(25) TRIO DETEKTIF: MISTERI S...

By wintee97

1.6K 285 18

sebenarnya aku tak tau pasti arti dari judul ini, ku kira "DANCING" berarti menari, sedang menari. terjemaha... More

pengantar dari Alfred Hitchcock
bab 1 ada boneka bisa terbang?
bab 2 satu misteri terjawab
bab 3 jebakan yang kena
bab 4 setan itu menyergap
bab 5 kepanikan bertubi-tubi
bab 6 jupiter menarik kesimpulan
bab 7 salah satu teka teki terjawab
bab 8 isi kotak hitam
bab 9 terjebak!
bab 10 setan menandak dari batu khan
bab 11 muncul wajah yg tak terduga
bab 12 si pencuri muncul lagi
bab 13 si gentut yg tamak
bab 15 Menang dan kalah
bab 16 Bob Menemukan Jalan Keluar
bab 17 Mengikuti jejak Penjahat
bab 18 Setan Menandak Menyerang
bab 19 Wajah Dibalik Jendela
bab 20 Rahasia Terbongkar
{END} Bab 21 Mr.Hitchcock Hampir Tergoda

bab 14 setan menandak tahu!!!

69 12 0
By wintee97


"HUMMER tadi berbohong," kata Jupiter dengan tegas. "Aku yakin ia tahu di mana patung itu berada saat ini - dan aku yakin bukan di tangan si pencuri."

"Bagaimana kau bisa berkata begitu, Jupiter?" tanya Jim Clay dengan heran.

"Dari keadaan pintu belakang," kata Jupiter. "Kuncinya terbongkar, itu memang benar - tapi pintu itu sudah lama tidak pernah lagi dibuka orang, sebelum aku melakukannya tadi! Engselnya begitu kaku, sampai aku nyaris tidak mampu membukanya. Dan sewaktu kugerakkan, sisi bawahnya menggeser tanah. Ada bekasnya yang jelas di tanah - dan itu satu-satunya bekas yang ada. Antara daun pintu dan bingkai ada bagian-bagian berkarat yang terkelupas. Jika pintu itu pernah dibuka sebelum aku melakukannya, karat itu mestinya sudah lebih dulu rontok."

"He, itu memang benar!" kata Pete. "Sekarang aku juga ingat, tentang karat itu!"

"Hummer tahu bahwa patung itu sama sekali tidak dicuri orang! Ia cuma

pura-pura saja, dan ikut-ikutan dengan kita menimpakan kesalahan pada si pencuri, ingat tidak tadi, Hummer pada mulanya hendak mengatakan bahwa patung itu dijualnya - tapi kemudian ceritanya berubah? Aku yakin, ia tadi tiba-tiba sadar bahwa patung itu mungkin sangat berharga. Kalian lihat ketamakan yang terpancar dari matanya ketika Anda membuatnya menduga bahwa benda itu berasal dari koleksi ayah Anda, Jim?"

"Saat itu juga aku memang sudah sadar bahwa aku melakukan kesalahan besar," ujar Jim dengan lesu.

"Memang, itu merupakan kekeliruan," tukas Jupiter. "Tapi pokoknya, perubahan pikiran yang terjadi secara tiba-tiba pada diri Hummer tadi menimbulkan kecurigaanku. Lalu pintu yang macet membuktikan bahwa tidak mungkin orang masuk secara diam-diam lewat pintu belakang, dan sekarang ini penegasannya!" Ia menyodorkan selembar kertas kecil yang bergaris-garis. "Ini berasal dari semacam buku kas. Ketika Hummer mengajak kita ke ruang belakang, aku melihatnya cepat-cepat menutup sebuah buku catatan yang terletak di situ. Karenanya aku lantas mengarang-ngarang alasan untuk bisa kembali ke situ seorang diri - lalu

merobek halaman ini dari buku yang kuceritakan itu. Dan di sini tertulis:

'Patung makhluk menandak, $100!'"

"Ternyata ia memang sudah menjualnya!" tukas Bob sambil marah-marah. "Pembohong!"

"Tapi dijual kepada siapa?" seru Jim. "Kita harus memaksanya agar menceritakannya pada kita!"

"Jangan khawatir, kita masih bisa mengetahuinya juga, Jim," kata Jupiter. "Kecuali jika aku benar-benar keliru. Setelah Mr. Hummer kita yang tamak itu tahu bahwa Setan Menandak bernilai jauh lebih tinggi daripada seratus dolar, kini ia pasti akan berusaha memperolehnya kembali. Kita tinggal menunggu saja, sambil mengintai!"

"Ya, betul," kata Andy, "dan aku berani bertaruh, kita takkan perlu terlalu lama menunggu."

Dugaannya itu ternyata tepat. Ketika Jim sudah kembali dari mengambil mobilnya, laki-laki gendut itu pun keluar dari tokonya. Setelah mengunci pintu depan, ia masuk ke sebuah mobil Ford tua yang langsung dijalankannya meninggalkan tempat itu. Anak-anak bersama kedua teman mereka membuntuti dalam Buick yang besar.

Tidak sampai satu mil kemudian Hummer menghentikan mobilnya - di

depan sebuah toko binatu yang dikelola orang Cina.

"Lihat itu!" kata Jim, sambil menjalankan mobilnya lambat-lambat melewati toko itu. "Di jendela terpajang patung-patung!"

"Cuma imitasi murahan saja," kata Andy. "Tapi - ?"

Jim Clay memarkir mobilnya agak jauh dari situ, lalu Pete berjalan kaki kembali untuk mengamat-amati Hummer yang mestinya masih ada di dalam toko. Ketika ia sampai di sana, nyaris saja ia bertubrukan dengan laki-laki gendut itu, yang berjalan ke luar. Sementara Pete cepat-cepat menyelinap ke balik bayangan ambang sebuah pintu, yang lain-lain di dalam Buick melihat bahwa Fritz Hummer membawa sebuah bungkusan. "Jangan buru-buru bersemangat!" kata Pete ketika ia kembali ke mobil. "Itu cuma cuciannya belaka!"

Jim Clay langsung lemas. Ia terkulai di belakang setir, karena merasa kecewa.

"Itu kan sudah wajar," kata Jupiter membesarkan hati. "Dia pun tentunya punya urusan sehari-hari, seperti orang lain pada umumnya."

Jim Clay menjalankan mobilnya lagi, membuntuti Fritz Hummer. Laki-laki gendut itu kemudian masuk ke sebuah pusat perbelanjaan di seberang

kota, dekat kaki perbukitan. Hummer memarkir mobilnya, lalu masuk ke

sebuah restoran tempat minum-minum. Andy menawarkan untuk menyusul masuk dan melihat apa yang dilakukan pemilik toko loak itu di situ.

"Tapi nanti kau terlihat olehnya!" kata Pete.

"Mungkin juga tidak," balas Andy. "Tempat itu kelihatannya ramai. Lagi pula, ia sudah biasa melihat aku berkeliaran di mana-mana. Ia akan lebih curiga, jika Jim yang muncul di dalam. Sedang kalian bertiga masih terlalu muda, belum boleh masuk ke sana."

Akhirnya pemuda berjenggot itu masuk, dengan menyandang gitarnya. Lima menit kemudian ia keluar lagi.

"Hummer sedang duduk-duduk di bar, mengobrol dengan pelayan di situ, sambil makan sandwich dan minum bir," katanya melaporkan. "Nampaknya akan agak lama juga ia berada di dalam."

Jim Clay memukul-mukulkan tangannya yang terkepal ke setir. "Ia harus membawa kita ke patung itu! Harus!"

Andy mengatakan bahwa ia tidak bisa lagi lebih lama membantu membuntuti Hummer. "Aku sudah punya janji di tempat lain, jadi aku terpaksa sampai di sini saja," katanya.

Anak-anak kecewa, tapi Jim mengangguk sambil mengucapkan terima

kasih pada Andy atas bantuannya sejauh itu. "Nah, semoga kalian berhasil," kata pemuda berjenggot merah itu. "Dan ingat apa yang kukatakan di perahu tadi, Pete," sambungnya sambil mengedipkan mata pada remaja jangkung itu. "Tenang-tenang sajalah!" Setelah itu sambil tersenyum Andy pergi dengan santai, melintasi pelataran parkir.

"Tenang-tenang saja," kata Pete menggerutu. "Mana mungkin tenang, jika dalam keadaan tegang!"

Bob dan Jupe tertawa, lalu mengambil sikap menunggu. Lain halnya dengan Jim Clay, yang rupanya tidak terlatih untuk bersikap sabar. Berulang kali ia mendesah, sambil mengubah sikap duduk di belakang setir.

Beberapa waktu kemudian Hummer muncul dari dalam restoran. Setelah itu mobil Ford tuanya menuju ke kaki perbukitan, menuju ke sebuah rumah besar bergaya arsitektur zaman Ratu Victoria. Letaknya dalam sebuah ngarai yang penuh dengan tetumbuhan. Sementara Pete menunggu dalam mobil, Jupiter, Bob, dan Jim menyelinap di sela-sela belukar dan rerumputan tinggi, menghampiri jendela-jendela rumah besar yang dilengkapi dengan menara-menara kecil itu. Dengan jalan mengintip dari

balik jendela ruang keluarga, mereka melihat Fritz Hummer sedang

berbicara dengan seseorang. Orang itu sangat jangkung, berwajah pucat, dengan hidung lancip dan berambut hitam. Kelihatannya seakan-akan tidak ada darah yang mengalir dalam tubuhnya, apalagi karena pakaiannya serba hitam.

"Ih," kata Bob berbisik. "Untung Pete tidak ikut! Orang itu kelihatannya seperti vampir -jadi-jadian pengisap darah!"

"Ya, persis Drakula!" kata Jupe sependapat.

Mata orang itu cekung, seakan-akan sepasang rongga di tengah mukanya yang pucat. Ia mendengarkan Fritz Hummer berbicara, lalu memberi isyarat agar laki-laki gendut itu ikut dengannya. Mereka pergi ke sebuah ruangan lain. Anak-anak bergegas bersama Jim, menuju ke sisi rumah yang dituju lalu mendekati jendela-jendela ruangan itu. Tapi kerai jendela- jendela itu tertutup semua.

Mereka mencoba mengintip dari jendela-jendela lain. Tapi ruangan- ruangan di baliknya kosong semua. Akhirnya mereka terpaksa kembali ke mobil.

Fritz Hummer muncul beberapa menit kemudian. Ia masih tetap tidak membawa apa-apa. Mobil Ford tuanya berangkat lagi.

"Ia masih tetap belum membawa patung," kata Pete, sementara Jim Clay

menjalankan Buick besarnya untuk membuntuti.

"Ya, memang," kata Jupiter lambat-lambat. Nada suaranya kini terdengar agak sangsi. "Ngomong-ngomong," kata Jim Clay, "aku rasanya pernah melihat laki-laki yang seperti vampir tadi itu." "Ya, dalam film!" kata Bob. "Bukan, di tempat lain! Tapi aku tidak bisa ingat..." Pemuda itu terdiam. Selanjutnya ia mengemudikan mobilnya sambil merenung.

Ternyata Fritz Hummer kini kembali ke pelabuhan! Laki-laki gendut itu kembali ke tokonya. Tapi tidak masuk ke situ, melainkan menaiki tangga menuju ke tingkat dua. Sesaat kemudian nampak lampu dinyalakan di salah satu jendela di situ. Rupanya laki-laki gendut itu tinggal di atas tokonya.

"Rasanya inilah akhir pembuntutan kita," kata Pete. "Tidak ada patung, Satu."

"Ya," kata Jupiter mengakui dengan murung. "Padahal aku tadi begitu yakin, ia pasti dengan segera akan berusaha memperolehnya kembali..." "He, mungkin itu memang sudah terjadi!" seru Jim Clay dengan tiba-tiba. "Sekarang aku ingat siapa laki-laki tadi! Jason Wilkes!"

"Siapa itu?" tanya Pete.

"Pedagang benda-benda seni! Pedagang benda-benda seni yang tahunya

cuma cari untung saja! Ia dikeluarkan dari Perhimpunan Pedagang Kesenian karena melakukan bisnis kotor, dan ia sudah dua kali dituduh terlibat dalam kasus penjualan karya-karya palsu! Pengetahuannya lumayan tentang kesenian Asia. Aku tahu tentang itu karena ia pernah mencoba mengadakan bisnis dengan ayahku! Ia pernah sekali datang ke rumah, tapi langsung disuruh pergi oleh ayahku!"

"Hmm," gumam Jupiter. Matanya bersinar-sinar. "Orang seperti dialah yang memang mungkin bisa melihat adanya barang bernilai di tengah tumpukan benda-benda rombeng di toko Fritz Hummer - serta tidak bertanya-tanya lagi dari mana benda itu berasal!"

"Nanti dulu, Jupe," kata Pete, "jika patung itu ada pada Jason Wilkes, lalu kenapa Fritz Hummer tadi tidak pergi dari sana dengan membawanya?" "Alasannya bisa macam-macam, Dua. Bisa saja Wilkes menolak untuk menjualnya kembali atau barang itu sudah dijual lebih lanjut olehnya. Atau bisa juga Hummer tidak ingin terlihat membawanya, atau tadi tidak cukup banyak uang yang dibawanya."

"Atau mungkin juga patung itu sama sekali tidak ada pada Wilkes," kata Jim Clay menambahkan, dengan nada yang tiba-tiba terdengar murung.

Tapi kemudian ia bersemangat kembali. "Mungkin Hummer tadi

menawarkan patung itu pada Wilkes, dan sementara ini ia belum membeli patung itu kembali dari orang yang membelinya."

"Wah, hebat!" kata Pete dengan sebal. "Lalu, apa yang kita lakukan sekarang?"

"Kenapa tidak kita tanyakan saja pada Jason Wilkes, apakah patung itu ada padanya?" tanya Bob mengusulkan.

"Wah, jangan, itu tidak bisa," kata Jim dengan cepat. "Setidak-tidaknya, itu tidak bisa kita lakukan selama kita belum tahu pasti bahwa barang itu betul-betul ada padanya. Jangan sampai ada orang lain terlibat dalam urusan ini, kalau itu tidak benar-benar perlu."

"Menurutku, kita perlu melakukan pengintaian rangkap," kata Jupiter mengambil keputusan. "Kita amat-amati baik Wilkes maupun Hummer, untuk melihat apa yang selanjutnya mereka lakukan!"

"Itu juga sudah terpikir olehku," kata Jim. "Tapi dengan begitu kita harus berpencar. Lalu bagaimana cara kita berhubungan?"

"Dengan walkie-talkie kita!" kata Bob. "Di kantor kami ada beberapa buah!"

"Mungkin kita nanti perlu melakukan pembuntutan," kata Jim, "dan saat

itu mungkin jarak yang memisahkan bisa terlalu besar. Kita perlu merencanakan salah satu cara untuk meninggalkan jejak."

"Nah, untuk itu kita bisa memanfaatkan sistem penandaan kami," kata Jupiter. "Masing-masing membawa sepotong kapur berwarna, dan setiap tempat yang kita datangi harus diberi tanda, berupa tanda tanya. Tanda begitu

bisa dibuat dengan cepat dan tidak begitu menyolok kelihatannya. Tapi," katanya menyambung dengan nada sangsi, "sistem itu sulit diterapkan, jika pembuntutan dilakukan dengan mobil."

"Ide itu bagus," kata Jim, tanpa mengacuhkan kesulitan yang diajukan oleh Jupiter. Ia menelengkan kepala, mendekatkan telinga ke jendela mobilnya. "Kalian dengar itu? Rupanya Hummer sedang nonton televisi di atas. Aku mendengar keramaian suara penonton. Mungkin sedang menonton pertandingan football. Kalau begitu untuk sementara waktu ia pasti takkan ke mana-mana. Kalian tentunya sudah ditunggu di rumah untuk makan malam, ya? Kuantar saja kalian pulang dulu, sambil mengambil walkie- talkie serta sepotong kapur untukku. Setelah itu aku kembali lagi kemari, untuk meneruskan pengintaian terhadap Hummer. Nanti kalian sesegera

mungkin berangkat ke rumah Wilkes dengan naik sepeda, untuk

melakukan pengintaian di sana. Jika terjadi sesuatu, cepat-cepat berikan laporan padaku, sementara aku juga akan menyampaikan laporan kalau terjadi sesuatu di sini. Oke?"

"Cihui!" seru Pete. "Sekarang kami mulai benar-benar beraksi, Setan Menandak!"

Menjelang saat matahari terbenam, ketiga anggota Trio Detektif sudah mengambil posisi dalam semak belukar di sekitar rumah Jason Wilkes. Pete dan Jupiter mengintai dari kedua sisi rumah itu, pada posisi sebelah depan. Sedang Bob berjaga-jaga dekat jalan raya, sehingga ia bisa dengan segera memberi tanda jika ada orang datang.

Jupiter menyampaikan laporan pada Jim Clay lewat walkie-talkienya,

"Di sini tidak ada perkembangan baru, Jim. Dalam garasi yang terletak di belakang ada sebuah mobil, dan di atas ada lampu yang menyala, tapi sampai sekarang kami belum melihat apa-apa."

"Di sini juga belum terjadi apa-apa," bisik Jim membalas dengan laporannya. "Pesawat TV di kamar Hummer menyala - dari tempatku di sini aku bisa melihat sinarnya bergerak-gerak. Ia masih terus menonton

pertandingan football yang tadi. Tapi kini pertandingan antara kedua regu

yang lain. Aku juga mengikutinya lewat radioku - baru saja dimulai." "Wah, kalau begitu bisa lama kita harus mengintai," kata Jupiter mengomentari. "Aku akan melapor setiap setengah j am sekali." Sementara itu langit bertambah gelap, sampai akhirnya hanya sinar bintang-bintang yang pudar serta bulan tua saja penerangan yang ada untuk membantu penglihatan. Tidak nampak nyala lampu di sepanjang jalan ngarai. Rupanya tidak ada rumah-rumah lain yang berdekatan dengan tempat kediaman Jason Wilkes itu. Ngarai di belakang rumah nampak gelap. Sekali-sekali Jupe dan Pete menyelinap menyusur rumah,

lalu mengintip ke dalam lewat jendela-jendela yang tidak ditutup kerainya. Tapi mereka tidak melihat apa-apa. Tidak ada sesuatu pun yang bergerak di dalam rumah.

Sejam kemudian terdengar suara Bob berseru lirih. "Ada mobil datang!" Ketiga remaja itu langsung siaga. Mobil yang datang itu meluncur dengan lambat, lewat di depan rumah yang terpencil dan sunyi itu, lalu berhenti di ujung jalan itu, yang berakhir agak jauh sedikit masuk ke dalam ngarai.

Tapi tidak ada yang turun. Sesaat kemudian mobil itu berbalik, lalu kembali lagi.

"Salah duga," kata Bob. "Mungkin orang itu keliru mengambil jalan."

Waktu berlalu lagi. Jim masuk dengan laporan bahwa pertandingan di TV sudah selesai, tapi Hummer masih juga belum muncul dari apartemennya. Sementara itu malam bertambah larut. Pengintaian rangkap itu kelihatannya akan sia-sia. Tapi kemudian terdengar suara Pete tergagap- gagap menyampaikan laporan dari balik rumah,

"He - ada sesuatu yang datang ke arah sini! Aku tidak bisa mengenali... nanti dulu... Aduh! Makhluk itu lagi! Setan Menandak! Aku bisa mengenali kepalanya!"

Setelah itu sunyi.

"Pete!" seru Jupiter memanggil dengan suara lirih lewat walkie-talkienya, sementara ia bergegas mendatangi tempat pengintaian temannya itu. "Aku datang!"

"Pete?" panggil Bob dengan cemas dari arah jalan, lewat walkie-talkienya. Suara Jim terdengar sayup-sayup. "Ada apa dengan Pete?" Saat itu suara Pete terdengar kembali.

"Pergi lagi! Tadi ia memandang ke dalam lewat jendela, lalu pergi, masuk ke ngarai! Mungkinkah ia tahu patung itu ada di sini?"

"Itu sudah pasti!" kata Jim dengan nada yakin. "Tunggu, aku datang

dengan segera!"

Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 307K 47
"gue gak akan nyari masalah, kalau bukan dia mulai duluan!"-S *** Apakah kalian percaya perpindahan jiwa? Ya, hal itu yang dialami oleh Safara! Safar...
16.3K 217 12
Saya ganti akun lanjutin cerita nya disini aja
55.2K 3.6K 30
diceritakan seorang gadis yang bernama flora, dia sedikit tomboy dan manja kepada orang" terdekatnya dan juga posesif dan freya dia Cool,posesif dia...
30.6K 3K 21
Lagi-lagi suasana terasa hening. Ini kali keduanya aku terbangun seakan semuanya nyata tanpa ada seorang pun di sekitarku. Aku pikir aku sudah mati...