¬ Iteru : The Living God ❦ [o...

By Galaxypuss

117K 22.3K 5.8K

Taehyung, putra sang Pharaoh Mesir menemukan dirinya berubah menjadi seorang Dewa Yang Hidup; setelah tanpa s... More

001 : The owner of the desert
002 : Orbit
Glosarium : 001
Glosarium : 002
003 : About
004 : Keychain
005 : Begins
006 : Again
007 : West Sahara
008 : Hundreds Gate Thebes
009 : Nefertari
010 : To The Death
011 : Green & Blue Eyes
012 : Battle Between Nile & Desert
013 : End Of The Day
014 : Caught In A Lie
015 : Lineless
016 : Bear The Rose
017 : Human
018 : Bring You Back
019 : Flames pt. 1
021 : Phantom
022 : The Reason Of Sunrise
023 : Where Do We Go From here Part 1
Buka Dulu
024 : Where Do We Go From Here Part. 2
025 : Standing In The Dust
026 : Throw It All Away
027 : Butterly Effects
028 : Beyond The Time
029 : Walk Through The Fire
030 : Achilles Calm Down
031 : Be Used To
032 : Untill Finally Winter
033 : Not For Me
034 : Thing's He Leave Behind
035 : War Of Heart
036 : Home
OPEN PO PDF KALI KEDUA
037 : Mirri Amun
038 : Beautiful Mess
039 : Understand A Thing
PDF nya Bund
040 : Stay
041 : Love That Wasn't Supposed To Be
042 : The Antonyms
043 : Lose
044 : Wherever You Want
045 : I'll Go When You Let Me
046 : His Choice
047 : You Are My Safe
Coming Soon
048 : Favour Secrets Part. 1
049 : Favour Secrets Pt. 2

020 : Flames Pt. 2

1.9K 427 169
By Galaxypuss

The Living God : 020
(Flames pt. 2)

[But when i near you, i feel flames.
I touch the fire and i get burned]

(vote before you read please)

(hehe, hai?)


⚝──⭒─⭑─⭒──⚝

Taehyung tidak berpindah dari posisinya untuk menit-menit yang begitu lama. Sebaliknya dewa itu hanya diam, menunduk pada sosok Jungkook yang kini telah terpejam di bawah kukungannya. Dengan hela nafas teratur, wajah pias dan bibir pucat. Terlelap tanpa gangguan kala Taehyung mengambil kesadarannya segera setelah ia membisikkan ancaman dan menanamkan rasa sakit yang ia memang sengaja.

“Siptah,” Taehyung memanggil dan kurang dari dua puluh detik pelayannya itu muncul. Berdiri di ujung ruangan dan dengan santun menunduk ke ubin, mengalihkan pandang dari sosok Taehyung dan Jungkook di sofa.

“Ya, Bilimi.”

“Aku akan pergi, tetap di sini hingga aku kembali.”

Siptah mengangguk patuh, melipat tangan tanpa kata dan mundur selangkah, sementara Taehyung bangkit dan dengan lembut membawa Jungkook dalam pelukan. Mengangkatnya seperti karung dan melewati lorong-lorong kediamannya yang berangin, dengan mulus berbelok ke salah satu kamar dan melewati pintunya—tanpa merasa kesulitan menyebrangi dimensi yang seolah tak terbatas dan tiba di ruang tengah apartemen Jungkook.

Rumah pemuda fana itu gelap gulita, sebab Seoul tengah dihampiri oleh malam dan jelas pemilik rumahnya menghilang tanpa kabar untuk sekedar menyalakan lampunya. Taehyung menyusuri lorong menuju ke kamar Jungkook, membiarkan lampu-lampu menyala seiring langkah kakinya dan akhirnya tiba di ruangan yang penuh dengan aroma Jungkook itu.

Perlahan menaruh pemuda itu di ranjangnya dan meraih selimut, melindunginya dari serangan dingin sebelum beranjak ke sisi. Menjalarkan tangan di atas nakas Jungkook dan mendengus kala pori-pori kulit dewa itu merasakan residu dari sesuatu yang magis.

Osiris,” Taehyung memejam penuh amarah. “Bukan begini caranya bermain, kau Dewa licik pengecut.”

Hanya hembusan angin yang menjadi jawaban, maka Taehyung dengan tanpa suara duduk di tepi ranjang Jungkook. Menaruh tangan di keningnya dan membiarkan kekuatannya menyembuhkan Jungkook, membawa rona kembali ke wajah pemuda itu dan memastikan bahwa ia akan terlelap nyenyak tanpa gangguan.

“Kalau kau begitu menyukai manusia ini, kau harusnya tidak memberikan dia untukku.” Taehyung berujar lagi. “Jiwa baru ini, akan menderita karena kebencian dan dendamku.”

Ada suatu kilatan yang  asing di mata Taehyung, sementara jemari Dewa itu turun perlahan menyusuri wajah Jungkook. Menyentuh matanya, menyentuh hidungnya dan bibirnya; merabanya perlahan.

Sejujurnya Taehyung mengenali Jungkook dengan baik, ia ingat jelas sejak pertemuan mereka kembali di lift; pemuda kecil yang ia jumpai di Museum Metropolitan New York dengan sinar matahari melimpahinya—sebuah pertanda jelas bahwa sang dewa kehidupan begitu mencintainya, dan karena di pertemuan itu, Jungkook yang ketakutan meneriakkan dengan jelas bahwa ia bisa melihat pisau Taehyung dalam pikiran.

Benda terkutuk yang menjebaknya dalam keabadian.

Untuk tahun-tahun setelahnya ia mengawasi Jungkook dari kejauhan, mengikuti langkahnya dan menyadari bahwa pemuda itu terikat begitu kuat dengan Mesir. Itulah sebabnya Taehyung menuju Korea, tinggal di sisi Jungkook dan hanya dalam waktu singkat mendapat kepastian; bahwa pemuda itu memang sosok yang dikirimkan oleh Osiris untuk menjemput kematiannya.

Awalnya mudah saja, Taehyung hanya berfokus pada ambisinya, menyeret Jungkook kemanapun ia ingin dan terburu waktu. Berharap bahwa sebelum jagad raya membentuk satu garis lurus, ia akan bisa menemukan bagaimana caranya Jungkook akan membawa ajalnya. Hingga kemudian sesuatu mulai mengusiknya ...

Pemuda itu begitu murni, terlepas dari jiwanya yang belum pernah menyentuh reinkarnasi, Jungkook hanya begitu murni. Hatinya, gairahnya dan seluruh bagian dari dirinya. Taehyung menemukan dirinya menjadi lemah saat Jungkook menunjukkan kecintaaanya pada Mesir dan mengekspos dirinya tanpa halangan, membuat Dewa itu melunak dan jujur selayaknya air.

Dan Taehyung, jelas membencinya.

Ia memang berniat membunuh Jungkook sebelumnya, sebab ia merasa ketakutan akan bagaimana wujud fana itu bisa menyentuh masa lalunya dan membuatnya nyaris gemetar untuk pertama kalinya setelah ribuan tahun ia mati dalam keabadian.

Bagaimana Jungkook sanggup menatap mata dewa itu dengan jagad raya yang jauh melampaui waktu dan melihat sesuatu yang harusnya tidak ia lihat. Niat Taehyung bahkan sudah bulat, ia mengirim Anubis, membakar keseluruhan hotel dan menghancurkan Mesir dalam badai.

Hanya saja Jungkook, dan kemurniannya ... bisikan putus asa yang menyebut namanya, rasa sakit menuju kematian yang juga mencabik Taehyung dan ketakutan bahwa jika Jungkook pergi; maka segalanya juga akan pergi.

Maka sebab hal itu, Taehyung menyerah. Kembali ke hotel untuk menghancurkan Anubis sendiri dan menyelamatkan Jungkook dari kematian yang ia buat. Membawanya dengan aman ke rumah dan mengembalikan kehidupan pemuda itu ke waktu dimana mereka belum berjumpa. Menghapus seluruhnya, ingatan serta jejaknya.

Hingga Osiris memutuskan untuk melakukan balas dendam dan kembali ikut campur, dengan begitu lancang memaksa Jungkook melintasi palarel Taehyung. Mengirim pemuda fana itu ke masa lalu dan membiarkannya melihat bagian tersisa dari hati Taehyung.

Bagian kecil yang masih menambatkannya pada kefanaan, bagian kecil yang terus menjadi bagian dari ambisi Taehyung untuk menemui ajal.

Sebab jauh di dalam dirinya, benar, ia memang ingin terlahir kembali, menemui buah hati yang bahkan tidak bisa ia lihat tumbuh kembangnya dan menjadi ayah; hanya sekali lagi.

“Kita sama-sama berada di posisi yang sulit kan, Jungkook?” Taehyung memberi senyum dingin. “Akan lebih baik jika kita bisa membuat semuanya berakhir dengan cepat, toh aku yakin Osiris akan menyelamatkanmu dari segala rasa sakit yang ada. Dia menyukaimu.”

Hening menjadi satu-satunya respon dan dalam genggaman yang seolah menyakitkan, dewa itu merendahkan kepala, menjatuhkan keningnya di bahu Jungkook yang terlelap dan mengecup perbatasan lehernya.

Menghirup aromanya dalam-dalam dan menghela nafas yang dilimpahi kesedihan purba.

“Kau memang bajingan Osiris,” Taehyung terkekeh dalam. “Kau tahu aku terbakar setiap kali menyentuhnya, kau tahu aku membunuh diriku sendiri dan kau tidak berhenti. Ini bahkan hanya kematian, kenapa kau membuatnya jadi begitu sulit untukku? Kau tahu aku ketakutan dan kau bersenang-senang dengan terus membuatnya hadir.”

“Bahkan, sekalipun ini kutukan yang harus aku tanggung. Ini bukan kesalahanku dan bukan juga kesalahannya. Kau, hanya bertindak terlalu kejam.”


¢

A Story by Galaxypuss

¢


Mingyu adalah orang yang Jungkook lihat, saat akhirnya ia bangkit dari ketidaksadaran yang keseribu kalinya. Kawan baiknya itu duduk diam di ujung, memandang Jungkook dalam-dalam sebelum tersenyum dengan mata ceria.

“Hai,” sapa pemuda tinggi itu riang.

Jungkook termenung untuk beberapa menit sebelum kemudian memejamkan mata, meraba spreinya yang halus dan mencoba merasakan kehidupan jenis apa yang sedang ia hadapi sementara memorinya melintas secepat cahaya.

Membuatnya menarik nafas dalam dan memaksa kepalanya menjadi rasional.

Baiklah, ia harus segera terbiasa dengan semua kegilaan ini. Dengan kondisi dimana ia dibawa seenak hati ke berbagai tempat, berbagai setting waktu dan kemudian dikembalikan ke Seoul, di atas ranjangnya di hari yang entah sudah keberapa dan dengan seluruh realita yang kacau balau.

Sungguh, Jungkook harus segera terbiasa atau ia akan mati muda.

“Hari apa?” Jungkook bertanya tanpa membuka matanya. Mencoba mengingat-ingat saat terakhir ketika dirinya diseret ke Mesir oleh Osiris. “Berapa hari sejak aku membolos dan di mana kau menemukan aku?”

Mingyu mengerjap. “Dua puluh empat jam?” pemuda itu diam. “Dan aku tidak menemukanmu dimana-mana, Tae Hyung yang memintaku ke sini.”

Mata Jungkook terbuka cepat dan dengan segera ia bangkit terduduk.

“Siapa?”

“Tae Hyung,” Mingyu menjawab. Dengan pelan meraih gelas di sisi nakas dan memberikannya pada Jungkook. “Minum, kau butuh energi setelah perjalanan jauh.”

Pemuda itu tidak berkata-kata, menurut untuk minum air dari gelas itu hingga habis tidak bersisa, sebelum mundur dan mengulurkan gelasnya kembali pada sang kawan. “Taehyung memintamu? Ke sini?”

“Ya, dia menghubungiku. Katanya kau sakit.”

“Bagaimana kau kenal dia?” Jungkook kebingungan.

“Kami berkenalan tentu saja, beberapa jam lalu.” Mingyu mendengus, memeluk gelas di dadanya. “Dia bilang dia tetangga sebelah apartemenmu dan dia ingin aku menjagamu, karena kau sakit. Dia dapat nomorku dari ponselmu dan menyimpulkan bahwa aku adalah teman dekat mu saat melihat riwayat panggilan kita.”

Kawannya itu mencibir sebelum melotot pada Jungkook.

“Sekarang akan lebih baik jika kau jelaskan, bagaimana bisa kau dekat dengannya?” Mingyu mendelik. “Kalian pacaran, ya?”

“Tidak.”

“Kalau begitu bagaimana bisa dia menjagamu? Jadi kau bolos kuliah karena ini? Agar kau bisa berduaan dengan tetangga sebelahmu yang kebetulan panas?”

“Bicara apa sih kau ini,” Jungkook mendecak, dengan jengkel menyingkirkan selimutnya dan membawa kakinya menapak ke lantai. “Di mana dia sekarang?”

“Kembali ke apartemennya,” Mingyu menaikkan bahu. “Katanya dia ada kerjaan, itu sebabnya dia menghubungiku untuk menjagamu.”

Jungkook diam, menatap Mingyu untuk beberapa detik sebelum bangkit berdiri. “Pulang saja kau kalau begitu. Aku mau menemuinya.”

Hei!” Mingyu melotot tidak terima. “Aku pergi ke sini segera setelah kelas karena cemas, menuggumu sadar selama setengah jam, dan sekarang kau mengusirku begitu saja?!”

“Memangnya kau mau apa sih?” Jungkook balas melotot. “Aku sangat menghargai sifat setia kawanmu dan rasa sayangmu, tapi percayalah. Kau harus pulang karena setelah ini aku hanya akan bertengkar dengan bajingan itu dan kau tidak akan suka mendengarnya.”

Mingyu melongo, jelas tidak paham. “Jungkook, kau sakit.”

“Aku memang sakit,” Jungkook memejamkan matanya sebelum berbalik. Menatap Mingyu yang begitu polos dan tulus dengan pernuh permohonan. “Pulang lah, well, jika kau tidak mau pulang. Maka diam saja di sini, aku akan menemui Taehyung. Dan jika sampai berjam-jam setelahnya aku tidak kembali, pergi. Aku bersumpah kau tidak akan menemukan apa pun bahkan jika kau mencariku nanti.”

Kawan terdekatnya itu memberengut, menatap Jungkook merajuk sebelum dengan kaki menghentak; yang membuat Jungkook mengernyit—sebab itu sangat kekanakan dan tidak cocok dengan Mingyu, sebelum kemudian bersedekap.

“Ya sudah, aku pergi. Tapi aku mau cerita lengkap, oke? Tentang siapa Tae Hyung, apa yang terjadi dengan kalian dan semuanya?” Mingyu menyipit. “Kau dengar aku kan, Jungkook?”

Jungkook hanya mengangguk-angguk. “Ya, ya. Aku janji, aku ceritakan semuanya sampai habis. Sekarang pergilah.”

Mingyu melirik tajam, namun dengan baik hati menurut patuh. Melambai sekilas pada Jungkook yang menatapnya dengan senyum singkat, sebelum berlalu keluar. Meraih tas nya di sofa, menaruh gelasnya di meja dan menuju pintu keluar. Dengan riang mengucap sampai jumpa, sebelum suara pintu yang ditutup menggema di dalam apartemen.

Meninggalkan Jungkook yang masih berdiri diam di ambang pintu kamar, dengan mata memejam dan tangan terkepal erat.

“Aku tahu kau mendengarku Amun.”

Jungkook mendesis marah.

“Sebaiknya kau pastikan pintu apartemenmu tidak terkunci atau aku akan membunuhmu balik begitu aku tiba di sana.”


....

Playlist : Flames - Tedy

https://open.spotify.com/track/1LmJyXjQUM4znhWF9PYmJx?si=0Iabq2LVQNuRVbmT3fQheA&utm_source=copy-link&dl_branch=1

Hai hai? Wkwk.
Sebenernya ch ini dah selesai dari kemaren, cuma karen aku due the assignment alias mendem ngerjain laprak, jadinya baru bisa up sekarang.

Jangan marah2 ke Taehyung mulu, kasian loh, kalian masa ga trauma suujon mulu 😌

Btw, aku ga jadi kasih langsung 1 playlist tapi 1 lagu per ch. Kalo satu playlist aku kasih, kalian semua bakal dapet spoiler ceritanya sampe abis. Karena beberapa lagunya bakal sangat terkait sama alur 😭👌

Nah, itu aja, tetap jaga kesehatan dan banyak minum air putih ya! See ya and purple you! 💜

Nb : 100 komen aku update nanti malem *wink*


Continue Reading

You'll Also Like

178K 8.7K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
55.8K 12K 136
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
278K 21.8K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
73.8K 11.6K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...