Crafty | Treasure ✔

By HOLLA-GREEL

106K 24.4K 4.5K

❝ Mau digambar zig-zag atau horizontal, nih? ❞ More

Prolog
1
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Epilog

2

4.9K 1K 278
By HOLLA-GREEL

"Wah, baju tidur baru lo?"

Mashiho hanya tersenyum saja menjawab pertanyaan Yoshi. Laki-laki itu baru saja keluar dari kamarnya. Ini sudah tengah malam, tapi tiba-tiba saja tenggorokannya terasa kering. Jadi ia ke dapur untuk mengambil minuman. Namun, di sana ada Yoshi yang masih bergadang dengan ponselnya.

"Lucu banget deh, gambar kartun-kartun gitu warna pinky," komentar Yoshi lagi.

"Gue beli nya selusin, Kak. Promo obral gitu, wkwk."

"Harganya?"

"Dua puluh ribuan wkwk."

Wkwk wkwk muluk kamu Mashiho.

"Btw, Kak. Lo ngapain malem-malem sendirian aja di dapur? Nggak takut lo?" tanya Mashiho lalu menegak segelas air penuh.

"Oh, nggak. Gue cuman lagi main sosmed aja," jawab Yoshi.

Mashiho hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tak mengerti mengapa Yoshi dan juga Asahi, dua orang itu. Benar-benar bisa bergadang, bahkan jika ada seseorang yang menyuruh mereka untuk tidak tidur, mungkin mereka sanggup.

"Kak Yoshi jangan lupa tidur juga ya, takutnya nanti sakit," ujar Mashiho.

Yoshi hanya menganggukkan kepalanya lalu memfokuskan atensinya pada ponsel lagi. Mashiho yang di depannya hanya diam memperhatikan.

"Kak Yoshi?"

"Kenapa?"

"Misalnya Kak Yoonbin beneran dibunuh, gue curiga sama satu orang."

Pergerakan Yoshi pada ponselnya berhenti kala mendengar ucapan Mashiho. Laki-laki itu lalu menatap Mashiho dengan alis tertukik bingung. "Siapa?" tanyanya.

Mashiho tersenyum dan menggeleng. "Belum saatnya gue kasih tahu, Kak."

Yoshi sendiri hanya diam menatap Mashiho sebelum akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya saja sambil tersenyum.

"Gue duluan ya, Kak," pamit Mashiho hendak tidur kembali.

"Mashiho."

Mashiho menghentikan langkahnya kala mendengar panggilan dari Yoshi. Ia menoleh seakan-akan menanyakan 'ada apa'.

"Hati-hati ya, jangan berisik."

"Hah?"

"I-itu, lo kan pakai baju tidur hehe. Ntar bajunya kebangun." Yoshi menggaruk tengkuknya canggung sembari tertawa kecil.

Mashiho sempet loading sebentar sebelum akhirnya ia juga ikut-ikut ketawa kecil. "Hehe, bisa aja lo, Kak."

"Garing ya? Maap, gue pengen ngelawak tapi jadinya garing."

























































































''WOI SUMAIDIN! BENER-BENER YA LO, GUE MALES BANGET TAHU NGGAK SIH BANGUNIN LO SETIAP HARI CUMAN BUAT NYURUH SEPEDAAN SAMA GUE!"

Suara menggelegar Jihoon membuat Junkyu yang sedang dalam mode tidur, jadi kejang-kejang. Ya lagian, orang lagi tidur malah teriak-teriak kayak orang kesurupan. Gimana coba kalau Junkyu mati karena kaget? Sumpah, Jihoon nggak ngotak.

"Apa sih, bagong? Bangunin tuh pelan-pelan, ditepok-tepok sayang gitu. Bukan banguninnya pakek toa masjid!" protes Junkyu yang masih ngelus-ngelus dadanya saking kagetnya.

"Ya makanya, gue siram muka lo aja masih belum bangun lo. Mau gue telanjangin apa? Mau gue mandiin?"

"Mesum lo, babi."

Jihoon tak perduli ucapan Junkyu yang kurang ajar itu, ia lalu melempar selimut Junkyu yang ada di lantai tepat ke muka pemiliknya.

"Sakit, ya ampon! Bisa-bisa gue masuk rumah sakit nih kalau lo yang bangunin gue setiap hari!"

Junkyu mengucek-ngucek matanya lalu bangkit dari tidurnya, tak lupa dengan mata dendamnya yang mengarah ke Jihoon. Tapi baru saja kakinya menyentuh lantai,

Ia langsung terpeleset ke depan.

"PARK JIHOON SAITON!





















































































































Yah, Jihoon lupa mengepel bekas air yang dibawanya dari kamar mandi ke kamar Junkyu.














































































"Ngapa lagi sih lo? Haha."

Hyunsuk datang sembari tertawa melihat Jihoon yang mengolesi punggung Junkyu menggunakan balsem.

"Jatuh kepleset, nggak bisa lihat ya lo?" sahut Junkyu galak.

"Santai, sayang."

"Najis lo."

"Jihoon muka lo kok datar banget?" Hyunsuk beralih menatap Jihoon yang berada di belakang Junkyu. Laki-laki itu tumben sekali memasang wajah datar. Biasanya kan kalau nggak marah ya ketawa-ketawa mampus.

"Ada Doyoung di belakang gue," bisik Jihoon yang niatnya buat Hyunsuk, tapi karena Junkyu ada di depannya, ya otomatis manusia itu juga dengar.

"Kenapa sama Doyoung emangnya?" tanya Junkyu ceplas-ceplos.

"Mulut lo ya." Jihoon memukul lebam dipunggung Junkyu yang membuat Junkyu sendiri teriak kesetanan. Alay.

"Kak Jihoon dendam sama gue." Doyoung dengan santai datang dengan roti panggang di tangannya, dan tidak lupa ia duduk di seberang Jihoon dengan wajah songongnya.

"Why? Wae? Kenapa?" tanya Junkyu.

"Ya mungkin aja dia ngira gue yang bunuh Yoonbin," sahut Doyoung santai.

"Doyoung, udah," peringat Hyunsuk, laki-laki pendek itu takut jika akan terjadi perang dunia ke seratus di rumah ini.

Doyoung masih saja menatap Jihoon dengan tatapan musuh. Ia menggigit roti panggangnya lalu menyalakan televisi dengan kaki.

"Kagak sopan lo nyalain televisi pakai kaki," ujar Jihoon tiba-tiba sok bijak. Padahal mah kemarin Yedam aja dibiarin, ya tujuannya cuman mau cari masalah aja sih. Ya soalnya gimana, Doyoung ngeselin.

"Lah emang lo ada sopan santun?" kata Doyoung balik.

"Kalian berdua ini kemusuhan terus kenapa sih? Doyoung, lo juga kalau ngomong yang sopan, Jihoon kan lebih tua dari lo." Junkyu mencoba menengahi.

"Ya masalahnya dia sendiri minta dikurang ajarin sendiri," sahut Doyoung santai. Sementara Junkyu yang dibalas gitu cuman bisa menghela napasnya aja.

Suasana lalu hening, Hyunsuk udah capek kasih tahu Doyoung maupun Jihoon, dan Junkyu yang lelah dengan lebam dipunggungnya.

"Tapi gue masih percaya Kak Yoonbin dibunuh." Perkataan Doyoung membuat semua atensi menatap dirinya, yang ditatap masih aja fokus ke televisi.

"Pembunuhnya ada di sini," katanya lagi.

"Udah, Doyoung, stop. Kenapa sih lo mancing ribut terus?" tanya Hyunsuk.

Doyoung hanya tersenyum penuh arti, ia lalu menatap Junkyu yang ada di seberangnya dengan lamat. Ia lalu terkekeh sebelum mengucapkan sesuatu,




















































"Kasihan ya Kak Junkyu."















































"Kenapa kasihan gue? Tenang aja Doy, ini cuman luka lebam biasa kok—"





























































"Kasihan Kak Junkyu, soalnya nggak nyadar kalau Kak Jihoon udah coba mau bunuh Kak Junkyu."















































































Asahi masuk ke kamar Jaehyuk dan tak menemukan Jaehyuk di sana. Ia hanya melihat kamar yang berantakan dan kertas-kertas yang berserakan.

Ia masuk ke dalam kamar tersebut dan langsung mengambil laptop Jaehyuk tanpa ijin. Laptop tersebut ditaruh dilaci. Entah apa fungsinya, tapi Asahi hanya ingin meminjamnya.

Toh apa salahnya?

Drrt drrt

Asahi dapat melihat dari ekor matanya bahwa ponsel Jaehyuk menyala dan di sana memperlihatkan penelepon tak dikenal. Laki-laki itu tak terlalu memperdulikan dan duduk di kasur Jaehyuk, lalu mulai membuka laptop milik temannya itu.

Mata Asahi seketika membulat begitu melihat sebuah aplikasi dengan banyak sekali video. Jantung Asahi tiba-tiba saja berdegup kencang, ia lalu buru-buru menyambungkan ponselnya ke laptop milik Jaehyuk.

"Jaehyuk, dasar orang gila."






































































"Aish, ketemu lo lagi, lo lagi."

Haruto mendumel tak suka begitu melihat Jeongwoo yang sedang masak telor sambil joget-joget nggak jelas. Bikin Haruto mau muntah aja.

"Gue juga nggak mau lihat makhluk kayak lo terus kali. Lo pikir lo doang, tapi sayangnya kita tinggal serumah. Nggak usah sok ngartis lo cuk."

"Banyak omong lo. Coba aja dulu gue tahu lo tinggal di sini, pasti gue langsung pergi."

"Ya udah sekarang pergi, tuan muda," kata Jeongwoo mempersilahkan.

"Kayak ada tempat tujuan aja lo, minta gue goreng juga lo kayak nih telor gosong?" Jeongwoo memperlihatkan hasil karya telor gosong ke lima puluh tiganya pada Haruto.

"Ya elah, harusnya lo goreng aja tuh diri lo, biar menyatu sama temen lo, si telor gosong tuh."

Jeongwoo benar-benar ingin melempar Haruto ke Merkurius sana. Biar deh, ngerasain gimana yang namanya kenak sinar matahari yang luar biasa, terus kulitnya jadi kayak Jeongwoo. Jadi tuh manusia kardil nggak ngejulidin Jeongwoo muluk setiap hari.

"Heh, Woo. Menurut lo di rumah ini banyak setan nggak sih?" tanya Haruto, duduk di meja makan sembari memperhatikan Jeongwoo yang lagi-lagi berkarya, mau nggoreng telor lagi.

"Ada, banyak."

"Pantesan gue sering banget ya lihat lo."

"Babi, lo sendiri juga setan. Ngaca."

Haruto tertawa melihat wajah kesal Jeongwoo. Sementara telor Jeongwoo gosong lagi dan lagi, laki-laki itu mendesah malas sebelum beralih ke kulkas dan mengambil sebutir telor lagi. Tapi yang aneh, Jeongwoo nutup pintu kulkas pelan-pelan. Kayak orang lelet.

"Napa sih lo?" tanya Haruto.

"Gue penasaran doang, lampu kulkas kan nyala. Ntar kalau gue tutup dia mati apa nyala," jawab Jeongwoo yang langsung dilempar tempat tissue sama Haruto.

"Kalau lempar barang tuh yang bener dong! Kalau kenak kepala gue gimana? Minta ditabok ya lo?"

"Emang itu tujuan gue, supaya kenak kepala lo! Seenggaknya otak lo bener dikit."

"Ribut ae kayak kawanan sapi nih orang berdua, sruduk-srudukan." Mashiho datang dengan seikat pisang di kedua tangannya.

"Pisang apaan tuh?" tanya Jeongwoo menghampiri Mashiho.

"Makanan lo tuh Jeongwoo."

"Lah emang makanan gue lah, emang lo kagak makan pisang?" kata Jeongwoo bingung ke Haruto.

"Ya maksudnya itu tuh makanan khas lo."

"Apa sih kagak jelas?"

"Lo monkey, Jeongwoo, maksud Haruto," kata Mashiho memberi tahu, niatnya.

"Oh."

"Emang gini nih kelakuan monyet kalau sama manusia. Udah diadopsi ngelunjak, nggak ngehormatin tuannya."

Mashiho rasanya pengen melempar dua ikat pisang yang ada di tangannya ke muka Jeongwoo sama Haruto. Pengen doang sih, kesampaian kagak.

"Kak Mashiho."

"Apa lagi lo?" tanya Mashiho galak ke Jeongwoo.

"Kak Mashiho tadi ke super market sendirian kan? Lain kali jangan ya Kak, bahaya," kata Jeongwoo tiba-tiba.

"Lah ngapa emangnya? Kagak jelas lo." Ini bukan Mashiho yang balas, tapi Haruto, lagi dan lagi.

"Gue takut aja Kak Mashiho kenapa-napa kayak Kak Yoonbin kemarin," jelas Jeongwoo.

"Lah apaan sih lo njir, kan Kak Hyunsuk udah ngomong kematian Kak Yoonbin itu kecelakaan." Haruto nggak terima sama apa yang diomongin Jeongwoo.

Mashiho terdiam sebentar sebelum tersenyum menatap Jeongwoo. "Nggak papa kok, Woo. Lagi pula gue nggak akan mati," katanya yang bikin Haruto sama Jeongwoo bingung.

"Kak Mashi kok bisa bilang gitu?"

"Ya pokoknya."

Haruto memiringkan kepalanya bingung, tapi nggak lama kepalanya kenak pukul Jeongwoo.

"Eh, goblok. Ngapain lo mukul gue? Salah apa gue?"

"Nggak papa, pengen aja," jawab Jeongwoo santai lalu mengusap-usapkan tangan yang digunakannya untuk memukul Haruto ke bajunya.

"Dasar manusia bekicot."

Continue Reading

You'll Also Like

120K 29.6K 44
❝Setan itu pasti ada hubungannya sama semua ini❞ ⚠︎⚠︎⚠︎ -kata agak kasar, tapi masih aman ;) start :: 8 Maret 2021 finish :: 17 Juli 2021 Genre : mis...
358K 30K 21
Ini tentang Na jaemin dengan cara anehnya, dalam mencitai Huang Renjun. Warning!!! mengandung kekerasan, adegan penyiksaan, dan sejenisnya:) BXB YAOI...
54K 9.7K 37
[COMPLETED] Rumah yang awalnya terlihat nyaman ternyata memiliki sisi kelam. Rumah itu bukan hanya ditinggali oleh mereka, tetapi banyak makhluk-makh...
reveal | treasure By nana

Mystery / Thriller

6.6K 868 14
❝ngaku, apa tujuan lo kesini?❞