01: 30 | KookV

By Kim_chiisgood

26.1K 3.5K 155

Abracadabra!!! ... here comes the magic spell. Sebuah keajaiban- atau mungkin kutukan? Semua yang kemudian m... More

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20

16

1K 162 13
By Kim_chiisgood

.
.
.

Jeongguk berjalan cepat menyusuri lorong-lorong manor Park. Kepanikan menguasainya. Sumber kepanikannya–Taehyung–hilang entah kemana. Beberapa waktu lalu dia meninggalkan Taehyung dan seingatnya pria itu sibuk makan dengan senang. Terlihat menikmati pestanya sampai dia kembali ke meja mereka dan mendapati Taehyung tidak ada disana dan dia mulai panik dan bingung.

Taehyung tidak ada di manapun. Kondisinya yang sedang hamil membuat Jeongguk semakin kalut. Merutuki kebodohannya sendiri karena meninggalkan Taehyung dan sempat lupa pada suaminya. Dikiranya aman meninggalkan Taehyung sendiri sebentar. Nyatanya sekarang dia sendiri yang kelabakan.

Kurang lebih lima belas menit sudah Jeongguk berkeliling namun batang hidung Taehyung belum juga terlihat. Panik bukan kata yang tepat lagi untuk menggambarkan keadaan Jeongguk saat ini. Hari semakin malam, pesta hampir selesai dan dia belum juga menemukan Taehyung.

"Permisi Tuan. Anda butuh bantuan?" seseorang mendekati Jeongguk. Sepertinya salah satu penjaga manor.

"Saya sedang mencari seorang pria. Dia cantik. Mengenakan pakaian berwarna biru tua. Tingginya kurang lebih sama seperti saya. Kau melihatnya?" Jeongguk segera mengeluarkan ponselnya, menunjukkan potret Taehyung yang diam-diam diambilnya sebelum mereka berangkat tadi. "Ini orangnya. Dia sedang hamil."

"Oh! Saya melihatnya. Ada di taman sebelah barat Tuan. Beliau sendirian tadi. Saya sempat meminta beliau masuk karena tamannya lumayan gelap, tapi beliau bilang ingin duduk disana."

"Baiklah. Terima kasih banyak."

Penjaga itu membungkuk segera setelah Jeongguk lari meninggalkannya secepat kilat. Perasaannya mulai lega setelah tahu dimana Taehyung berada. Selama masih didalam kawasan manor, Jeongguk yakin Taehyung akan aman. Langkahnya semakin cepat, bahkan berlari kearah taman yang ditunjukkan penjaga tadi kepadanya.

Khawatir mencari Taehyung kemanapun dan mendapati suaminya asyik mengobrol dengan orang lain bukanlah pemandangan yang diharapkan Jeongguk. Dadanya bergejolak menahan amarah, namun sebisa mungkin ditahannya. Dialah yang salah karena meninggalkan Taehyung.

"Taehyung!"

Taehyung berbalik cepat mendengar namanya dipanggil. Melihat Jeongguk berdiri dibelakangnya dengan wajah kaku.

"Ohh. Kau disini? Mencariku, ya?"

"Ayo pulang."

"Tapi–"

"Ayo pulang."

Taehyung bangun dengan cepat, berjalan menghampiri Jeongguk ketika menyadari nada suara suaminya. Tak sadar langsung meninggalkan lelaki muda yang berbincang menemaninya sedari tadi yang hanya duduk kebingungan melihat interaksinya keduanya.

Taehyung membungkuk sekali lagi pada lelaki itu, mengucapkan terima kasih sambil melambai-lambai tersenyum sebelum berbalik dan mengikuti Jeongguk yang sudah duluan berjalan mendahuluinya.

~

Hatinya tidak tenang sekarang. Apa Jeongguk marah padanya? Tidak, tidak bisa. Bagaimanapun dialah yang seharusnya marah, kan? Lalu kenapa Jeongguk mendiamkannya begini?

Mereka sudah di mobil. Keduanya duduk berdiam diri. Tidak ada yang memulai percakapan. Jeongguk yang dengan tiba-tiba menutup pembatas antara mereka dan pengemudi didepan membuatnya heran. Tumben sekali.

"Kau tahu aku mencarimu keliling manor seperti orang gila?"

Jeongguk mulai bicara. Nadanya dingin dan tegas. Wajahnya pun terlihat menahan emosi. Taehyung tidak mengerti dengan Jeongguk. Kenapa malah dia yang marah? Salah besar jika dia pikir Taehyung merasa bersalah. Tentu saja seorang Taehyung tidak akan mengalah kali ini.

"Kau meninggalkanku sendiri. Kau yang sibuk mengobrol sana-sini sampai lupa ada aku. Aku bosan. Lalu apa salahnya aku berjalan-jalan menghibur diri? Yah, mengingat suamiku lupa padaku!"

Jeongguk menghela napas pelan mendengar sindirannya. Taehyung benar. Dia yang salah disini. Namun bukan berarti Taehyung bisa pergi begitu saja dan membuatnya panik setengah mati.

"Setidaknya bilang padaku, Taehyung."

"Bagaimana mau bilang! Kau kan sibuk dengan mantan calon tunanganmu itu! Tertawa berdua seperti seru sekali, ya kan? Tidak enak rasanya kalau aku menggangu."

Jeongguk diam kembali. Sedikit ragu mau membuka mulutnya dan melemparkan argumen lainnya pada Taehyung. Jadi Taehyung melihatnya berbicara dengan Hyori dan dia marah. Tunggu–

"Kau cemburu?"

Respon Jeongguk mendapat delikan sebal dari Taehyung.

"Mana ada!"

Rasa kesalnya seketika hilang. Digantikan dengan senyum gemas melihat Taehyung. Dia payah sekali menutupi kekesalannya.

"Ahh. Jadi kau benar cemburu."

"Diamlah!" Taehyung semakin sebal pada Jeongguk.

"Maafkan aku. Kau benar. Aku salah karena membawamu kesana namun tidak memperhatikanmu. Apalagi kau sedang hamil. Aku minta maaf."

Ucapan Jeongguk tulus sambil memegangi tangan Taehyung. Tersenyum memaklumi wajah cemberut Taehyung saat ini. Sudah pasti Taehyung masih sangat kesal padanya.

"Baguslah kalau kau sadar." Jawaban Taehyung masih cuek. Datar sekali.

"Tadi kami hanya membicarakan bisnis antar manor saja. Tidak lebih."

Jeongguk menarik Taehyung lebih dekat sampai keduanya duduk semakin rapat berdampingan. Menahan tawanya melihat Taehyung yang menolak menatapnya namun tetap menurut saat dipeluk. Malah sekarang dia menyandarkan kepalanya pada bahu Jeongguk. Sedang Jeongguk masih terus mengelusi tangan Taehyung digenggamannya.

"Aku tidak tanya." Ckckck, sudah bersandar manja begini pun Taehyung masih sok cuek padanya.

"Aku hanya ingin bilang saja kok. Tadi siapa yang duduk bersamamu di taman?"

"Ooh. Itu Soobin. Choi Soobin."

Jeongguk mengangguk. Choi Soobin anak keluarga Choi. Masih muda. Jeongguk rasa dia tidak perlu khawatir, benar begitu kan?

"Dia lucu sekali kau tahu? Punya gigi kelinci sepertimu juga."

Jeongguk mendengus. "Senang sekali ya bertemu Soobin?"

"Iya dong. Kami bercerita banyak hal."

"Tahu begitu aku biarkan kau pulang bersama Soobin saja tadi, ya?"

Taehyung menoleh cepat menyadari perubahan nada bicara Jeongguk dan ekspresi wajahnya. Setelahnya malah tertawa keras sekali sampai dirinya terbatuk-batuk dan matanya berair.

"Taehyung! Hei! Berhenti tertawa."

"Kau lucu sekali Jeongguk." Bicaranya masih terbata-bata, senang sekali bisa menertawakan Jeongguk. Tidak menyadari suaminya yang panik melihatnya terbatuk-batuk seperti tadi.

"Kau bilang aku cemburu. Tapi kau juga cemburu. Aduh! Lucu sekali suamiku!"

Taehyung meraih kedua pipi Jeongguk. Menepuk-nepuk pelan sambil terkekeh.

"Aku tidak cemburu."

"Kau cemburu."

"Aku tidak–"

"Ssst. Diamlah." Jari telunjuknya menutup bibir Jeongguk. Menggelengkan kepala tanda tidak setuju.

"Tidak perlu cemburu, wahai Tuan Jeon Jeongguk yang terhormat. Soobin itu masih kecil. Seperti seorang adik bagiku."

"Seperti Somi?"

"Iya benar sekali. Seperti Somi."

Taehyung terkekeh. Tidak tahu suaminya bisa terlihat sangat menggemaskan begini. Seperti anak kelinci saja. Atau kucing? No, no. Bukan anak kucing. Jeongguk kan mirip kelinci.

"Tetap saja kan. Dia itu seorang pria juga."

Oh Jeongguk. Masih saja. Taehyung menghela napas sebal menatap Jeongguk.

"Jangan kekanakan begitu!"

Jeongguk mengangkat Taehyung agar duduk menyamping dipangkuannya, mengeratkan pelukannya pada tubuh Taehyung.

"Kau juga kekanakan. Cemburu kok malah kabur."

"Aku tid–"

"Akui saja, Taehyung. Aku cemburu. Kau juga cemburu."

"Ck. Iya iya. Kau tahu Jeongguk? Santai saja. Walaupun seandainya Soobin lebih  tampan dan kaya darimu pun aku tidak mungkin mau dengannya. Masih kecil anak itu."

Jeongguk mengangguk pada celotehan Taehyung. Merasa sedikit bangga dalam hatinya. Toh, sudah pasti dia lebih tampan dan kaya.

"Kau juga Taehyung, lain kali jangan menghilang seperti tadi, ya? Jika ada yang tidak kau suka dari apa yang kulakukan katakan saja. Kau boleh menyela obrolannya jika ingin sesuatu dariku."

"Iya, maafkan aku juga soal yang tadi. Sampai membuatmu khawatir. Tidak menggangu memangnya kalau aku menyela?"

"Tidak. Tentu saja tidak. Apapun tentang kau dan anak kita jelas jauh lebih penting untukku."

Sialan.

Jeongguk mengatakannya dengan mudah seolah dia tidak baru saja menciptakan bunga-bunga bermekaran dihati Taehyung.

~

Perjalanan lumayan jauh nampaknya cukup membuat Taehyung lelah. Dia tertidur saat sampai di manor dan Jeongguk tidak tega membangunkannya. Pada akhirnya Jeongguk harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menggendong Taehyung ke kamar mereka.

Jeongguk kuat, dia tahu dan sadar akan hal itu. Lumayan juga, Taehyung yang sedang hamil nyatanya menjadi lebih berat bobotnya dan jarak yang jauh kearah kamarnya pun tidak membantu sama sekali. 

Meskipun begitu Jeongguk menolak bantuan yang coba ditawarkan para penjaga manor padanya. Dia tidak ingin membuat Taehyung terbangun. Tidak ingin ada orang lain yang menyentuh Taehyung-nya, itu membuatnya terganggu.

Taehyung terkejut sedikit saat mendengar derit suara pintu kamar saat dibuka Jeongguk. Sedikit kesusahan mendorong pintu besar itu dengan kakinya sebab kedua tangannya sibuk dengan Taehyung. Arin tidak ada disana. Waktu sudah sangat larut dan jam kerja para pelayan sudah selesai.

Taehyung menggeliat pelan dan kembali menutup matanya, semakin merapatkan diri pada Jeongguk. Dia mengantuk sekali. Tidak yakin matanya masih bisa terbuka dengan jelas saat ini.

Namun Taehyung mengerang saat Jeongguk meletakkannya di tempat tidur. Beberapa jam ditinggalkan tempat tidur mereka terasa dingin dan itu membuatnya kaget.

"...dah sampai?" Jeongguk segera menghampiri Taehyung setelah dengan cepat menyalakan penghangat ruangan.

"Maafkan aku, sayang. Kau kedinginan?"

"Humm." Jeongguk mengelus-elus rambutnya pelan. Berusaha membuat Taehyung kembali tertidur. Terkekeh gemas karena jelas suaminya itu bicara tidak dalam keadaan sadar betul.

Dengan pelan dia mulai membantu Taehyung agar bisa tidur dengan nyaman. Mulai dari membuka sepatunya. Mengganti pakaiannya dengan piyama lembut sampai menghapus riasan tipis yang di wajah Taehyung . Tentu Taehyung pasti akan mengapresiasi usahanya yang satu ini esok hari saat dia bangun. Baru setelah memastikan Taehyung nyaman ditempatnya, Jeongguk mulai membersihkan dirinya sendiri.

Ponselnya berbunyi sesaat sebelum dia menyusul Taehyung ke tempat tidur. Entah mengapa perasaan aneh menyergapnya saat membaca nama Mingyu tertera dilayar.

"Jeongguk?" Suara Mingyu terdengar bersemangat dari sebrang sana.

"Kau tahu ini jam berapa?"

"Ck. Maaf aku tidak melihat jam. Tapi ini info penting!"

Jeongguk berdecak kesal. Maaf dibibir Mingyu tidak terasa seperti maaf yang seharusnya. Manusia satu itu memang tidak merasa bersalah sudah menggangunya tengah malam begini.

"Katakan." Suara berisik terdengar dilatar belakangnya. Mingyu pasti berada di pesta, kelab malam, atau apalah itu sejenisnya.

"Dia menemukannya Jeongguk. Wanita tua itu. Jackson menemukannya!"

"Jeongguk? Hey.. kau dengar aku?"

Mingyu kembali memanggilnya namun Jeongguk terdiam. Tidak tahu harus mengatakan apa dengan informasi yang baru didengarnya ini. Tiba-tiba banyak hal berkeliaran dikepalanya membuatnya penuh. Teriakkan keras Mingyu yang akhirnya berhasil menyadarkannya kembali dari lamunan.

"Aku dengar."

"Kau mengantuk, ya? Sudah tidur saja sana. Aku juga sibuk hehe. Kita bisa bicarakan ini besok. Bye."

~

Jeongguk memeluk Taehyung lebih erat. Menarik tubuh Taehyung lebih rapat pada tubuhnya sementara pikirannya berputar pada pesan Mingyu tadi.

Wanita itu. Wanita tua yang membuat dia dan Taehyung terjebak dalam kondisi ini sudah ditemukan. Lalu bagaimana?

Jeongguk mulai bingung, banyak pertanyaan tanpa bisa dicegah timbul dibenaknya. Apa mereka masih harus bertemu dengan wanita itu? Mereka sudah baik-baik saja sekarang. Sudah mulai menerima kehadiran masing-masing dihidup mereka.

Apa yang akan mereka katakan jika benar bertemu wanita tua itu? Meminta penjelasan dari semua ini? Tapi untuk apa? Untuk apa penjelasan saat semuanya sudah bukan masalah lagi bagi keduanya.

Bagaimana jika dengan bertemu dan bertanya mereka malah mendapat respon sebaliknya? Wanita itu mungkin saja bisa mengangkat kutukan ini. Lalu mereka akan kem–

Tunggu. Tidak. Tidak bisa. Jeongguk tidak mau. Mengangkat kutukan bisa saja membuat mereka kembali pada posisi dimana mereka tidak bersama. Semuanya bisa saja terjadi, kan? Mengingat sedari awal semua ini tidak pernah masuk akal.

Pelukannya pada Taehyung semakin erat. Membuat Taehyung mengerang kecil, namun segera ditenangkannya kembali dengan elusan lembut dan kecupan kecil di keningnya.

Kepalanya pening terasa berat memikirkan kemungkinan buruk itu. Mencoba menghirup aroma harum menenangkan dari rambut Taehyung dengan harapan bisa mengeyahkan pikiran-pikiran kalutnya sesaat. Jeongguk terlelap tanpa disadarinya, membawa serta ketakutannya ke alam mimpi.




Tbc~



Hai, halo 👐🏻
Aku datang lagii setelah leha² menikmati liburan 🤭

Terima kasih sudah baca, vote dan komen. Aku biasanya langsung ninggalin wp setelah update dan dateng kalo mau update lagi.... jadi ya begitu. Sowwy 😬

Tapi aku baca lagi kok komennya dilain waktu dan jujur seneng ada yang nikmatin ceritanya

Enjoy the story ya! Semoga suka 💜

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 81.3K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi πŸ”žπŸ”ž Homophobic? Nagajusey...
5.4K 345 19
Ini Area KOOKV jangan salah lapak⚠️ Seorang Vampire yang jatuh cinta kepada manusia darah suci yang seharusnya di bunuh tapi malah dilindungi "Aku me...
80.2K 7.8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
462K 4.9K 85
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...