Darrel My Bad Husband [Terbit]

By P_mahar

7M 596K 69.5K

[π…πŽπ‹π‹πŽπ– π’π„ππ„π‹π”πŒ πŒπ„πŒππ€π‚π€] β—π“πˆπƒπ€πŠ πŒπ„ππ„π‘πˆπŒπ€ ππ‹π€π†πˆπ€π“ πƒπ€π‹π€πŒ 𝐁𝐄𝐍𝐓�... More

| 1
| 2
| 3
| 4
| 5
| 6
| 7
| 8
| 9
| 10
| 11
| 12
| 13
| 14
| 15
| 16
| 17
| 18
| 19
| 20
| 21
| 22
| 23
| 24
| 25
| 26
| 28
| 29
| 30
| 31
| 32
| 33
| 34
| 35
| 36
| 37
| 38
| 39
| 40
| 41
| 42
| 43
| 44
Vote Cover
Spill Paket
LAST

| 27

149K 14.7K 2.7K
By P_mahar

Wajib follow!!

@_pmahar
@wattpadmahar
@galaksiiagl
@araacaramell
@barastvno
@darrelorion
@kanayaanglc
@birumaheswara
@pancamgntr
@naraalc
@kinansykr
@bimaandromeda

⚠️Anak bawang menepi dkit ya👍🏻

Jgn lupa vote dan komennya ok

Kinan menatap Naya heran. Tidak dikelas, tidak dikantin. Naya terus saja menundukkan kepalanya dan makan dalam keadaan diam. Biasanya perempuan itu akan ikut nimbrung walaupun tidak terlalu aktif. Hanya sesekali menimpali ucapan atau candaan mereka.

"Lo kenapa sih?" tanyanya.

Naya mendongak sebentar kemudian menunduk lagi, "Gue gapapa kok. Cuma pegel aja."

"Ya kalau pegel ngapain nunduk terus." Kinan menggerutu dan memegang kepala Naya lalu menormalkan posisinya dengan hati-hati.

"Nan-"

"Apa?!" sela Kinan galak.

Naya menggeleng dan meminum jusnya, ia sudah tidak betah disini ralat untuk pertama kalinya Naya tidak betah berada disekolah dalam keadaan seperti itu. Darrel memang menyebalkan. Cowok itu berkata cukup dua tanda tapi ketika tadi pagi ia bangun, sudah ada lima dilehernya. Dan bodohnya, kenapa ia tidak sadar akan itu.

"Hih kak Nay!!" seru Ara.

"Kenapa Ra?" tanya Nara.

Ara menodongkan sumpit mie ayamnya ke arah Naya, "Nara, Kinan, lihat! itu apa?! kak Nay kena cacar?"

Kinan dan Nara mengikuti arah yang Ara tunjuk. Kedua gadis itu menatap Naya dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Lo-"

"Nggak gitu Nan. Gue gak serendah-"

"Apaan sih! gue mau bilang, lo bodoh! kenapa gak libur sekolah!"

Naya menaikkan sebelah alisnya, "Gue gak demam, gue cuma-"

"Emang kurang ajar si Darrel. Otaknya dimana sih abang lo Ra?" tanya Nara.

"Kata kak Gala, abang gak punya otak." jawab Ara polos.

Mendengar itu, ketiga perempuan disini meledakkan tawanya. Sepertinya benar ucapan Galaksi jika Darrel tidak ada otak.

"Gak gitu Ra...aduh Ya Allah perut gue sakit HAHAHAHA...."

"Kinan serem ih, kayak kuntilanak ketawanya."

"Wah ngajak gelut lo? ayo!"

"Ara anak baik, jadi gak mau ribut lagi." balas Ara. Ia kapok kala Galaksi mengomelinya ketika bertengkar dengan Luna waktu itu.

"Oke udah cukup, emosi gue lama-lama," Nara menggeser piring yang sudah kosong itu ketepi, "Saran gue. Lo getok kepala dia, biar otaknya gak nyangsang."

"Darrel?" tanya Naya.

"Yaiyalah!" sewot Kinan.

"Hih Kinan marah-marah mulu."

"Ck. diem lo cil, lo gak tau aja bentar bentar lagi ada bocil sesungguhnya." gumam Kinan.

"Hah apa Kinan?"

Kinan menggeleng dan menatap Naya dengan tatapan intimidasi, "Awas lo macem-macem sama kita." tunjuknya.

"Halah sok galak lo Nan." cibir Nara.

"Kiw cewek!"

"KIW PANCA JELEK!!" balas Ara.

Panca mendengus dan mendudukkan dirinya disebelah Ara, tapi belum sampai pantatnya menyentuh kursi, Galaksi lebih dulu mendorongnya dan menempati tempatnya.

"Ah rusuh lo Gal."

"Apa!"

"Gak...gak...gak."

"Rel," panggil Biru.

"Paan."

Biru terkekeh pelan dan berpura-pura tidak tau saja. Kasihan Naya yang malu nanti, "Nar, malem jalan kuy!"

"Ada sepupu gue dirumah. Lain kali-"

"Yaudah gue ke rumah lo aja." sela Biru.

"Yaelah perasaan lo pada lancar-lancar bener. Gue minggu kemarin kembali menelan pil pahit, gue antar dia ke Gereja dan gue pergi ke masjid sholat dzuhur."

"Bahasa lo terlalu drama Ca." cibir Galaksi.

"Lepasin Ca. Saingan lo bukan cowok-cowok disini atau disekolah lain, tapi tuhannya."

Panca tertohok, terjungkal, terjleb, tersungkur, tertampar mendengar ucapan Bara. Memang LDR terdekat tapi sangat mustahil yaitu LDR beda keyakinan, "Kit hert gue."

"Panca sama Amira aja." usul Ara.

"Gak deh makasih. Mending sama Kinan-"

"Ambil aja, tapi besok pagi lo bangun udah didalem liang lahat." sinis Bara.

"Elah sadboy banget gue." rutuk Panca.

"Lupakan sadboymu, mari kita tunggu anaknya Darrel brojol." celetuk Biru.

"Apaan lo!"

"Ya kan Nay?" tanya Biru mengabaikan lirikan sinis Darrel.

Naya tersenyum kaku, bingung harus menjawab apa, "Gue gak-"

"Itu tanda disana udah cukup bukti. Kita waitingin anak lo kok, tenang. Siapa tau cakep bisa jadi pacar gue." ucap Panca.

"Anak bang Arel?"

Seluruh pasang mata menatap ke arah Ara. Galaksi menendang kaki Panca dan Biru bergantian. Kenapa bisa cowok ember itu mengatakan hal seperti ini saat ada Ara.

"Gak Ra...itu anu-"

"Gak ada. Bolos yuk."

"AYO KAP AYO!"

"Gue ngajak Ara, bukan lo!"

"Gak mau, Ara-"

"Beli cimol, permen." ucap Galaksi. Ia yakin Ara akan mau. Lagipula memang malas ia masuk jam pelajaran bu Ambar.

"Mau, tapi nanti tugas-"

"Sesekali gapapa. Ayo."

"Gal! jangan ngajakin adek gue dong!"

"Apa? lo mau bolos? tinggal bolos repot amat."

"Definisi biadap tapi tetep ganteng ya cuma Gala." gumam Biru.

🥀

"Dingin Nay muka aku."

"Jangan banyak omong, nanti jatuh maskernya." omel Naya.

Darrel menurut dan kembali menyandarkan punggungnya ke sofa. Setelah sore tadi Naya uring-uringan mencari masker pemberian dari Ara yang ternyata Darrel sembunyikan, perempuan itu memaksa Darrel untuk ikut memakainya. Awalnya Darrel menolak, tapi karena lagi-lagi ia ingat tujuan utamanya untuk tidak menolak permintaan Naya, akhirnya ia meng-iyakan.

Naya membereskan sampah-sampah dimeja dan membuangnya ke tempat sampah kemudian kembali duduk disamping Darrel dan menatap layar laptopnya.

"Nonton apaan?"

"Drakor. Kamu kalau gak suka merem aja."

Darrel  mengangkat Naya kepangkuannya dan membiarkan perempuan itu bersandar didada bidangnya. Darrel tertawa pelan kala mendengar suara detak jantung Naya yang terdengar jelas itu.

"Jangan ketawa!"

"Kenceng banget Nay."

"Daripada pelan terus tiba-tiba ga kedeteksi detak jantungnya gimana?!"

Darrel memukul pelan bibir perempuan itu, "Nay!"

"Nggak, aku cuma bercanda."

"Bercandanya gak lucu."

Naya melupakan drakornya dan berbalik menatap Darrel, "Emang kenapa kalau beneran kayak gitu?"

"Ya janganlah. Aku masih belum bisa memperbaiki semuakan."

"Berarti kalau udah diperbaiki, kamu bakal biarin aja?"

"Gak ada Nay. Jangan nakutin gitu sih!"

Naya terkekeh pelan, "Maaf. Aku cuma ngerasa kamu berubah aja akhir-akhir ini."

"Gimana?"

"Gak kasar, omongannya gak nyakitin."

"Masih ngebekas banget omongan aku yang dulu?"

Naya mengangguk, "Banget. Semua perlakuan kamu aku ingat jelas banget Rel."

"Sorry. Terlalu jahat ya?"

"Iya. Sakit banget diperlakuin kayak gitu. Aku mau bales tapi gak bisa."

"Kenapa?"

"Karena aku tau, diperlakuin kayak gitu gak enak. Jadi, cukup aku simpan aja dan gak mau ngebuat orang lain ngerasain hal yang sama." ucap Naya.

Darrel menatapnya dalam, entah kenapa rasa menyesal itu kembali memenuhi pikiran dan hatinya. Ingin ia memutar waktu dan memperbaiki itu, tapi ia lebih memilih untuk mengubur masa lalu dan membuka lembaran baru.

"Maaf Nay."

Naya tersenyum kecil dan menepuk puncak kepala Darrel lalu melepas sheetmask dari wajah Darrel, "Aku udah maafin. Lagipula gak baik larut sama masa lalu. Dan soal dia, aku udah ikhlasin. Mau semarah apapun aku ke kamu, gak akan bikin dia hidup lagi."

Darrel diam. Kenapa setiap Naya membahas soal dia, sesuatu yang berat seperti menghantam kepalanya. Ia merasa sangat bersalah padanya.

"Nay,"

Naya berdehem pelan sembari membersihkan wajahnya.

"Dia kecewa sama aku ya?"

"Pasti. Siapa yang gak kecewa ketika Papanya bikin dia pergi sebelum lihat dunia?" Perempuan itu menatap Darrel teduh, "Jangan larut Rel. Mungkin emang dia lebih milih disana yang tenang."

Darrel tidak tau lagi harus apa. Baru kali ini ia melakukan kesalahan yang membuatnya menyesal berkali-kali lipat. Ia berdehem pelan, tidak boleh larut. Ia harus mau berjalan ke depan jika ingin memperbaiki semuanya.

"Nay, kita sekolah berapa bulan lagi?"

"5 bulan lagi kayaknya. Kenapa?"

Darrel menarik jari jemari Naya ke hadapannya dan menghitung sesuatu dalam hatinya, "Cukuplah."

"Apanya cukup?"

"I want to have a baby, Nay."

"B-bayi?"

"Aku mau nebus kesalahan aku. Aku janji gak bakal bikin dia kenapa-napa nantinya."

"Rel tapi-"

"I'll do it slowly. Trust me."  Darrel menggendong Naya menuju kamar dan menindihnya dengan hati-hati. Ia masih bisa melihat rasa takut dimata Naya. Darrel langsung mencium bibir mungil itu dan berusaha meyakinkan Naya jika ketakutan perempuan itu tidak akan kembali terjadi.

"Nay aku gak janji ini bakal sebentar. Kalau kamu masih takut, minta aku berhenti sekarang."

Naya memejamkan matanya kala Darrel membuka bajunya. Ia harus apa kali ini? apakah memukul kepala Darrel? tapi kali ini cowok itu dalam keadaan sadar 100%.

"Nay?"

Naya mengucap banyak-banyak istighfar dan bismillah dalam hatinya kemudian mengangguk. Semoga saja Darrel tidak lagi seperti dulu.

"Kalau sakit. Cakar punggung aku."

_To Be Continue_

-mahar

Continue Reading

You'll Also Like

13.5M 523K 48
DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT CERITA INI YA. KALO YG CAKEP..... YA TETEP GA BOLEH ANJIR! FOLLOW DULU SEBELUM BACA:) Warning! : 1. banyak typo berteba...
185K 12.2K 31
'Tentang rasa yang tak kunjung mereda' "Gue suka sama lo, lo bisa apa?" -Bintang Pramudya Jaya. Disini, di bawah langit Jakarta, Mentari menceritakan...
403K 25.7K 37
Aleonazka El. Salah satu anak panti yang baru saja diadopsi saat usianya 10 tahun. Menjadi seorang tuan muda kecil di sebuah keluarga. Sayangnya, ti...
32.5M 2.7M 83
Nyatanya Bara itu Nakal. Bara itu Dingin. Bara itu kaku. Tapi bagaimana kalau si Badboy, dingin dan kaku itu akan menjadi seorang ayah?. Berbeda, Bar...