M A L A M.

By real__seagull

25.4K 4.3K 1.2K

Jaehyun adalah pria yang berprofesi sebagai agen NIS dan Rosie gadis yang memiliki nyctophobia. Ini tentang m... More

Starr-ing:
Malam 01
Malam 02
Malam 03
Malam 04
Malam 05
Malam 06
Malam 07
Malam 08
Malam 10
Malam 11
Malam 12
Malam 13
Cast (Bagian 2)
(Bagian 2) - Malam 14
Malam 15
Malam 16
Malam 17
Malam 18
Malam 19
Malam 20

Malam 09

809 156 71
By real__seagull

Duhh makin semangat nih nulis kalau banjir komentar😌


————————————






Begitu tiba dirumahnya, Rosie memilih untuk langsung duduk di meja makan tanpa berkata apapun pada Jaehyun.

"Hey Google, turn on all the lights and play Falling Like The Stars by James Arthur."

Diluar suara hujan deras dan petir kerap kali menyambar dan membuat Rosie hanya ingin tidur lalu bersembunyi dibalik selimutnya. Namun semua hal itu ia urungkan mengingat Jaehyun masih ada di dalam rumahnya menemaninya.

"Bagaimana perasaanmu?"

Jaehyun berjalan kearah gadis itu dan memberikan segelas air hangat untuk Rosie, sembari menarik kursi yang berada tepat disebelah Rosie untuk duduk.

"Jauh lebih baik." Jawabnya sambil menyesap segelas air hangat yg diberikan Jaehyun.

"Rosie, aku ingin bertanya sesuatu..."

Gadis itu hanya melemparkan tatapan penasarannya pada Jaehyun tanpa mengucapkan apapun.

"Aku perhatikan, setiap phobia kamu datang, Kamu selalu menyebutkan seseorang yang bernama Yuno... Kalau boleh tau Yuno itu siapa?"

Tanpa sadar pertanyaan tersebut menimbulkan senyuman kecil di wajah Rosie dan hal itu membuat Jaehyun menjadi semakin penasaran siapa Yuno yang dimaksud oleh Rosie. Tidak mungkin itu dirinya kan?

Rosie segera izin sebentar untuk ke kamarnya mengambil sesuatu.

Jaehyun menunggu dengan tenang sembari mengeluarkan handphonenya dari sakunya. Sekedar melihat notifikasi yang masuk.

"Taraaaaa~"

Rosie memamerkan sebuah boneka monyet berukuran sedang kepada Jaehyun. Rosie yang sebelumnya terlihat murung tiba-tiba kembali terlihat seperti ter-charge kembali hanya karna sebuah boneka monyet yang ada di genggamannya.

"Ini Yuno, boneka monyet pemberian ibuku sebelum beliau meninggal..."

Asem. Jaehyun mengumpat dalam hatinya.

"Ohh..... hanya boneka monyet ternyata... aku kira apaan."

"Dulu aku pernah memelihara monyet yang kuberi nama Yuno juga. Dia sangat pintar dan selalu bersamaku setiap saat. Mengekori kemanapun aku pergi selama aku masih dalam kawasan rumah. Namun ia tiba-tiba sakit yang sepertinya disebabkan oleh virus ditubuhnya yang tidak aku atau siapapun sadari, 3 bulan sebelum Ibuku meninggal monyet itu pergi lebih dulu meninggalkanku. Aku benar-benar terpuruk dan larut dalam kesedihan selama berhari-hari sampai awalnya ibuku tidak tega melihat kondisiku yang begitu merana hingga ia ingin membelikanku monyet yang sama persis dengan Yuno. Tetapi menurutku melatih monyet tidak semudah itu. Yuno sudah bersama kami selama 8 tahun. Saat aku masih SMP. Ibuku memahami itu ujung-ujungnya ia memberikan boneka yang mirip dengan Yuno ini."

Rose menghentikan ucapannya sebentar, "Coba lihat, Yuno sudah dijahit beberapa kali oleh Jisoo karna ia terlalu sering kusiksa dengan cakaran ku saat aku ketakutan ketika phobia menjengkelkan itu datang." Jaehyun mencondongkan wajahnya untuk mengamati bekas jahitan tangan yang ada di boneka tersebut.

Jaehyun tertawa sarkas, "Oalah begitu ternyata. Kupikir dia seseorang yang sangat berarti, karna namanya terlalu bagus untuk seekor monyet."

Rosie mengerucutkan bibirnya kecewa mendengar tanggapan Jaehyun. "Yuno spesial bagiku. Dia benar-benar monyet yang sangat berarti untukku. Kamu tidak akan bisa merasakan hal seperti itu kalau kamu tidak pernah mencintai binatang sebegitu besarnya."

"Maaf..."

Tidak terdengar lagi kalimat apapun dari kedua orang tersebut. Untuk beberapa saat hanya terdengar suara nafas mereka diiringi dengan suara hujan yang masih deras diluar rumah serta lagu dengan volume kecil yang menghiasi ruangan.


"By the way..." Suara Rosie akhirnya memecah keheningan diantara mereka.

"You just steal my first kiss Jae."

Jaehyun menundukkan kepalanya. Ia paham benar apa yang Rosie katakan. Ia sendiri bahkan sebenarnya terlalu malu untuk sekedar menolehkan kepalanya untuk melirik gadis yang sedang duduk disebelahnya.

"Aku meminta maaf lagi kali ini. Aku tidak bermaksud begitu, aku tadi benar-benar panik melihatmu dan tidak tahu harus berbuat apa."

Rosie memainkan buntut kecil yang ada pada boneka monyetnya karna gugup.

"Then stay with me Jaehyun, till Jisoo return back home. Would you?"

Jaehyun mengangguk menyetujui permintaan Rosie. Gadis itu mengembangkan senyum diwajahnya lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

Selang waktu kemudian Jaehyun memajukan badannya lalu menopang wajah diatas meja menggunakan tangan kirinya sambil memandang Rosie dengan serius. "Apa kamu mau berbagi cerita denganku, tentang bagaimana phobia ini bisa menghantui dirimu?"

Pertanyaan spontan yang keluar dari mulut Jaehyun tentu saja membuat Rosie menjadi tersontak kaget sampai ia sudah kembali meremas bonekanya dengan kuat sebelum akhirnya setetes air mata tiba-tiba kembali membasahi pipinya.

"Gapapa kalau kamu belum siap." Jaehyun membantu menghapus air mata Rosie menggunakan jarinya kemudian menepuk pelan pundak gadis itu.

Jujur saja, membicarakan hal seperti ini sebenarnya masih menusuk hati Rosie begitu dalam karna hal tersebut masih sangat sensitif untuk di diskusikan dengannya. Tapi bagi Rosie, Jaehyun bukan lagi seseorang yang baru di hidupnya. Pria itu sudah menempati posisi sendiri di hati Rosie.

"Aku melihat semua kejadian itu... kejadian dimana aku menemukan hampir seluruh anggota keluargaku sudah tidak bernyawa lagi."





🌒✨🌘




5 Januari 2019.

Pukul 11 malam Rosie terbangun dengan tenggorokan yang kering hingga membuatnya menjadi tersedak ringan karna tenggorokannya yang membutuhkan air.

Dengan setengah sadar Rosie berjalan keluar dari kamarnya berniat untuk turun ke dapur mengambil air mineral. Baru menuruni satu anak tangga Rosie dapat mendengar suara tantenya yang berteriak seperti orang ketakutan.

"Kamu mau ngapain!? Taruh pisaunya kembali ke dapur!"

Rosie mengintip karna takut. Ia dapat melihat tantenya sedang berdiri di pinggir kolam dengan telfon genggam berada di genggamannya.

Rosie kembali turun satu langkah untuk melihat dengan jelas dengan siapa tantenya itu berbicara.

"Jisoo! Kamu kerasukan apasih malam-malam begini!? Jatuhkan pisaumu sekarang!"

Rosie yang terkejut bukan main melihat tantenya dan kakaknya sedang beradu mulut di pinggir kolam membuatnya ingin menghampiri mereka dan mencegah keduanya sebelum sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.

Jisoo yang menyadari Rosie sedang mengintip mereka dibalik tangga. Segera membalik badannya dan berlari menghampiri Rosie.

Tatapan Jisoo saat itu benar-benar menyeramkan hingga membuat Rosie menjadi ketakutan dan berlari kembali ke kamarnya.

Jisoo yang akhir-akhir ini fisiknya terlihat lebih kuat dapat dengan mudah mencegat Rosie yang ingin melarikan diri kemudian menyuntikkan suatu cairan ketubuh adiknya.

"Tante Jin Woo benar-benar jahat Rose. Ia ingin menguasai seluruh harta Ayah lalu ia juga berencana akan membuang kita suatu hari nanti."

Tepat setelah Jisoo mengakhiri ucapannya. Rosie kehilangan kesadarannya. Ia pingsan saat itu juga.




🌒✨🌘




"Esok paginya aku terbangun tanpa mengingat apapun. Semua terasa seperti mimpi."

Rosie menghembuskan nafasnya dengan berat. Kemudian melanjutkan ceritanya.

"Hari itu, aku, Jisoo dan ibuku keluar rumah untuk melakukan staycation di hotel yang terletak dipinggir kota. Kami memang sudah merencanakannya dari jauh hari karna akan ada Midnight Sale di mall yang posisinya disebelah hotel tempat kami menginap. Hitung-hitung untuk menghabiskan waktu bersama. Kami sebelumnya juga sempat mengajak tante Ji Won tapi ia menolak karna mengatakan akan ada acara kantor juga saat weekend nanti. Sementara bibi kami sedang tidak tinggal dirumah untuk beberapa hari karena ia sedang mengunjunginya kerabatnya yang sakit keras di kampung halamannya.

2 hari kemudian kami baru tiba dirumah pada pukul 9 malam. Ibu dan Jisoo langsung masuk ke kamar mereka masing-masing karena sangat lelah. Tersisa aku yang belum tidur karena memilih untuk menghabiskan waktu sebentar di ruang tengah sambil menonton tv dan bermain handphone.

Sebelum masuk kekamar aku berniat mengambil air sebentar di dapur, tetapi pada saat itu aku memiliki feeling yang tidak enak.

Semuanya benar-benar masih terekam jelas di ingatanku.

Aku mengintip di balik pintu kaca dapur yang langsung menghadap kolam renang, dan disitu aku melihat tante Ji Won sudah tidak bernyawa. Ia ditemukan mengapung diatas kolam dengan jubah tidurnya.

Jubah yang sama seperti yang aku lihat pada malam itu. Malam dimana aku melihatnya sedang beradu mulut dengan kakakku."

Rosie mengakhiri cerita pertamanya dengan menghabiskan air yang masih tersisa di gelasnya. Gadis itu kemudian menolehkan pandangannya pada Jaehyun. Lalu ia memandang Jaehyun dengan menggemaskan. Ekspresi Jaehyun seperti sedang mencerna semua kalimat yang baru saja disampaikan oleh Rosie. Seolah-olah ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Mungkinkah Jisoo?

Jaehyun mulai berspekulasi seorang diri di benaknya.

"Hey--" Rosie menepuk pelan pipi Jaehyun. Membantu mengumpulkan kembali kesadaran pria itu.

"Kamu bilang Jisoo menyuntikkan sesuatu kepadamu makanya kamu lupa sama kejadian sebelumnya, kejadian dimana kamu melihat Jisoo dan tantemu bertengkar di pinggir kolam. Tapi kenapa sekarang kamu bisa tiba-tiba ingat?"

"Terapi... Setelah pindah ke sini aku memutuskan untuk mengunjungi psikiater dan 2 minggu sekali aku melakukan terapi..."

Jaehyun memicingkan matanya pada Rosie karna sebuah teka-teki yang tiba-tiba tersusun dibenaknya, "Jadi kamu....?"

"Iya... itu sebabnya, kenapa aku mengingat semua dengan jelas kenangan buruk itu, dan aku juga melihat dengan langsung siapa orang yang sudah membunuh tante, bibi, dan juga ibuku."

Kali ini Rosie menghadapkan tubuhnya pada Jaehyun. Menatap Jaehyun dengan penuh harap.

"Pada awalnya, seseorang yang kumiliki sekarang hanya Jisoo untuk melalui masa-masa sulit ini. Tetapi setelah membagi cerita ini sedikit denganmu, sepertinya aku akan mulai menggantukan diriku padamu. Is it okay?"

Jaehyun mulai memandang Rosie dengan perasaan iba. Ia sadar, ia tidak mungkin bertanya lebih dalam lagi soal siapa orang yang sudah membunuh keluarga gadis itu... dan bagaimana cerita bibi dan ibunya sampai bisa terbunuh dalam waktu yang berdekatan.

"It's okay, You can count on--"

Ucapan Jaehyun harus terpotong karna tiba-tiba suara pintu rumah Rosie terdengar dibanting dengan keras dan membuat Jaehyun juga Rose sampai tersentak kaget.





"ROSIE!"

Wajah Jisoo terlihat begitu panik saat ia membuka pintu rumah mereka.

"Unnie? Ada apa??" Rose berdiri dari kursinya karna terbawa suasana yang ikut panik melihat ekspresi Jisoo.

Jisoo berjalan kearah Rosie dengan lemas kemudian ia membawa adiknya kedalam pelukannya. "Syukurlah... kukira kau sendirian dirumah—"

Rose tersenyum senang tetapi sesaat kemudian ia menyembunyikan wajahnya dibalik pundak Jisoo.

"Kenapa pintunya tidak ditutup...."

Jisoo yang kelupaan akan hal itu segera meminta tolong pada Jaehyun untuk menutup pintu rumah mereka.

"I'm safe with him. Don't worry sist."

Jisoo melepaskan pelukannya dari Rosie. Kemudian tersenyum kearah Jaehyun.

"Terima kasih sudah menemani anak merepotkan ini~"

Rosie tertawa malu kemudian mencubit gemas lengan Jisoo. "Ish!"

"Bukan apa-apa.... karna sekarang kakakmu sudah datang, aku izin pulang sekarang ya."

Jisoo menganggukkan kepalanya merespon ucapan Jaehyun. Sementara Rosie terlihat berjalan cepat keruang tengah untuk mengambil payung disana.

"Pakai ini." Rosie menyerahkan payungnya pada Jaehyun.

Jaehyun menggeleng, menolak. "Tidak usah, aku kan naik taksi..."

Rosie mendesah kesal, lalu meraih tangan Jaehyun dengan paksa untuk menyerahkan payung pada pria itu. "Bawa aja. Supaya nanti ada alasan ketemu." Rosie mengakhiri kalimatnya dengan menjulurkan lidahnya pada Jaehyun.

Jaehyun tertawa pelan, "Hobi banget sih,"

Rosie mengerutkan dahinya bingung, "Hobi apaan?"

"Hobi banget bikin orang gemes."

Rosie tersenyum lebar lalu ia dengan sengaja menjatuhkan kepalanya di bahu Jaehyun. Salting.

"Eh..eh.. eh! Belum resmi udah nempel-nempel aja."

Jisoo menarik sedikit ujung baju Rosie agar gadis itu mundur beberapa langkah dari Jaehyun.

"Tapi tadi—"

Dengan cepat Jaehyun segera mencubit gemas kedua pipi Rosie karna panik kemudian ia membelalakkan matanya sambil melemparkan senyuman badutnya pada Rosie seolah mengatakan;

Jangan diungkit-ungkit.

Rosie tidak mau kalah, ia juga balik mencubit pelan pipi Jaehyun sambil terkekeh jahil.

"Stop doing that cute shit things in front of me you two!!!"





🌒✨🌘





"OMG. My jaws just dropped."

Doyeon menunjuk kearah rahang mulutnya yang menganga lebar setelah mendengar informasi yang di bagikan Jaehyun malam ini.

"Aku ingin bertaruh bahwa Jisoo adalah dalang dibalik semua hal mengerikan itu....

Tapi entah mengapa hatiku kok menolak ya?" Eunwoo mengacak rambutnya karna frustasi.

Jujur saja, memiliki teka teki yang belum terpecahkan selama berhari-hari akan membuatmu sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak.

"Tapi kita tidak bisa menuduh Jisoo sembarangan karna kita belum memiliki bukti yang kuat. Ditambah lagi ini semua hanya berlandaskan omongan Rosie." Sahut Jungkook dengan nada serius.

"Rosie berpeluang besar menjadi saksi. Jangan remehkan hal itu." Ungkap Johnny.

Kini semua mata tertuju pada Jaehyun. Seolah-olah mereka semua menunggu pendapat pria itu.

Jaehyun mengusap-usap dagunya dengan gusar, setelah itu ia menghela nafas dengan berat,

"Aku bahkan tidak ingin percaya jika sampai Jisoo adalah psikopat yang semenyaramkan itu. Lagian juga sudah ada hal yang menyangkal pendapat Eunwoo kan? Rosie mengatakan bahwa ia melihat siapa orang yang sudah membunuh ibunya, dan jika Jisoo adalah orangnya ia tidak mungkin dapat bertahan lama, tinggal satu atap dengan kakakknya yang ternyata psikopat kan?"

"Jisoo juga tidak mencurigakan sama sekali... Ia seperti seseorang yang tidak memiliki jejak kriminal. Apalagi jika itu berhubungan dengan keluarganya." Imbuh Doyeon.

Johnny menghabiskan bir kalengan yang berada di genggamannya, kemudian ia meremas kaleng bir tersebut hingga remuk.

"Santai saja, kalian masih punya waktu 5 bulan untuk memecahkan kasus ini. Aku bisa membantu kalian memecahkan teka-teki ini kurang dari sebulan."





🌒✨🌘




Yeri melirik kalender di samping mesin kasir. Tanggal 2 agustus. Waktunya sisa 1 bulan lagi. Ia mendesah pelan. Lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela tempat kerjanya. Padahal langit pagi ini begitu cerah, tapi ia merasa kurang bersemangat untuk melakukan aktifitas.

Pintu kedai kopi terdengar berdecit. Pelanggan pertama pagi ini sudah datang. Yeri menyapa seorang pria paruh baya yang baru masuk dengan sopan sambil menunjukkan senyum cerianya. Tentu saja ia melakukan hal tersebut semata-mata untuk professionalisme saja. Sebab ia sudah menentukan moodnya hari ini. Yaitu, cemberut.

"Selamat pagi, ingin pesan apa pak?"

Pria tua itu membaca menu yang ada di hadapannya dengan serius. Lalu ia menunjuk salah satu menu yang tertulis tanpa berkata apapun pada Yeri.

"Hazelnut coffee pak?"

Pria itu mengangguk, kemudian berjalan ke display cooler yang menampilkan beberapa variant kue dan dessert yang disajikan di kedai kopi ini.

Ia kemudian menunjuk salah satu kue yang terpampang disana lalu mengisyaratkan pada Yeri bahwa ia ingin kue itu dua buah.

"Crofflenya 2 ya sir? Mau pakai ice cream atau tidak?"

Pria itu hanya menggeleng sambil memerhatikan total yang harus ia bayar di mesin kasir.

"Hazelnut coffe dan 2 croffle totalnya, £10."

Setelah menyerahkan uangnya pria itu langsung keluar begitu saja, menarik salah satu kursi di area outdoor kafe tanpa mengucapkan apapun pada Yeri.

Yeri mendengus sebal lalu memerhatikan pria itu dengan sinis.

"Dikasih mulut sama tuhan tapi gak digunakan sebaik mungkin. Bikin mood orang makin jelek aja."

Zack yang sedari tadi hanya berdiam di depan mesin kopi dan memerhatikan sikap Yeri hari ini, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tidak ingin berkomentar apa-apa. Setelah gadis itu menyerahkan struk pesanan pria itu pada dirinya, barulah Zack segera melakukan pekerjaannya. Menyiapkan kopi milik pria tua itu.

"Orang-orang kenapa sih hari ini pada diem." Gerutu Yeri yang kali ini melemparkan tatapan sinisnya pada Zack.

Zack memilih fokus menyiapkan kopi milik pelanggan pertama mereka hari ini dan tidak menghiraukan Yeri.

Pintu kedai kembali terbuka. Seorang pria menggunakan hoodie hitam dan celana jeans berwarna hitam, dengan menenteng tas laptopnya. Melangkah masuk kedalam kedai kopi.

Yeri hapal benar pelanggan setia yang datang hari ini. Dan pesanannya tidak pernah berubah.

"Zack Vanilla latte satu!" Seru Yeri bahkan sebelum pelanggan yang baru masuk tadi mengatakan apapun pada Yeri.

Pria itu memandang Yeri sambil tersenyum heran. "Loh sudah hafal?"

Yeri tersenyum sombong kepada pria yang berdiri dihadapannya dan tidak lain adalah Jungkook. "Mau gimana lagi, pesananmu cuman itu-itu saja."

Baru mau menepis ucapan Yeri, handphone Jungkook tiba-tiba berdering. Dan ia meminta Yeri untuk menunggu sebentar.

Karena pesanan pelanggan sebelumnya sudah selesai dibuat oleh Zack, Yeri mengantar pesanan pria tua tadi lebih dulu.

Setelahnya Yeri sudah mendapati Jungkook menyelesaikan panggilannya dengan seseorang di telfon.

"Bulan depan kamu ada waktu?" Tanya Jungkook sambil menyerahkan uangnya pada Yeri.

"Tanggal?"

"Dua. Kamu suka Ariana Grande kan? Ayo nonton konsernya bersama." Jawab Jungkook tanpa basa basi. Dan tentu saja itu membuat Yeri bingung sekaligus curiga.

"Tau darimana aku suka Ariana Grande?"

"Setiap aku kesini pasti sebagian besar lagu yang sedang diputar lagu Ariana, lockscreenmu Ariana, bahkan sekarang kaos yang km pake juga merchandise Ariana kan?" Penjelasan dari Jungkook kali ini cukup menggelitik Yeri ia sampai tertawa malu hingga menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya.

"Aku mau. Banget. Tapi aku gak bisa..." Yeri mengerutkan wajahnya karna kecewa.

"Kenapa?"

"Aku sebenarnya sudah tau Ari akan konser tanggal segitu, namun yang tragic adalah aku memiliki agenda ditanggal itu. Tapi aku sendiri juga benar-benar SANGAT AMAT INGIN datang ke konser Ariana,"

Jungkook mengangguk paham.

"Yasudah kalau gitu. Aku jadi lebih hemat."

Respon Jungkook membuat Yeri jadi memelototi pria itu dengan sebal, "Kok gitu sih!!"

"Jadi harusnya aku gimana? Nyuruh si Ariana Grande nunda konsernya untuk kamu?"

Yeri mendesah berat, "Harusnya kan responmu bisa gini 'Tenang aja Yer, aku akan bantu kamu cari cara supaya bisa nonton konser Ariana dulu.'

Atauu... 'Gakpapa-gakpapa nanti aku temenin kamu nonton konser Ariana yang di Manchester.'

Atau apa kek kata-kata menghibur lainnya..."

Jungkook sontak langsung tertawa kemudian mengejek Yeri menggunakan tatapannya yang sangat menyebalkan bagi Yeri.

"Idihh emang kamu adikku atau pacarku yang sampe aku harus hibur segala gara-gara gak bisa nonton konser Ariana? Hahahahah"

Yeri mengepalkan tangannya dengan marah, wajahnya mulai memerah karna Jungkook sukses membuat moodnya semakin hancur pagi ini.

"Nyebelin!! Just get lost from my face a.s.a.p!!!"

Jungkook tertawa sarkas lalu mengacak-ngacak pelan rambut Yeri sebelum ia pergi dari hadapan gadis itu. Ia kemudian mulai bersiul, menggoda Yeri yang sepertinya ingin meledak kapan saja ia mau.

"Right now i'm in state of mind~
I wanna be in like all the timeeee~
Ain't got no tears left to cry ayyyy~"

Yeri melampiaskan amarahnya dengan memukul-mukul kesal meja kasir.,

"JUNGKOOK SHUT UPPP!!!"




🌒✨🌘



Sementara itu...

Disebelah barat daya kota Cambridge. Ada Jisoo yang baru turun dari mobilnya dan berjalan santai memasuki toko penjual tanaman yang menyediakan berbagai macam aneka tanaman hias, bunga-bunga dan beberapa perlengkapan seputar bercocok tanam.

"Selamat pagi sir,"

Penjual tanaman toko itu menghampiri Jisoo dengan seringai senyumnya dan menyapa Jisoo dengan ramah. "Mau cari apalagi nih pagi-pagi?"

"Katanya, janda bolongnya sudah sampai ya?"

"Ohh iyaa dong, itu ada didepan."

Penjual tersebut menuntun Jisoo untuk berjalan menghampiri tanaman yang dimaksud.

"Ini janda bolong yang jenis monstera obliqua neng, harganya hitungan perdaun. Satu daun kena £250 (sekitar 5 juta rupiah)"

"Perawatannya gampang kan tapi? Lagi hits banget ini di komunitas pecinta tanaman sir."

"Tentu saja, nyiramnya paling 1/2 minggu sekali beres neng..."

Jisoo mengangguk paham kemudian memerhatikan pot mana yang akan ia adopsi untuk dibawa pulang.

"Pilihan yang bagus karna, untuk jenis yang itu susah beranak pinak. Di negara asalnya aja udah jarang ditemuin."

Jisoo menoleh kaget begitu menyadari suara seorang pria tiba-tiba bergabung dengan percakapan antara dirinya dan sang penjual tanaman.



"Johnny?"


Si penjual menatap Jisoo dan Johnny bergantian, "Loh saling kenal kalian?"

"Loh sir tau dia?" Tanya Jisoo lebih heran lagi.

"Oh jelas, orang dia karyawan saya."

Begitu mendengar ucapan si penjual Jisoo langsung memerhatikan Johnny dari atas sampai bawah. Pria itu memang mengenakan sepatu boots dan celemek khas gardener tidak lupa sarung tangan plastik yang sudah terpasang di tangannya.

"Kok aku baru liat siih?"

"Dia baru saja kerja disini, belum satu minggu neng." Jawab sang penjual dengan enteng.

Sementara Johnny hanya memandang Jisoo dengan terkesima, yang tentu saja itu hanya membuat lutut Jisoo serasa melemas.

"Aduh sir, kayaknya saya akan berkunjung kesini tiap hari kalau gini ceritanya." Ucap Jisoo dengan sadar disertai matanya yang berbinar karna terlalu sibuk fokus dengan pria tampan yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

"Buat apa neng? Mantengin janda bolong?" Tanya si penjual dengan polos.

"Gak sir. Mau mastiin karyawan barunya belum ada yang punya."

Johnny langsung tertawa lepas mendengar ucapan Jisoo yang sangat blak-blakan itu.

"Eh, jangan ketawa gitu dong kamu..."

Johnny kali ini menutup mulutnya untuk menahan tawanya sambil memandang Jisoo dengan bingung.

"Kenapa?"

"Makin berasa mudah digapainya."

Johnny menutup matanya karna terlalu malu kali ini. "Hahahahahhaha! Oh my Jesus christ.. Park Jisoo!"

















































Punten... Iklan🙏🏼






























🌒✨🌘




Malam ini Rosie sedang menikmati ayam yang ia panggang di oven sambil menikmati segelas thai tea dan menonton serial Vincenzo di netflix. Tapi tiba-tiba konsentrasinya jadi buyar karna Jisoo yang terus melompat-lompat atau menari ballet dengan asal-asalan dan melintas di hadapannya berkali-kali.

"Ngapain sih!?? Orang lagi nonton juga!"

Setelah tingkah laku capernya akhirnya dinotice oleh adiknya Jisoo segera duduk riang disamping Rosie sambil menyunggingkan senyuman lebarnya kearah Rosie.

"Rosie.... akhirnya!" Seru Jisoo greget sambil meremas bantal sofa yang ada di pangkuannya.

Rosie mem-pause filmnya. Tidak ingin ketinggalan sedetik pun scene serial Vincenzo.

"Akhirnya kenapa?"

Jisoo memukul-mukul pelan bantal sofa kemudian menunjukkan handphonenya yang sedang terkunci kearah Rosie.

"Ada apa dengan hpmu?"

Jisoo tersenyum sombong tapi masih memancarkan aura yang sedang berbunga-bunga.

"Dalam hitungan,


3...





2..





1.."





Johnny is calling...





Rosie tersentak dari posisinya dan langsung menatap Jisoo dengan kaget.

Matanya membulat dan mulutnya menganga lebar karna shock.

"KOK BISA!?"

Jisoo menggigit bibirnya sambil berjoget-joget kecil diatas sofa.

"Unnie mengenalnya sejak kapan!? Kok gak ada cerita!!?" Rosie mengguncang tubuh Jisoo antara  terkejut, heran, tapi ikut senang melihat kakaknya bahagia seperti sekarang ini.

Jisoo menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya, lalu mengintip Rosie dibalik sela-sela jarinya.

"Kau ingat tidak seorang pria yang kulihat dipemakaman Ayah dan Tante saat itu? Yang aku ceritakan itu!! Yang tidak bisa kulupakan!! ITUUU JOHNNYYYY!!!!!" Jisoo menyaringkan suaranya karna benar-benar excited menceritakan semua ini pada Rosie.

"Aku harus mengangkat telfonnya dulu! Entar keburu mati. Nanti aku cerita lagi mwaaahh."

Jisoo segera beranjak dari duduknya kemudian berlari masuk kedalam kamarnya bersiap untuk mengangkat telfon dari Johnny.

Rosie terus memandang Jisoo dengan senyumnya yang masih terpajang diwajahnya hingga punggung Jisoo tidak lagi terlihat dimata Rosie, dan senyumannya mulai memudar lalu menghilang dari wajahnya.

Rosie menundukkan kepalanya. Matanya mulai berkaca-kaca. Beberapa kenangan yang sudah ia kubur dalam-dalam kembali hadir di ingatannya. Kini berjalan mondar-mandir sambil menggigit-gigit bibir atau kukunya adalah kebiasaan Rosie yang ia lakukan ketika ia sedang gugup dan mengharuskannya untuk berpikir.

Rosie memutuskan untukcmengambil handphonenya di atas meja kemudian membuka kontak untuk menelfon seseorang.

Hening sejenak, seseorang diseberang sana akhirnya mengangkat panggilan Rosie.








"Besok bisa ketemu? Ada yang ingin kusampaikan."






🌒✨🌘





Bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian...

But anyways,



meet ONE as Zack😜

Continue Reading

You'll Also Like

7.2M 352K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
553K 21.3K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
892K 84K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...