Auva keluar dari kelas setelah meminta izin pada guru yang mengajar karena ia dipanggil oleh Pak Ferry.
Gempano yang melihat keberadaan Auva pun segera berlari dan menghampiri gadis itu sambil memanggil namanya.
Berhenti, dan menyamakan langkahnya dengan Gempano.
"Tuli lo gue panggil!" umpat Gempano.
"Kalo gue tuli nggak mungkin gue noleh bazeng!"
"Berdebar gue, Va. Besok terakhir kita ikut olimpiade kimia. Setelah ini tinggal nunggu ujian dan surat kelulusan. Oh iya, berarti lo pergi bukan karena Damares dong, karena Nenek Ani sakit?"
Berjalan dikoridor menuju perpustakaan sembari bercerita.
"Ngapain gue pergi karena Damares. Nggak level gue bersaing sama Indri. Toh, yang menang bakalan gue juga kali. Intinya yakin sama tujuan!"
Gempano takjub dan bertepuk tangan. "Gue suka prinsip lo, gue dukung terus lo sama Damares di garda terdepan!"
"Lebay! Nggak ada yang bisa gue harapin dari cowok dingin kayak gitu! Ya kalo bukan karena Rayya, nggak akan mau berurusan sama, Damares!"
"Tapi lo suka kan sama, Damares?" curiga Gempano menoel pipi Auva.
Gadis itu beringsut geli. "Nggak usah noel pipi gue! Ya, kalo suka mana gue tau!"
"Jujur aja, Va. Kayak sama siapa aja lo. Btw, comblangin gue dong sama Mel," mohon Gempano menatap Auva prihatin.
"Dih, gue bukan Mak comblang yak! Kalo mau usaha sendiri, buktikan perjuangan cinta lo buat, Mel! Harus pakai jerih payah sendiri lah, masa pake bantuan. Emang gue donatur jodoh, ngasi jodoh ke jomblo nggak laku kayak lo!"
Gempano tetap memohon membuat Auva jengkel dan menginjak keras kaki lelaki itu sebelum masuk kedalam perpustakaan.
Keheningan melanda mereka yang berada di perpustakaan. Fokus pada buku dan beberapa rangkaian soal mendasar.
Jika sedang fokus begini, Gempano terlihat cool seperti badboy pada umumnya. Jika sudah gila, ya taulah siapapun bakalan merasa jijik.
Biarpun Gempano gila, tapi otaknya tak diragukan lagi. Tak heran jika ia sering memegang juara satu dalam lomba apapun bersama teman lainnya termasuk, Auva.
"Besok kalian nggak usah masuk kelas, langsung kumpul di perpustakaan. Kita bakalan lomba di siang hari."
"Pak, btw sama sekolah mana kita lomba?" tanya Bintang penasaran karena Pak Ferry tak pernah menyebutkan kita akan lomba dimana.
"Sama SMA Tropika."
Auva yang sedang fokus pada dua buku paketnya kini teralihkan saat mendengar SMA Tropika, SMA siapa lagi kalo bukan tempat Ferdy bersekolah.
Kenapa sih dunia sempit banget. Ferdy lagi Ferdy lagi, Damares lagi Damares lagi.
"Di SMA Tropika juga Pak?" tanya Greysa.
"Iya, dilapangan indoor. Anak SMA kita akan pergi ngedukung kita. Beberapa anak OSIS sudah mempersiapkan semuanya."
Auva menelungkupkan wajahnya dikedua tangannya dengan lesuh.
Gempano mengetuk kepala Auva dan berseru, "Paket."
"Ashiaapp!" jawab mereka kompak bersama Pak Ferry membuat Auva mendongak.
"Terettetet terettetet." tawa mereka pecah mendengar. Lagu yang sempat viral di Tiktok.
"Sekolah, Ferdy. Ada hubungan apa lo sama Ferdy?" bisik Gempano yang duduk berhadapan dengan Auva.
"Kepo lo kayak dora!" ketus Auva dan pamit masuk kedalam kelas terlebih dahulu.
Mood-nya hancur banget sekarang. Kenapa harus di SMA Tropika, apa nggak ada SMA lain gitu. Lomba dimana kek, jangan di SMA Tropika.
🐈
Auva sama sekali tak bergeming. Jam istirahat pun ia acuhkan saja. Bahkan ajakan temannya ke kantin ia tolak.
Mel dan Yuni pergi ke kantin berdua saja. Jenisha yang membawa bekal makanan memilih menemani Auva didalam kelas yang lumayan sepi.
"Kesambet baru tau rasa lo!" Jenisha menakuti Auva yang dari tadi diam dengan buku paket didepannya.
Melirik Jenisha tajam. "Bodo!"
Menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya, kemudian berkata, "Va, tumben lo nggak jadi babu, si Dam Dam."
Auva kesal mendorong tubuh Jenisha pelan. "Lo mau teman paling cantik lo ini jadi babu! Tega ya lo, menistakan gue, menyukai gue dibawah tekanan si kulkas!"
"Yaelah bahasa lo sok ternistakan. Padahal lo sendiri yang cari masalah! Huft."
"Eh iya, lo pacaran kan sama Seno?" menyenggol bahu Jenisha menatap gadis itu penuh selidik. "Nyuruh gue jauhi Damares, eh situ malah udah lama pacaran sama Seno," ledek Auva.
"Kepaksa karena cinta dadakan!" Jenisha memutar bola matanya malas.
"Gimana sih lo bisa pacaran sama si Seno?" tanya Auva penasaran.
"Tetangga gue anjir! Tau tuh cinta datang dengan sendiri nya. Tapi, dia jarang keluar rumah. Makanya saat kalian main kerumah gue, kalian nggak lihat Seno."
"Terus dia ngapel lo dong tiap malam minggu," goda Auva mengedipkan matanya genit.
Jenisha menatap Auva jengah. "Lo sekarang yang di apelin, bukan gue."
"Hah! Seno suka sama gue gitu! Gila kali ya lo, ada nggak warasnya memang!"
"Putar kepala lo bego! Jangan ngadap gue terus!"
Jenisha memutar kepala Auva. Gadis itu terkejut saat ada Damares berdiri di belakangnya, menatap datar dengan tangan dilipat didepan dada.
"Sejak kapan lo jadi manekin disitu?"
"Dari tadi."
"Kalo lo mau cari Indri. Indri nggak ada dikelas, lo bisa lihat cuman ada gue sama Jeni aja, nggak ada pacar lo!"
"Ada kok, pacar gue ini." Damares menunjuk Auva dengan dagunya.
"Gue kedepan aja dah." membawa bekalnya keluar kelas. Malas menjadi obat nyamuk didalam kelas.
Auva pun menggeser tubuhnya duduk dibangku Jenisha. Mempersilakan Damares untuk duduk. Ah, lelaki itu selalu berubah setiap saat kayak, Bunglon.
"Nggak mempan rayuan lo!" cetus Auva.
"Dih, siapa yang ngerayu! Pede," cibir Damares.
Auva mencebikkan bibirnya kesal. Merampas kasar buku paketnya dan membacanya tanpa memperdulikan keberadaan, Damares.
Lelaki itu menopang dagunya, memperhatikan wajah serius Auva yang sedang belajar. Tadi aja gosip mulu, sekarang malah belajar.
"Jadi, kerumah Eyang?"
"Jadi, hari jumat sepulang sekolah. Lo juga harus ikut, Eyang mau ngelihat lo."
"Iyalah, mau ngelihat gue paling ganteng seantaro sekolah."
"Pede banget, Pak! Muji diri sendiri," ejek Auva menatap jijik Damares.
Nevano pun datang membawa kotak makanan dan minuman. Memberikan pada Damares, setelah mengantar itu, Nevano pergi.
"Makan." mendorong makanannya pada Auva.
"Lo?"
"Gue udah dikantin tadi."
Tanpa gengsi, Auva menerima nya. Lagian ia merasa lapar juga, toh tak salah menerima pemberian Damares.
"Yakin, nggak mau?" tawar Auva saat menyuapkan nasi goreng spesial kedalam mulutnya, lelaki itu menggeleng kecil.
Kemudian terdiam saja, Auva makan sambil membaca bukunya. Ia tak boleh terlewat satu soal pun saat olimpiade nanti. Tak ingin mengecewakan sekolahnya, karena ini terakhir kalinya ia ikut olimpiade.
Setelah selesai makan. Damares dan Auva bergurau, Indri masuk kedalam kelas membuat perhatian keduanya teralih.
"Ck, dia lagi," gumam Auva pelan.
Indri melewati Damares begitu saja saat lelaki itu memilih menatap Auva. Auva masih tetap tidak suka dengan Indri.
Menatap Auva dengan sendu. Ada rasa bersalah pada diri Damares. Ia memang melakukan itu pada Ferdy, tapi yakinlah saat ini Damares mulai mencintai Auva.
Damares harap, Auva tak akan tau rencana nya dan Ferdy. Permusuhan kental keduanya.
Maaf, Va. Tapi sekarang gue akan belajar mencintai lo dan Rayya batin Damares mengelus kepala Auva.
-JAGA JARAK KEMATIAN-
SEE YOU