Mint (TAMAT)

By anothermissjo

598K 114K 8.2K

Berawal dari semburan yang tidak sengaja di wajah cantik seorang Peppermint, kehidupan Gempar di sekolah baru... More

Prolog
Stars High School Series (Cast)
Informasi Sekilas
Chapter 1: Masalah
Chapter 2: Rahasia
Chapter 3: True Colors
Chapter 4: Peran Utama
Chapter 5: Bantuan
Chapter 6: Kecewa
Chapter 7: Menjauh
Chapter 8: Maaf
Chapter 9: Perhatian
Chapter 10: Cemburu
Chapter 11: Nyanyian
Chapter 13: Kencan Part 1
Chapter 14: Kencan Part 2
Chapter 15: Hal Yang Diketahui
Chapter 16: Perasaan Ini...
Chapter 17: Death Eyes
Chapter 18: Sisi Lain
Chapter 19: Keluarga
Chapter 20: Kenapa?
Chapter 21: Pertengkaran
Chapter 22: Rumit
Info Tentang Mint
Chapter 23: Dua Sisi
Chapter 24: Di Balik Itu Semua
Chapter 25: Maaf
Chapter 26: Bullying
Side Story: Mak Comblang!
Chapter 27: Skorsing
Chapter 28: Rumah
Chapter 29: Happy
Chapter 30: Obrolan Ringan
Chapter 31: Insiden
Chapter 32: It's Okay, It's Okay
Chapter 33: The Truth
Chapter 34: The Truth Pt. 2
Chapter 35: Getting Better and Better
Chapter 36: Dear, Mint... (TAMAT)
Bonus 1
Bonus 2
Bonus 3

Chapter 12: Ajakan Kencan?

12.3K 2.7K 135
By anothermissjo

Yuhuu update lagi pengganti kemarin2 nggak update hehe

Yok tinggalkan vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘😘😘🤗❤

Kaki Mint perlahan berangsur pulih. Tidak seperti pertama kali jatuh, kakinya sudah lebih terasa ringan seperti biasa. Meskipun begitu Mint tetap berjalan dengan pelan dan hati-hati.

Hari ini Mint ikut menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh teman ayahnya di salah satu hotel bintang lima. Datang bersama orangtua dan ketiga kakaknya, Mint berjalan di belakang bersampingan dengan Silver.

Langkah mereka berhenti setelah ayahnya bertatap muka dan berjabatan dengan salah satu temannya. Mint pikir ayahnya akan memperkenalkan dirinya, tapi dia salah. Ayahnya hanya menepuk pundak ketiga kakaknya sambil tersenyum lebar. Seperti biasa, menganggapnya tidak ada.

"Ini kenalin ada Mi––"

"Silver ini yang saya ceritakan pada Anda, Pak Braga." Lukman menyela kalimat Maya yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Lukman menepuk pundak Silver sambil tersenyum lebar.

Mint tahu ibu tirinya berusaha memperkenalkan dirinya, tapi ayahnya tidak memberi celah. Kalau tahu dia tidak dianggap, dia takkan ikut. Dia bersedia ikut pun karena Maya yang membujuknya. Seharusnya Mint sudah bisa memprediksi hal ini.

"Oh, ya. Siapa perempuan yang cantik itu? Anaknya Pak Lukman?" tanya Braga, salah satu rekannya sambil menunjuk Mint.

"Iya," jawab Lukman singkat dan padat.

"Namanya siapa? Cantik sekali ya," puji Braga.

"Nama saya Mint, Om," ucap Mint.

"Hai, Mint. Salam kenal ya. Saya baru sekali ini dengar Pak Lukman punya anak perempuan secantik kamu. Sayang anak saya perempuan semua. Kalo ada laki-laki udah saya jodohin deh sama kamu." Braga tertawa kecil.

Mint ikut terkekeh. "Om bisa aja."

"Oh, ya, Braga. Gimana soal proyek yang akan kita lakukan? Verbani bersedia bantu kalo kamu butuh bantuan," sela Lukman.

"Baru aja saya inget. Soal itu..." Braga melanjutkan pembicaraan seraya melangkah pergi bersama Lukman di sampingnya.

Mint mengamati ayahnya. Dia tahu ayahnya tidak suka kalau ada yang mengetahui tentangnya. Rasanya seperti anak haram yang diasingkan. Padahal dia anak kandungnya. Mint tambah kesal.

"Mint, Papa kamu nggak bermaksud kayak gitu," ucap Maya seraya mengusap pundak Mint.

"Biarin aja. Udah biasa." Mint beranjak pergi meninggalkan ibu dan ketiga kakaknya. Lebih baik dia menikmati camilan yang disediakan. Dia tidak ingin membuang waktu hanya untuk berada di sekitar keluarganya.

Mint mengambil cheesecake dan melahapnya dengan penuh kekesalan. Setelah selesai, dia meneguk jus jeruk dan melenggang keluar menuju kolam renang.

Di depan kolam renang Mint duduk di kursi berjemur. Dia mengamati kolam renang yang memantulkan cahaya rembulan di atas airnya.

"Mint?" Panggilan itu membuat Mint menoleh ke samping.

Mint tidak menyangka akan melihat Gempar di pesta ini. "Oh, lo. Bisa kebetulan ketemu di sini."

"Om gue yang punya acara," jelas Gempar.

Mint mengingat-ingat kembali nama teman ayahnya. "Om Yesra itu Om lo?" tanyanya.

Gempar mengangguk. "Iya. Mungkin lo belum tau sepupu gue yang lain selain Kak Mila."

"He-em. Gue cuma tau Kak Mila. Lagian gue denger keluarga Barani banyak anaknya. Pasti rame. Iya, kan?"

Gempar tertawa. "Bener. Ya, begitulah."

Mint tidak mengatakan apa-apa lagi. Sementara itu, Gempar melepas jas yang dia pakai dan menutupi bagian pundak Mint dengan jasnya. Gempar tahu udara malam cukup dingin dan gaun yang dipakai Mint cukup terbuka. Hal ini membuat Mint melihat pada Gempar.

"Mau belajar jadi tokoh utama drama Korea?" ledek Mint sembari melihat jas yang Gempar letakkan di pundaknya.

"Nggak. Gue nggak mau lo mati kedinginan," balas Gempar seraya duduk di samping Mint.

"Kalo gue mati bukannya lo seneng? Di sekolah nggak ada lagi tukang rundung."

"Gue tau lo jahat tapi gue nggak mau lo mati."

"Apa lo mulai mengkhawatirkan gue?" goda Mint.

"Ng-ng-nggak." Gempar menggaruk tengkuk lehernya malu-malu.

Mint menarik senyum tipis saat melihat Gempar. "Makasih," ucapnya. Lalu, dia mengalihkan pandangan menuju kolam renang yang tenang. "Setelah lulus sekolah, lo mau ambil jurusan apa?"

Gempar tersentak. Kaget karena Mint menanyakan hal yang tidak pernah dia duga. "Kedokteran," jawabnya.

"Karena itu lo pilih IPA?"

"Yup." Gempar mengangguk. "Lo sendiri mau ambil jurusan apa?"

"Gue?" Mint menegakkan tubuhnya. "Gue mau ambil jurusan Performing Arts. Gue mau kuliah di luar negeri supaya bisa keluar dari rumah."

Gempar menoleh pada Mint, mengamati senyum yang tercetak di wajah cantiknya. Namun, ada sirat sedih yang terdengar dari jawabannya.

"Tapi belakangan, gue berubah pikiran. Gue mau ambil jurusan bisnis dan manajemen," lanjut Mint.

"Kenapa berubah haluan?" Gempar penasaran. Dia tahu kapasitas suara Mint yang luar biasa. Gempar tidak heran waktu Mint mengatakan ingin mengambil jurusan Performing Arts.

"Biar gue bisa buktiin kalo cewek juga bisa berbisnis. Jadi nggak cuma cowok aja." Mint menjawab sambil membayangkan ayahnya yang selalu menganggap kakak-kakaknya lebih kompeten dalam mengurus masalah bisnis. Dia tahu setelah Silver lulus, ayahnya akan memberikan kuasa penuh jabatannya sebagai CEO kepada kakaknya itu.

"Bukannya ada banyak cewek yang bisa berbisnis? Bahkan mereka nggak kalah hebat dari cowok-cowok," kata Gempar.

"Nggak semua orang memahami itu. Ada yang mengira cewek nggak sekompeten cowok. Gue benci pemikiran kayak gitu." Mint sedang membicarakan ayahnya. Dia kesal atas penilaian ayahnya yang tidak adil itu.

Gempar mencoba memahami maksud perubahan ekspresi dan perkataan Mint. Suara sedihnya semakin jelas. Gempar tidak mau menebak-nebak.

Tiba-tiba ponsel Mint bergetar. Dia mengangkat telepon masuk dari David.

"Apaan?" sapa Mint galak.

"Ya, elah... galak banget sih, Mimin. Gue telepon mau ngajak lo bikin rencana," kata David di seberang sana.

"Rencana apaan?"

"Coba deh lo ajak Ninda pergi. Ibaratnya kita pura-pura ketemu gitu. Padahal mah ini maksud terselubung biar gue bisa ngajak dia kencan," usul David di seberang sana.

"Terus gue jadi nyamuk lo berdua?" sembur Mint sinis.

"Lo ajak siapa kek, Mint. Biar nggak kesepian juga." David tertawa di seberang sana.

Mint memutar bola matanya kesal. "Mau ngajak sia..." dia menggantung kalimatnya setelah melihat Gempar. "Oke. Gue ajak Gempar," lanjutnya.

Gempar tersentak sambil menatap Mint cukup lama. Rasa penasarannya disimpan sebentar demi menunggu penjelasan dari maksud ucapan Mint barusan.

"Ciee... susah emang kalo udah jodoh. Ya udah, bilang sama Gempita buat ketemu sama gue dulu baru deh pura-pura ketemu lo dan Ninda. Oke, Mimin?"

"Iya. Bawel lo."

"Hehe... gitu aja deh, Mimin. Makasih ya, Mint. Gue berutang banyak nih sama lo. Byeeee! Pokoknya Sabtu ini ya!"

"Iya."

Sebelum David banyak berceloteh, Mint sudah mematikan sambungan lebih dahulu. Mint berdecak.

"Maksud lo apa tadi?" cecar Gempar ingin tahu.

"David mau ngajak kencan." Mint menjawab santai seraya bangun dari tempat duduknya.

"Lo mau kencan sama David terus ngajak gue? Yang bener aja dong," protes Gempar. Suaranya langsung meninggi karena kesal.

"Bukan gue yang mau diajak kencan sama dia tapi Ninda." Mint mendesah kasar. "Heran. Ngomong kok pakai otot segala. David suka sama Ninda. Karena temen gue mengabaikan dia mulu, makanya mau bikin rencana pura-pura ketemu. Padahal udah direncanain. Karena gue nggak mau jadi nyamuk, makanya gue ngajak lo," lanjutnya.

"Oh, gitu. Sori deh." Suara Gempar mulai pelan seperti biasa. "Berarti gue sama David pura-pura ketemu lo dan Ninda?"

"Iya, begitu."

Gempar manggut-manggut. "Berarti kayak double date?"

"Lo mau nganggap ini ajakan kencan?" Mint tertawa miring. "Ini bukan ajakan kencan ya. Gue ngajak lo karena nggak tau lagi mau ngajak siapa. Atau, gue batalin aja deh ngajak lo. Mau ngajak Elva aja."

"Eh, eh, jangan, Mint. Gue ikut." Gempar memasang wajah memelas supaya diperbolehkan ikut seperti awal niat Mint.

"Oke, tapi inget. Ini bukan ajakan kencan." Mint menegaskan kata-katanya.

"Iya, Mint."

"Ya udah, gue mau masuk. Jas lo gue balikin nih."

Ketika Mint hendak melepas jas, Gempar menahan tangan Mint. "Lo pakai aja dulu. Bisa dibalikin kapan-kapan. Siapa tau di dalam juga dingin," ucap Gempar.

"Ya udah. Gue duluan. Bye, Gempita."

Mint sudah melenggang pergi. Tadinya Gempar mau protes soal panggilan Mint, tapi dia keburu senang karena diajak pergi. Alhasil senyum merekah di wajah Gempar selebar bunga yang bermekaran.

✨✨✨

Yuhuuu tinggalkan jejak kalian baik komen ataupun vote😍😘😘😘

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Salam cinta dari David😍😍

Continue Reading

You'll Also Like

913K 165K 83
"Harusnya kamu marah dan mutusin aku! Bukan malah ngajak aku pulang bareng!" Jeritan itu hanya bisa Bearly keluarkan dalam hati saat Agam tahu dia ti...
3.1M 261K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
2.7M 121K 57
Season 2 for S.A.D In A Life (Happy Ending) Ruang memintaku untuk menjauh dari mereka, dan waktupun memintaku untuk berubah dalam seketika. lalu, apa...
1.1M 144K 36
Tessa pikir, menjadi murid SMA itu tidak jauh berbeda dengan menjadi murid SMP. Asal dia teguh pada pendirian, maka semuanya akan berjalan lancar. Na...