Bad Association

By _MissLullaby

6.2M 683K 70.5K

[SUDAH TERBIT DAN TIDAK LENGKAP] *** Pembentukan karakter seorang remaja dimulai dari lingkungan sekitarnya... More

s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u
d u a p u l u h d u a
d u a p u l u h t i g a
d u a p u l u h e m p a t
d u a p u l u h l i m a
d u a p u l u h e n a m
d u a p u l u h t u j u h
d u a p u l u h d e l a p a n
d u a p u l u h s e m b i l a n
t i g a p u l u h
t i g a p u l u h s a t u
t i g a p u l u h d u a
t i g a p u l u h t i g a
t i g a p u l u h e m p a t
t i g a p u l u h l i m a
t i g a p u l u h e n a m
t i g a p u l u h t u j u h
t i g a p u l u h d e l a p a n
t i g a p u l u h s e m b i l a n
e m p a t p u l u h
e m p a t p u l u h s a t u
e m p a t p u l u h d u a
e m p a t p u l u h t i g a
e m p a t p u l u h e m p a t
e m p a t p u l u h l i m a
e m p a t p u l u h e n a m
e m p a t p u l u h t u j u h
e m p a t p u l u h d e l a p a n
e m p a t p u l u h s e m b i l a n
l i m a p u l u h
l i m a p u l u h s a t u
l i m a p u l u h d u a
l i m a p u l u h t i g a
l i m a p u l u h e m p a t
l i m a p u l u h l i m a
l i m a p u l u h e n a m
E N D I N G
INFORMASI
VOTE COVER
GIVEAWAY BAD ASSOCIATION
Spoiler Part BA
Penawaran Spesial
Golden Glorious Awards

d e l a p a n b e l a s

109K 13.9K 830
By _MissLullaby

"Itu si cupu yang biasanya cari gara-gara, 'kan?"

"Kok jadi gitu?"

"Jadi ... berita viral di grup sekolah yang udah di hapus itu, beneran?"

"Jadi dia beneran badgirl yang dikeluarin dari sekolah lamanya gara-gara bully anak kepala sekolah?"

"Kayanya iya, deh, liat aja penampilannya sekarang."

"Eh, tapi kok dia arah ke sana? Mau ke mana?"

"Bolos kali ...."

Meskipun suara gosip tentangnya terdengar di mana-mana, Divney tidak perduli, gadis itu berjalan menyusuri koridor dengan dagu yang terangkat tinggi.

Kini sudah tidak ada lagi rambut kepang kuda yang menghiasi kepalanya, tak ada lagi kaca mata tebal yang membuat risih pandangannya, Divney berjalan angkuh, bak seorang model yang tengah catwalk di karpet merah.

"Div, tungguin gue!" teriak seseorang dari kejauhan, mengejar langkah Divney.

Tanpa menoleh, gadis itu sudah tau siapa yang memanggilnya. Cakra, kenapa lagi lelaki itu mengikutinya?

"Gue mau pulang," ujar Divney di sela langkahnya.

Setelah langkah mereka sejajar, Cakra merangkul bahu Divney dari belakang.

"Gara-gara berita di grup? Bukannya udah di hapus sama admin?"

Divney berdecak, mencoba untuk melepaskan tangan Cakra dari bahunya, namun lelaki itu tetap kekuh merangkul bahu Divney.

"Yakin mau pulang?" tanya Cakra, dan hanya dibalas deheman oleh Divney.

"Gue juga mau bolos, lo ikut gue aja," ajak lelaki itu, belok ke arah parkiran, menuju sebuah mobil berwarna hitam miliknya.

Tak banyak bicara ataupun penolakan, Divney hanya pasrah mengikuti Cakra. Karena yang ia butuhkan saat ini hanyalah menghilangkan badmood. Dan Divney tau, Cakra bisa membantunya.

Saat dua insan itu sudah hampir mendekati mobil, seseorang menghadang langkah mereka. Yang sontak saja langsung menghentikan langkah Divney dan Cakra.

Sekejap Divney berdecih, melangkah maju, berdiri tepat di hadapan Devian. Melipat tangan ke depan dada, Divney tersenyum kecut ke arah Devian.

"Gue tau ini semua ulah lo. Sekarang, lo udah puas, 'kan? Soal duit lo, jangan khawatir, besok bakal gue balikin," ujar Divney, memasang wajah angkuh.

Tak menjawab, Devian hanya menaikan satu alisnya. Menyorot bingung ke arah Divney, namun tidak terlalu diperlihatkan.

Divney mengeluarkan ponselnya, menyodorkan benda pipih itu kepada Devian.

"Sekarang kasih gue nomer hp lo," pinta Divney kemudian.

"Ogah," jawab Devian dengan spontan.

Menautkan alis, Divney berdecak kesal. "Lo pikir setelah semua ini gue bakal lepasin lo gitu aja? Gak akan, lo harus terima balesannya. Kalo sampe gue dapet masalah dari nyokap gue karena ulah lo ini ... sumpah, lo bakal nyesel sampe mati!"

Setelah mendengar penuturan Divney yang sama sekali tidak ia mengerti, Devian tetap memilih untuk diam saja, matanya kian tajam menatap Divney.

Hingga tiba-tiba Divney meraih tangan Devian, lalu memberikan ponselnya kepada Devian.

"Kasih nomor hp lo!" kekuh Divney.

"Buat?"

"Buat mempermudah gue supaya lo cepet jatuh cinta ke gue."

"Div!" Cakra yang sejak tadi hanya berdiri, melihat perdebatan antara Divney dan Devian menyahut, lelaki itu maju menarik lengan Divney.

"Sssttt!!!" Divney malah membungkam bibir Cakra menggunakan jari telunjuknya.

Menghempas jari Divney, Cakra menatap cemas ke arah gadis di hadapannya. "Lo gila, ya?"

Tersenyum miring, Divney mendekatkan bibirnya ke telinga Cakra. "Gue rasa lo bener ... gue bakal buat nih cowok jatuh cinta ke gue, dan setelah itu gue bakal mainin perasaannya. Itu balasan yang setimpal, 'kan? Karena menurut gue, rasa sakit yang sesungguhnya itu dikhianati sama orang yang paling dicintai, apa lagi dibohongin sama seseorang yang paling dipercayai."

Divney terkekeh, lalu berbalik badan hendak menghadap ke arah Devian lagi, namun Cakra buru-buru menahan lengan kurus Divney sampai gadis itu kembali menghadapnya.

"Gak! Jangan," sahut Cakra, kali ini nada bicara serta ekspresinya menunjukan bentuk keseriusan.

Terdiam beberapa saat, Divney mengernyitkan dahi, lalu kembali tertawa. "Lo gak lagi kesambet, 'kan? Aneh banget, biasanya lo yang paling seneng kalo gue ngelakuin hal-hal kaya gini."

"Enggak untuk berurusan sama cowok brengsek kek dia," ujar Cakra penuh penekanan, kini matanya menatap tajam ke arah Devian yang masih berdiri mengamatinya dan Divney.

Meneguk saliva, entah kenapa Divney merasa ngeri saat untuk pertama kalinya ia melihat Cakra seserius ini. Perlahan Divney menoleh ke belakang, dan semakin bergidik ngeri saat menyadari jika ternyata Devian juga membalas tatapan tajam Cakra.

Ada apa dengan mereka berdua? Kenapa Divney merasa, jika Devian dan Cakra seperti memiliki dendam kesumat antara satu sama lain?

Menyentuh pundak Cakra. "K-kalian udah saling kenal?" tanya Divney ragu-ragu, dengan suara lirih kepada Cakra.

Cakra tidak menjawab pertanyaan Divney, matanya masih tertuju ke arah Devian. Hingga beberapa saat kemudian, suara benda terbanting langsung menarik perhatian Divney.

"Hp gue!" jerit Divney dengan mata membulat.

Baru saja Devian sudah membanting ponsel Divney yang berada di genggamannya, dan dengan tanpa rasa bersalah lelaki itu melenggang pergi begitu saja.

"Lo cewek cupu, jangan berpikir buat bolos," ucap Devian di tengah langkahnya, tanpa menoleh sedikitpun.

Divney yang sudah dalam posisi jongkok, memunguti retakan layar ponselnya, lantas mendongak sengit menatap punggung Devian yang semakin menjauh.

"Cowok gak ngotak! Udah yang ke-dua kalinya lo rusakin hp gue! Kali ini gue gak bakal kasih lo kesempatan lagi, secepatnya lo bakal bertekuk lutut di bawah kaki gue!" jerit Divney. "Dan satu lagi, gue udah bukan cewek cupu!"

Tak menggubris ocehan Divney sama sekali, Devian malah semakin mempercepat langkahnya. Sedangkan dari belakang, Cakra meraih tangan Divney, menatih gadis itu untuk kembali berdiri.

"Jangan dengerin dia," ucap Cakra.

Divney semakin merinding dibuat Cakra, lelaki itu tidak seperti biasanya, caranya berbahasapun sedikit berbeda. Atau jangan-jangan, Cakra beneran lagi kesambet gara-gara kena sawan dari aura gelap yang dipancarkan oleh Devian? Oke, terlalu ngelantur.

Lelaki itu kembali menggandeng tangan Divney, menuju ke arah mobilnya yang sudah lumayan dekat dari posisi mereka sekarang.

"Mau ke mana?" tanya Divney.

"Bolos, 'kan?"

"Oh iya, tapi kata Devian?"

"Gak usah didengerin," jawab Cakra.

Divney menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Cakra mau tak mau juga menghentinkan langkah, menoleh bingung dengan satu alis yang terangkat.

Sekejap gadis itu menoleh ke belakang, menatap sendu ke arah tempat, bekas di mana Devian baru saja membanting ponselnya.

"Hp gue?"

Cakra melirik ponsel di genggaman Divney beberapa saat. "Cuman pecah layarnya, bawa ke konter entar gue yang bayar."

"Tapi ...."

"Apa lagi, sih? Lo beneran mau gubris omongan tuh cowok? Yaudah, sono balik lagi ke kelas," kesal Cakra terbawa emosi, melepas genggamannya di tangan Divney.

Entah kenapa rasa tak enak hati langsung mendorong Divney untuk kembali meraih tangan Cakra, dan mengarahkan lelaki itu untuk kembali menggenggan tangannya.

"Bukan gitu, Cakra ... ishh, kok lo jadi gampang ngambek, sih? Tapi maksud gue hp-"

"Gue beliin yang baru," sahut Cakra memotong ucapan Divney, dan kembali melanjutkan langkah menuju ke arah mobil.

Sontak saja Divney terperangah senang, matanya langsung berbinar. "Widihh, anak sultan, nih, boss! Emang gak salah gue pilih temen kaya lo," tutur Divney sebelum masuk ke dalam mobil.

"Tapi gue jadi heran, deh, sama lo ... lo 'kan anak konglomerat, tapi, kenapa kalo buat onar selalu pake cara aneh-aneh? Kaya nyopet misalnya? Lo 'kan udah banyak duit?" heran Divney, bertanya pertanyaan yang sudah lama ingin ia tanyakan.

"Gabut doang."

To Be Continued....

Continue Reading

You'll Also Like

9.5M 707K 31
"Kudanil, Tuhan nggak sayang Angel, ya?" "Kok ngomongnya gitu?" "Buktinya papanya Angel diambil. Angel, kan, jadi sedih." "Nggak gitu, Ngel. Semua...
8.4M 518K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
8.9M 165K 27
[ATHANASIUS #1] "You don't know me. I don't know myself too, Who is my true identity. All you can see only darkness. I am the owner of that." ~*~ (S...
8.7M 37.2K 11
Ditembak anak pemilik sekolah secara tiba-tiba dan tidak punya kesempatan untuk menolak. Fena hanyalah gadis yatim piatu yang sampai saat ini masih t...