Crafty | Treasure ✔

By HOLLA-GREEL

106K 24.4K 4.3K

❝ Mau digambar zig-zag atau horizontal, nih? ❞ More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
Epilog

18

2.7K 793 54
By HOLLA-GREEL

"Kak Jihoon, lo pagi-pagi mau ke mana?"

Jihoon menghentikan kegiatannya yang sedang memasukkan beberapa laptop dalam tas hitam besar miliknya. Netra matanya menangkap sosok Junghwan yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Mau kerja, kenapa?" tanya balik Jihoon sebelum kembali melanjutkan kegiatannya.

"Sepagi ini?" Junghwan membulatkan matanya dan melebarkan matanya bak anak kecil, tak percaya akan ucapan Jihoon.

"Baru jam 4 subuh loh, Kak," ujar Junghwan. "Lo nggak salah jam kan?"

"Nggak kok, lo lagian ngapain subuh-subuh begini keluar kamar? Mau boker lo? Tidur sana, nggak usah ngurusin gue."

Junghwan menatap Jihoon, laki-laki itu bercanda atau tidak? "Kak, lo ngapain kerja jam segini sih?"

"Ya cari uang lah buat kita-kita makan, Junghwan. Emang apa lagi?"

Jihoon menutup tas nya dan memakainya berselempang. "Gue berangkat ya," pamitnya namun ditahan oleh Junghwan.

"Kak, lo yang bener aja? Bisa nggak sih jangan maksain diri lo sendiri? Lo nggak lihat wajah lo pucet kayak gitu? Udah muka kayak panda gegayaan mau kerja subuh-subuh gini," kata Junghwan. Ia benar-benar sebal melihat Jihoon yang terlalu mengorbankan dirinya hanya untuk mencari uang. Okelah, Junghwan memang tidak bisa mencari uang sekarang karena usianya. Tapi, apakah mereka emang semiskin itu sampai Jihoon rela pergi kerja subuh-subuh begini?

"Bukan gegayaan, tapi emang harus. Dunia ini keras, Junghwan. Kak Hyunsuk udah nggak ada dan sekarang gue harus gantiin posisi dia."

"Kak, gue bersedia jual narkoba lagi asal lo nggak kerja begini," ujar Junghwan dengan tekadnya.

"Apaan sih lo, gila ya?" Jihoon menatap Junghwan tidak suka. Ia tak suka adik kecilnya mengatakan hal-hal yang haram seperti itu.

"Gue nggak papa asal lo kerja kayak dulu, nggak kayak kuli, kayak sekarang."

"Mau gue usir ya lo?" ancam Jihoon, walaupun ia tahu Junghwan mengatakannya karena khawatir  dan dengan niat baik, tapi tetap saja, Junghwan belum tahu sekeras apa dunia ini. Dunia akan memberikan lebih banyak beban lagi bagi mereka yang suka mengeluh.

"Kak." Junghwan menggenggam tangan Jihoon. "Jangan berubah, Kak. Gue mau lo tetep kayak sekarang."

"Siapa yang berubah sih?"

"Elo, dari pandang elo, cara bicara elo, dan semuanya. Lo udah bukan Kak Jihoon yang gue kenal dulu, yang lucu, yang julid, yang selalu buat gue kagum," ujar Junghwan lagi, lalu perlahan-lahan laki-laki itu melepaskan tangannya.

"Gue cuman mau elo pentingin kebahagiaan dan diri lo sendiri dulu dibandingkan orang lain, nggak bisa?"

Jihoon terdiam sebentar sebelum akhrinya tersenyum tipis dan mengelus kepala Junghwan.

"Gue bisa, tapi gue memilih untuk nggak ngelakuin itu."






























































"Kak Yoshi."

Asahi mengambil beberapa cokelat di dapur dan memberikannya pada Yoshi yang sedang melamun di halaman rumah.

"Mau nggak?" tawarnya, Yoshi hanya menggeleng, merasa tak nafsu untuk makan hal yang manis, apalagi saat hidupnya pahit gini.

"Ini cokelat terakhir yang dibuat Mashiho," ujar Asahi lalu menatap coklat itu lama. Semuanya masih terasa mimpi.

"Oh." Yoshi hanya merespon sekenanya.

"Lo ada masalah, Kak?" tanya Asahi lagi, tidak biasanya Yoshi melamun dan berperilaku dingin.

"Nggak ada," jawab Yoshi singkat.

Lalu suasana hening, Asahi yang memang tidak biasa memulai pembicaraan jadi lebih canggung di dekat Yoshi. Laki-laki itu melirik Yoshi di sebelahnya sebentar, menyadari bahwa tidak ada satupun ekspresi di wajah Yoshi selain datar.

"Beneran nggak ada, atau lo merasa nggak ada?" tanya Asahi lagi.

"Asahi."

"Kenapa?"

"Lo pernah nggak sih.... ngerasain bosan menjadi diri sendiri?" tanya Yoshi tiba-tiba.

"Hah? Mana ada, Kak. Yang ada orang-orang bosan pura-pura jadi orang lain."

Yoshi mengangguk saja sebagai respon.

"Lo ada masalah kan, Kak?" tanya Asahi.

"Mashiho."

"Apa?" Asahi mengernyitkan dahinya bingung kala Yoshi mengucapkan nama Mashiho.

"Mashiho, dia bosan jadi dirinya sendiri." Yoshi berujar sembari tersenyum tipis. Asahi yang awalnya bingung, jadi tambah bingung.

"Maksudnya?" tanya Asahi lagi. Kebanyakan nanya emang Asahi.

"Dia pernah ngomong ke gue kalau dia bosen jadi diri sendiri. Awal dia masuk ke rumah ini karena gue. Lo nggak tahu kan siapa Mashiho? Dia penipu, Asahi. Dia suka nipu orang, ngaku-ngaku jadi keluarga dekat korban dan minta kirim uang lewat rekening. Dia pengen jadi diri sendiri, mau hidup normal, jadi gue bawa dia ke sini."

"Gue tahu setiap di rumah ini dia sangat berusaha membaur sama orang lain. Kalian nggak tahu, selama ini pekerjaan dia apa karena bahkan nggak ada yang pernah nanya ke dia. Dia berusaha jadi orang jahat lagi Asahi, karena dia capek jadi orang baik. Dia bosan jadi dirinya sendiri, dia pengen berubah jadi orang jahat yang egois. Dia ngerasa iri sama seseorang yang bertindak bebas di rumah ini," ujar Yoshi diakhir dengan suara yang sangat pelan. Pelan sama sekali sampai Asahi saja tidak dengar.

"Maksud lo, pekerjaan Kak Mashiho masih jadi penipu?" tanya Asahi.

"Iya." Yoshi mengangguk membenarkan.

"Tapi akhirnya, none of us are as strong as we want to be."

"Pada akhirnya semua orang akan berbohong, bilang kalau mereka adalah orang-orang yang kuat.

Asahi menatap Yoshi dengan mata berkaca-kacanya, ia lalu menundukkan kepalanya. Menatap dua kakinya yang bergetar.

Maaf, Asahi juga berbohong tentang hidupnya.


























































Haruto melangkahkan kakinya menuju kamar Jeongwoo. Entah, ia merasa agak kangen dengan temannya yang dulunya suka memancing emosinya itu. Sejujurnya sampai sekarang, Haruto tidak pernah dapat percaya bahwa Jeongwoo sudah mati.

Tangannya mengetuk pintu, namun hening. Tak ada suara yang biasanya menyuruhnya masuk atau suara yang berteriak memakinya dari kamar.

Tapi walaupun begitu, Haruto tetap masuk ke kamar Jeongwoo. Ia menatap kamar yang berserakan, seperti biasanya sebelum sang empunya pergi. Kamar Jeongwoo memang sengaja tidak dibereskan, kata Jihoon biarin, biar semuanya merasa bahwa Jeongwoo masih hidup di sana.

"Anjir, ke mana sih nih orang," gumam Haruto yang entah kenapa membuat hatinya ngilu sendiri.

"Haruto?" Junkyu di depan pintu kamar Jeongwoo mengamati Haruto yang entah sedang berbicara dengan siapa, mendudukkan diri di kasur Jeongwoo seperti orang gila.

"Lo ngapain?" tanya Junkyu sambil membawa segelas air putih di tangannya.

Haruto yang mendengar suara Junkyu sudah merasa sebal saja hatinya. Ia lalu melirik sinis Junkyu yang masih berdiri di ambang pintu.

"Bukan urusan lo," jawab Haruto dingin.

"Kalau lo kangen sama Jeongwoo ngomong aja, nggak usah gengsi," kata Junkyu sok-sokan. Walaupun Junkyu tahu Haruto membencinya, tapi laki-laki itu lebih memilih bodo amat.

"Nggak usah berisik lo, mending pergi aja," kata Haruto.

"Gue bangga deh."

Haruto mengernyit bingung Junkyu yang baru saja mengatakan hal tersebut, apakah laki-laki itu sudah gila?

"Bangga apaan?"

"Bangga sama lo, seenggaknya lo nggak kayak yang lainnya. Benci sama gue tapi pura-pura baik di depan gue."

"Lo harusnya bersyukur, yang penting mereka baik sama lo, walaupun pura-pura," balas Haruto sinis.

Junkyu terkekeh miris. "Iyaya, nggak tahu syukur banget gue," katanya.

"Iya lo nggak bersyukur, Kak Hyunsuk sayang banget sama elo. Sedangkan elo? Cuman nyaksiin aja pas dia mati dibunuh," sahut Haruto dingin lalu bangkit berdiri dan melangkah keluar dari kamar Jeongwoo, tak lupa untuk menabrak bahu Junkyu, membuat air yang ada di genggaman tangan Junkyu sedikit tumpah.

Junkyu lagi terkekeh sinis, ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, menghalau segala rasa sakit yang menyerang kepalanya. Laki-laki itu mulai merogoh sakunya, mencari sesuatu. Tangannya mengangkat keluar sebuah pil putih, ia lalu meminumnya.

"Maaf, Kak Hyunsuk."































note :

untuk kaliaann 😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

7.3K 573 41
Rion Pradipta adalah anak kedua di keluarganya. Tapi apa jadinya kalau dia di 'jual' ke Jayden Wang untuk menjadi suami mudanya?
4.8K 892 19
"Makin hari makin banyak aja yang mati disini" "Dan yang mati juga teman kita sendiri.... "Ga Ada lagi yang bisa dipercaya"
4.1K 463 33
pertemuan tak terduga 2 namja dgn latar belakang berbeda, namun semua tak mudah dgn segala masalah yg datang. #vkook #bts
49.6K 11K 21
❝Lampu hijau, lampu merah.❞