu semengenaskan itu sampai jalanan pun menjadi tempatmu beristirahat?”

“Kau bisa melewatiku jika memang terganggu. Aku sedang tidak ingin berdebat dengan siapapun, tenagaku tidak sebanyak itu.”

“Apa kau mencari Qaaley?”

Sontak tubuh Mingyu kembali segar dan bangkit menatap Alpha dominan yang pernah menantangnya. Castiel Kai Lupus menyeringai melihat reaksi Mingyu yang langsung meremas kerah kausnya.

“Kenapa kau tahu? Jangan-jangan kau yang menculik Omegaku, hah? Dasar keparat! Kau memang iblis yang selalu ikut campur kehidupan orang lain. Sekarang beritahu aku di mana Qaaley. Jika kau menyanderanya, lepaskan dia sebelum aku membunuhmu!”

“Wow ... wow, tenang dulu, Alpha. Kau tidak setampan wajahmu jika menggonggong persis anjing jalanan. Bukankah kalimat itu harus kau refleksikan dengan apa yang kau lakukan sebelumnya sampai Qaaley memutuskan pergi? Tak sadarkah kau adalah penyebabnya?”

“Diam! Aku tidak sudi dikomentari orang luar menjijikan seperti dirimu, Castiel Kai! Kau memang picik. Kau selalu mencuri milik orang. Dulu kau merenggut kebahagiaan Brendan ... sekarang Omegaku kau rebut demi kepuasanmu sendiri!”

“Terserah apa katamu, tapi dunia saja tahu jika tanpa bantuanku mungkin Omegamu itu tidak akan selamat. Bisa-bisanya kau mengabaikan Ibu dari anakmu. Dalam kondisi mengandung kau membuatnya terbebani oleh banyak hal. Ah, kedatanganku kemari pun sepertinya sia-sia karena kau terlihat membenciku. Padahal aku berniat mempertemukanmu dengannya.”

“Jangan main-main denganku, bajingan bangsat!” Mingyu mendorong punggung Kai ke tembok. Cukup keras dengan feromon yang menyalak galak. “Aku tidak akan membiarkanmu menjadikan Qaaley sebagai umpan. Jika kau memiliki masalah denganku, pakailah tangan kosong. Jangan libatkan siapapun. Qaaley tidak ada hubungannya dengan ini.”

“Sayangnya aku tidak ingin memiliki urusan denganmu. Aku tidak menyangka dengan cara berpikirmu, padahal aku dengan tulus berniat membantumu. Kau pun bisa menghirup feromon Qaaley di tubuhku. Maaf saja, meski aku mencintainya ... aku tidak seperti dirimu yang tega sampai melukai hati Ibu yang sedang mengandung darah dagingnya. Andai saja Qaaley memilihku, mungkin dia tidak akan merasakan ketidakadilan ini.”

“Diam. Katakan saja di mana Qaaley sekarang dan pertemukan aku dengannya.” Desis Mingyu dan dibalas dengusan pasrah Kai.

Memang sebetulnya kedatangan sang Lupus mencari rivalnya karena tak tega melihat Alpha itu tampak mengenaskan. Ditambah sepulang dari rumah sakit Wonwoo lebih banyak menangis diam-diam, Kai terganggu karena sampai detik ini sang Omega mogok berbicara. Selain meminta pulang ke El Fuego yang membuat Kai harus bersabar karena dokter mewanti-wanti agar dalam waktu dekat ini tidak melakukan hal melelahkan. Setidaknya sampai janinnya kuat.

Mungkin dengan memberikan kesempatan pada Mingyu dan Wonwoo berbicara akan membuat kondisi menjadi lebih baik. Tapi sepertinya tidak semudah itu, sebab ketika sampai di mansionnya, Mingyu langsung bereaksi kala menemukan sosok Wonwoo yang menunggu Kai di balik gerbang. Omega itu langsung masuk ke rumah, menghindari Mingyu yang berteriak memanggil namanya.

“QAALEY! A-AKU DATANG MENEMUIMU, KUMOHON ... BERTEMULAH DENGANKU. JANGAN ABAIKAN AKU. JANGAN TINGGALKAN AKU QAALEY.”

“Tenang, Kylan. tenanglah. Kau hanya membuat Qaaley tidak nyaman.”

“Lepaskan! Aku harus bertemu dengannya. Aku ingin memeluk tubuhnya ... kenapa dia kurus sekali? Apakah dia tidak makan banyak akhir-akhir ini? Apa dia kesepian? Qaaley sayang, kumohon ... kumohon terima aku lagi. Jangan begini, r-rasanya sakit di sini.”

Tanpa perlawanan, begitu Kai mendorong tubuh Mingyu agar tidak menerobos malah membuat tubuh sang Alpha Dorado terkulai di tanah. Isak tangis persis seorang pecundang yang membuat dada Kai sakit karena mengingatkan dengan dirinya di masa lalu. Kai sadar seberapa besar cinta Mingyu meski dia belum mau membenarkan apa yang sudah dilakukan sang rival di masa lalu.

“...Castiel,” Mingyu menyeret tubuhnya agar bersujud di kaki Kai. “Aku mohon, pertemukan aku dengannya. Aku ingin melihat wajahnya, aku ingin mengatakan banyak hal. Aku ingin meminta ampunannya.”

“Bodoh, bangkitlah! Kau benar-benar cengeng, mana Alpha yang dulu membuatku mundur, hah? Kenapa kau merendahkan dirimu sampai serendah ini di hadapanku?”

“Aku tidak memiliki kekuatan lagi, sejak Qaaley pergi ... pertahananku runtuh. Keyakinanku goyah. Meski aku seorang Alpha, kenyataannya aku hanya manusia biasa ... Castiel. Tolong izinkan aku bertemu dengannya.”

“Hah, kau benar-benar merepotkan! Tunggulah di sini, biar aku mencoba membujuk Qaaley. Jangan berteriak, jadilah anjing penurut. Bagaimanapun juga ini adalah kediamanku, aku bisa mengusirmu kapan saja.”

Anggukan Mingyu membuat Kai tersenyum tipis. Ikut lega yang itu artinya dia sudah merugikan diri sendiri. Meski pertemuan dengan Wonwoo datang secara tiba-tiba dan menjadi kemenangan baginya, tidak menyurutkan keadilan yang Kai harap bisa memberikan jalan lain agar perasaan Wonwoo jauh membaik. Tapi sepertinya dugaan Kai salah, sang Omega justru menatap nyalang saat melihatnya memasuki kamar.

“Kenapa kau membawanya kemari, Señor? Kenapa kau membuat pelarianku menjadi semakin rumit? Aku susah payah pergi darinya tanpa meninggalkan jejak, tapi kau malah ... astaga, kenapa kau mencampuri urusanku sejauh ini? Kau tidak berhak mengusik hal yang bukan urusanmu. Kisah hidupku bukan drama yang bisa kau tonton dan tertawakan sesukamu.”

“Bukan seperti itu, Qaaley. Aku hanya berusaha untuk membantumu, sepulang dari rumah sakit kau lebih banyak diam, aku hanya ingin meringankan bebanmu. Aku berpikir jika kau mungkin merindukan Kylan.”

“Jangan sebut namanya! Aku tidak ingin mendengar apapun. Aku tidak akan goyah karena pertemuan ini. Keputusanku sudah bulat, aku akan hidup sendiri tanpa bayang-bayang masa lalu. Jika kau ingin aku berbicara dengannya ... lebih baik kau lupakan niatan itu. Aku jelas akan menolaknya!”

“Kau yakin? Mungkin ini akan menjadi pertemuan kalian yang terakhir. Mungkin di suatu hari nanti kalian tidak akan bertemu lagi. Aku tidak ingin kau menyesal, Qaaley.”

Tangan Wonwoo terkepal. Lalu menutup dua telinganya seraya menggelengkan kepala. “Tidak! Aku tidak mau mendengarnya. Aku tidak ingin bertemu dengannya! Biar saja, toh dia tidak menginginkanku dalam kondisi seperti ini. Yang dia inginkan hanya nafsu. Aku tidak butuh itu!”

“Aku mengerti. Aku pun tidak akan memaksamu.”

Pintu kamar ditutup kembali, Kai meninggalkan Wonwoo di kamar lalu menghampiri Mingyu yang menatap penuh harap. Namun gelengan kepalanya membuat hati Mingyu seperti ditikam puluhan belati, seperti mendengar ratusan guntur mengisi gendang telinga, dan seperti tulang-tulang Mingyu dipatahkan seketika.

“Aku tidak bisa memaksanya, Qaaley yang meminta untuk tidak mempertemukan dirinya denganmu. Maafkan aku.”

“Dia benar-benar tidak memberiku kesempatan ternyata,” Mingyu berjalan memeluk pagar besi. Menatap kediaman Kai yang sepi, namun salah satu kamar di lantai dua menyala membuat senyum Mingyu terkembang.

“QAALEY, APA KAU INGAT SAAT KITA PERTAMA KALI BERTEMU? AKU MENGEJEK JIKA BENTUK MATAMU ANEH. PADAHAL SAAT ITU AKU SEDANG MENAHAN DEGUB DADAKU SENDIRI YANG BERTALU-TALU. KENYATAANNYA KAU BEGITU INDAH. SETIAP INCHI DIRIMU BEGITU INDAH, HATIMU PUN INDAH, AKU BERUNTUNG MEMILIKI OMEGA YANG DIBERKAHI KEINDAHAN YANG LUARBIASA. JADI, AKU PUN PERCAYA JIKA BAYI KITA PUN AKAN SEINDAH DIRIMU, SECANTIK DIRIMU, DAN SEBAIK IBU OMEGANYA.”

“....”

Tangan Mingyu terkepal. Air mata membanjiri wajah, dia tak mampu berteriak lagi, tapi berusaha agar menyampaikan isi hati sebenarnya. Berharap Wonwoo mendengar dan mau mengampuninya.

“...maafkan aku yang sudah melukaimu. Kenyataannya aku bahagia saat tahu jika dia betulan hadir dalam hidup kita. Jika saja aku bisa memutar waktu kembali ... ingin aku memberitahu dirimu, ‘ayo kita rawat anak kita sama-sama’. Tapi sayangnya aku terlambat, aku lebih dulu melukaimu. Menorehkan luka paling menyakitkan sampai merusak keteguhanmu. Aku tahu kau sangat mencintaiku, begitu pula aku yang terlampau mencintaimu. Aku paham cinta yang kau berikan kini berubah benci karena aku sudah menyia-nyiakannya. Aku tidak akan memaksa jika kau benar-benar ingin pergi d-dariku ... tapi satu hal yang harus kau tahu, aku tidak bisa berjanji akan hidup baik-baik saja saat kau meninggalkanku. Q-Qaaley, hiks  ... jika ini pertemuan terakhir kita, aku ingin kau hidup bahagia. Akan aku berikan kebahagiaanku untukmu dan anak kita. Hiduplah selama-lamanya, jadilah Omega paling bahagia di dunia. Kau benar, aku Alpha yang jahat. Aku tidak berhak mendapatkan cintamu, begitupun dirimu tidak seharusnya dicintai oleh manusia jahat sepertiku. Tolong berbahagialah kalian berdua meski tanpa aku. Maafkan aku, ugh—ampuni aku.”

Hujan deras tiba-tiba mengguyur La Cascada bersama jatuhnya air mata Mingyu yang masih berdiri menatap mansion keluarga Lupus. Sedangkan Kai sudah masuk ke dalam, ingin mengetahui reaksi Wonwoo yang ternyata meringkuk sembari menangis sesenggukan.

“Hei, kenapa kau menangis? Bukankah kau yang ingin aku mengusirnya? Ingin aku yang menolaknya untukmu? Kenapa kau menunjukkan reaksi yang berbeda? Aku tidak mengerti dengan dirimu, Qaaley.”

“Aku tidak tahu,” Wonwoo menepuk dadanya. “Di sini sesak sekali, Señor. Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Padahal aku yang memilih untuk memutus semua hubunganku dengannya. Aku menetapkan diriku agar tidak goyah, tapi aku tidak bisa berbohong ... aku terlalu mencintai Kylan. Saking cintanya aku pada dirinya, dadaku yang sesak seperti akan meledak. Namun jika aku lemah dengan kembali menerimanya ... aku hanya akan mengulang luka yang sama. Bayi ini, Kylan sama sekali tidak menginginkannya. Dia hanya ingin aku kembali untuknya dengan mengecualikan keadaan jika aku sedang mengandung darah dagingnya. Aku tidak bisa, Señor. Aku tidak bisa mengorbankan anakku sendiri. Seingin apapun aku hidup bersamanya, aku tidak ingin egois untuk nyawa yang tidak bersalah. Kasihan dia, Ayahnya saja tidak menginginkannya ... lantas untuk apa aku kembali pada orang yang menorehkanku luka?”

“Qaaley,” Kai membawa Wonwoo pada pelukan hangat. Menguarkan feromon yang bisa membuat Omega itu tenang. “Maafkan aku, ampuni aku yang sudah ikut campur. Jika itu keinginanmu aku tidak akan memaksa. Kau tidak perlu takut, sekarang ada aku. Meski Ayahnya tidak mengakui bayimu, masih ada aku yang akan menerimanya. Menunggu kelahirannya. Aku akan menjaga kalian. Tolong jangan lukai dirimu lebih dalam, masa lalumu biar lupakan. Aku siap menjadi penopang hidup kalian sekarang dan untuk masa yang akan datang.”

Ini bukan tentang pengkhianatan. Cara Wonwoo yang membalas pelukan Kai dan meraung dalam isak tangis adalah bentuk kemarahan sia-sia Wonwoo lantaran mengharapkan sosok Mingyu agar mengatakan kalimat yang dilontarkan Kai saat kali pertama mengabari kehamilan. Tapi Mingyu terlanjur menyiram minyak di bara api, membuat hubungan mereka yang rapuh terbakar. Menjadi jelaga yang hitam.

Ini hanya cara Wonwoo mencoba berdamai dengan melepaskan sosok yang sangat dia cinta. Hanya upaya untuk meredam pahitnya dilukai sang Alpha dengan melupakan semua kenangan. Termasuk kenangan manis saat mereka saling mengenal. Biarkan Wonwoo bertahan untuk dirinya dan sang buah hati. Bukan bertahan untuk cintanya yang berakhir sia-sia. Ya, untuk cintanya yang jatuh pada sebuah harapan tak terkabulkan.

Biarkan Wonwoo bahagia tanpa Mingyu di dalamnya.

---

Tiga hari kemudian, La Cascada digemparkan oleh penemuan mayat di belakang lokasi Simpático. Yang paling mengejutkan, mayat itu merupakan salah satu anggota keluarga Cygnus.

Gerard Shownu ditemukan dalam kondisi dada ditusuk belati cukup dalam. Jelas pembunuhan dengan cara ditikam karena sampai melukai organ vital. Awalnya keluarga menganggap jika Shownu sedang pergi keluar kota, tapi rupanya seseorang menemukan mayat yang terbujur kaku persis di tempat pembuangan sampah belakang lokasi Mingyu mengajar.

Tapi yang paling gila dari kenyataan ini, ramai orang-orang datang bersama Chanyeol sang kakak yang berduka malah berkumpul di depan rumah Seungcheol. Tanpa aba-aba, hendak melakukan penggeledahan barang bukti sebagaimana penuturan saksi yang mengatakan jika Seungcheol adalah tersangkanya. Tepat sebelum membawa Hani ke motel, waktu yang berdekatan membuat Seungcheol tak mampu mencerna kebenaran yang ada.

“Maaf sebelumnya, tapi kenapa ramai sekali? Rumah kami tidak bisa menampung tamu sebanyak ini. Apa ada yang bisa kami bantu?”

“Arthur, kau mundurlah. Ini urusanku dengan mereka.”

“Lucu sekali melihat tersangka sepertimu masih memiliki keberanian untuk menatapku. Tak cukupkah kau merenggut nyawa Johnny? Kenapa kali ini harus Shownu? Apa salah adikku, Brendan keparat!”

“Aku tidak membunuhnya! Demi Tuhan aku tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi pada adikmu. Bahkan di mana mayatnya ditemukan pun aku tidak tahu.”

“Pembohong! Tidak ada satupun maling yang akan mengakui tindakan kriminalnya. Jika begitu maka penjara akan penuh oleh orang jahat! Lebih baik geledah saja rumahnya! Pasti dia menyembunyikan barang bukti di dalam.”

“Hah? Hei ... jangan menginjak rumahku, keparat! Pergi kalian! Ini namanya pemaksaan!”

“Arthur, cepat hubungi seseorang yang bisa menolong kita.”

Di saat bersamaan Joongki yang tak sengaja melalui jalan kediaman para Dorado penasaran ketika ramai dari orang-orang mengerubungi.

“Ada apa? Kenapa ramai sekali?”

“Begini, Señor. Tadi pagi ditemukan mayat Señor Gerard yang menjadi korban pembunuhan, saksi mata mengatakan jika Brendan yang melakukannya. Kami sedang mencari barang bukti, Señor Aleix turun langsung untuk mengadili pembunuhnya.”

“Ya Tuhan ... ini lebih parah dari dugaanku.”

Belum sempat Joongki menyapa Seungcheol yang kini dicekal oleh dua orang, pria bawahan Chanyeol membawa kain seragam yang digunakan Seungcheol saat bertugas di festival. Lalu plastik kecil berisi obat-obatan dan belati yang berlumur darah.

Dari mana mereka menemukannya?

“Lihatlah, dia memang benar pembunuhnya! Jika tidak kenapa ada belati yang masih bersimbah darah? Lain kali, jika kau ingin menjadi seorang pembunuh, lakukanlah dengan benar! Dasar sampah!”

Kondisi kediaman Dorado berubah kacau, Seungcheol babak belur lantaran habis dipukuli anak buah Chanyeol. Sampai Joongki berakhir menghubungi Cassano family untuk mengamankan hal ini. Benar-benar La Cascada kembali liar. Semakin tak terkendali.

to be continued

____________________

Length : 7048 words

Author's note :

Campur aduk banget bab ini, mungkin efek diketik seharian kali ya. Sampe badan pegel, walau gak nyentuh 10k tapi ini progress yang cukup membanggakan seorang mafiakangkung bisa kelarin ngetik seharian lagi kayak dulu. Biasanya 1k aja nunggu 3 hari, ngumpulin mood dulu 😭

Mungkin efek mv Bittersweet kali ya, keinget terus sama lapak ini. Jadinya dikasih kekhilafan ngetik. Maaf kalau ada typo ya guys, mata udah kleyengan. Kayak waw banget, perasaan dulu skripsian gak seniat ini 😂

Adoh, kalau dijadiin korban siders parah sih. Apalagi mager voment aduh udahlah bab depan gak usah diupdate aja /ngambek mode on. Masih awal banget ini author's notenya. Gak apa-apa lah, biar dibaca dan gak di skip doang. Sampe bosen Kangkung 17 bab ngemis-ngemis hal yang sama ☺

Oke deh kita kembali ke pembahasan aja deh ya, ada banyak nih yang mau Kangkung konfirmasi.

Pertama dari rencana Hani Draco, Kangkung pernah bilang kalau mayat-mayat ini cuma gertakan awal? Yes bener, dia pengin bikin kerusuhan seolah-olah diciptakan sama Sencol. Seperti yang dikatakan Joongki, tujuannya mau mengadu domba Sencol dengan Kai. Tapi di sini, good newsnya Kai udah beraliansi sama Joongki, otomatis bisa dibilang jika rencana Hani Draco gak semudah itu membalaskan dendam.

Jangan lupa ya guys, di part 3 kalau nggak salah Kangkung nulis di deskripsi Jeonghan ini sisi baik. Kalau di part bawahnya lagi pake Hani yang dia menjebak Sencol. Kuncinya gimana mereka bisa tuker pribadi emang agak tricky sih, Kangkung juga suka-suka gitu. Tapi akan ada momen Hani Draco sampe sengaja gak mau tidur, ngonsumsi obat biar melek terus karena dia gak mau Jeonghan Lupus yang mengambil dan merusak rencananya.

Rencana Hani Draco udah 75% mendekati goals yang paling ekstrem, tapi nanti yang jelas Qaaley akan ikut terseret. Maka di sini, Castiel, Brendan, dan Kylan akan ikut bekerjasama nolongin dari kelakuan dakjal Hani Draco.

Untuk Black Wolf di masa lalu, maaf banget Kangkung nggak bisa bahas pake flashback buat bantu sekeren apa mafia ini dulu. Karena jujur udah banyak banget chapternya, perjalanan masih panjang. Karena ini baru masuk Arc La Cascada, nanti edisi masalah di El Fuego juga beluman. Kalau itu udah khusus hubungan meanie, jadi apa ya Kangkung mau fokus ke konflik utama dulu. Tapi nanti penjelasan Black Wolf akan dimention tipis-tipis. Intinya yang terkonfirmasi, Sencol dulu mantan anggota Black Wolf, ketuanya Kai, anggotanya Chanyeol, Johnny, Shownu, Jackson tapi bubar dan ada konflik.

Nah peran Om Joongki saat ini lebih ke pengaman karena dia yang paling dinilai netral. La Cascada bener-bener payah guys, udah kayak kota mati, makanya kalau ada kasus mati yang biasa aja gak digubris. Tapi kalau sampai modelan mayat beruntun ditemukan di mana kayak idenya Hani Draco dicurigai karena artinya ada dalang yang dengan sengaja ingin membuat La Cascada jadi berantakan 😅

Lalu kita kembali ke kapal paling angst bab ini, ya ampooon Kylan kok Kangkung nggak tega ya kamu sampe hujan-hujanan. Janji deh nanti dikasih bucin lagi ya, sekarang kamu berjuang dulu. Luka di hati Qaaley kepalang menyerap ke dalam, di tengah hormon sebagai Omega hamil, pasti pedih banget digituin. Boro-boro Qaaley ya, Kangkung aja kalau lagi datang moon suka sensitif kalau dibentak sedikit.

Tapi gak apa-apa ya sayang, biarkan Castiel mengisi ruang kosong yang Kylan biarkan untuk membuat kamu kuat. Nanti kalian balikan lagi, tapi hati-hati nih soalnya Hani Draco kalau tau kamu hamil calon Dorado repot urusannya 😢

Dorado yang cuma 4 biji aja dendamnya minta ampun, ini ada lagi yang mau lahir. Ayok pokoknya Castiel tolong jaga Qaaley, jangan sampe keendus sama Hani Draco. Bisa merambat ke mana-mana masalahnya.

Nggak kerasa, mungkin 1 bab atau 2 bab lagi kita akan masuk ke hal yang bener-bener gila. Ah dari kemarin Kangkung begini mulu tapi ternyata biasa aja 😂

Pokoknya makin pusing, Kangkung juga bengek sendiri kalau menyelami perasaan semua karakter. Sulit ya hyunk mau bersikap netral. Jadi ya sudah segitu aja, happy reading semuanya.

Semoga updatean kali ini bisa mengisi waktu di malam minggu kalian. Bye bye 😎

Luv,

Mafiakangkung 🐯

P.S : Little Peanut auto jadi bayik yang kebal hujan-hujanan ini mah. Dibikinnya aja di La Cascada, setiap ujan petir HAHAHAHAHA

-29/05/2021-

Continue lendo

Você também vai gostar

51K 5.5K 20
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
219K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
234K 25.4K 17
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
99K 11.9K 37
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...