Crafty | Treasure ✔

By HOLLA-GREEL

106K 24.4K 4.5K

❝ Mau digambar zig-zag atau horizontal, nih? ❞ More

Prolog
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Epilog

4

3.6K 886 245
By HOLLA-GREEL

"Bentar Yedam, gue ke mini market dulu."

"Lah, ngapa Kak? Ada yang lupa kebeli?"

"Enggak, gue mau boker," jawab Jaehyuk lalu buru-buru keluar dari mobil dan ngacir masuk.

Hari udah malem, mana jalan sepi banget. Iya, tadi mereka sampet nongkrong sama makan-makan makanan kecil gitu di depan mini market. Tapi mereka nggak sadar kalau misalnya waktu berlalu cepat sekali.

Yedam merinding kalau sendirian gini di mobil, di pikiran Yedam tuh takut kalau nanti terjadi hal-hal yang kayak di film. Kayak ada yang nyekik Yedam dari belakang, dan ternyata itu adalah makhluk tak kasat mata. Apa nggak ntar tiba-tiba ada hantu yang nampakin diri di depan Yedam. Ya emang sih, itu cuman keparnoan Yedam aja, tapi ya tetap aja lah Yedam takut.

"Nih orang boker atau apa sih di sana? Nggak balik-balik," keluh Yedam.

Lalu nggak lama, Yedam dapat melihat seseorang berpakaian hitam lengkap dan memakai sepatu boot tinggi, berlari ke arah mobil Jaehyuk dan Yedam yang terparkir rapi.

Yedam yang nggak mau berpikir buruk pun langsung mengunci mobil. Mau gas pulang sih, karena perasaan Yedam udah nggak enak. Tapi, ya masak Jaehyuk mau ditinggal?

Tok Tok Tok

Orang tersebut mengetuk kaca mobil Yedam pelan. Ia mendekatkan wajahnya yang menggunakan masker tersebut ke kaca mobil.

Yedam mah pura-pura aja tidur. Padahal dalam hati dia dugun-dugun, takut banget, seriusan.

Seseorang tadi itu menghela napasnya dan menurunkan masker yang dikenakannya. "Ini gue, lo kok takut banget sih, wkwk."

Yedam yang mendengar suara familiar tersebut langsung membuka matanya. Ia menoleh ke samping dan menurunkan kaca mobilnya.

"Ngapain lo kemari? Gue udah mau pulang kok. Terus ngapain tuh pakaian lo item-item, bikin takut tahu nggak lo," kata Yedam nge-rap, tapi untungnya Yedam bernapas lega.

Orang tersebut tertawa kecil. "Nggak papa sih, pengen aja. Akhir-akhir ini kan warna hitam lagi booming banget. Gue ke sini mau ke mini market beli sesuatu."

"Oh, ya udah sana masuk."

"Tapi, lo bisa keluar sebentar nggak, Kak? Ada yang mau gue periksa soalnya."

Yedam menatap bingung orang tersebut. "Apa yang mau lo cek? Gue aman-aman aja kok, nggak ada yang luka."

"Bukan gitu, ada yang mau gue periksa pokoknya. Beneran deh, nggak akan lama, hehe."

Yedam tertawa kecil melihat tingkah orang tersebut yang menggemaskan. Jadi, Yedam beneran turun, ia bahkan merentangkan kedua tangannya dan memeluk orang yang ada di depannya itu.

"Badan lo gede juga, njir."

Orang tersebut hanya tersenyum miring dalam dekapan Yedam, ia lalu mengeluarkan sebuah cutter dari sakunya dan langsung menusukkannya pada kaki Yedam. Ia harus melumpuhkan kaki Yedam dulu, agar laki-laki itu tidak bisa berlari ke mana-mana.

"Arghh! Sial, l-lo apa-apaan sih?" Yedam langsung melepaskan pelukannya.

"Maaf, gue pikir tadi kaki lo itu kaki gue."

"Hah?" Yedam mulai mengerti bagaimana situasi ini, ia hendak berlari namun orang di depannya justru mengeluarkan paku.

"Eh, bentar-bentar," katanya, lalu dengan seringai ia menyebarkan paku tersebut di sekitar Yedam.

"Coba sana lari, hehe. Maaf ya, gue harus buat lo sakit dulu baru gue bunuh." Orang tersenyum menakutkan.

Walaupun paku sudah disebarkan, Yedam tetap berusaha melarikan diri ke mobil. Namun saat tangannya menggapai pintu mobil, orang tersebut justru menancapkan paku ke tangan Yedam.

"ARGHH, SUMPAH!" Yedam berteriak kesakitan lalu menjatuhkan dirinya di aspal, banyak paku yang bertancap ditubuhnya, Yedam sudah mati rasa sekarang. Ia tak bisa menjelaskan bagaimana rasa sakitnya sekarang.

"Makanya, Dam. Jangan aneh-aneh. Cukup nurut sama gue dan penderitaan lo bakalan lebih sebentar sebelum mati," katanya menyeringai.

"Nggak ada sopan santun ya lo?" Tangan Yedam yang kiri berusaha menghentikan pendarahan dari tangannya yang kanan. Rasanya sakit luar biasa.

"Hehe, maaf. Bukannya kata lo jaman sekarang nggak penting sopan santun? Katanya yang penting otak cerdas."

"Dasar orang gila."

"Sstt, sekarang gue tanya nih. Lo mau mati secara zig-zag atau horizontal?" tanyanya, ia lalu mencabut cutter dari kaki Yedam lalu memainkannya layaknya psikopat.

"Yah, darahnya dikit doang ya. Ck, harusnya tadi gue bawanya pisau dapur aja. Tapi nggak deh, takutnya nanti pada curiga, hehe."

Sekarang Yedam benar-benar lemas, darah dari tangan kanannya pun tidak berhenti keluar.

"Eh, lo kok nggak jawab pertanyaan gue?" tanya orang tersebut yang nampaknya mulai kesal.

"Gue nggak akan mati hari ini," sahut Yedam.

"Aduh, masih aja. Oke deh, karena lo nggak mau jawab, jadi gue anggap aja zig-zag ya?" katanya lalu tertawa.

Yedam memejamkan matanya, ia lalu bertanya, "K-kak Yoonbin, l-lo yang bunuh?"

"Hehe, kok lo tahu sih? Nggak seru banget ah." Yedam membuka matanya menatap orang tersebut dengan wajah tak percayanya. Ia benar-benar tak menyangka orang yang selama ini ia pikir adalah orang yang polos, baik, dan sangat lucu dapat membunuh orang lain.

Yedam sekarang hanya dapat pasrah, ia menangis.

Orang tersebut terkekeh, puas melihat wajah pasrah Yedam. Ia lalu mulai memanjangkan cutternya, lalu menusuk perut dan dada Yedam berulang kali sampai darahnya terciprat pada wajahnya seperti orang kesetanan.

Yedam masih sadar, ia hanya dapat tersenyum tipis. "Kenapa.. Kenapa lo lakuin ini..." lirihnya sebelum benar-benar menutup rapat matanya.

Orang tersebut menatap Yedam dengan tatapan tak perduli, ia lalu mulai menggambar zig-zag di perut Yedam. "Sayang banget ya lo mati lebih dulu sebelum lihat karya gue di perut lo," katanya lalu dengan santai memunguti paku yang bersebaran di jalan, bahkan yang ada di tangan Yedam dicabut. Orang tersebut lalu bangkit berdiri,

"Ya elah, lemah banget. Cih."















































































































































































"Yedam mati."

"Nggak ada yang namanya perampokan, nggak ada barang yang hilang."

Perkataan Hyunsuk sangat menusuk hati mereka, Hyunsuk sendiri hanya menundukkan kepalanya pusing. Beberapa dari mereka menangis, ada juga beberapa dari mereka yang marah, dan ada juga yang hanya diam, tak dapat berkata apa-apa.

"Sekarang, udah jelas kan kalau ini pembunuhan?" Doyoung terkekeh sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Doyoung, ini kayaknya bukan saat yang cocok untuk lo ngomong kayak gini," ujar Yoshi.

"Kenapa? Bukannya bener? Kalian kayaknya tutup mata ya, haha. Kalian nggak tahu apa, kalau kalian juga harus waspada karena mungkin aja setelah ini giliran salah satu dari kalian."

Semuanya diam, tak bisa menjawab ucapan Doyoung.

"Mungkin lo aja setelahnya," kata Haruto kepada Doyoung.

"Emang, mungkin aja."

"Argghh! Stop, sumpah! Gue nggak kuat dengarnya!" Hyunsuk menutup telinga rapat-rapat, ia sudah tidak mau lagi melihat kematian teman-temannya.

Jihoon yang sedari tadi memperhatikan Jaehyuk akhirnya angkat bicara, "Jaehyuk, kenapa dari tadi lo nggak bicara? Lo kan yang pergi sama Yedam, harusnya lo tahu apa yang terjadi."

Jaehyuk tetap diam.

"Cih, sekarang kalian lagi mengasihani Yedam? Sadar dong kalau kalian lengah kayak gini, gampang banget buat dia bunuh kalian." Asahi berdecih ringan.

"Nggak ada waktu buat begini-"

"Jaehyuk, gue tanya sama lo. Jawab." Jihoon segera memotong ucapan Junkyu dan menatap tajam Jaehyuk.

Mashiho yang ada di sebelah Jaehyuk tahu bahwa Jihoon sedang marah pada Jaehyuk. Jadi ia menyenggol lengan Jaehyuk pelan agar laki-laki itu menjawab pertanyaan Jihoon. Jelas, habis ini akan terjadi perang satelit, bukan perang dunia lagi.

"Gue nggak tahu-"

"ANJING, LO BILANG NGGAK TAHU?!" Jihoon tiba-tiba berdiri dan berlari ke arah Jaehyuk. Haruto dan Yoshi yang ada di dekat Jihoon berusaha menahan. Yoshi bahkan sampai memeluk Jihoon dari belakang.

"GUE EMANG NGGAK TAHU ANJING, TERUS GUE HARUS JAWAB APA, HAH?! GUE HARUS MENGADA-ADA GITU?!" teriak Jaehyuk yang ikut terpancing emosi.

"Jaehyuk." Hyunsuk memanggil Jaehyuk pelan, rasanya kepalanya ingin pecah.

"Bukan lo yang bunuh Yedam kan?" tanya Hyunsuk to the point. Awalnya ia benar-benar tidak percaya bahwa salah satu dari mereka memang membunuh Yoonbin ataupun Yedam. Tapi kenapa sekarang perkataan Doyoung terasa meyakinkan?

Jaehyuk terkekeh sinis, ia lalu meludah. "Anjing, sekarang gue dituduh bunuh Yedam. Lo pikir gue orang kayak apa, hah?!" Jaehyuk menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Walaupun sedari dari tadi ia berbicara pada Jihoon dan Hyunsuk, matanya tak lepas dari Junkyu.

"Ya terus siapa lagi? Nggak ada yang keluar rumah selain lo ataupun Yedam," ujar Jeongwoo.

"GUE BILANG BUKAN GUE YA BUKAN! BUDEG YA LO?!" Jaehyuk berteriak lagi.

"Tolong ini rumah sakit, jaga mulut kalian," peringat Yoshi.

"Kak Jaehyuk," panggil Haruto tiba-tiba. "Lo nggak lihat seseorang yang mencurigakan di sekitar kalian?"

"Kak Junkyu."

Junkyu yang disebut namanya hanya dapat menatap bingung Jaehyuk. "Gue?"

"Gue lihat orang berpakaian hitam, dan gue yakin tingginya sama kayak Kak Junkyu," ujar Jaehyuk lagi dengan sinis.

"Apaan sih anjir, gue aja dari tadi di rumah," bela Junkyu nggak terima.

Jaehyuk berdecih ringan.

"Nggak usah salahin gue untuk cari aman, Jae. Lo pikir kita semua bakalan percaya?" ujar Junkyu.

"Terserah lo pada. Lo pikir gue bohong kan? Jangan nyesel kalau misal Kak Junkyu beneran pembunuhnya."

"Apa dasar lo nuduh Kak Junkyu?" tanya Mashiho akhirnya yang dari tadi diam.

"Kalian nggak inget dia nggak ada pas Kak Yoonbin jatuh dari atap, dan sekarang jelas-jelas gue lihat orang setinggi dia lari dari arah mobil gue," jelas Jaehyuk.

"Ck, lo nggak ngaca ya. Lo juga nggak ada pas Yoonbin jatuh, terus emang ada yang bisa membuktikan kalau perkataan lo bener-bener jujur?"

"Diem lo, anjing." Jaehyuk langsung menerjang tubuh Junkyu dan menarik kerah laki-laki bertopi baret itu.

"LO NGAKU AJA APA SUSAHNYA SIH, BANGSAT!"

Junkyu terkekeh. "Masalahnya gue nggak akan pernah ngaku," bisiknya pada Jaehyuk.

"Jae bisa nggak lepasin kerah Junkyu? Jangan sok jadi jagoan di sini," ujar Hyunsuk akhirnya, lelah dengan semua keributan ini.

Jaehyuk benar-benar melepaskan tangannya dari kerah Junkyu. Ia lalu menatap Hyunsuk. "Kak Hyunsuk, lo juga nggak usah sok-sokan jadi korban di sini," katanya.

"Maksud lo apa?"

"Kita di sini, semuanya...." Jaehyuk lalu menatap dari mereka satu persatu. "Kalian pikir kalian bakalan percaya satu sama lain setiap waktu?" Jaehyuk terkekeh. "Jangan mimpi, kita lihat aja kalian bisa percaya satu sama lain sampai kapan. Karena di sini, nggak ada yang namanya korban. Kalian semua, sama aja. Nggak ada yang bisa dipercaya!" katanya menggebu-nggebu.

"Jae, cukup. Jangan sampai buat gue murka ya."

Perkataan Asahi membuat suasana tiba-tiba menjadi dingin dan menyeramkan. Semuanya, kecuali Asahi, lalu menundukkan kepala, tak mengerti harus bagaimana menyikapi hal ini.

Asahi menatap sekitar kemudian berdehem.

"Kita harus berhenti bersikap berlebihan, dan lo Jae, lo nggak tahu kan kalau lo bisa aja jadi target berikutnya?"














































































Continue Reading

You'll Also Like

999K 63.3K 64
[WAJIB FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ~ADA INFO TAMBAHAN NIH. KALAU KALIAN NGERASA SEPANJANG CERITA ADA YANG BERANTAKAN, WAJAR AJA YA. KAREN...
22.5K 2.3K 29
Semalam yang membekas di ingatan😋 #POOHPAVEL ONLY OKE💋
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.5M 545K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
33.8K 7.3K 26
Ketika permainan yang biasa dimainkan anak-anak menjadi ajal bagimu. Temukan yang bersembunyi lalu bunuh dia jika kau masih ingin hidup. "Ini bukan p...