M A L A M.

Oleh real__seagull

25.4K 4.3K 1.2K

Jaehyun adalah pria yang berprofesi sebagai agen NIS dan Rosie gadis yang memiliki nyctophobia. Ini tentang m... Lebih Banyak

Starr-ing:
Malam 01
Malam 02
Malam 03
Malam 04
Malam 05
Malam 06
Malam 07
Malam 09
Malam 10
Malam 11
Malam 12
Malam 13
Cast (Bagian 2)
(Bagian 2) - Malam 14
Malam 15
Malam 16
Malam 17
Malam 18
Malam 19
Malam 20

Malam 08

787 163 53
Oleh real__seagull




3 tahun yang lalu,

Jisoo's Point Of View


Hari ini adalah hari dimana aku harus merelakan kepergian ayahku. bukan untuk bertugas, bukan untuk perjalanan dinas, atau sekedar pergi keluar kota. Tetapi untuk selama-lamanya.

Semalam ayahku ditemukan tidak sadarkan diri di ruang tamu rumah kami begitu ia baru saja sampai dirumah setelah pulang dari kerjanya. Adikku, Rosie yang menemukan ayah kami lebih dulu tanpa detakan jantung dan nadinya. Rosie berteriak histeris memanggil kami semua penghuni rumah yang ada malam tadi, meminta pertolongan karna Ayah sudah tidak bernafas.

Aku yang tadinya sudah siap-siap tidur segera berlari keluar kamar sambil membawa boneka gajah kesayanganku. Tapi langkahku terhenti saat melihat Ibu, tante, Rosie, dan juga bibi sudah menangis histeris. Dan disitu aku sadar,

Ayah sepertinya sudah pergi, tanpa memberikan kami tanda-tanda. Aku hanya bisa menangis dalam diam lalu menelfon ambulance berharap kecil ketika para tim medis datang, apa yang ada dipikiranku hanya halusinasi semata. Namun ternyata hingga Ayah ditangani oleh tim dokter, mereka mengatakan Ayah benar-benar sudah pergi ketika Rosie menemukannya.

Antara masih tidak percaya atau aku terlalu cukup kaget atas kepergian ayahku yang tiba-tiba. Aku tidak bisa menangis sekuat tenaga untuk mengeluarkan airmataku seperti yang dilakukan Ibu dan adikku saat ini.

Hingga pagi ini ketika Aku, Ibuku, adikku, tante, bibi... dan semua orang yang hadir hari ini mengenakan pakaian serba hitam sebagai tanda bahwa kita semua sedang berkabung dan siap untuk mengantar ayahku ke tempat peristirahatan terakhirnya, aku tidak menangis. Aku hanya bisa menggigit bibirku dan meyakinkan diriku bahwa ini semua hanya mimpi.

Tiba di pemakaman Ayah, Rosie memeluk lenganku dengan kuat. menjadikannya tumpuan agar ia bisa berjalan dan berdiri dengan tegap. Aku mengedarkan pandanganku, menatap satu persatu orang yang hadir di pemakaman ayahku.

Pemakaman ayah, benar-benar sangat formal. Banyak orang menggunakan seragam kedinasan, bahkan hingga ayahku diturunkan ke liang lahat, prosesi tersebut diiringi dengan suara senapan angin yang membuatku cukup kaget untuk kali pertama.

Ibuku memelukku dan Rosie dengan kuat lalu ia berbisik,

"Ayah kalian adalah seorang pria yang begitu dikagumi banyak orang, makanya begitu banyak orang yang hadir saat ini."

Rosie menghapus airmatanya,

"Ibu kenapa tidak pernah mengatakan bahwa ayah adalah seorang intelijen?"

Aku yang baru bisa mengumpulkan semua kesadaranku dengan baik, lantas mengamati tulisan yang ada di seragam para penembak senapan angin tadi.


National Inteligence Service.


Aku menutup mulutku karna tidak percaya.

Ayahku adalah seorang mata-mata. Dan begitu pula denganku yang baru saja menyelesaikan trainingku sebagai salah satu anggota baru kelompok mata-mata illegal.

Femmé Le Cheonsa.

Dan aku juga harus merahasiakan ini semua dari Ibu dan adikku.





Begitu upacara pemakaman selesai. aku hanya dapat menatap kosong ke depanku. Pikiranku mulai berkecamuk. Hingga akhirnya, aku melihat seorang pria yang berdiri diseberangku, mengenakan leather jacket berwarna hitam, dengan kacamata hitam sedang menundukkan kepalanya sepertinya ia sedang memanjatkan doa kepada tuhan.

Aku terlalu fokus memerhatikannya dengan lama, lalu akhirnya ia melepaskan kacamatanya.

dari situ aku merasakan bahwa jantungku mulai berpacu lebih cepat.

Ia benar-benar tampan.

Ketampanannya bahkan membuatku sampai membuatku dapat mengeluarkan airmataku.

Pria itu menatap kearahku, adikku, serta ibuku. Ia membungkukkan badannya dengan sopan. tidak lama, lalu ia pergi berbalik arah meninggalkan tempatnya.

Perasaanku seketika menjadi kacau.

Aku masih ingin terus melihatnya, dan tidak ingin ia pergi. Tapi ia malah melakukan hal yang sebaliknya.

Aku baru menangis sejadi-jadinya, sambil memanggil Ayahku.


"Ayah, apa aku masih bisa bertemu dengan pria itu lagi?"


🌒✨🌘


10 bulan setelah kematian ayahku, adik Ayahku, Tante Ji Won yang selama ini juga tinggal bersama kami dirumah, ikut membesarkanku dan adikku, yang sudah kuanggap seperti Ibu angkatku, Ikut menyusul kepergian Ayah.

Tante Ji Won ditemukan meninggal karena tenggelam di kolam renang rumah kami pada malam hari, entah karena dia dalam pengaruh alkohol atau terpeleset lalu akhirnya ia jatuh di kolam renang, yang jelas, tante Ji Won tidak bisa berenang. Dan kami semua tau itu. tapi kami sekeluarga juga tidak bisa berbuat apa-apa, karna kata Ibu ini sudah menjadi takdir Tuhan dan kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Dan untuk yang kedua kalinya, Rosie bernasib sial. Ia kembali menemukan jasad Tante Ji Won di kolam renang rumah kami saat hendak mengambil air di dapur.

Kami semua kembali berduka.

Pemakaman kembali terjadi.

Sekali lagi harus kembali ada tangisan dikeluarga kami.

Rosie kembali menjadikan tanganku sebagai tumpuannya untuk berdiri dan berjalan.

Beberapa kerabat serta anak buah ayah juga datang di pemakaman Tante Ji Won.

Aku mengedarkan pandanganku mencari sesosok yang 10 bulan lalu membuatku jatuh hati.

Dan ternyata pria itu juga kembali hadir. Dengan jaket yang sama, dan kacamata yang sama. ia berdiri agak jauh dibelakang.

Aku mengintipnya sesekali dengan perasaan yang benar-benar gembira.

Pria itu benar-benar tampan. Dan aku semakin tergila-gila dengan pesona dinginnya.

Begitu upacara pemakaman selesai ia pamit pergi. Persis seperti apa yang ia lakukan dulu. saat pemakaman ayah.

Dan aku lagi-lagi baru kembali menangis setelah ia pergi.


"Kapan aku bisa bertemu dengannya lagi?"


End of POV.


🌒✨🌘


Sedari pagi tadi cuaca memang cukup mendung tapi tidak meruntuhkan keinginan Rosie untuk membawa teman-temannya beserta Jisoo ke salah satu restaurant yang sederhana di tengah kota Cambridge. Restaurant bernama Twenty Two yang menyajikan set launch menu, dengan harga £37.50 /set atau sekitar 800 ribu rupiah.

Sambil menunggu pesanan mereka dengan posisi duduk yang melingkari meja dan Johnny yang selalu bisa membuka topik pembicaraan mereka siang itu dengan ringan.

"So, My dear Rosie.. Meskipun sepertinya kita belum terlalu akrab dan mungkin ini adalah pertemuan kedua kita. aku akan memperkenalkan sedikit mengenai diriku."

Rosie tertawa senang mendengar kalimat pembuka dari Johnny. "Oh owkay, sure."

"Namaku Johnny, aku sebenarnya half korean and half american--"

"Gak keliatan." Potong Doyeon.

"Pssst. Jangan potong pembicaraan orang nona,"

Johnny membenarkan poninya sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya,

"Sekarang aku hanya sibuk bekerja sebagai freelancer sekaligus bapak kos dari Jaehyun, Jungkook, Eunwoo dan adiknya Doyeon."

Rosie mengangkat tangannya dengan sopan memotong ucapan Johnny, "Oh? kalian semua tinggal di satu flat yang sama?"

"Freelancer?" Tanya Jisoo heran.

Eunwoo menatap Johnny dengan raut wajah masam sambil menggigit bibirnya.

"Eh bukannya aku sudah pernah cerita ya Ros?" Sahut Doyeon.

"Atau aku yang lupa ya?"

Jaehyun berdeham pelan kemudian menyenggol Johnny agar segera menjawab pertanyaan kakak beradik dihadapannya.

"Iya, kami semua tinggal di satu flat yang sama. lebih tepatnya semacam asrama untuk perkumpulan mahasiswa korea yang tinggal di Cambridge. Pernah dengar tentang hal seperti ini kan sebelumnya?"

Jungkook menuangkan air mineral digelasnya. Sepertinya ia tiba-tiba kehausan.

"Dan untuk menjawab pertanyaan Jisoo-ssi, sebenarnya aku bekerja serabutan saja... menjadi fotografer, MC acara kedutaan... menjadi tour guide atau translator untuk turis yang berasal dari korea. Ya yang mana ada panggilan sudah pasti akan langsung aku iyakan."

Jisoo mengangguk paham sambil tersenyum kecil,

"Kalau boleh tau sebelum pindah kesini kamu kerja dimana?"

"Dulu aku supir pribadi sekaligus bodyguard anggota dewan di Korea, tapi karna bosan dan tabungan sudah cukup. Aku memutuskan untuk hidup pindah-pindah ke negara manapun yang bisa aku kunjungi." Ucap Johnny dengan bangga.

Yeri bertepuk tangan kecil, "Seru sekali sepertinya hidup seperti itu. Aku juga pengen!!"

Jisoo semakin mengagumi Johnny dari tempat duduknya. Ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari pria itu.

Johnny akhirnya menyadari bahwa sedari tadi Jisoo terus-terusan menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia mengerti apa maknanya,

"Kamu sendiri? Sekarang sibuk ngapain?" Tanya Johnny pada gadis yang duduk tepat dihadapannya.

"Aku penulis... selain itu aku juga membantu Rosie untuk pembukuan kedai kopinya setiap bulan. Sisanya hanya sibuk dirumah, mengurus tanaman, mengurus rumah, menyiapkan makanan untuk aku dan Rosie,"

Johnny mengangguk paham. Ia kemudian menggoda Jisoo melalui tatapan matanya yang terlihat tajam,

"Kalau ngurus aku, bisa juga?"

Jungkook yang baru kali pertama mendengar seniornya itu melakukan flirting pada seorang gadis, langsung tersedak dengan minumannya. Sementara yang digoda hanya bisa menundukkan kepalanya sambil meremas ujung roknya.

"Hahahah, maaf jangan dibawa serius."

Rosie dan yang lain hanya bisa tertawa kemudian mengejek Johnny karna sikapnya yang tiba-tiba membuat suasana hampir membeku.





30 menit menghabiskan makanan diselingi dengan beberapa percakapan-percakapan kecil. Jisoo pamit untuk pergi duluan karna tadi tiba-tiba ia mendapat panggilan dari pemimpin redaksinya untuk merevisi beberapa tulisannya sebelum diterbitkan.

Rosie yang sebenarnya sejak tadi sudah cemas karna langit siang ini semakin mendung awalnya ingin ikut dengan Jisoo karna ia takut ditinggal. Tetapi Jisoo dan Yeri meyakinkan gadis itu untuk tidak perlu khawatir karna ada Yeri yang menemaninya. Rosie akhirnya menurut dan tidak berkomentar banyak.

Setelah ini mereka masih memiliki satu agenda lagi sebelum pulang. Mereka berencana akan mampir untuk ngopi sebentar di kedai kopi milik Rosie, namun karena jaraknya cukup berlawanan arah dari Restaurant mereka saat ini mereka memutuskan untuk berjalan kaki sedikit dari restaurant lalu mampir ke sebuah kedai kopi dipinggir jalan.

Mereka semua berjalan santai menuju kedai kopi tersebut dengan posisi, Johnny dan Eunwoo yang berjalan di paling depan lalu Jaehyun dan Doyeon yang berjalan bersampingan lalu Rosie yang berjalan bersama Jungkook dan Yeri. Jungkook dan Yeri terlihat begitu nyaman saling bertukar pendapat satu sama lain, sampai Rosie tidak dapat mengimbangi percakapan dengan mereka. Rosie hanya sibuk berjalan dengan kedua tangan di saku jacket jinsnya sambil sesekali mendongak ke langit berharap hujan tidak turun dan langit bisa cepat-cepat cerah.

Jaehyun yang sedari tadi asyik bermain handphone sambil berjalan mulai menyadari bahwa langit semakin gelap. Ia segera menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati Rosie yang sudah berjalan paling lambat sambil menundukkan kepalanya hingga ia berjalan di belakang Jungkook dan Yeri.

Jaehyun segera berbalik dan menghampiri Rosie,

"Takut?" tanya Jaehyun dengan lembut sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan Rosie.

Rosie mendongakkan kepalanya lalu menoleh ke samping. Gadis itu mengangguk pelan sambil memasang wajah murung pada Jaehyun.

"Sini tanganmu," Pinta Jaehyun sambil menunjukkan telapak tangannya pada Rosie.

Rosie diam karna tidak paham maksud pria itu.

"Atau mau aku rangkul?" Tanya Jaehyun sekali lagi disertai dengan senyuman manisnya yang menampilkan lesung pipinya.

Rosie yang akhirnya mengerti maksud Jaehyun segera mengeluarkan tangan kirinya kemudian menggenggam tangan Jaehyun seraya memeluk lengan pria itu.

She's just being clingy towards him.

"Thank You J."

Jaehyun tersenyum pelan, "I could hug you if you want to,"

Rosie tertawa pelan, "Hahaha, don't. I'm okay"


🌒✨🌘


4 hari yang lalu,

So Ji Sub ditemukan terkapar lemas didepan pintu markas NIS yang berada di London. Wajah dan tubuh pria itu babak belur, bahkan jika seseorang hanya melihat dari pakaian yang ia kenakan orang-orang bisa mengatakan bahwa kondisi orang itu mengenaskan.

Selain Johnny, Jaehyun, Jungkook dan Eunwoo markas NIS saat itu juga diisi dengan 2 agent overseas intelligence spesialis IT yang mengawasi dan mengontrol keadaan di Eropa bernama Baekhyun dan Dohyun.

Dohyun lah yang membawa So Ji Sub masuk ke dalam markas karena melihat pria itu dibuang begitu saja dari mobil sedan yang menggunakan nomor kendaraan palsu. Dengan cepat Dohyun mengabarkan berita penting ini ke kantor pusat bahwa Mr. So telah ditemukan. Atau lebih tepatnya dikembalikan.

10 menit kemudian, Johnny dan juga ketiga bawahannya tiba di markas untuk melihat kondisi Mr. So.

Pria itu sudah terbaring lemah di ruang tengah dengan diobati seadanya oleh Dohyun. Sementara Baekhyun sedang menyiapkan peralatan untuk melakukan video conference bersama para petinggi NIS yang ada di Korea dalam 3 menit.

"Bagaimana keadannya?" Tanya Jaehyun cukup khawatir begitu melihat kondisi atasannya.

"Beliau benar-benar membutuhkan perawatan intensif, tulang punggungnya sepertinya retak dan hidungnya patah. Untuk sejauh ini hanya itu yang bisa kudiagnosis." Jawab Dohyun yang masih fokus mengobati luka yang ada di wajah Mr. So

"Siapkan posisi kalian, kita akan mulai dalam 30 detik dari sekarang." Seru Baekhyun pada ke 4 agent lainnya.


Tepat dalam hitungan 30 detik, TV mereka sudah memunculkan wajah para petinggi NIS dengan Hyun Bin yang menjadi moderator.

"Dohyun, Sadarkan So Ji Sub sekarang." Pinta Hyun Bin dari seberang sana.

Dohyun mengecek kondisi So Ji Sub sesaat, "Beliau sudah sadar sir, hanya saja ia terlalu lemah untuk berbicara."

Direktur HAM National Intelligence Service (South Korea), Park Jin Young menerikkan nama So Ji Sub dengan lantang.

"Ya! So Ji Sub! Kau mendengarkanku?!"

So Ji Sub mengangkat jempolnya dengan lemas menandakan bahwa ia mendengar suara bosnya itu.

"Ada yang ingin kamu sampaikan sekarang?!" Park Jin Young kembari menanyakan sesuatu pada So Ji Sub dengan suaranya yang lantang.

"engh.... enghh....." Ji Sub berusaha mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya meskipun ia mati-matian menahan rasa sakitnya.

Jungkook yang menyadari hal itu dengan cekatan membantu Ji Sub untuk mengeluarkan sesuatu dari kantong celana pria itu.

Jungkook menemukan selembar kertas yang sudah kumal lalu pria itu membukanya lalu menunjukkannya ke pada seluruh orang yang sedang memerhatikan dirinya.

"Lapor, sepertinya ini adalah surat yang ditulis secara langsung oleh Mr. So Ji Sub sendiri."

"Bacakan sekarang."

Jungkook menarik nafas lalu mulai membaca tulisan di kertas tersebut kata demi kata.




Saya, So Ji Sub akan mengakui kesalahan saya pada seluruh orang yang sedang membaca ataupun mendengarkan surat ini.

Bahwa sahnya saya, memang betul melakukan Human Traficking serta berjudi dan beberapa hal lagi yang tidak bisa saya sebutkan, sebagai pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan sampingan diluar dari pekerjaan saya sebagai kepala Counter-Espionage NIS.

Saya yang sadar bahwa hal yang saya lakukan itu salah menyimpan rahasia saya ini dengan baik bahkan dari istri saya, hingga akhirnya Kepala Counter Espionage yang sebelumnya Mr. Park Wang Soo menemukan bukti-bukti bahwa saya melakukan hal keji tersebut. Beliau mengumpulkan semua bukti tersebut seorang diri tanpa diketahui siapapun.

Namun saya mengetahui bahwa ternyata Mr. Park akan melaporkan saya pada direktur begitu semua bukti terkumpul. Dan tanpa pikir panjang saya memutuskan untuk membunuh Mr. Park dengan memberikannya obat-obatan terlarang yang dapat memicu penyakit jantungnya kambuh hingga akhirnya ia meninggal dunia. Saya ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya pada seluruh pihak yang sudah dirugikan terutama pada keluarga Mr. Park yang ditinggalkan.

Semua yang saya tulis diatas adalah kemauan saya dan ditulis dengan kesadaran yang sempurna dan tanpa ancaman dari siapapun. Saya, So Ji Sub. Siap menerima semua konsekuensi yang akan diberikan pada saya.


TTD.


So Ji Sub.







Semua orang yang ada didalam ruangan itu menatap So Ji Sub tidak percaya. Dohyun bahkan menghentikan aktifitasnya untuk mengobati luka yang ada di wajah So Ji Sub.

Jaehyun mengangkat tangannya pada forum, ia memiliki pertanyaan serius yang ditujukan pada So Ji Sub. Dan Hyun Bin mengizinkan.

"Mr. So izinkan saya bertanya, dan tolong jawab ini dengan jujur dan tanpa ragu."

So Ji Sub menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. menunjukkan bahwa ia menyesal telah melakukan semua hal keji itu.

Pria itu mengganguk lemah pada Jaehyun.

"Apakah anda juga yang membunuh 3 kerabat Mr. Park yang lain termasuk istrinya?"

Semua orang terlihat menahan nafasnya. Jaehyun benar-benar menanyakan sebuah pertanyaan dengan gamblang.


Nafas So Ji Sub tiba-tiba menjadi pendek, Ia tercekat. Pria itu mati-matian memegang dadanya sembari meminta pertolongan pada siapapun dengan erangannya yang tidak jelas.

"Tolong jawab pertanyaan saya, sebelum anda mati sir!" Teriak Jaehyun dengan wajah yang memerah dan membuat seluruh orang sedikit terkejut akan sikap pria muda itu.

"A... aku..."

Ji Sub menarik nafasnya dengan kuat sambil memegang tangan Dohyun.

"Akkkh—u"

"Aku-- tidak membunuh—siapapun lagi—"

So Ji Sub kembali mencari udara untuk masuk ke paru-parunya dengan susah payah.

"—Selain Mr. Park."

Begitu menyelesaikan kalimatnya,So Ji Sub langsung kehilangan kesadarannya.

Semua orang menjadi panik.

Suasana tiba-tiba berubah menjadi dingin dan mencekam.

Dohyun menepuk-nepuk wajah So Ji Sub sambil sesekali mengecek denyut nadinya, berusaha menyadarkan pria itu.

"Denyut nadi dan detak jantungnya mulai melemah."

Johnny segera turun tangan dan memberikan CPR pada So Ji Sub.

"Eunwoo telfon ambulance sekarang!"

Johnny terus menerus melakukan CPR berharap tindakannya tersebut dapat mengembalikan kemampuan bernafas dan sirkulasi darah dalam tubuh So Ji Sub

"Dia tidak akan tertolong." Ucap Hyun Bin dengan suaranya yang parau. Pria itu melangkah mundur dari tempatnya. Seperti berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Dia menggelengkan kepalanya dengan berat.

"Ji Sub-ssi. Sebejat apapun kelakuanmu sebenarnya, Aku pasti akan mengingat kebaikanmu padaku." Suara Hyun Bin kembali terdengar samar-samar meskipun pria itu sudah tidak terlihat jelas dilayar tv.

Dohyun kembali mengecek kondisi kedua mata Ji Sub, lalu mengecek nadi pria tersebut. "He's gone." Ucap Dohyun lemah.

Johnny menghentikan usahanya. Keringat dengan banyak mengaliri ujung rambut serta wajahnya. Johnny menghela nafas berat kemudian mundur beberapa langkah.

"Siap grak!"

Eunwoo, Jungkook, Jaehyun, dan Baekhyun mengikuti aba-aba yang diberikan oleh Johnny.

"Berikan hormat,"

Semua orang saat itu baik yang berada di ruangan yang sama dengan So Ji sub ataupun yang hanya menyaksikan melalui layar kaca, memberikan penghormatan terakhir mereka pada So Ji Sub. Karna seburuk apapun tindakan yang dimiliki oleh pria itu. Ji Sub tetap dianggap sebagai seseorang yang sudah berjasa dan melakukan kontribusi lebih pada negeri. Meskipun ternyata ada penghianatan besar yang ia lakukan.

"Rest in peace, sir."


🌒✨🌘


Sehari sebelum ulang tahun Rosie, Jaehyun, Johnny, Eunwoo, dan Jungkook kembali ke Cambridge setelah mengurus jasad Mr. So untuk dipulangkan kembali ke Korea dan diserahkan pada keluarganya.

Malamnya saat Jaehyun sedang duduk di balkon flat mereka dengan menghisap sepuntung rokok dan sekaleng minuman alkohol, Johnny menghampiri juniornya itu sekalian meminta korek. bergabung dengan aktifitas Jaehyun.

"Tugas kita berarti belum selesaikan?" Jaehyun memecahkan keheningan diantara mereka setelah beberapa saat.

Johnny melemparkan pandangannya pada Jaehyun sambil tersenyum miring.

"Tentu saja. Misi kalian yang sebenarnya belum terpecahkan kan? Yang ada malah fakta-fakta baru yang tiba-tiba datang tanpa diminta. Kamu kenapa?"

Jaehyun menghisap rokoknya dalam-dalam lalu menghembuskan asapnya melalui mulutnya.

"Aku hanya tidak ingin memainkan perasaan seseorang lebih lama."


🌒✨🌘


"Aku mau pulang,"

Beberapa cahaya kilat mulai unjuk gigi diatas langit Cambridge siang ini.

Rosie dan yang lain sudah tiba di kedai kopi yang mereka tuju sebelumnya.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Yeri pada Rosie. Sedari tadi Rosie terus-terusan memegang tangan Yeri setelah mereka tiba di kedai kopi tersebut. Ia juga tidak enak dengan Jaehyun karena selama perjalanan tadi ia sepertinya terlalu menggantungkan dirinya pada pria itu.

"Iya..."

"Aku batalin pesananku dulu ya unnie," kata Yeri dengan lembut, dan melepaskan tangan Rosie dari lengannya. Yeri akhirnya berdiri lalu berjalan ke meja kasir.

Jaehyun yang sebenarnya juga duduk disebelah Rosie sedari tadi mengamati tingkah gadis tersebut yang saat ini sedang memijit pelipisnya dengan pelan.

"You okay?" Jaehyun menyentuh tangan Rosie, mengkhawatirkan kondisi gadis itu saat ini.

Rosie menggeleng pelan.


DUAR!


Suara petir tiba-tiba menyambar. Awan kelabu kini sudah berubah menjadi gelap. Jam 2 siang hari terasa seperti jam 6 sore. Rosie menutup telinga dan matanya menghadapkan tubuhnya kearah Jaehyun.

"Rosie kenapa?" Tanya Doyeon pada Jaehyun. Jungkook, Johnny dan Eunwoo juga menatap Jaehyun menuntut jawaban dari pria itu.

"Nyctophobia. Phobia malam." Jawab Jaehyun singkat.

Eunwoo lalu berbisik pada Doyeon, "Kan ini belum malam ya? masih siang?"

Jaehyun yang mendengar suara samar milik Eunwoo melemparkan tatapan sinisnya pada temannya itu.

Jaehyun berdiri dari duduknya kemudian berjongkok dihadapan Rosie sambil mengusap pelan wajah gadis itu.

"Pulang sama aku aja ya-- tunggu sebentar, aku ambil mobil dulu."

Jaehyun dapat merasakan pipi gadis itu mulai basah karena air matanya yang mengalir.

Yeri datang dengan kopinya yang sudah dibungkus take away.

"Temen-temen aku dan Rosie pulang duluan ya--"

"Biar aku saja yang mengantar Rosie pulang. Kamu sama mereka aja dulu disini." Cegah Jaehyun.

"Tapikan mobilku dirumah Rosie?"

"Biar aku yang antar nanti." Sahut Jungkook sambil menunjukkan sisi imut wajahnya pada Yeri.

Of course he's doing it for purpose.

Dan tanpa pikir panjang lagi Jaehyun segera keluar dan mengambil mobilnya.

"Separah itu?" Jungkook menatap Rosie dengan prihatin setelah memerhatikan kondisi tubuh gadis itu yang sekarang terlihat mulai bergetar.

Yeri tersenyum tipis sebagai jawaban. Karna ini bukan kali pertamanya melihat Rosie seperti ini. bahkan kadang bisa lebih parah. Yeri membawa Rosie ke pelukannya untuk meredam sedikit gemetar yang hadir pada diri gadis itu.

"OH! Ingat pertemuan pertama kita dengan Rosie saat hujan sore hari itu? Saat itu ia bahkan tidak ingin disentuh siapa-siapa." Doyeon membantu Eunwoo untuk mengingat kejadian sore itu. Saat dirinya bersama Eunwoo dan Jaehyun sedang keluar untuk mencari makan malam.

"OH!" Eunwoo mengangguk dramatis setelah mengingat kejadian itu.

Yeri hanya bisa mengusap punggung Rosie, menguatkan gadis itu semampunya.


Beberapa saat kemudian Jaehyun datang dengan membawa selimut tipis yang ada di mobilnya.

Yeri melepaskan pelukannya dari Rosie, dan menyerahkan gadis itu sepenuhnya pada Jaehyun.

Jaehyun menutup badan Rosie menggunakan selimut yang ia bawa lalu berjalan keluar setelah berpamitan pada yang lain lalu menuntun tubuh gadis itu untuk berjalan didalam rangkulannya.

"Yuno..." Rosie bergumam pelan dan itu membuat Jaehyun merasa terpanggil.

Belum sampai di mobil suara petir terdengar kembali menyambar. Sontak hal itu membuat Rosie menghentikan langkahnya hingga kakinya lemas.

Rosie jatuh terduduk hingga selimut yang menutupi kepalanya ikut terlepas. Wajah Rosie yang pucat dengan matanya yang tertutup membuat Jaehyun menjadi semakin khawatir hingga ia memutuskan untuk segera menggendong gadis itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Badan Rosie kembali bergetar hebat meskipun ia sudah berada didalam mobil. Jaehyun memasangkan safety belt pada gadis itu dan menyelimuti gadis itu hingga batas lehernya.

Rosie terus menggumamkan nama Yuno di bibirnya, dan hal itu semakin membuat Jaehyun sedikit frustasi.

"Rosie? Rosie?" Jaehyun menggengam tangan Rosie dengan bingung sekaligus panik.

"Yuno--"

Jaehyun akhirnya memilih untuk menyalakan mesin mobil terlebih dahulu dan juga radio.





Ed Sheeran - Photograph (playing in the background).





Jaehyun menyentuh wajah Rosie menggunakan kedua tangannya.

"Rosie, open your eyes."

Rosie masih memilih untuk menutup matanya dengan rapat. Tidak ingin melihat apapun.

"Open your eyes and look at me." Jaehyun mengusap pelan wajah Rosie dengan lembut hingga kini tubuh Rosie tidak se bergetar seperti sebelumnya, Namun gadis itu masih menutup matanya dengan sengaja diiringi dengan air matanya yang masih mengalir.

"Look at me only,"

Jaehyun kembali mengusap pipi gadis itu menggunakan kedua ibu jarinya.

Jaehyun mendekatkan wajahnya ke wajah Rosie, lalu berbisik pelan didepan wajah gadis itu hingga ia dapat merasakan nafas milik gadis itu.

"Please," Jaehyun menghilangkan jarak diantara mereka dengan mengecup bibir Rosie.

Jaehyun akhirnya memundurkan wajahnya setelah menyadari tindakannya.

Namun hal itu tidak sia-sia, Rosie akhirnya membuka matanya perlahan dan menyadari wajah Jaehyun yang hanya berjarak 5cm darinya.

Jaehyun menghela nafasnya dengan berat lalu menempelkan kepalanya dengan kepala gadis itu.





"Don't be scared Rose,

I'm here."








🌒🌙🌘

Semoga gak ngebosenin ya👉🏼👈🏼 dan kalau ada typo atau apapun tolong bantu direvisiin aja ya gaes🥰🥺

Btw... Cameo Chapter ini yuhuuw!

Lee dohyun🥰

Byun Baekhyun🥰

Next siapa lagiii ya yg jadi cameo?😂

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2.5M 38.3K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
3.1M 153K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...