Starlit Night - [nomin]

By dazzlingyu

34.9K 3.2K 447

Sepenggal kisah tentang Lee Jeno dan dunianya, Na Jaemin. [nomin short story collection] dazzlingyu, 2020. f... More

1. sembilan belas
1.1. sembilan belas
1.2. sembilan belas
1.3. epilog
2. light my cigarette
2.1. always taste like you
2.2. hoping things would change
3. kamu yang paling bisa
4. my muffin, my pumpkin, na jaemin<3
5. roommate
7. overprotektif
8. classmate
8.1. soulmate
9. the broken leg and those lingering feelings
9.1. all i can do is say that these arms were made for holding you
9.2. i've loved you since we were 18, long before we both thought the same thing
10. si manis na jaemin
11. into your skin
12. merry kissmas
13. last chance
13.1. final chance
13.2. epilog
14. movies
15. nala
16. benefits
16.1. i like u
17. green eyes with malibu indigo

6. pacaran by accident

1.4K 105 30
By dazzlingyu

tw⚠️//🔞
astaghfirullah, takbiran gaes






"Jadi, kalo mau kasih nama alkana, Jeno inget aja cari rantai terpanjang dulu terus lihat cabangnya dimana aja. Namainnya nomor cabang dulu, nama cabangnya, terus nama rantai utamanya. Ngerti 'kan Jen?"

Sore ini, latarnya di perpustakaan sekolah. Jeno sedang mempelajari mata pelajaran yang paling Jeno tidak suka, yaitu : kimia.

Dia lemah banget di pelajaran itu. Padahal, baru mulai belajar, tapi Jeno udah pusing duluan. Kebetulan, temen sekelasnya ada yang jago kimia, jadi Jeno minta tolong dia untuk ajarin beberapa materi.

Penjelasannya enak sih. Singkat, jelas, dan padat. Tapi, gimana Jeno mau fokus kalo yang ngajarin orangnya secantik Na Jaemin?

"Jeno, ngerti 'kan?"

Jeno sontak mengerjap begitu sadar ia tengah terpaku menatap Na Jaemin di hadapannya. Dengan malu, ia mengangguk dan kembali menatap halaman buku yang tengah ditunjuk Jaemin, merutuki dirinya sendiri ketika tak ada satu pun materi yang ia pahami.

Menyadari Jeno yang nampak blank dan ngebug, Jaemin meletakkan penanya perlahan lalu meringis mengusap tengkuknya.

"Aku jelasinnya kurang singkat ya?" Tanyanya, merasa tidak enak.

"O-oh, enggak kok!" Jeno menggeleng kelabakan. "Jelas kok, akunya aja yang lemot."

Tanpa Jeno sadari, Jaemin terkekeh pelan sebelum menarik kursinya mendekat dan meraih kembali penanya.

"Aku jelasin ulang ya? Kalau gak paham, langsung tanya, oke?"

"O-oke..." Jeno menjawab setengah tertegun.

Makin dekat makin keliatan cantiknya, Bro. Jeno gak kuat.

"Jadi gini, Jeno—"

Jaemin terus berkomat-kamit menjelaskan materi yang sebelumnya sambil sesekali meyelipkan anak rambutnya yang sedikit panjang ke belakang telinga.

Jeno mendadak blank lagi sebelum meneguk ludahnya gugup.

Anjrit, cantik banget, sial.

"Nah, begitu deh caranya. Jadi Jeno harus hapal deret homolognya terus—Jen?"

Jeno ketangkap basah sedang memandangi Jaemin dalam jarak kurang dari dua jengkal. Berdeham gugup, Jaemin otomatis mendorong mundur kursinya sementara Jeno yang kepalang malu langsung mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"Pa-paham 'kan, Jen?"

Dia gugup? Batin Jeno menerka.

"I-iya, paham, Na. Aku coba kerjain soalnya dulu, gimana?"

"O-oke," Jaemin mengangguk setuju. "Kalo gitu aku sambil cari buku ya. Kalo ada yang susah, panggil aku."

Setelah mendapat anggukan dari Jeno, Jaemin pun beranjak berdiri dari kursinya, meninggalkan Jeno merutuki dirinya sendiri di balik partisi meja perpustakaan yang lumayan tinggi. Beruntung, supaya Jaemin gak bisa liat wajah merahnya akibat mandangin bibir pinknya barusan.

"Aduh, sial. Mana manis banget kayaknya." Jeno merutuki diri sekali lagi sembari mengacak rambut, menggelengkan kepalanya guna menghapus gambaran bibir Jaemin yang dengan kotornya sempat Jeno bayangkan beberapa menit lalu.

Menggapai pena, Jeno pun mulai mencoreti buku tulisnya. Namun, belum genap empat soal terjawab, kepalanya sudah pusing dan Jeno pun menyatakan dirinya menyerah dengan kimia.

"Loh? Kenapa?" Jaemin datang dengan setumpuk buku di tangan yang lalu ia letakkan di meja sebelah begitu melihat Jeno tepar dengan kepala di atas meja. "Pusing ya?"

Jeno mengangguk dengan bibir dimajukan, buat Jaemin terkekeh kecil melihatnya yang seperti anak anjing.

"Ya udah, kalo gitu kita main tebakan deret homolognya aja, gimana?"

Jeno mengangguk lagi, setidaknya tidak sesulit mengerjakan tata nama.

"Kalo satu apa?"

"Metana?"

"Betul. Dua?"

"Etana."

"Tiga?"

"Propana."

"Wow, bagus! Empat?"

"Butana?"

"Betul. Kalo enam?"

"Heksana? Atau heptana?"

"Yang pertama betul. Delapan?"

"Oktana."

"Pintar! Kalo sembilan?"

Jeno mengernyit berpikir sebentar mencoba mengingat-ingat, "No..."

Namun, pikiran pemuda Lee itu mendadak buyar ketika melihat tatapan berbinar Jaemin yang menunggu jawabannya.

"...Nana..."

"Bet—"

"Cantik banget..."

Jaemin mendadak bungkam sementara Jeno duduk tegak dan melotot kaget. Tadi bibirnya offside!

"E-eh, Na—maksud aku—"

Si manis Na itu langsung berdeham malu sebelum tertawa kecil dan menarik kursinya mendekati Jeno.

"Makasih. Kamu juga lucu, Jeno, hehe."

Aduh, dekat banget!

"Na..." Jeno juga ikut menarik kursi mendekat, bermaksud memperhatikan wajah manis itu lebih dekat karena Jaemin juga nampak tidak keberatan. "Kamu manis banget, deh?"

Jaemin yang tersipu mendadak mengulum bibirnya bermaksud menahan senyuman—meskipun akhirnya percuma dan senyum itu justru terulas begitu indah di wajah cantiknya.

"Jeno mau godain aku ya?" Ia terkekeh, menumpu wajahnya di atas meja menghadap Jeno.

"E-enggak, kamu—beneran manis, Nana."

Jeno sadar jarak wajah mereka kini terlalu dekat. Ia sadar betapa tergodanya dirinya akan bilah tipis sewarna ceri tersebut.

Jaemin pun sadar tatapan mata Jeno kini terpaku pada bibirnya. Ia sadar bahwa ia juga menginginkan pemuda di hadapannya ini.

Mereka berdua sadar hal itu bakal terjadi sebentar lagi dan—yak!

Jeno maju mencium bibir Jaemin duluan.

Jaemin yang merasakan tangkupan tangan Jeno pada tengkuknya pun sontak mengalungkan tangannya di leher Jeno, menikmati bagaimana pemuda itu melumat bibirnya begitu lihai sampai-sampai rasanya tubuhnya hampir meleleh dibuatnya.

Begitu ciuman mereka terlepas, Jaemin menarik napas terengah sementara Jeno yang pegal karena kelamaan menunduk mencium Jaemin pun mengangkat tubuhnya tanpa aba-aba, meletakkannya di atas meja setelah menyingkirkan buku-buku, lalu kembali maju menyerang bibir si manis.

"Mnhhhh—Jen—"

Jaemin mengerang di sela ciumannya ketika Jeno tiba-tiba melesakkan lidahnya memasuki rongga mulutnya, membuatnya kewalahan dan hampir tersedak liurnya sendiri.

Ia memukul dada Jeno bermaksud meminta jeda, yang lalu langsung dikabulkan oleh sang dominan yang kemudian melepaskan ciumannya.

"Wow, Na," Jeno bergumam lirih di depan bibirnya. "You're a good kisser tho."

"Emang," Jaemin terkekeh geli mendengar pujian Jeno dan tersenyum miring seolah mengejek. "Sampai kamu bangun, tuh." Tunjuknya ke celana Jeno.

Jeno mendadak memerah. Bagian bawahnya nampaknya ikutan excited juga karena ciuman Jaemin yang memabukkan.

"Gi-gimana enggak? Gila, kamu jago banget, Na. Mana wangi lagi, aku suka."

Jeno mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Jaemin bermaksud mengendus wanginya. Namun, Jeno bukanlah remaja yang memiliki kontrol diri yang baik, apalagi ketika Jaemin dengan sengaja menggesekkan tangannya ke tonjolan di tengah selangkangannya.

Pemuda dominan itu pun langsung bergerak menciumi lehernya, mulai sedikit menggigit sebelum menghisap dengan nafsu yang tidak bisa lagi dikontrol.

Jaemin melenguh, tubuhnya meremang dan ia dapat merasakan milik Jeno yang kini bergesekan dengan miliknya dari luar celana seragam mereka.

"J-jen—nnhh—jangan tinggi-tinggi... biar gak kelihat—anhh!!"

Jaemin menggigit tangannya berusaha meredam suara, begitu fokus dengan pekerjaan Jeno di lehernya sampai-sampai ia tak sadar kini tangan pemuda itu telah masuk merambati kemejanya.

Si manis itu langsung menegang begitu telapak besar Jeno menyapu permukaan dadanya yang sesitif. Menemukan titik kelemahan Jaemin, Jeno pun menyeringai dan tanpa basa-basi lagi segera melepaskan kancing seragam Jaemin satu per satu setelah mengendurkan dasi yang dikenakannya, menampilkan dada mulus seputih susu dengan kulit sehalus kulit bayi.

"Oh, astaga—shit!" Jeno makin tegang, apalagi dengan pemandangan Jaemin yang begitu seksi; kemeja hampir tanggal, wajah merona dengan bibir bengkak, bercak merah di lehernya, juga kedua kaki yang kini ia angkat mengangkang ke tepi meja.

Robek sudah pertahanan diri Jeno yang setipis kertas.

"Shit, Na. Kamu seksi banget!"

Ia kemudian menatap wajah Jaemin meminta izin, yang lalu langsung diangguki pemuda manis itu, dan Jeno pun maju meraup dadanya.

"Hmmhhh—J-jen, pelan-pelan..."

"Gak bisa, Na. Kamu terlalu seksi, Sayang."

Jaemin tertegun. 'Sayang' katanya?

"A-ahhn—Jen... aku—ahh..."

Jeno terdiam ketika Jaemin mendadak merapatkan kedua kakinya dan tubuhnya terasa gemetar kemudian. Ia pun menjauhkan wajahnya dari dada Jaemin yang juga sudah dipenuhi bercak kemerahan.

Pemuda manis itu kini duduk bersimpuh di atas meja dengan wajah tertunduk malu, kaki dilipat rapat, dan tangannya terjepit di antara kakinya.

"Na, kamu—"

"Engg, Jeno..." Jaemin mendadak merengek, matanya terlihat berkaca-kaca. "J-jeno—hi-hiks!!"

Jaemin menangis, buat Jeno panik dan segera menangkup wajahnya, menghapus air matanya yang mengalir turun membasahi pipinya.

"Gak apa-apa, Na. Gak apa-apa." Ia menepuk-nepuk kepala Jaemin namun pemuda manis itu malah menggeleng.

"Basaahh!" Ia merengek lagi, buat Jeno tak tahan dan kembali maju mencium bibirnya.

"Ya gak apa-apa, Na. Itu 'kan normal..."

"Tapi aku jadi kayak ngompol!" Ia cemberut, membiarkan Jeno menarik tangannya menjauh dan membuka lebar kedua kakinya, menampilkan bercak basah di tengah celana Jaemin.

"Jeenn, kamu sih..." ia malah menyalahkan Jeno. "'Kan aku bilang pelan-pelan, dadaku 'kan sensitif!"

"Ya maaf, aku gak tau."

Jeno meringis merasa bersalah lantas mengancingkan kemeja seragam Jaemin kembali, namun terhenti ketika baru dua kancing tengah yang dipasang karena Jaemin menahan tangannya.

"Mau udahan?"

Pemuda berhidung mancung itu menaikkan sebelah alisnya, "Emangnya mau dilanjut?"

"Emangnya kamu mau pulang dengan keadaan tegang begitu?"

Jeno mendadak bungkam. Jaemin yang terkesan polos dan lugu ternyata frontal begini?

"Nanti aku gak bisa berhenti, gimana?"

"Ya jangan berhenti lah, harus sampai selesai."

Nafsu Jeno mendadak bangkit lagi, apalagi kini Jaemin udah kembali melingkarkan tangan di lehernya. Pemuda tampan itu kemudian sedikit berjinjit untuk melihat sekeliling perpustakaan yang untungnya sudah sepi di sore hari. Penjaga perpustakaan pun entah sedang dimana sekarang.

"Jeennhhh..." Jaemin berbisik di telinganya sembari menghembuskan napas hangatnya, buat tengkuk Jeno meremang ditambah gesekan pada miliknya terasa memperburuk keadaan.

Sial, Na Jaemin memancingnya!

"Jangan salahin aku kalo kamu susah jalan nanti, Na."

Dan tanpa basa-basi apapun lagi, Jeno langsung menggerayangi paha Jaemin sebelum membuka kancing celana abu-abunya, diturunkan resletingnya lalu ditarik lepas bersamaan dengan celana dalamnya yang sudah basah, dibiarkan menggantung tanggung di pergelangan kaki kanannya.

Jeno menyodorkan dua jarinya untuk dikulum Jaemin—dan nampaknya merupakan pilihan yang salah karena celana Jeno jadi terasa semakin sesak.

"Mmhmnhg—Jenoohh..."

"Sst, jangan berisik, Na," Jeno menggulung dasi Jaemin lalu menyumpalkannya di mulutnya. "Takut ada yang dengar, nanti ikutan kepengen."

Jaemin merengut dengan mulut tersumpal, buat Jeno tertawa sebelum meminta izin lagi pada Jaemin sebelum mengerjai tubuhnya.

"Aku masuk ya, Na."

Pemuda manis itu mengangguk sebelum Jeno mendorong masuk satu jarinya, buat tubuhnya terlonjak dan lubangnya mengetat menahan sakit.

"Sshhh, gila... sempit banget, Na. Aku tambah ya..."

Jaemin mengangguk ribut dan langsung memeluk erat Jeno begitu dua jari panjang Jeno menerobos lubangnya, mengobrak-abrik dimaju-mundurkan buat kaki Jaemin sontak menegang menahan kenikmatan. Dasi yang tadinya ia gigit sudah terlepas dari mulutnya dalam keadaan basah dan lusuh.

"U-udah cukup, Jen..." Jaemin bergumam sembari memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menabrak partisi meja, tangannya dengan cekatan melepaskan kancing celana abu-abu Jeno dan menariknya turun dalam sekali sentak.

Jaemin melotot kaget melihat milik Jeno di tangannya yang mungil.

Gila? Lee Jeno??

"Naaa~" Jeno merajuk menggoda. "Belum telat kalo mau berhenti sekarang."

Jaemin mendongak, menatap Jeno yang tengah tersenyum miring padanya seolah menantangnya, seolah sedang meragukan dirinya.

"Kalo udah basah, mending nyebur sekalian." Balas Jaemin, ikut menyeringai sebelum menarik Jeno mendekat dengan melingkarkan kakinya di pinggang si lelaki dominan.

"Oh? Begitu?" Seringaian Jeno makin lebar. "Tapi aku gak bawa pengaman, Na."

"Ya iyalah, siswa mana yang bawa-bawa kondom ke sekolah," Jaemin memutar matanya malas sebelum meraih milik Jeno dan diurut pelan. "Keras banget, Jen."

"Salahin kamu yang seksi banget, Sayang."

Jaemin menegang lagi mendengar Jeno memanggilnya begitu seduktif barusan. Jaemin selalu suka dipanggil dengan pet names yang terkesan imut dan manis. Ia suka dimanja.

"Hngg, ah, Na—cukup. Sekarang buka lebar kaki kamu."

Mendengar perintah Jeno, Jaemin pun menurutinya, makin buat Jeno panas dingin dan otomatis meningkat birahinya.

"Siap?" Tanya Jeno.

Jaemin mengangguk, memeluk Jeno, dan memejamkan matanya, "Pelan-pelan ya, ini pertama soalnya."

Gerakan tangan Jeno mendadak berhenti, buat Jaemin bingung dan menjauhkan tubuhnya sedikit dari si pemuda dominan.

"Kamu yakin rela kalo aku ngambil pertama kamu?" Jeno bertanya ragu, namun diluar dugaannya, Jaemin justru mengangguk begitu enteng.

"Untuk orang yang aku suka, gak apa-apa."

Jeno hampir menerobos masuk jika saja Jaemin tidak berkata begitu barusan.

"A-apa? Maksudnya?"

Si manis itu bedecak memutar mata. Sial, kapan ke intinya kalo Jeno berhenti di tengah-tengah terus??

"Aku suka sama kamu, Jeno. Astaga, beneran lemot ternyata otakmu," Jaemin menggelengkan kepala tak habis pikir.

Ayolah, mereka sudah setengah telanjang dan hampir sampai ke inti tapi kenapa Jeno malah ngebug?

"K-kamu suka sama aku? Ta-tapi, kenap—hmnhh—"

Jaemin melepas ciumannya setelah satu menit mendominasi, menghela napasnya seraya mengerling menatap Jeno.

"Aku tau kamu juga suka aku 'kan, Jeno? Aku sering liat kamu merhatiin aku di—aaahhh~"

Jaemin otomatis menggigit kembali dasi yang dikenakannya, menahan desahannya kuat-kuat supaya tidak keluar terlalu kencang.

"Hngghh—sempit banget..."

Jeno terus mendorong hingga dirinya tenggelam sepenuhnya di dalam tubuh Jaemin. Si manis menarik napas berat, mencoba membiasakan diri dengan Jeno di dalam dirinya.

"Aku tunggu kamu terbiasa."

Jaemin mengangguk sebelum menggerakkan sedikit bokongnya, buat Jeno mengerang dan mencengkram pahanya.

"Ge-gerak, Jen."

Bersamaan dengan permintaan Jaemin, Jeno pun menggerakkan pinggulnya dengan pelan sebelum dinaikkan perlahan temponya, buat tubuh kecil Jaemin terhentak-hentak di atas meja.

Tangan Jeno pun tidak tinggal diam. Sebelah tangannya ia gunakan untuk meremas-remas dada Jaemin sebelum ia lahap pucuk dadanya, buat Jaemin lagi-lagi mengejang geli dan menyempitkan lubangnya.

"Aaahhh!! Nana! Jangan—sempithh, Sayang..."

Jaemin menegang lagi dengan panggilan tersebut, apalagi hisapan Jeno menambah buruk keadaannya. Rambutnya sudah lepek oleh keringat begitu juga badannya yang sedang digerayangi oleh Jeno. Gerakan pemuda dominan itu di bawah sana juga makin membuat rasa panas menggulung di perut bawahnya.

"J-jen—lebih dalam, please..."

"As you wish, Princess."

Rona merah langsung menjalari wajahnya yang pada dasarnya memang sudah memerah. Princess? Oh, Jaemin suka itu.

"Jen!! Itu! Itu—ahmmhhhh—!!"

"Oh, gotcha, Baby."

Jeno terus menumbuk dengan dalam di titik yang sama, buat Jaemin mendongak menahan rasa nikmat sebelum putih menjemput tiga hentakan berikutnya, mengotori membasahi perut dan dadanya.

"Haaahhh..." Jaemin menarik napas dalam mencoba menetralkan deru napasnya.

Jeno masih mendorong di dalam sana, karena ia belum sampai pada pelepasannya.

"Naa, aku... hnggh—sedikit lagi—"

Begitu Jaemin sadar Jeno hampir menarik keluar, langsung ia lingkarkan kakinya di pinggang sang dominan.

"Di dalam aja, Jen." Jaemin berkata sembari menatap Jeno sayu. "Nanti berbekas di karpet."

Dan tanpa pikir panjang karena rasanya sudah diujung tanduk, Jeno menghentak sekali lagi sebelum rasa hangat memenuhi bagian dalam Jaemin. Keduanya mendesah seirama, menderukan napas berat yang nenyiratkan kepuasan.

"Haaah, gila..." Jeno yang membuka suara duluan, menumpu tangan di meja dan menatap wajah sayu Jaemin dengan lamat. "Mukamu, Na. Gimana aku gak tegang? Cantik banget."

Jaemin tersipu, terkekeh pelan mencoba menetralkan dadanya yang berdebar keras sebelum tersenyum menerima kecupan di bibir dari Jeno.

"Nana."

"Ya?"

"Kamu betul, aku emang suka sama kamu," Jeno tertawa pelan, memperhatikan wajah Jaemin yang langsung berubah merah dalam hitungan detik. "Pacaran yuk?"

"Dih, setelah bobol aku baru kamu ngajak aku pacaran?"

"Yang ngegodain siapa duluan?"

"Ya kamu lah, 'kan kamu yang cium aku duluan?!"

"Oh iya, haha," Jeno tertawa ringan, buat Jaemin mendengus pelan. "Gemes banget pacarku. Jangan ngambek dong, Sayang."

"Ish!" Jaemin makin merona hingga leher. Aduh, Jaemin lemah deh kalo udah dipanggil secara manis kayak tadi.

"Terus ini gimana? Kita pulangnya gimana?"

"Cabut dulu lah, Jen. Kita bersih-bersih."

"Ooh, iya," Jeno menarik dirinya lepas dari Jaemin, membuat cairannya otomatis mengalir keluar dari dalam lubang si manis.

"Sama aja, Na. Kena lantai juga." Ia kemudian menegur enteng, melesakkan jarinya begitu saja ke dalam lubang Jaemin bermaksud agar cairannya tidak mengotori karpet perpustakaan dan menyebabkan aroma tidak enak.

"Aahmmnn—!! Jeno!! Jangan main masukin aja dong!!" Jaemin protes keras sembari meraih tisu dari dalam tempat pensilnya, mengelap sendiri dirinya yang kotor.

Pemuda manis itu lalu beranjak turun dari meja setelah Jeno selesai mengenakan kembali celananya. Namun, baru saja menapak di lantai, kakinya terasa lemas karena lubangnya begitu perih ketika dibawa jalan.

"Nah kan," Jeno pun langsung menangkap Jaemin dan membenarkan celana serta mengancingkan kembali seragamnya.

"Aaaaa—sakit banget!!" Jaemin mengerang pasrah. "Jeeenn, sakitt..."

"Makanya 'kan aku bilang, jangan salahin aku kalo kamu gak bisa jalan," cibir Jeno sembari mengangkat kembali tubuh Jaemin ke atas meja lalu membereskan barang-barang mereka. "Mau gimana gendongnya? Gendong depan apa gemblok?"

"Mau gemblok🥺"

Melihat tingkah laku menggemaskan Jaemin, Jeno tidak tahan untuk tidak mencium bibir si manis, menghasilkan decakan sebal dari yang lebih muda.

"Jeno modus!"

"Gak apa-apa lah, sama pacar sendiri ini." Jawab Jeno enteng, tapi sukses buat Jaemin merona tak karuan.

"Ayo pake tasnya."

Setelah Jaemin menggemblok tas, Jeno pun memunggunginya dan Jaemin segera merambat naik ke punggungnya.

"Nanti kalo ada yang nanya gimana, Jen?" Jaemin bertanya was-was ketika mereka sudah sampai depan perpustakaan.

Jeno memakaikan Jaemin sepatu sebelum memakai miliknya sendiri. Ia lantas tertawa dan mengedikkan bahunya cuek.

"Bilang aja jatuh terus keseleo di kamar mandi. Udah, gak usah dipikirin. Yuk, naik. Aku gemblok lagi."

Dan sore itu, Jaemin tersenyum lebar sembari digemblok Jeno. Pasangan yang baru jadi itu tak ada hentinya berceloteh ria sepanjang perjalanan pulang. Padahal jarak rumah mereka dan sekolah lumayan jauh dan biasanya ditempuh dengan angkutan umum. Tapi, demi tuan puterinya, Jeno rela kok berjalan kaki sejauh dua kilometer demi mendengarkan celotehan cerianya.

















Kotor banget gasih anjirr tegang aku nulisnya dua jam kelar🙂🙂🙂🙂🙂🙂hhhh mleyot bgt bayangin nana pas adegan duduk di meja💀🤲

Btw barangkali ada yang bingung, itu deret homolog yang kesembilan 'nonana' gais WKWK jeno ngomongnya kepotong pas no-nana terus karena terpesona sama jaemin jadi kelepasan ngomong🙂🔫

Btw lagi ghes, aku kan baru buat twitter, terus kan banyak yang bikin au ya di twitter. Nah aku kepikiran deh mau bikin au juga di twitter :" (tapi aku belajar dulu ya cara bikinnya WKWK soalnya aku juga gak permah baca au di twt (emang aku agak gaptek anaknya😭))

hayuklah kalo mau mutualan @/dazzlingyuuu (atau klik linknya di bio aku) tapi lumayan jarang aku buka sih WKKW

Nanti abis lebaran aku insyaallah luangin waktu buat belajar bikin au + lanjutin draft draft nomin yang belum kelar hehe (draftku kek banyak bgt gituu gaes karena aku dapet ide melulu, saking banyaknya aku sampe bingung mana yang harus aku realisasikan jadi ff duluan😭 karena aku kalo pub cerita kudu ditulis ampe banyak dulu supaya kalo up bisa sekaligus banyak, biar jalan ceritanya juga gak ngegantungin kalian gt WKWK (gaenak kan digantungin))

Salam nominist gaes🙏
Jangan lupa streaming hot sauce🌶🔥

Oiya lupa besok kan lebaran WKWK

minal aidzin wal faidzin gaess, mohon maaf lahir batin🙏

Continue Reading

You'll Also Like

23.4K 3.9K 22
🎠 ꒰ harem felix ꒱ ━━━ ❝ saya setia untuk tuan felix. ❞ ❝ keluar dari rumahku penyusup! ❞ ••• [ desc.] felix hanyalah seorang manusia yang punya kehi...
64K 5.8K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
21.5K 2.3K 37
┈┈ Jenandra, seorang paranormal yang menyembuhkan setiap pasien yang berurusan dengan hal supranatural. Namun kali ini dia dihadapkan dengan pasien y...
12.2K 780 5
Aku yang terbiasa berada di dekatmu. Aku yang terbiasa bersandar di bahumu. Aku yang terbiasa mendengar suaramu. Aku yang terbiasa mengandalkanmu. Sa...