Bad Association

By _MissLullaby

6.2M 683K 70.5K

[SUDAH TERBIT DAN TIDAK LENGKAP] *** Pembentukan karakter seorang remaja dimulai dari lingkungan sekitarnya... More

s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h s a t u
d u a p u l u h d u a
d u a p u l u h t i g a
d u a p u l u h e m p a t
d u a p u l u h l i m a
d u a p u l u h e n a m
d u a p u l u h t u j u h
d u a p u l u h d e l a p a n
d u a p u l u h s e m b i l a n
t i g a p u l u h
t i g a p u l u h s a t u
t i g a p u l u h d u a
t i g a p u l u h t i g a
t i g a p u l u h e m p a t
t i g a p u l u h l i m a
t i g a p u l u h e n a m
t i g a p u l u h t u j u h
t i g a p u l u h d e l a p a n
t i g a p u l u h s e m b i l a n
e m p a t p u l u h
e m p a t p u l u h s a t u
e m p a t p u l u h d u a
e m p a t p u l u h t i g a
e m p a t p u l u h e m p a t
e m p a t p u l u h l i m a
e m p a t p u l u h e n a m
e m p a t p u l u h t u j u h
e m p a t p u l u h d e l a p a n
e m p a t p u l u h s e m b i l a n
l i m a p u l u h
l i m a p u l u h s a t u
l i m a p u l u h d u a
l i m a p u l u h t i g a
l i m a p u l u h e m p a t
l i m a p u l u h l i m a
l i m a p u l u h e n a m
E N D I N G
INFORMASI
VOTE COVER
GIVEAWAY BAD ASSOCIATION
Spoiler Part BA
Penawaran Spesial
Golden Glorious Awards

d u a p u l u h

106K 14.6K 1.5K
By _MissLullaby

Setelah selesai mengikat tali sepatu, Divney membuka pintu kamarnya, samar-samar terdengar suara obrolan menghiasi sepenjuru ruang tamu.

Dari atas anak tangga, Divney mengintip, dan sedikit tertegun saat menyadari jika yang ada di bawah sana bukanlah juragan kentang, melainkan sekumpulan wanita berpakaian seksi yang berkerja dengan Angelina.

"Sialan, gue ditipu?" gumam Divney.

Memasang wajah kusut, dengan langkah cepat Divney menuruni anak tangga, berjalan menghentak-hetakan kaki melintasi para wanita yang tengah asik mengobrol itu.

Karena pertengkarannya dengan Angelina pagi tadi, membuat Divney hampir terlambat pergi ke sekolah, untung saja ia datang di waktu yang tepat, karena beberapa menit lagi pintu gerbang akan segera ditutup.

Sudah tak aneh bagi Divney, ketika gadis itu berjalan melintasi koridor, semua tatapan tertuju ke arahnya, tak sedikit orang yang mematung mengamati penampilan baru dari seorang Divney.

Tampak pula dari ujung koridor, Bella dan para teman-temannya juga mengamati Divney dengan sangat lekat, tertegun cukup lama, terlebih Tristan yang sampai tidak bisa mengedipkan mata sama sekali. Kecuali Bella, ia tampak biasa saja, bahkan memasang wajah sengit dengan perasaan sedikit cemas.

"Itu si cupu yang biasanya gue ganggu?" gumam Tristan, entah bertanya kepada siapa.

"Iya, itu si Divney," sahut gadis yang lain.

Bella berdecih. "Anjing udah nunjukin tampang aslinya. Setelah berita sebesar itu kesebar, kenapa gak dikeluarin aja, sih, dari sekolah?"

"Maksud lo Divney, Bel?" tanya lelaki di sampingnya.

"Gak salah? Bukannya beberapa waktu terakhir lo suka banget ngebelain bahkan ngebaik-baikin si cupu itu?" timpal Tristan.

Melirik sinis ke arah Tristan. "Kalian itu gak tau apa-apa!" pungkasnya lalu melenggang pergi begitu saja.

***

Sampainya di dalam kelas, mata Divney menerawang ke salah satu meja, di mana seorang lelaki tengah sibuk berkutat dengan buku tebalnya.

Menarik sudut bibirnya, Divney berjalan angkuh menuju ke bangku Devian. Lantas tanpa persetujuan, gadis itu duduk pada bangku kosong di samping Devian begitu saja.

"Pergi," suruh Devian tanpa menoleh, bola matanya masih fokus pada lembar demi lembar buku di tangannya.

"Gak mau!" tolak Divney, malah semakin menyamankan posisi duduknya dengan menyilangkan kaki menghadap ke arah Devian.

"Hei!" pekik Divney kemudian, ketika tiba-tiba Devian mendorong kursi yang di duduki Divney menggunakan kakinya, sampai gadis itu hampir terjungkal ke belakang.

Sekejap Devian menghentikan niatnya, mata elangnya menatap tajam ke arah Divney, ekspresinya masih datar seperti biasanya.

"Pergi," ulangnya penuh penekanan.

Mendengus sebal, akhirnya Divney memilih berdiri dari duduknya, membalas tatapan Devian tak kalah tajam. Kini tatapan seisi kelas telah berpusat kepadanya.

"Duit lo udah gue balikin ke om Aryo," ucap Divney.

Tapi lelaki itu tak menggubris ucapan Divney sedikitpun, dan malah kembali fokus pada bukunya, bertingkah seolah tidak ada gadis yang berdiri di dekatnya yang tengah mengajaknya berbicara.

Merasa kesal karena diabaikan, dengan berani Divney menyahut buku di tangan Devian, dan melemparkan buku itu ke sembarang arah. Bahkan setelah Divney membuang bukunya, Devian tetap tidak bereaksi apapun.

Di waktu bersamaan, semua orang yang menyaksikan langsung bersorak gaduh, bagaimana tidak? Menurut sejarah tentang Devian di sekolah, Divney adalah orang pertama yang berani melakukan hal seperti itu kepada Devian.

"Gue bilang, duit lo udah gue balikin ke om Aryo," tutur Divney mengulang ucapannya.

Menoleh perlahan dengan wajah horror, Devian menatap lurus ke arah Divney, membuat yang ditatap merasa ngeri.

"Terus?" Satu kata berhasil lolos dari bibir Devian, lelaki itu berdiri dari kursinya.

Melirik ke sekitar, kini Divney baru sadar, jika suasana semakin menegang, semua orang terdiam seolah sedang menunggu kelanjutan dari apa yang tengah mereka tonton.

"Terus apa, ya? Gue harus ngomong apa lagi, nih? Ini apa, sih, kalimat yang bikin savage?" batin Divney bingung sendiri.

Diam cukup lama, Divney memejamkan mata rapat-rapat, menghela napas lewat mulut, lalu perlahan kembali membuka mata dengan senyum miring. Baru saja, sebuah ide muncul dalam pikirannya.

"Kasih gue nomor hp lo," pinta Divney.

"Mana hp lo?" jawab Devian spontan, membuat Divney cukup terkejut, tampak pula semua orang yang menyaksikan juga merasakan hal yang sama seperti Divney.

Mengeluarkan ponselnya dari saku, Divney menyorot ragu ke arah Devian.

"L-lo serius?" tanya Divney gugup, rasa tak percaya tergambar jelas di wajahnya.

Devian diam saja, namun anehnya, entah mendapat wangsit dari mana, Divney merasa jika Devian memang akan memberikan nomor ponsel kepadanya.

"K-kalo gitu lo ejain aja, gue yang tulis ... soalnya ini hp baru, 'kan gak lucu kalo ntar tiba-tiba lo banting lagi," ujar Divney, bersiap untuk menulis nomor Devian.

Tanpa basa-basi, Devian menyahut ponsel di tangan Divney begitu saja, mengetikan sesuatu lalu mengembalikannya pada sang empu.

Meneguk saliva, jantung Divney berdetak kencang, mata gadis itu membulat sempurna. Ia benar-benar tidak menyangka, jika Devian akan memberikan nomor ponselnya dengan semudah itu.

Apakah hal itu dilakukan karena Devian merasa bersalah sudah beberapa kali merusak ponsel Divney?

Terlebih untuk seisi kelas, mereka memasang wajah pongo, karena untuk pertama kalinya pula, seseorang berhasil mendapatkan nomor ponsel Devian dengan semudah itu.

Huhh, mereka belum tau saja jika Divney sudah mengorbankan ponsel barunya, hanya untuk mendapatkan sebuah nomor ponsel milik seorang Devian.

"I-ini beneran nomor hp lo, 'kan?" tanya Divney memastikan.

Menghela napas lirih, Devian tak menjawab ucapan Divney, lalu kembali duduk ke kursinya, berkutat dengan benda pipih yang baru saja ia keluarkan dari saku celananya.

Ndrtt... Ndrtt...

Divney menjerit histeris, saat menyadari jika ponsel Devian benar-benar berdering ketika dirinya memanggil nomor yang baru saja diberikan oleh Devian.

Menoleh tajam dengan wajah tak suka. "Gue paling gak suka diganggu," tutur Devian penuh penegasan.

Bukannya takut, Divney malah memasang senyum lebar. "Terserah gue, dong."

"Pergi!" usir Devian.

Divney mendengus lirih. "Halah sok dingin, udahlah tunjukin aja sikap asli lo, emang gak capek apa pura-pura jadi prasasti idup mulu?!"

Devian tetap menyorot tajam ke arah Divney, dan tatapan itu seolah menyuruh Divney untuk segera pergi. Mengerti maksud dari tatapan Devian, Divney malah kembali duduk di samping Devian.

"Gue gak mau pergi," tuturnya.

"Gue bisa aja ngelakuin kekerasan ke cewek," jawab Devian yang langsung mendapat tatapan ngeri dari Divney.

Gadis itu terdiam, mengamati Devian dari atas sampai bawah, lalu menghela napas lirih.

"Gue gak perduli."

"Pergi!"

"Gak mau," kekuh Divney.

Devian berdiri dari duduknya, di waktu bersamaan lelaki itu memukul meja begitu kasar, sehingga membuat Divney memergik kaget sedikit panik, nyali Divney seketika menciut, namun sebisa mungkin gadis itu menyembunyikan rasa ngerinya.

"Pergi, gak?" sahut Devian, tanpa ekspresi namun masih dapat memancarkan aura garang.

"Enggak, gue gak akan pergi!" kekuh Divney. "Sebelum lo mau jadi pacar gue."

Hening, semua orang mematung.

"Yaudah," jawab Devian dengan spontan.

Divney membulatkan mata. "Yaudah apa?"

"Sekarang, lo pacar gue."

To Be Continued....

***
Penasaran gak? Penasaran gak?
Kira-kira bisa gak, ya, tembus 300 komen? Ayo dong yang sider jangan membisu mulu kek perasaan gue ke doi, kasih tanda keberadaan kalian biar Author tau kalian ada, wkwk🤧

Continue Reading

You'll Also Like

5.7M 381K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.1M 61.3K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.4M 129K 61
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
12.2K 707 13
Jangan lupa follow akun ku, ya 18+ ----- Hanya sebuah kisah sederhana dari seorang perempuan di masa - masa mudanya. Perempuan yang bisa dikatakan a...