Asrama Haikyuu [CONTINUE]

Per rossie_allukawaii

63K 7.9K 9.2K

Ada salah satu asrama yang sangat terkenal di Jepang, Asrama Haikyuu namanya. Yang konon katanya, hanya beris... Més

Kenalan
Kenalan bagian 2
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
IG
Bab 20
Bab 21
Bab Bonus
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
QnA yuk!!!
Answer QnA
Bab 26
Bab 27
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
I'm back

Bab 28

688 100 267
Per rossie_allukawaii

(Oreki Houtarou – Hyouka)


(Chitanda Eru – Hyouka)


(Tohsaka Rin – Fate/Zero)


(Tohsaka Sakura – Fate/Zero)


(Estella – Vivy Fluorite Eye's Song)


(Elizabeth – Vivy Fluorite Eye's Song)


(Matsumoto Akari – Original Character)



Bab ini akan membahas masa lalunya Kita Shinsuke.

Don't like don't read!

Karena bab ini panjang pake banget, boleh minta tolong spam komen gak? Kalo gamau gapapa. Makasih^^

Happy reading~

"Pukul berapa datuk Harimau?"

"Pukul satu."


Terlihat segerombolan bocil berjumlah 4 orang tengah bermain permainan yang ada di kartun berjudul 'Duo Tuyul' yang berasal dari negeri jiran, Malaysia.


"Pukul berapa datuk Harimau?" tanya Sakura, Shinsuke dan Estella bersamaan.

"Pukul dua," balas perempuan berambut twin tail, Rin yang lagi maju mundur syantik seperti setrika dihadapan tiga temannya.

Sakura berusaha melindungi dua temannya yang berbaris di belakangnya, "Pukul berapa datuk Harimau?"

"Pukul tiga," sahut Rin tetap pada posisinya.

"Pukul berapa datuk Harimau?"

"Pukul..." Rin menjeda kalimatnya, "Masa makan!" ia langsung menyerang brutal teman-temannya.

"Lari!!!" seketika saja, barisannya Sakura langsung buyar dan berusaha agar tidak ditangkap Rin.

"Hahaha kemana kau nak lari, hah?" Rin tertawa setan sambil ngejar-ngejar temannya. "Hahaha kena kau Sakura!!!" katanya sambil mengejar adik kandungnya.

"Aaaaa tidaaaaak!" Sakura mempercepat laju larinya.

Rin mengendap-endap lalu menangkap Shinsuke yang lagi berhenti lari untuk mengatur napasnya, "Ho... kena!"

"Ish, Rin-chan curang!" sungut Shinsuke tak terima tapi tetap pasrah ditangkap Rin lalu dibawa ke pinggir lapangan, alias udah tidak boleh ikut permainan lagi.

"Blee!" ledek Rin menjulurkan lidahnya, "Sekarang kau duduk manis disini ya. Dadah~" katanya kemudian lanjut mencari mangsa.

"Uuh!" Shinsuke duduk bersila di tanah sambil menatap kesal ke arah Rin yang tengah asyik mengejar teman lainnya.

"Nyahahaha awas kalian!" gadis berambut twin tail itu menatap nafsu Estella yang sudah dalam posisi terpojokkan.


"Hei kalian!" tiba-tiba saja, gadis bersurai biru laut datang yang membuat alur permainan terganggu.

"Arigatou Eli-chan!" melihat Rin yang sedang lengah, Estella langsung menggunakan kesempatan itu untuk kabur dan memeluk kembarannya yang lebih muda.

"Eh, jangan kabur kau Es Teler!" ucap Rin kesal.

Shinsuke berdiri kemudian menghampiri Elizabeth, "Ada apa?"

"Cuacanya sedang bagus, ke pantai yuk!" ajak kembarannya Estella penuh semangat.

"Ide bagus," puji Estella.

"Ayo!" seakan melupakan perannya, Rin langsung berlari ke arah Elizabeth diikuti Sakura.

"Cuaca cerah seperti ini enaknya bermain ombak atau membuat istana pasir. Iya kan, nee-san?" tanya Sakura ke kakaknya.

"Hu'um!" Rin mengangguk setuju dengan ucapan Sakura.

"Yosh, ayo jalan!" ajak Estella sambil melangkahkan kakinya.

Shinsuke menundukkan kepalanya, "Aku tidak bisa ikut."

Sakura mengerutkan alisnya bingung, "Kenapa?"

"Okaa-sama melarangku untuk bermain di pantai tanpa pengawasan orang dewasa," balas Shinsuke.

Elizabeth menepuk pundak yang lebih pendek, "Tenang saja, kita hanya bermain di pinggir 'kok."

"Aku takut Okaa-sama memarahiku, waktu itu meski kita main di pinggir dia tetap memarahiku habis-habisan." Shinsuke cemberut.

"Sudahlah tidak apa-apa, ayo kita kesana!" Sakura meyakinkan gadis bersurai malam disampingnya.

"Tap-tapi..." Shinsuke masih ragu.

"Dasar anak mama!" ejek Rin.

Estella menatap Shinsuke datar, "Kau tidak asyik ojou-sama."

Shinsuke menghela napasnya, "Iya deh..."



.



Seorang gadis kecil berusia sekiar 10 tahunan sedang berjalan mengendap-endap di belakang rumahnya. Manik emasnya terus mengawasi sekelilingnya seolah menghindari sesuatu. Ia menghela napasnya lega tatkala yang harus diwaspadai tidak ada, ia pun mengganti langkahnya dengan langkah biasa. Tangannya meraih gagang pintu lalu membukanya,


"Anda sedang apa Shinsuke-sama?" hal pertama yang didapati gadis itu adalah sesosok pelayan pribadinya yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang.

Perempuan yang dipanggil Shinsuke nyengir tanpa dosa, "Hai Matsumoto-san!"

"Dan kenapa baju anda basah semua Shinsuke-sama? Anda bermain di pantai sendirian lagi ya?" pelayan bernama Matsumoto Akari itu berjongkok menyamakan tingginya dengan sang nona muda.

"Aku tidak sendirian! Aku tadi ditemani Rin-chan, Sakura-chan, Estella-chan, dan Eli-chan juga!" bantah Shinsuke.

"Yang saya maksud sendirian itu tanpa pengawasan, Shin-sama." Matsumoto mengambil handuk yang tergantung tak jauh darinya.

Shinsuke diam, tak menanggapi ucapan Matsumoto. Wajahnya merengut kesal.

Matsumoto menggosok rambut hitam Shinsuke menggunakan handuk, "Apa anda ingin membuat ibu anda marah lagi karena anda melanggar larangannya untuk bermain di pantai tanpa pengawasan orang dewasa?"

"Eli-chan yang mengajakku tadi, jadi salahkan dia!" kata Shinsuke.

"Ojou-sama, menyalahkan orang lain atas tidakan yang dipebuat itu tidak boleh. Kenapa Shinsuke-sama tadi mengiyakan ajakan Eli-sama jika tau itu akan membuat ibu anda marah?" Matsumoto mulai mengomeli Shinsuke.

"Habisnya bermain di sungai itu menyenangkan. Lagi pula aku dan teman-teman lagi hanya bermain di pinggir pantai 'kok!" Shinsuke membela dirinya sendiri.

"Mau itu menyenangkan atau tidak, yang namanya larangan tetap larangan. Dan larangan itu artinya adalah hal yag tidak boleh dilakukan, apa anda paham Shinsuke-sama?" kata Matsumoto.

"Ya... ya... terserah," sahut gadis itu malas.

Matsumoto mencubit hidung bangir milik Shinsuke, "Jangan seperti itu, ini semua demi kebaikan anda sendiri."

"Ini aku kasih keong yang aku tangkap pantai tadi. Tapi, jangan beri tahu okaa-sama kalau aku pergi ke pantai, ya?" Shinsuke mengajukan negosiasi.

"Itu kerang ojou-sama." Matsumoto menerima pemberian nona mudanya

"Ish, sama saja! Pokoknya jangan beri tahu okaa-sama!"

Matsumoto berdiri sembari merapikan yukata biru langit yang ia kenakan, "Sayangnya saya tidak bisa melakukan itu ojou-sama. Saya diberi tugas untuk selalu memantau seluruh kegiatan anda dan melaporkannya ke ibu anda."

Gadis bersurai panjang itu merengek, "Oh ayolah Matsumoto-san, hanya kali ini saja. Selanjutnya aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Tugas tetaplah tugas, Shinsuke-sama," tegas Matsumoto.

"Aish, Matsumoto-san kau membosankan sekali!" sungut Shinsuke sambil memonyongkan bibirnya imut.

Wanita bersurai hitam panjang yang digulung rapi itu tertawa kecil melihat ekspresi nona mudanya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri, "Baiklah baiklah Shinsuke-sama saya tidak akan melaporkannya ke ibu anda. Tapi berjanjilah jangan bermain di pantai tanpa pengawasan orang dewasa lagi!"

Shinsuke tersenyum cerah, "Nah gitu dong. Aku menyayangimu Matsumoto-san!"

Matsumoto juga ikut tersenyum, "Saya juga menyayangi anda Shinsuke-sama. Sekarang anda mandilah, kemudian nanti saya antar ke tempat les."


"Osu!"



.



"Bagaimana laporan keadaan padi di wilayah barat Ibaraki?" tanya seorang pria berambut kelam, Houtarou kepada istrinya.

Istrinya, Eru melihat laporan yang ia baru ia dapat tadi siang, "Tadi aku pergi kesana tadi siang dan mengecek kondisinya, sejauh ini masih baik-baik saja."

"Syukurlah kalau begitu," kata Houtarou menghela napas lega. "Kau tau? Semenjak kau dipilih menjadi ahli waris sah lahan pertanian keluarga Chitanda, banyak pihak dari keluarga cabang yang berusaha menggagalkan panen padi milik kita yang sudah kita rawat baik-baik."

Eru memijit pelipisnya pening, "Huft. Sebenarnya aku tak ingin mewarisi hak tanah milik keluargaku. Meski aku ini peremuan, tapi karena aku adalah anak tunggal keluarga utama makanya aku dipilih sehingga menyebabkan orang-orang dari keluarga cabang marah tak terima."

"Aku sudah menduga mereka akan berusaha menjatuhkan kita bagaimanapun caranya," kata Houtarou, matanya menatap malas ke pintu kaca yang menampilkan indahnya langit malam.

"Hanya karena aku adalah ahli waris sah, hubungan baik yang sudah ku jalin dengan keluarga cabang hancur seketika," ucap Eru sedih.

"Mereka juga semakin membencimu ketika kau menikahiku yang notabenya berasal dari keluarga biasa dan bukan siapa-siapa," sahut Houtarou.

Eru mengelus surai malam suaminya, "Ku kira dengan menikahi orang biasa sepertimu akan membuatku kehilangan hak waris dan para tetua akan memindahkannya ke keluarga cabang."

"Ini sangat merepotkan sekali. Padahal aku benci hal-hal yang merepotkan," keluh Houtarou yang merasa lelah dengan segala urusan yang menyangkut hal warisan, "Sialan! Seharusnya setelah menikahimu dulu aku langsung membawamu ke luar negeri agar para tetua mengalihkan hak warisnya."

"Sungguh sangat merepotkan! Karena ini kita jadi harus menyembunyikan keberadaan Shinsuke dari keluarga besar dan hanya menunjukkannya saat ada pertemuan. Entah ini akan berlangsung sampai kapan." Eru juga ikut mengeluh.


"Otou-sama! Okaa-sama!" panggil Shinsuke ceria yang baru saja pulang dari tempat lesnya.

Otomatis pasangan suami istri itu mengubah raut muka mereka, "Eh Shinsuke-chan! Ada apa sayang?" tanya Eru sambil menghampiri anak semata wayangnya.

"Lihat apa yang aku bawa!" Shinsuke memperlihatkan sekotak sushi dari kedai yang cukup terkenal di Prefektur Ibara.

Eru mengambil kotak itu lalu membukanya, "Sushi? Dari mana kau mendapatkannya Shin-chan?"

"Tadi Ylva-sensei memberiku ini sebagai hadiah karena seluruh ulanganku mendapat nilai seratus," balas Shinsuke dengan senyuman lebar.

Eru mencomot satu sushi yang ada di kotak, "Eh, benarkah?"

"Iya. Ylva-sensei sudah berjanji untuk membelikanku sushi di kedai Matsukawa jika aku mendapat nilai seratus saat ulangan," kata Shinsuke.

"Apa iya seluruh nilai ulanganmu mendapat nilai seratus?" tanya Houtarou tak percaya.

Shinsuke mengangguk.

"Mana buktinya? Aku tidak percaya."

"Sebentar!" gadis itu membuka tasnya kemudian mengeluarkan kertas ulangan yang berjumlah 5 lembar. "Ini otou-sama!"

Houtarou terkejut saat melihat seluruh ulangan anaknya yang mendapat nilai sempurna. Baik itu matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris dan pelajaran sastra Jepang.

"Bagaimana? Aku tidak berbohong 'kan?" kata Shinsuke percaya diri.

"Wow, kau benar-benar pintar. Aku bangga padamu, nak!" sahut Houtarou bangga.

"Okaa-sama juga ikut bangga padamu, Shin-chan! Kau anak yang hebat!" Eru memeluk Shinsuke erat lalu melepasnya, "Katakan kau ingin apa untuk hadiahmu?" ia mengelus surai hitam anaknya yang serupa dengan miliknya.

Shinsuke berpikir, "Eum... aku ingin pergi ke Disneyland di Tokyo akhir pekan nanti bersama otou-sama, okaa-sama, dan Matsumoto-san juga!"

"Bisakah kau meminta hadiah yang lain? Aku benci keramaian," protes Houtarou yang notabenya adalah intovert.

"Tentu saja Shinsuke-chan! Kita akan pergi berempat hari Minggu nanti," kata Eru mengiyakan permintaan Shinsuke.

"Kalian berdua sangat suka sekali ya membawaku ke tempat yang ramai," sungut Houtarou.

Shinsuke menjulurkan lidah ke ayahnya, "Ble~~" ia berhigh five ria dengan ibunya, "Janji ya kita akan ke Disneyland bersama?"

"Janji!" sahut Eru.

"Oh iya, okaa-sama!"

"Ya?"

"Besok teman-temanku ingin bermain ke sini, apa boleh?" tanya Shinsuke.

Eru bertanya kembali, "Apakah itu Estella dan lainnya?"

"Hu'um." Shinsuke mengangguk.

"Oh tentu saja boleh. Kenapa tidak?" balas Eru.


"OREKI-SAMA! ERU-SAMA!!!" teriak Matsumoto panik.

Eru menghampiri Matsumoto yang tengah menetralkan napasnya, "Ada apa Matsumoto-san?"

"Gawat! Kediaman ini diserang oleh sekelompok orang yang tak diketahui!" kata Matsumoto panik sekaligus takut, "Mereka semua tengah menuju kemari."

Houtarou langsung bangkit dari duduknya, "Bagaimana dengan penjaga?"

"Mereka semua telah dibantai habis!" raut muka takut terlihat jelas di wajah wanita berusia 32 tahun itu.

"Apa?!" Eru membelalakkan matanya tak percaya.

"Aku sudah menduga mereka akan menyerang cepat atau lambat. Tapi ini terlalu cepat, ini tak sesuai dengan perhitunganku. Arrghh sial!" Houtarou mengacak-acak rambut coklatnya frustasi.

"Apa kita bisa kabur?" tanya Eru.

Matsumoto menggeleng, "Sayangnya jalur kabur milik kita yang mungkin bisa digunakan telah diblokir."

"Diblokir ya?" Houtarou berpikir, "Jika mereka tahu rute kabur milik kita berarti mereka sudah familiar atau telah menghafal seluk beluk rumah ini sehingga mereka bisa mengantisipasi kemungkinan kita untuk kabur."

"Jika mereka mengetahui seluk beluk rumah ini... apa jangan-jangan?!" Eru menggantungkan kalimatnya.

Houtarou terkekeh, "Ah... sepertinya memang orang itu. Dasar sialan..."

"Okaa-sama, kenapa semuanya panik? Apa yang terjadi?" tanya Shinsuke bingung.

Eru mengelus lembut rambut malam Shinsuke, "Tak ada apa-apa 'kok. Hanya masalah teknis, Shin-chan jangan khawatir ya?"

Shinsuke diam mencoba membaca situasi yang ada.

"Sekarang kita harus bagaimana?" tanya Eru berusaha untuk tetap tenang dan memikirkan jalan keluarnya.

Matsumoto membuka kotak tempat penyimpanan berbagai macam benda tajam yang terletak di pojok ruang keluarga, "Karena kedatangan mereka sangat tak terduga dan kita juga tidak memiliki kesempatan untuk kabur, mau tidak mau kita harus melawan untuk bertahan." ia mengayunkan katana yang tersimpan di kotak itu.

Houtarou mengiyakan ucapan Matsumoto, "Ah, kau benar." Pria itu mengeluarkan kapak dan katana yang serupa dengan milik Matsumoto. "Eru sebaiknya kau bawa Shinsuke dan bersembunyilah di tempat yang aman! Urusan orang-orang itu biar aku dan Matsumoto-san yang menangani."

"Benar, serahkan urusan ini pada kami Eru-sama!" kata Matsumoto seraya tersenyum lebar.

Tanpa babibu Eru langsung menarik tangan Shinsuke dan mencari tempat bersembunyi, "Semoga Tuhan melindungi kalian."



Setelah beberapa saat mencari tempat persembunyian yang dirasa aman, Eru pun menemukan sebuah ruangan kecil yang berada di bagian rumah yang sekiranya jarang dikunjungi.

"Akhirnya kita sampai," kata wanita itu sambil mengatur napasnya.

"Apakah otou-sama dan Matsumoto-san akan baik-baik saja?" tanya Shinsuke khawatir.

"Mereka pasti akan baik-baik saja, percayalah!" Eru mencoba menenangkan anaknya, "Sekarang kau bersembunyilah di lemari itu!" ia menunjuk ke arah sebuah almari berukuran sedang.

Shinsuke memeluk ibunya, "Bagaimana dengan okaa-sama?"

"Okaa-sama akan menunggu disini, tubuh okaa-sama tidak pas jika disuruh masuk ke dalam situ Shin-chan," balas Eru sambil mengelus-elus surai malam Shinsuke.

"Lalu, ba-bagaimana jika orang jahat itu menemukan okaa-sama?" air mata mulai turun membasahi pipi gadis itu.

Eru mengusap air mata Shinsuke, "Tenang saja mereka tidak akan menemukan okaa-sama. Ruangan ini berada di tempat yang sangat tersembunyi di rumah ini."

"Tap-tapi..."

"Okaa-sama pasti akan baik-baik saja, tenanglah!" kata Eru seraya tersenyum.

"Janji?" Shinsuke mengajukan jari kelingkingnya.

Eru menautkan jari kelingkingnya dengan milik putrinya, "Janji!"

Kemudian Shinsuke pun segera memasuki satu-satunya almari yang hanya muat untuk dirinya sendiri.

"Anak pintar, jangan terlalu berisik ya? Okaa-sama sangat menyayangimu."


Cup


Eru mengecup dahi Shinsuke sebelum menutup pintu almari.

"Aku juga sangat menyayangimu, okaa-sama." Shinsuke membalas ucapan ibunya saat kegelapan telah memenuhi pandangannya.

"Disini kau ternyata nyonya!"



.



"Siapa kalian?" tanya Houtarou pada dua orang pria berwajah seram yang berdiri di ambang pintu ruang keluarga.

Kedua orang itu tak menghiraukan pertanyaan Houtarou.

"Kutanya sekali lagi, siapa kalian?!" Houtarou meninggikan suaranga.

"Woo woo santai saja bos!" ucap salah satu dari pria itu yang berkepala botak, "Izinkan kami memperkenalkan diri, namaku adalah Miyamura."

"Dan namaku adalah Yoshida. Salam kenal," sahut pria kedua.

Matsumoto bertanya, "Dari mana asal kalian dan siapa yang mengirim kalian kesini?"

"Kami berdua berasal dari sebuah tempat yang sangat menyedihkan," balas Yoshida.

"Dan tidak ada yang mengirim kami." Miyamura menimpali, "Kami berdua kemari karena panggilan jiwa."

"Apa tujuan kalian kemari 'hah?!" tanya Matsumoto lagi.

"Singkat saja. Kami hanya ingin bersenang-senang dengan mencari lawan yang kuat. Dan sayang sekali kami tidak mendapatkannya disini," jawab Yoshida dengan tampang sedih.

"Sudahi omong kosong kalian! Kalian akan membayar karena sudah berani menyerang rumah kami!" teriak Matsumoto murka sambil membuka sarung katananya. Ia dan Oreki pun maju bersamaan untuk melawan dua orang tidak waras itu.

"Sungguh sangat disayangkan aku sedang tidak dalam mood bertarung. Tapi apa boleh buat," keluh Miyamura.

Yoshida mengeluarkan senjatanya yang berupa sebuah belati lalu menerima serangan dari Oreki. Sementara itu temannya, Miyamura mengatasi pelayan wanita itu.


"Oh ayolah, bukannya sudah kubilang kalau aku sedang tidak dalam mood bertarung?" balas Miyamura malas sembari menghindari ayunan katana Matsumoto.

"Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari rumah ini dengan selamat!" Matsumoto terus menerus melangsungkan serangan dengan brutal.

"Oh begitu, ya?"

"Kalian orang-orang brengsek tidak pantas berada disini!" amuk Matsumoto.

Miyamura menguap bosan, "Hoaaaam!"

"Berani-beraninya kau!!!!" merasa diremehkan, Matsumoto semakin kuat melancarkan serangannya.

"Siapa yang mengirim kalian?" tanya Houtarou sembari terus mengayunkan goloknya ke Yoshida.

Yoshida menghindari serangan Houtarou dengan lihai, "Em... entahlah. Bukannya sudah kujawab tadi?"

"Aku bertanya sekali lagi. Siapa yang mengirim kalian?!" Houtarou semakin marah dan melancarkan serangannya secara bertubi-tubi sehingga membuatnya mendominasi pertarungan.

Tiba-tiba, Yoshida muncul di belakang Houtarou dan menusuk kepala pria itu menggunakan kapak milik Oreki yang entah bagaimana berpindah tangan ke Yoshida, "Aku sudah menjawab pertanyaanmu dasar keras kepala," katanya sambil melihat Oreki yang terbaring tak bernyawa.


"BERANI-BERANINYA KAU MEMBUNUH OREKI-SAMA! AKAN KU KIRIM KAU KE NERAKA!!!" amuk Matsumoto kemudian berbalik menyerang Yoshida.


BRUK


Tubuh Matsumoto langsung ambruk ke lantai ketika Miyamura menusuk bagian vitalnya dari belakang menggunakan pisau tajam, "Kau berisik sekali nyonya."



.



"Disini kau ternyata nyonya!" kata seorang pria berperawakan jangkung setelah menggeser pintu ruangan yang digunakan untuk bersembunyi.


Eru membelalakkan matanya terkejut, ia tak menyangka tempat persembunyiannya diketahui secepat ini, "Si-siapa kau?!" tanyanya.

"Aku tak tahu siapa nama asliku. Tapi, orang-orang sering memanggilku Shal. Salam kenal," balas pria itu dengan senyuman lebar.

"M-mau apa kau kemari?" tanya Eru lagi, tubuhnya sekarang sudah gemetar ketakutan.

"Mauku ya?" Shal menjeda kalimatnya, ia berpikir. "Entahlah. Membunuhmu mungkin?"

"S-siapa yang menyuruhmu?"

Shal mengacak-acak rambutnya frustasi, "Ah sial! Aku tidak pintar mengingat nama orang. Kalau tidak salah dia seorang wanita berambut coklat, memiliki dua anak perempuan kembar, hm... apa lagi ya? Sepertinya hanya itu yang ku ingat."

Eru bergumam lirih, "Sudah kuduga itu memang dia."

"Oh, kau mengenalnya ya?" Shal terkejut.

"Ya, aku mengenalnya. Dia sepupuku," jawab Eru. "Jadi bisakah kau mengurungkan niatmu untuk membunuhku?" tanyanya, ia berharap Shal tidak jadi membunuhnya. Soalnya Eru masih sayang dengan nyawanya.

"Tidak. Wanita itu telah menjanjikan sesuatu yang menggiurkan untukku." Shal menolak kemudian berjalan menuju Eru sambil membawa sebuah pisau.

Eru mengajukan penawaran, "Apakah itu uang? Jika iya aku bisa memberikanmu nominal yang lebih besar asalkan kau jangan membunuhku." Dia berjalan mundur ke belakang menjauhi Shal meski tau itu percuma.

"Bukan, hal yang dia janjikan lebih dari sekadar uang." Shal tetap berjalan medekati Eru.

"Apa itu?"

"Aku tak bisa memberitahukannya," ucap Shal menghentikan langkahnya, "Kau sudah terpojokkan nyonya. Menyerahlah!" dia mengangkat pisaunya.

"Ku mohon jangan, aku masih ingin hidup," kata Eru dengan nada permohonan.

"Ma'afkan aku nyonya, aku tidak bisa. Semoga ini tidak membuatmu menderita," kata Shal sambil menusukkan pisaunya tepat di jantung wanita bersurai hitam itu yang membuatnya tewas seketika.


Tak lama kemudian Miyamura dan Yoshida datang ke ruangan tersembunyi itu.

"Oh kau sudah selesai ya?" tanya Miyamura bosan.

"Ya begitulah. Bagaimana dengan pria dan pelayan itu?" Shal bertanya kembali.

"Tentu saja sudah mati. Mereka terlalu mudah untuk dibunuh," sahut Yoshida.

Yoshida membersihkan belatinya yang penuh noda darah dengan serbet, "Sekarang hanya tinggal anaknya ya?"

"Pasti bocah itu bersembunyi entah dimana. Merepotkan sekali!" kata Miyamura kesal.

"Ayo kita cari dan bunuh dia, lalu pulang! Cepat atau lambat bocah itu pasti akan ketemu." Shal berjalan keluar dari ruangan itu diikuti dengan Miyamura meninggalkan Yoshida yang masih berdiri di tempatnya.


Air mata Shinsuke langsung terjun bebas ketika melihat ibunya dibunuh di depan matanya sendiri, lalu mendengar ayah beserta pelayannya telah tewas, dan dirinya yang akan dibunuh cepat atau lambat. Surai malamnya yang indah langsung berubah menjadi putih hampir keseluruhan dan hanya menyisakan warna hitam di ujungnya. Tubuhnya bergetar, ia meringkuk ketakutan di pojok lemari. Gadis itu tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana, kemudian dia melihat sebuah belati tergeletak di sisi lain lemari lalu mengambilnya.

"Akhirnya ketemu juga kau, putri kecil."



.



"Bos, emangnya kita mau kemana sih? dari tadi sore jalan kaki di Ibara kesana-kesini gak selesai-selesai," keluh seorang gadis bersurai senja kepada bosnya yang berjalan tepat di depannya.

"Lo udah capek ya?" tanya laki-laki disampingnya yang tubuhnya dipenuhi perban.

"Ya iya lah capek. Dari tadi aja kita cuma jalan muter-muter Ibaraki tanda tujuan," kata cewe itu kesal.

"Oh gitu ya... Bos, katanya Chuuya capek. Kita tinggal disini aja, ya?" lapor cowo bersurai kecoklatan.

"Kampret lo Dazai!" maki gadis yang dipanggil Chuuya itu.

"Loh katanya capek. Kalo capek ya istirahat, tapi lo istirahat disini sendiri. Gue sama bos lanjut jalan," ledek cowo bernama Dazai.

Chuuya merengut, "Terus gimana caranya gue balik ke Yokohama tolol?!"

"Ya tinggal naik shinkansen atau bis, kalo gak gitu naik taxi. Gitu aja kok dibikin ribet," balas Dazai.

"Lo ya yang bayarin? Gue lagi bokek soalnya," kata Chuuya.

Dazai ngerutin alisnya, "Dih ogah! Mana sudi bayarin cewe cebol dan galak kek lo?!"

Chuuya yang dipanggil cebol langsung ke trigger dan nyoba mukul Dazai tapi gagal karena cowo itu udah ngacir duluan, "SINI LO MANIAK BUNDIR BANGSAT!"

"UWAAA BOSSS GUE DIAMUK CHUUYA! TOLOOONG!!!" Dazai minta tolong ke bosnya dengan nada alay.

"Bisa diem gak kalian?" tanya orang yang dipanggil bos jengkel dengan duo sejoli yang sama-sama tsundere dengan perasaan mereka sendiri.

Seketika duo rusuh itu langsung kicep.

Pria itu berhenti di depan sebuah rumah bergaya tradisional yang sangat besar, "Asal kalian tau, gue nemu sesuatu yang menarik." ia memasukkan tangannya ke jas dokter yang ia kenakan.



"Akhirnya ketemu juga kau putri kecil," kata Yoshida seraya menggeser pintu lemari di ruangan itu, "Aku tahu kau disitu. Kau tidak akan bisa lari lagi kali ini."


JLEB


Shinsuke langsung menusuk leher Yoshida saat pria itu menggeser pintu lemarinya.

"S-sialan kau bocah!" baru saja Yoshida akan melancarkan serangan balasan, Shinsuke berjongkok di atas tubuhnya yang terlentang dan menghujaninya dengan banyak tusukan di tempat acak hingga laki-laki dewasa itu tewas. Setelah memastikan Yoshida mati, gadis cilik itu menghampiri mayat ibunya yang bersimbah darah dengan mata berkaca-kaca.

"Okaa-sama, hiks." Ia memeluk erat tubuh sang ibu yang sudah tak bernyawa seakan tak peduli dengan darah yang menggenang dimana-mana, "Kau jahat okaa-sama hiks. Kau tak menepati janjimu hiks." Dia terus menangisi kematian ibunya yang amat ia cintai.

Setelah puas menangis, Shinsuke melepas pelukannya. "Oyasuminasai, okaa-sama."

Mata emas yang semula hanya memperlihatkan ketakutan dan kesedihan, kini berubah menjadi penuh amarah. Tiba-tiba saja energi besar mengalir deras di tubuhnya.

"Akan kubunuh mereka semua sampai tak tersisa!" dia menyambar karet gelang yang tergeletak dilantai lalu mengikat rambut panjangnya yang saat ini telah berubah warna menjadi putih, tak lupa ia juga mengambil belati miliknya dan merampas anak panah yang kebetulan ada di tas Yoshida. Setelah itu, Shinsuke langsung pergi mencari anggota yang tersisa untuk dibunuhnya.



"Bocah itu ada dimana sih?" tanya Miyamura jengkel karena tak kunjung menemukan Shinsuke dari tadi. Saat ini dia sedang berdiri bersama Shal di ruang tamu.

"Bocah itu bisa kita pikirkan nanti. Yang terpenting sekarang dimana Yoshida? Dari tadi dia belum kembali. Aku khawatir dia sudah dibunuh oleh bocah itu," kata Shal mengada-ada yang sebenarnya memang sudah terjadi.

"Jangan konyol! Mana mungkin Yoshida mati di tangan anak kecil, ugh-" belum saja Miyamura menyelesaikan kalimatnya, di dadanya sekarang sudah tertanam belati yang menusuk langsung di jantungnya.

"A-apa?" Shal berusaha mencerna kejadian sepersekian detik yang terjadi di depan matanya.

Shinsuke mencabut belatinya. Amarahnya semakin menjadi tatkala dirinya tak sengaja jasad ayah dan pelayannya yang tergeletak di lantai dalam posisi mengenaskan.

"Berani-beraninya kalian membunuh keluargaku dasar bajingan sialan!"

Shal membelalakkan matanya terkejut saat melihat aksi bocah di depannya, "B-ba-bagaimana bisa seorang bocah sepertimu membunuh orang dewasa? Dimana Yoshida? Apa jangan-jangan kau telah membunuhnya?!" tanyanya bertubi-tubi.

"Aku tidak terlalu paham dengan apa yang kau katakan. Yang pasti aku akan membunuhmu karena kau telah membunuh keluargaku!" balas Shinsuke.

"Wow wow, jangan emosi ojou-sama. Akan ku jelaskan, sebenarnya aku tak berniat membunuh keluargamu beserta dirimu. Aku melakukannya karena terpaksa," jelas Shal yang jujur saja merasa takut dengan hawa membunuh milik Shinsuke.

"Aku tak peduli. Nyawa harus dibayar dengan nyawa," kata gadis itu. "MATI DAN MEMBUSUKLAH DI NERAKA!" Shinsuke langsung maju menyerang pria berbadan bongsor di depannya.

"Jangan terlalu percaya diri bocah! Kau belum tahu siapa aku-" belum saja Shal mengeluarkan senjatanya, tiba-tiba Shinsuke hilang dari pandangannya lalu menusuk jantungnya dari belakang.

"Kau bajingan telah membunuh okaa-sama di depan mataku. Aku membencimu! Aku tidak akan mema'afkanmu meski kau membusuk di neraka sekalipun." Bocah perempuan tersebut terus mengayunkan belatinya ke tubuh Shal, meski tubuh itu sudah tak bernyawa lagi.

Shinsuke melihat kedua mayat di depannya dengan tatapan penuh kebencian, napasnya terengah-engah. Pandangannya ia alihkan ke arah jasad Houtarou dan Matsumoto, matanya berkaca-kaca. "Otou-sama, Matsumoto-san! Hiks." Dia mendekati dan memanggil nama orang yang disayanginya dengan nada putus asa. Tubuh gadis malang merosot ke lantai karena kakinya sudah tak mampu lagi menahan berat tubuhnya.



"Ara~ ara~ sepertinya aku terlambat," kata seorang pria yang memakai jas dokter memasuki ruang tamu.

"Pemandangan mengerikan macam apa ini?" cibir Chuuya karena melihat mayat dimana-mana.

"Apa ini sungguh dia yang melakukannya?" tanya Dazai kaget sekaligus terheran-heran.

Shinsuke mengacungkan belatinya ke tiga orang tersebut, "Siapa kalian?!"

Pria dengan jas dokter itu tersenyum, "Wah wah, santai saja nona. Kami bukan musuh, kami hanya kebetulan lewat dan mendengar keributan dari sini. Itu saja."

"Aku tanya siapa kalian?!" tanya Shinsuke setengah berteriak.

"Perkenalkan namaku Mori Ougai, laki-laki penuh perban ini adalah Dazai Osamu, sedangkan gadis cebol disana adalah Nakahara Chuuya." Pria itu mengenalkan dirinya beserta kelompoknya, "Dan siapa namamu gadis muda?"


"Oreki Shinsuke."


TBC


Gimana menurut kalian soal masa lalunya mak Kita?


3.745 word

Fyuh, akhirnya...

Rambut mak Kita yang tiba tiba berubah menjadi warna putih itu dinamakan Sindrom Marie Antoinette. Contohnya Kaede Manyuda dari anime Kakegurui

Ma'af panjang soalnya susah buat ngebangun suasanya hanya dengan satu atau dua kalimat. Kalau kalimatnya sedikit, takutnya yang ada malah gak kerasa feelnya dan malah terkesan aneh.

Lanjut gak?

(Mori Ougai – Bungou Stray Dogs)

(Dazai Osamu – Bungou Stray Dogs)

(Nakahara Chuuya – Bungou Stray Dogs)

Continua llegint

You'll Also Like

622K 7.8K 32
YAOI/GAY/HOMO/NFSW/BOYSLOVE (bukan boy pussy) Jangan salah lapak bro, kalo gak nemu cerita yang lo mau di sini pindah aja. Isinya oneshoot atau mun...
7.2M 373K 43
⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ⚠️Rawan Typo! ⚠️Mengandung adegan romans✅ ⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅ Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari d...
75.6K 4.1K 31
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
141K 16.3K 64
Ini Hanya karya imajinasi author sendiri, ini adalah cerita tentang bagaimana kerandoman keluarga TNF saat sedang gabut atau saat sedang serius, and...