Bad Association

By _MissLullaby

6.2M 683K 70.5K

[SUDAH TERBIT DAN TIDAK LENGKAP] *** Pembentukan karakter seorang remaja dimulai dari lingkungan sekitarnya... More

s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u
d u a p u l u h d u a
d u a p u l u h t i g a
d u a p u l u h e m p a t
d u a p u l u h l i m a
d u a p u l u h e n a m
d u a p u l u h t u j u h
d u a p u l u h d e l a p a n
d u a p u l u h s e m b i l a n
t i g a p u l u h
t i g a p u l u h s a t u
t i g a p u l u h d u a
t i g a p u l u h t i g a
t i g a p u l u h e m p a t
t i g a p u l u h l i m a
t i g a p u l u h t u j u h
t i g a p u l u h d e l a p a n
t i g a p u l u h s e m b i l a n
e m p a t p u l u h
e m p a t p u l u h s a t u
e m p a t p u l u h d u a
e m p a t p u l u h t i g a
e m p a t p u l u h e m p a t
e m p a t p u l u h l i m a
e m p a t p u l u h e n a m
e m p a t p u l u h t u j u h
e m p a t p u l u h d e l a p a n
e m p a t p u l u h s e m b i l a n
l i m a p u l u h
l i m a p u l u h s a t u
l i m a p u l u h d u a
l i m a p u l u h t i g a
l i m a p u l u h e m p a t
l i m a p u l u h l i m a
l i m a p u l u h e n a m
E N D I N G
INFORMASI
VOTE COVER
GIVEAWAY BAD ASSOCIATION
Spoiler Part BA
Penawaran Spesial
Golden Glorious Awards

t i g a p u l u h e n a m

75.9K 9.7K 295
By _MissLullaby

Divney tidak mau ambil pusing oleh larangan dari Devian, yang menurutnya terlalu mengekang dan berlebihan.

Gadis itu menghentikan taksi, dan memutuskan untuk segera pergi ke kantor polisi guna menemui Cakra. Semoga saja Cakra baik-baik saja.

"Makasih, Pak," ujar Divney kepada sang supir taksi, di depan kaca mobil yang sedikit terbuka, membayar ongkos, lantas berlari kecil menuju ke dalam kantor polisi.

Mata Divney menelisik ke sepenjuru ruangan, setelah merasa cukup lelah mondar mandir di dalam ruangan, Divney berdecak gemas, ia tidak menemukan sosok Cakra sama sekali.

Pertanyaannya sekarang, Cakra ada di mana? Apakah dia sudah dimasukan ke dalam sel tahanan?

"Permisi," ucap seseorang membuat Divney memergik kaget, seketika langsung berbalik badan.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang Polisi, Divney ingat betul jika lelaki paruh baya yang kini sudah berada di hadapannya itu adalah Polisi yang dulu pernah mengintrogasinya.

"Pak! Bapak kenal sama Cakra, 'kan? Tadi dia ada di sini, sekarang ke mana?" tanya gadis itu, tanpa berbasa-basi, langsung pada intinya.

Mengangguk-anggukan kepala, lelaki paruh baya itu menggaruk-garuk dagu kokohnya.

"Ohh ... si biang onar langganan kantor polisi itu? Dia akan dikirim ke tempat yang tepat untuk para anak bermasalah sepertinya. Kenapa? Kamu temannya?"

"Di bawa ke mana?"

"Dengan pantauan dari pihak berwajib, Ayahnya akan mengirim anak itu ke suatu tempat, dia sudah menjadi pecandu narkoba, dan akan tinggal di rumah rehabilitasi sampai kondisinya benar-benar membaik dan normal," jelas Polisi itu.

"Di mana?"

Tersenyum tipis, Polisi itu menyentuh bahu Divney. "Jangan urusi masalah orang lain, kamu masih kecil, lebih baik belajar dengan giat untuk ulangan kelulusan yang akan kamu hadapi beberapa bulan lagi."

Lalu lelaki paruh baya itu melenggang pergi begitu saja.

"Pak!" panggil Divney, namun tidak mendapat respon.

"Arrghh ... Cakra! Lo kenapa bisa jadi kaya gini, sih?!" teriak Divney kalut sendiri.

***

Selesai mengabsen, mata Pak Hendar menelisik ke satu-persatu bangku. Sejak tadi ia merasa ada yang kurang. Dan benar saja, bangku di samping Devian tampak kosong.

"Ke mana Divney?" tanya Pak Hendar.

Hening, lantas tiba-tiba semua tatapan tertuju ke arah Devian. Sekejap kemudian yang di tatap menghentikan aktivitasnya yang sedang mendengar musik lewat earphone di telinga kanannya.

Seolah tau apa pertanyaan yang ada di benak semua anak, Devian menggidikan bahu, kepalanya menggeleng.

"Gak tau," jawab Devian santai, melanjutkan aktivitas, memasang earphone ke telinganya lagi.

"Bukannya tadi lo ngikutin Divney?" sahut Tristan. "Masa lo gak tau pacar lo ke mana, sih?"

Spontan Devian melempar tatapan tajam ke arah Tristan. "Gu-e gak ta-u!" jawabnya penuh penekanan.

Lalu suasana menjadi hening, hingga beberapa saat kemudian, suara langkah derap kaki memasuki ambang pintu berhasil mencuri perhatian seisi kelas.

"Divney, dari mana kamu?" tanya Pak Hendar.

"Kantor polisi," jawab gadis itu jujur.

"Menemui Cakra?"

"Iya."

Menghela napas lirih, Pak Hendar geleng-geleng kepala. "Saya heran sekali dengan pola pikir anak jaman sekarang, kalian ini cepat sekali mendapat informasi ... saya harap, musibah yang sudah menimpa teman kita Cakra, tidak akan pernah kalian jadikan contoh untuk kedepannya, jadikan apa yang terjadi kepada Cakra sebagai pelajaran bagi kita semua. Jauhi hal-hal yang jelas-jelas sudah dilarang dan beresiko merugikan diri sendiri. Mengerti?"

"Mengertiii, Pak!" sahut seisi kelas.

"Yasudah Divney, kembali ke tempat duduk kamu!"

Mengacuhkan tatapan dari semua orang, Divney berjalan tegap sembari memasang wajah angkuh memasuki kelas, tak melirik Devian sama sekali, gadis itu berjalan ke arah bangku paling belakang.

Bruk!

Melempar asal sebuah tas. "Pindah lo!" usir Divney pada salah seorang gadis yang duduk di samping Bella.

"Apa?" sahut gadis itu bingung.

Dengan tatapan tajam, Divney berdecak kesal. "Yakin mau gue ulangin sekali lagi?"

Meneguk saliva, merasa ngeri dengan sosok gadis di dekatnya, gadis yang duduk di samping Bella itu buru-buru keluar dari meja, menyahut tasnya yang tergeletak di lantai, dan memutuskan untuk pindah bangku, menuruti perintah Divney.

Dengan jantung berdegup kencang, Bella merasa cemas, sampai-sampai tak berani melirik Divney sedikitpun.

"Heh!" panggil Divney.

Bella melirik ragu, menaikan alisnya lalu menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"

"Ambilin tas gue di meja Devian!"

Melirik ke arah Devian sekejap, Bella menghela napas. "Iya."

Dengan langkah cepat, Bella buru-buru menghampiri meja Devian. Saat hendak meraih tas Divney, tiba-tiba Devian langsung menahan tas di sampingnya, membuat Bella mengernyitkan dahi.

"D-divney nyuruh gue ambil tasnya," ujar gadis itu.

Tanpa menoleh ke arah Bella, Devian memperkuat pegangannya pada tas Divney.

"Suruh dia balik ke sini," sahut Devian.

"T-tapi ...."

Menoleh tajam. "Suruh dia balik ke sini."

"Iya."

Divney yang sejak tadi memicingkan mata memperhatikan intraksi antara Bella dan Devian, langsung dibuat mengernyitkan dahi, ketika tatapannya mendapati Bella kembali tanpa membawa tasnya.

"Lo budek? Gue nyuruh lo ambil tas gue?!" sahut Divney.

Menunduk panik, Bella mengerjapkan mata. "Devian nyuruh lo balik ke mejanya."

"Gue gak mau! Sekarang, ambil tas gue!"

"Tapi, Div-"

"Ambil!"

Mata Divney memperhatikan Bella yang kembali menghampiri meja Devian, melangkah mengendap, berjalan pelan agar Pak Hendar tak menyadari jika ia mondar-mandir disela aktivitasnya mengajar.

Namun lagi-lagi gadis itu dibuat berdecak kesal dengan alis menaut, Bella kembali dengan tangan kosong.

"Apa lagi?"

"Devian gak mau ngasih tas lo."

"Ambil paksa!"

"Gue takut sama Devian."

"Aisshh, si brengsek itu!" umpat Diveny, berdiri dari duduknya, berjalan kesal menghampiri Devian.

Mendapati tasnya berada di pangkuan Devian, seketika Divney memicingkan matanya, menatap sengit ke arah Devian. Sedangkan yang di tatap bersikap tak acuh, seolah tak menyadari jika kini Divney berada di dekatnya.

"Balikin tas gue!" pinta Divney.

"Lo ke kantor polisi?"

Memutar bola mata malas. "Kalo iya, kenapa?"

"Lo gak dengerin gue?"

"Lo siapa yang harus gue dengerin? Kita masih pacaran, dan gue rasa status pacaran ini gak akan bertahan lama lagi."

Devian diam saja, lalu tanpa basa-basi Divney langsung mencoba untuk meraih tasnya, namun dengan gerakan cepat, Devian memindahkan posisi tas Divney.

Berdecak kesal. "Ba-li-kin tas gu-e!" suruh Divney menekan tiap kalimat.

Namun Devian tetap bersikap tak acuh, seolah tak mendengarkan suruhan Divney. Tentu saja Divney langsung kehilangan kesabaran, giginya bergemelatuk.

Brak!

Tanpa sadar, gadis itu menggebrak meja, seketika semua tatapan langsung memusat ke arahnya.

"Gue bilang bawa sini tas gue!" teriak Divney.

Menyadari ada keributan, Pak Hendar berbalik badan, langsung memukul papan tulis menggunakan penggaris panjang di tangannya.

"Divney! Devian! Kalian Bapak hukum!!!"

To Be Continued....

Continue Reading

You'll Also Like

9.5M 707K 31
"Kudanil, Tuhan nggak sayang Angel, ya?" "Kok ngomongnya gitu?" "Buktinya papanya Angel diambil. Angel, kan, jadi sedih." "Nggak gitu, Ngel. Semua...
5K 780 50
Cerita ini bukan tentang kisah fantasi kehidupan Tuan Putri di kerajaan, bukan juga kisah tentang Tuan Putri dan pangeran dari negri sebrang, atau ki...
12.2K 718 13
Jangan lupa follow akun ku, ya 18+ ----- Hanya sebuah kisah sederhana dari seorang perempuan di masa - masa mudanya. Perempuan yang bisa dikatakan a...
8.9M 165K 27
[ATHANASIUS #1] "You don't know me. I don't know myself too, Who is my true identity. All you can see only darkness. I am the owner of that." ~*~ (S...