Crafty | Treasure ✔

By HOLLA-GREEL

106K 24.4K 4.5K

❝ Mau digambar zig-zag atau horizontal, nih? ❞ More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Epilog

16

2.8K 808 101
By HOLLA-GREEL

Jihoon mengetuk-ngetuk meja makan di hadapannya dengan jarinya. Ini sudah tengah malam dan ia masih belum bisa tidur. Kehilangan seseorang sudah pasti berdampak pada mental dan pikirannya.

Terkadang Jihoon berpikir ia lebih baik mati terlebih dahulu daripada melihat kematian teman-temannya satu persatu. Namun, ia harus bertahan sampai akhir, setidaknya ia harus bertahan dan berpikir bahwa mungkin saja pembunuhan itu akan berhenti.

"Belum tidur lo?" Junkyu masih dengan topi baretnya keluar dari kamar Doyoung. Laki-laki itu menghampiri Jihoon ke arah dapur yang hanya berjarak 10 meter dari kamar Doyoung.

Jihoon hanya berdehem menjawab pertanyaan Junkyu, masih canggung setelah pengusiran kemarin. Tapi, tampaknya Junkyu sendiri hanya menganggapnya angan lalu.

"Kenapa?" tanya Junkyu.

"Apanya yang kenapa?"

"Kenapa kok belum tidur?" tanya Junkyu lagi.

"Nggak papa, nggak bisa aja," jawab Jihoon asal. Junkyu sendiri hanya mengangguk dan ikut duduk di sebelah Jihoon.

"Ngapain lo?"

"Duduk lah, emang gue ngapain?" tanya Junkyu balik dengan bingungnya.

"Maksud gue ngapain lo duduk sini, bagong," dengus Jihoon.

"Oh, cuman mau duduk aja," sahut Junkyu mengikuti ucapan Jihoon tadi.

Jihoon pengen geplak kepala Junkyu, tapi terhalang karena rasa canggungnya. Jadi ia hanya dapat menghela napasnya sebal.

Junkyu melirik sebentar ke arah Jihoon. "Lo nggak usah canggung kali sama gue," ujarnya yang mengerti bagaimana kondisi sekarang.

"Siapa yang canggung?" sahut Jihoon galak, padahal mah dalam hati udah dugun-dugun.

"Ya elo lah, kelihatan kali di wajah lo. Kenapa juga harus nyembunyiin dari gue? Lo nggak inget gue ini bisa baca ekspresi orang dengan mudah?"

"Ya udah, gue emang canggung. Terus kenapa?"

Junkyu tertawa kecil mendengarnya. "Kalau gitu nggak usah canggung. Masak cuman masalah kemarin kita jadi canggung gini."

"Gue canggung bukan karena merasa bersalah sama elo, tapi canggung karena masih curiga sama elo," ujar Jihoon yang bikin Junkyu elus dada aja. Lelah dicurigain muluk, walaupun ia mengerti kenapa Jihoon curiga padanya.

"Ya udah curigain gue aja sepuas lo."

Lalu hening, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai akhirnya Jihoon bersuara.

"Waktu Kak Hyunsuk mati, gue ada di luar buat nemuin Ayah gue," ujarnya tiba-tiba.

"Udah tahu."

"Kok bisa?"

"Gue tahu kok waktu itu lo sempet telpon sama Ayah lo sebelum pergi. Jadi gue nyimpulin kalau lo pergi atas permintaan Ayah lo."

Jihoon melirik Junkyu dengan malas. "Ya udah, berarti lo nggak punya alasan buat curiga sama gue."

"Elah." Junkyu merotasi bola matanya sebal.

"Junkyu."

"Apa?"

"Menurut lo, di antara kita semua, yang bohong siapa?"

Junkyu tersenyum miring saat mendengar pertanyaan Jihoon.










































"Semuanya, semua dari kita berbohong, Jihoon."




























































"Jaehyuk, ngapain lo?" tanya Yoshi begitu melihat Jaehyuk yang menguping pembicaraan Junkyu dan Jihoon. Laki-laki itu lalu gelagapan dan hendak pergi. Namun, tangan Yoshi lebih dulu menahannya.

"Kok malah pergi?" tanyanya lagi.

"E-eh itu." Jaehyuk menggaruk tengkuknya canggung. Yoshi sendiri menatap Jaehyuk dengan tatapan curiga. "Kenapa lo? Jangan buat gue mikir macam-macam."

Jaehyuk menghela napasnya. "Jangan salah paham, Kak. Gue tadi cuman nggak sengaja haus mau ambil minum, eh malah lihat mereka berdua,'' jelasnya sembari menunjuk Jihoon dan Junkyu yang sedang mengobrol.

"Ya terus kenapa lo malah nguping?" tanya Yoshi lagi.

"Nggak sengaja doang, Kak."

"Jae, lo bukan orang jahat kan?"

Jaehyuk mengernyitkan dahinya tak mengerti. "Kita di sini semua orang jahat, Kak. Nggak ada yang baik," jawab Jaehyuk.

"Gue berharap lo bukan pembunuhnya, Jae," lirih Yoshi, namun Jaehyuk yang mendengarnya justru menyunggingkan senyum miringnya.

"Gue lebih berharap lo bukan pembunuhnya, Kak."

Yoshi sempat mengernyit sebentar sebelum akhirnya menggeleng. "Nggak lah, ngapain juga gue bunuh-bunuh kalian?" katanya bingung.

Jaehyuk hanya menepuk bahu Yoshi penuh arti. "Ya udah, kita lihat aja ya, Kak. Karena semua orang berpeluang untuk membunuh," ujarnya lalu melangkah pergi meninggalkan Yoshi yang mematung.





















































"Hari ini makan apa?" tanya Haruto begitu sampai di dapur, di sana sudah ada Jihoon dan Yoshi yang memasak.

"Makan angin," jawab Jihoon asal.

"Gue serius, Kak."

Jihoon melirik sebentar ke arah Haruto, walaupun ia sebal pada Haruto, ia tetap kasihan melihat wajah pucat Haruto.

"Lo kenapa? Demam atau sakit?" tanya Jihoon lalu mendekat pada Haruto yang mendudukkan diri di kursi makan.

"Nggak papa," jawab Haruto dengan suara beratnya. Kemarin malam saat tidur, Haruto bermimpi buruk, sangat buruk. Ada Yedam, Hyunsuk, Yoonbin, Mashiho, dan Jeongwoo yang melambaikan tangan padanya dengan wajah menyeramkan. Sudah hampir tiga minggu ini Haruto bermimpi buruk, dan itu benar-benar membuat tubuh dan mentalnya kecapekan.

"Yang bener? Wajah lo pucat banget loh," ujar Yoshi yang baru saja datang dari arah laci, mengambil sekotak obat untuk Haruto.

"Iya, tapi kayaknya bentar lagi sembuh."

"Lo nggak tidur ya?" tanya Jihoon begitu menyadari kantung mata Haruto yang semakin hari semakin tebal.

"Mata lo kayak panda tuh, apa lo make up-an?" tanya Yoshi yang rasanya membuat Haruto pusing tujuh keliling. Siapa juga yang mau make up-an pagi-pagi begini?

"Aneh lo." Jihoon memukul lengan Yoshi, heran dengan jalan pikiran laki-laki itu.

"Kak Haruto udah lama nggak tidur, Kak. Katanya mimpi buruk," ujar Junghwan begitu sampai di dapur.

"Nggak ada pisang ya?" gumamnya sedih. Ia jadi teringat Mashiho yang selalu membeli pisang untuk dijadikan persediaan. Ah, ia jadi rindu sekali pada makhluk mini itu.

"Lo mimpi buruk kenapa nggak cerita?" tanya Jihoon lagi.

"Nggak penting."

"Apanya yang nggak penting? Tidur itu penting, lo mimpi apa sih sebenarnya sampai kayak gini? Mimpi setan atau apa?" Ini Yoshi yang bertanya.

"Iya, mimpi setan," jawab Haruto. Emang benarkan? Teman-temannya yang datang ke mimpinya itu sudah bukan manusia lagi.

"Lo sih banyak nonton film horor," ujar Jihoon.

Haruto menghela napasnya, siapa sih yang nonton film horor. "Bukan, Kak. Gue mimpi Kak Hyunsuk, Kak Yoonbin, Kak Yedam, Kak Mashiho sama Jeongwoo," ujarnya yang membuat Jihoon terdiam.

"Pasti mereka serem ya?" gumam Yoshi.

"Jangan ngomong kalau mereka setan, Kak. Gue nggak terima, gimanapun mereka pernah hidup sama-sama dengan kita," ujar Junghwan.

"Lah, bukannya semua orang yang udah mati emang setan?" bingung Haruto.

"Udah lah, lo makan aja ini roti buat sarapan," ujar Asahi yang baru saja memasuki dapur dan melemparkan sebuah roti telor pada Haruto.

Melihat telor, Haruto tiba-tiba jadi teringat pada Jeongwoo. Laki-laki itu lalu menyingkirkan roti tersebut pelan-pelan dari hadapannya.

"Kenapa? Nggak suka?" tanya Asahi bingung.

"Gue nggak suka makanan yang ada telornya, Kak," ujar Haruto.

"Sejak kapan?" bingung Junghwan.

"Udah ya, pokoknya jangan lihatin telor di hadapan gue mulai sekarang." Itu kata terakhir Haruto sebelum akhirnya ia memilih pergi meninggalkan dapur dan ke kamarnya dengan gontai.

"Gara-gara Jeongwoo kali ya?" Jihoon bergumam.












































































"Gue kayaknya bakalan pergi sehari nih."

Yoshi tiba-tiba berkata, menatap semua teman-temannya satu persatu.

"Wah, pergi ke mana, Kak?"

"Nemuin Ayah sama Ibu gue," jawab Yoshi, di antara semua orang, hanya Yoshi yang masih berkontakan dengan orang tuanya. Yang lain mah, jangankan kontakan, perduli aja nggak.

"Wah, bakalan dapat uang dong," komentar Haruto.

"Nggak dodol, lo pikir orang tua gue apaan," balas Yoshi. Jangankan kasih uang, mereka mau nerima Yoshi datang aja udah bersyukur. Memamg Yoshi masih berkontakan, tapi hanya Yoshi. Orang tuanya membalas? Tentu saja tidak ferguso, kadang Yoshi mikir, kalau Yoshi mati mungkin orang tuanya baru balas pesan dia kali ya.

"Lo sendirian, Kak? Nggak takut? Mending ditemenin Kak Jihoon udah," ujar Junghwan.

Yoshi terdiam sebentar sebelum berdehem. "Ntar lihat dulu aja, gue masih belum tahu kok perginya kapan."

Yang lain hanya mengangguk saja, melanjutkan acara makannya.

"Eh, gue nemuin paket tadi malam di depan jendela gue," kata Junghwan tiba-tiba.

"Paket apaan?"

"Kotak besar gitu, belum gue buka sih karena takut. Mau buka bareng-bareng nggak?" tawar Junghwan.

"Boleh, ambil sana."

Junghwan langsung ngacir ke kamarnya setelah diperbolehkan oleh Jaehyuk. Ia lalu mengambil kotak tersebut dengan hati-hati, takut kalau isinya emas gimana? Bisa-bisa besok Junghwan digantung sama kakak-kakaknya.

"Ini dia, siapa tahu ya isinya emas. Amen," kata Junghwan khayal.

"Siapa juga yang mau ngasih emas ke anak bontot kayak elo," sahut Jaehyuk ngajak berantem.

"Biarin bontot, apa salahnya jadi anak bontot?" balas Junghwan.

"Udah diem, buka aja, Wan," suruh Jihoon yang tumben melerai, biasanya kan dia terus yang dilerai.

Junghwan membuka kotak tersebut dengan hati-hati, berharap bahwa isinya adalah emas, sesuai harapannya. Namun, saat matanya menilik ke kotak, laki-laki itu tiba-tiba berteriak dan memukul kotak itu hingga jatuh ke lantai.

"Kenapa njir, si Junghwan."

"I-itu.." Junghwan menunjuk kotak yang terbuka lebar di lantai.

"Itu bukannya—"


















































































"Foto Kak Junkyu sama Kak Doyoung?"













































"Ada kaki anjing juga njir."



































note : sejujurnya pelakunya udah banyak yang nebak bener. Tapi plot twistnya bukan itu ueueue 🤪

Continue Reading

You'll Also Like

7.2K 1.2K 20
"Mencari tahu ku, sama saja dengan bunuh diri." *** "Ternyata lo? Dasar pengkhianat!" Sosok yang dimaksud tersenyum miring. "Lama banget nyadarnya." ...
185K 34.3K 44
[COMPLETED] -TREASURE (트레저) Siapa pelaku dibalik semua ini? Start: 20 Juni 2020 End: 09 Agustus 2020
10K 1.2K 42
[PART LENGKAP] "Di antara beberapa planet. Aku diibaratkan sebuah planet Pluto yang keberadaannya sudah tidak di anggap, hanya perkara kedudukannya l...
53.6K 9.7K 37
[COMPLETED] Rumah yang awalnya terlihat nyaman ternyata memiliki sisi kelam. Rumah itu bukan hanya ditinggali oleh mereka, tetapi banyak makhluk-makh...