Who's A Liar

By sstargyu

18K 3.4K 2.2K

[Brothership] Keputusasaan dirasakan oleh Soobin dan Beomgyu setelah kepergian kedua orangtua mereka. Tak dis... More

Prolog
#01 : The Beginning
#02 : Bully
#03 : Welcome, Devil
#04 : Regret
#05 : Bad Luck
#06 : Trust
#07 : Monsters
#08 : Nightmare
#09 : Rooftop
#10 : Liar
#11 : A Murder
#13 : The Perpetrator
#14 : Hero
#15 : Doubt
#16 : Sibling Promise
#17 : Sinner's Death

#12 : Believe Me

594 135 38
By sstargyu

Hari demi hari berlalu, dan semuanya menjadi semakin buruk. Tidak ada kemajuan baik dalam hubungan kakak adik itu. Keduanya memilih untuk tidak berbicara satu sama lain-atau lebih tepatnya, Beomgyu yang menghindari Soobin, dan tidak ingin berbicara dengannya.

Semenjak itu, Soobin tidak pernah lagi melakukan pekerjaan kotornya, atau pun menghubungi Yeonjun. Hari-harinya dihabiskan untuk memikirkan hal-hal buruk yang ada di otaknya.

"Kau mengerikan, Soobin."

Sampai detik ini, Soobin tidak mengerti apa maksud dari ucapan Beomgyu. Apakah Beomgyu mengetahui sesuatu tentang pekerjaannya?

Tetapi itu sangat tidak mungkin. Saat membunuh, Soobin sudah sangat yakin bahwa keadaan sekitar tidak terdapat manusia yang berlalu-lalang. Jejak pembunuhan pun sudah ia bereskan dengan apik hingga tak terlihat bahwa telah terjadi pembunuhan di tempat itu.

Lalu, apa maksud kata 'mengerikan' yang Beomgyu ucapkan?

Hal tersebut membuat kepala Soobin seakan-akan dapat pecah. Soobin ingin mendapatkan jawabannya segera. Berbicara pada adiknya, untuk memperbaiki hubungan mereka yang jauh dari kata baik-baik saja.

Maka disini Soobin sekarang. Dengan sedikit memaksa, dia dan Beomgyu kini berada di meja makan untuk menikmati sarapan mereka.

Beomgyu tentu saja terpaksa. Soobin tidak memberinya uang untuk makan di luar. Dirinya masih waras hingga tak ingin pergi ke sekolah dengan perut kosong.

Soobin tersenyum tipis. Melemparkan tatapan canggung pada adiknya yang berwajah dingin. Sepasang netranya tampak enggan untuk membalas tatapan Soobin. Sedari tadi yang dilakukan Beomgyu hanyalah menikmati makanannya tanpa mempedulikan Soobin yang sedari tadi berusaha memikirkan topik obrolan diantara mereka.

Hanya suara denting sendok dan piring yang terdengar. Percakapan di antara keduanya tak kunjung tiba. Lidah Soobin terasa kelu, membuatnya tak dapat melontarkan pertanyaan ataupun sapaan pada adiknya. Sesungguhnya, ia takut akan jawaban yang akan keluar dari bibir itu.

Soobin meremat sendok yang berada di genggaman tangannya. Berusaha untuk bernapas dengan tenang, dan mulai untuk memberanikan diri untuk mengeluarkan beberapa patah kata kepada si bungsu.

"Bagaimana sekolahmu?"

Sontak, aktivitas Beomgyu berhenti. Sesendok makanan tak jadi memasuki mulutnya. Lelaki itu menatap Soobin sekilas, lalu melanjutkan makannya. "Biasa saja," jawabnya.

Soobin menghela napas lega. Setidaknya ada sedikit kemajuan. Beomgyu tak lagi mengabaikan perkataannya.

"Tidak ada yang mengganggumu lagi, 'kan?" tanya Soobin lagi.

Soobin kembali membuat Beomgyu menghentikan aktivitas makannya. Lantas, Beomgyu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, sembari menatap Soobin datar. "Tentu tidak ..."

Si sulung tampak menghela napas lega. Senyum tulus terpatri pada wajahnya. Syukurlah, kini adiknya baik-baik saja.

"... karena kau sudah membunuhnya, Soobin. Jadi tidak ada lagi yang menggangguku."

Senyum itu lenyap seketika. Dengan kedua alis yang saling bertautan, Soobin berucap, "apa maksudmu?"

Beomgyu tertawa pelan. Di detik berikutnya, lelaki itu melipat kedua tangannya di atas meja makan seraya tersenyum tipis. Kedua netranya menatap Soobin tanpa berkedip.

"Tidak perlu membohongiku. Kau yang membunuh Hyunjin, bukan?"

Soobin tak mampu berkutik. Masih mencerna kata demi kata yang baru saja terlontar dari belah bibir Beomgyu. Apa maksudnya semua ini?

Untuk menghilangkan kegugupannya, Soobin tertawa pelan. Berusaha berpikir bahwa kini adiknya tengah membuat sebuah lelucon. Kini netranya pun menatap kedua netra milik Beomgyu-memeriksa bahwa adiknya tidak sedang serius saat ini.

"Kau sedang bercanda, ya?"

Beomgyu memukul meja makan kuat, hingga membuat Soobin tersentak kaget. Pandangannya beradu pada Soobin. Kedua bola mata kecoklatan itu penuh akan kebencian dan amarah. Sementara Soobin masih tidak mengerti apa maksud dari ucapan Beomgyu. Karena memang faktanya dia tidak membunuh Hyunjin.

"Apa menurutmu aku sedang main-main sekarang?!" hardik Beomgyu dengan dada yang naik turun. Napasnya terasa memburu dikarenakan emosi yang sejak tadi ia tahan. Beomgyu sungguh muak makan di meja makan yang sama bersama seorang pembunuh. Beomgyu juga muak melihat senyum dan wajah Soobin yang bersikap bahwa dirinya merupakan orang baik.

Beomgyu membenci semua itu. Tidak ada lagi kasih sayang untuk kakaknya. Semua rasa sayang dan hormatnya sebagai seorang adik hancur dalam beberapa detik saja disaat ia menerima foto mayat Hyunjin dari orang tidak dikenal.

"A-aku tidak membunuh Hyunjin." Soobin berusaha untuk meyakini adiknya, walaupun ia merasa semua itu akan berakhir sia-sia. Sebab kini, ia melihat kedua mata adiknya yang memandang dirinya penuh dengan kebencian. Seolah-olah dirinya adalah sesosok iblis mengerikan.

Tawaan renyah terdengar. Sekali lagi, Beomgyu sangat muak melihat perilaku Soobin yang bersikap seolah-olah dia tidak tahu apapun. Itu sangat menjijikkan, dan membuat Beomgyu ingin melenyapkan wajah sok polos itu sekarang juga.

"Kau berbohong!" bentak Beomgyu sekali lagi.

Soobin sama sekali tidak mengerti apa maksud dari ucapan Beomgyu. Dari mana dia mengetahui bahwa Hyunjin sudah mati?

Pertanyaan Soobin terjawab saat Beomgyu melempar ponselnya di atas meja makan. Soobin mengalihkan perhatiannya pada benda persegi panjang tersebut. Terlihat sebuah foto yang menampilkan betapa mengerikannya tubuh Hyunjin.

Soobin tak dapat menyembunyikan air muka terkejut miliknya. "D-dari mana kau mendapatkannya?"

Bukannya menjawab, Beomgyu malah tertawa pelan. "Apa ini? Apakah akhirnya kau mengakui bahwa kau seorang pembunuh, Soobin?"

Soobin mengepalkan kedua tangannya. Siapa pun yang berani mengirimkan foto tersebut kepada adiknya, Soobin bersumpah akan membunuhnya nanti.

"Dengar, Beomgyu. Aku memang menculik Hyunjin, tapi aku tidak membunuhnya," ucap Soobin bersungguh-sungguh. Dia menatap kedua netra adiknya dengan dalam, berusaha menyampaikan bahwa dirinya tidak berbohong.

"Lalu itu apa?! Kau tidak bisa menyangkalnya lagi! Siapa yang akan membunuhnya kalau bukan kau yang menculik dia?!"

"SUDAH KUKATAKAN BUKAN AKU YANG MEMBUNUH HYUNJIN! AKU BERANI BERSUMPAH!" balas Soobin. Kesabarannya sudah mulai habis. Sekarang ini yang ada di kepala Soobin hanyalah mencari tahu siapa orang yang berani mengirim foto mayat Hyunjin kepada Beomgyu.

Beomgyu tertawa pelan. "Apakah kau punya bukti?"

Helaan napas terdengar. Soobin berjalan mendekati Beomgyu, lalu memegang kedua bahunya. Ia menatap dalam kedua mata Beomgyu, berusaha untuk menyampaikan bahwa ia berkata jujur.

"Dengar, aku memang tidak mempunyai bukti. Tetapi, aku berani bersumpah bahwa bukan aku yang membunuhnya. Aku memang berkontribusi untuk menculiknya kemarin, tetapi aku tidak membunuhnya. Kemarin itu aku di rumah saja menunggumu pulang, Beomgyu. Sekarang, apa kau percaya padaku?" Kata demi kata Soobin ucapkan secara lembut. Berusaha keras agar Beomgyu kembali mempercayai dirinya.

Beomgyu hanya menunduk-tidak ingin menatap netra obsidian itu. Dari bagaimana cara Soobin berucap, membuat Beomgyu sedikit yakin bahwa kakaknya tidak berbohong.

Apa yang akan dipilihnya kali ini? Mempercayai kakaknya, atau tidak?

Pelukan hangat terasa. Direngkuhnya tubuh milik Beomgyu, seraya mengucapkan, 'percaya padaku' berulang-ulang kali. Afeksi yang diterima membuat hatinya tergerak.

Lalu, dengan pelan Beomgyu menjauhkan tubuh mereka. Kali ini irisnya beradu dengan milik Soobin. Dia menatap dalam netra milik pemuda itu, berusaha untuk menemukan kebohongan di dalam sana.

Entah Beomgyu yang terlalu naif, namun kini ia kembali jatuh pada pilihan yang salah.

Bibirnya melengkung ke atas, sembari menatap penuh dengan ketulusan. "Aku lega bahwa kakakku bukan seorang pembunuh."

Soobin membalas senyumannya. "Tidak perlu khawatir. Aku belum pernah membunuh siapa pun."

Continue Reading

You'll Also Like

70.2K 8.2K 36
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
397K 7.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
280K 21.8K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
113K 9.3K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...