to the moon

By dibaliksenyum

287 47 121

Bulan itu Cuek. Langit itu Usil. Jika Langit ingin Bulan? Langit harus meluluhkan hati Bulan. Pertanyaannya... More

2
3
4

1 πŸͺ“

148 17 28
By dibaliksenyum

Tentang dialog-tag udah aku revisi yaa, kalo masih ada yg salah, boros kata, atau typo tolong ingetin aku yaaa.

Komen '🤙😗🤙😗' untuk typo.

Komen 'anggur merah' untuk boros kata

Komen 'langit'untuk dialog tag yg masih salah.

Absen dulu yukk, kalian dari kota mana, dan kenapa bisa sampe nyasar kesini?

Selamat membaca! Enjoy!!

-

"LANGIT! KAMU ITU GAK ADA CAPEK-CAPEKNYA YA MASUK BK TERUS!" Rasanya, pak Bima ingin resign dari sini, anak didiknya yang satu ini memang selalu membuat ulah.

"Biasa aja tuh, yang ada bapak tuh, gak capek apa hukum saya terus?" Dengan santainya Langit bertanya, seolah ia tidak bersalah sama sekali.

Pak Bima menghela napasnya lelah, "Keluar," Katanya, ia sudah lelah.

"Makasih bapak, cantik."

"LANGIT!"

Langit sudah lari terbirit-birit keluar dari ruang BK, ia terkekeh ringan.

Dengan santai ia berjalan, tak banyak juga yang menyapanya ketika berpapasan.

Telinga Langit yang tajam mendengar siswi yang bergosip ria, mereka membicarakan ada murid baru.

Langit tidak peduli, toh jika ada murid baru pasti akan langsung kenal dengannya, bukan dia yang meminta kenalan.

Langit 'kan populer, PD aja dulu.

"Woy Ngit!" teriak Venus dari belakang, ia terlihat berlari.

"Langit," tekan Langit, ia tidak suka dipanggil 'Ngit'.

Venus terkekeh tidak peduli, ia kembali heboh.

"Asal lo tau, kelas sebelah ada murid baru coy," heboh Venus, ia berjalan dengan merangkul Langit, ala-ala berjalan anak laki-laki yang keren.

Langit meringis malu, entah mengapa nasibnya harus mempunyai teman seperti Venus.

"Apa hubungannya sama gue, lol."

"Venus, Langit," kata Venus penuh penekanan dengan senyum paksaan.

Langit juga ikut tersenyum, ia juga ikut merangkul Venus.

Sesampainya mereka di kelas, "Lo harus deketin dia sih, dia tuh cewek, Lang."

"Cakep?"

"Cakep lah, yakali kagak!"

"Gue mah tau selera lo, kalo kaga cantik lo kaga mau." Perkataan Venus memang benar adanya.

"Lo hobinya 'kan pantengin fisik orang." Venus terkekeh sejenak, ternyata Venus untung juga mempunyai fisik yang hampir sempurna. Produk ayah dan ibunya memang tidak pernah gagal. Ya, meskipun jika ia disandingkan dengan Langit pasti akan kalah jauh.

"Ye, gue netral kali, sukanya yang cakep, gue mah orangnya jujur aja, kaga kek lo!"

"Burik aja bangga," bisik Langit, Venus mendengus sebal.

"Awas ae kalo lo, deket beneran ama tuh cewek baru, gue doain dah! Dapet musibah teros!"

"Emang gue pikirin," batin Langit terkekeh.

"Mana mau gue sama tuh cewek, ngadi-ngadi lo."

Obrolan mereka terhenti ketika ada guru yang masuk, segera Venus keluar dari kelas, karena itu bukan ruang kelasnya.

Tidak ada istilah belajar dengan lancar di kelas ini, pasti ada saja ulah Langit.

-

Jam istirahat kedua berbunyi, banyak siswa yang berlalu-lalang di koridor, tentu dengan Langit dan Venus, mereka berdua sahabat bagaikan kepompong.

Banyak juga yang menyapa keduanya, mereka berdua berjalan menuju kantin. Mereka memilih bangku pojok belakang untuk diduduki.

"Pesen sono!" suruh Langit.

Venus mendengus, "Lo aja deh, mager gue."

"Alesan, Bambang."

"Bapak gue tuh, mau apa lo?" Langit terkekeh.

"Nama bapak sama anak beda jauh," kata Langit, lalu ia beranjak dan memesan makanan, meninggalkan Venus yang mendengus.

Mata Venus menelusuri seisi kantin, matanya berbinar ketika melihat murid baru yang tadi ia bicarakan dengan Langit.

Venus tidak sabar menunggu langit memesan makanan.

Langit sudah selesai memesan, ia mengernyit heran.

"Kenapa lo?" tanya Langit, ia meletakkan makanan dan minumannya, lalu ia duduk.

"Weh! Weh! Itu coy! Itu!" Tangan venus terus menepuk kasar Langit, pandangannya tetap pada seorang gadis murid baru tersebut.

"Apa 'sih?" Langit heran dengan Venus, matanya mengikuti arah pandang Venus.

"Anjir cakep!" batin Langit menjerit terkejut.

"Itu murid baru yang tadi gue ceritain!"

"Gimana? Cakep 'kan."

"Cakep sih, tapi sayang, bukan punya gue." Venus tertawa jenaka, apa dia bilang, Langit akan suka dengan murid baru itu.

"Tau aja lo, kalo gue jomblo," kata Langit, ia menyisir rambut dengan lima jarinya.

"Jomblo nyengir," kata Venus.

"Nangis dipojokan lah!" Venus terkekeh.

"Gue kaga se-nyesek itu ye."

Keduanya terdiam, menatap murid baru yang baru saja membuat Langit oleng.

"Bodo amat, gue mau makan." Seketika Langit teringat makanannya.

Sembari makan, keduanya memikirkan bagaimana caranya mendekati murid baru, bukan, bukan Venus, hanya Langit. Venus mah santai.

"Lo harus jadian sama dia sih," cetus Venus, lagi.

Langit menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

"Apa untungnya kalo gue pacaran sama dia?" tanya Langit, ia masih menyantap makanannya, namun, matanya juga melirik murid baru tersebut.

"Katanya sih dia cuek, coba aja lo luluhin hatinya."

"Ngapain deketin yang cuek kalo yang fast lebih asik?"

Venus berdecak, "Eleh, gue yakin lo mikirin cara buat deketin dia," tebak Venus, namun benar adanya.

"Sok tau." Siapa yang punya gengsi tinggi? Langit.

"Samperin sono, kaga ada temennya tuh."

"Gak ada untungnya buat gue."

Venus menggeleng heran, "Makin yakin gue, kalo lo sebenarnya punya cara sendiri buat deketin tuh cewek," kata Venus, matanya juga melirik kearah murid baru.

"Gue kan beda dari yang lain," kata Langit, membuat Venus semakin percaya dengan ucapannya, karena secara tidak langsung Langit mengakui.

"Tuh! Apa gue bilang, lo sebenarnya mau deketin tuh cewek, tapi lo gengsi."

"Mending gengsi, dari pada obral seribu tiga. Ke' gorengan aja."

"Ye, itu namanya penindasan secara tidak langsung."

"Penindasan secara tidak langsung, gimana?" tanya Langit, ia mengambil minumannya dan meminumnya.

Venus berdeham, "Gue tau lo keturunan orang kaya, kekayaan yang kaga ada abisnya ampe tujuh turunan dah. Mana tau lo penindasan secara tidak langsung."

"Gausah belibet njing, jelasin ya jelasin aja." Entah mengapa Langit tersinggung.

"Santai-santai," kata Venus matanya menatap sekeliling, lalu kembali menatap Langit.

Tangannya menunjuk stand gorengan yang ada dipojok depan kantin.

"Lo tau itu?" tanya Venus, Langit mengikuti arah tunjuk Venus. Sesaat Langit mengangguk.

"Coba bayangin, kalo yang jualan disana bokap nyokap lo, terus jualannya lo sama rata'kan ama obralan." Tidak asing lagi apa yang dimaksud obralan.

Sesaat Langit tidak paham apa yang dimaksud Venus, namun, Langit menelan ludahnya kasar ketika paham, benar yang dikatakan Venus.

"Harga diri jadinya, lo sebagai rakyat yang kaya materi, lo juga harus kaya sopan santun." Inilah yang Langit banggakan mempunyai teman seperti Venus, mengingatkan namun tidak menggurui, santai dan mengesankan.

Venus melihat wajah Langit yang aneh ia terkekeh, ia menepuk bahu Langit sejenak, "Ngapain jadi bawa-bawa tukang gorengan," kata Venus berusaha mencair'kan suasana.

Langit menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

Venus menatap murid baru yang sedari tadi sendiri, "Yakin lo gak mau nyamperin tuh cewek?" tanya Venus memastikan.

"Yakin." Singkat, padat, dan jelas.

"Biasanya kan lo duluan kalo yang cakep-cakep."

"Kenalin nih, kang ghosting," kata Langit dengan menepuk dadanya bangga.

"Baperin cewek doang bangga," sindir Venus.

"Bagus'an juga gue, baperin cewek dikehidupan nyata," kata Langit memberi jeda.

"Dari pada lo, virtual aja bangga," sindir balik Langit, Venus juga ikut tersindir.

"Ngapa maen sindir-sindiran seh!"

"Lo duluan Bambang."

"Gue tau, Bambang tuh bapak gue, ngapa lo panggil terus, heran gue."

"Enak disebutnya,"

"Bam-bang. Dua suku kata," kata Langit dengan mengacungkan dua jarinya.

"Lang, seriusan dong." Kembali dengan pembahasan murid baru.

"Serius dari tadi, kapan gue gak serius," kata Langit acuh.

"Keduluan ketua basket,"

"Nanti nanges!" Langit jengah dengan Venus.

"Gini ye, Ven. Secara, gue tuh populer, jadi siapa sih yang gak kenal gue, yakin aja deh sama gue, kalo tuh cewek bakalan kepincut sama gue dengan sendirinya," jelas Langit dengan sangat percaya diri, tidak tahu saja bagaimana sifat murid baru itu.

Venus berdeham, "Siapa yang keras kepala? Langit," kata Venus dengan bernada.

"Tai lo, anjing." Langit mendengus sebal.

-

Permulaan yang sangat pendek.

Vote jika suka, jika tidak ya sudah aku ga maksa.

Sebenarnya aku punya harapan besar untuk cerita ini, aku juga masih berharap banget cerita ini dikenal banyak orang, atau bahkan disukai banyak orang, dan semoga feel-nya dapet.

Bagi yang sudah aku tandai '🪓' berarti sudah aku revisi yaaa.


Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 74.8K 34
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
295K 13.5K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
2.7M 134K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
620K 24.4K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...