OH MY DADDY [M] ✔️

By khinanti

117K 9.3K 3K

🔞 MATURE🔸CONTENT 🔞 "Jadi siapa ayah dari anakku?" Menikah memanglah hal yang sangat diinginkan oleh sebagi... More

Prolog and Mini Klip
I. Counterfeit
II. Little brat
III. Wrecked
IV. Hotel Room
V. Party Night [M]
VI. Bathroom [M]
VII. Disorganized
VIII. Surat
IX. Messenger
X. Tamu tak diundang
XI. Sigh
XII. Barbeque
XIII. Fall Apart
XIV. Bar
XV. Waktu yang tepat
XVII. Intricate
XVIII. Pertemuan.
XIX. Marriage
XX. Strawberry Milk
XXI. Sorry
XXII. Hujan
XXIII. Black Suits
XXIV. I Want You But I Can't
XXV. Kisses
XXVI. Swimming Pool
XXVII.Threat
XXVIII.Night.
XXIX. Bye.
XXX.How could
XXXI.Sweat and Tears [M]
XXXII. Need U
XXXIII. Coffe Shop
XXXIV.The Dinning Room [M]
XXXV. Smolder
XXXVI. Quarrel [M]
XXXVII. Touch
XXXVIII. Secret
XXXVIII. Mental Illness
XXXIX. Baby Clothes
XL. Forgive me
XLI. Lie
XLII. Yeri
XLIV. Mom
XLVI. Sorry
XLVII. Death File
XLVIII. Pregnancy Contractions
XLIX. Dae Ho Birth
L. Resentment
LI. Court
LII. Wedding
LIII. Mail
LIV. Camping [M]
LV. Dae Ho
LVI. Sofa [M]
LVII. Taehyung (end)
Epilog.
Bonus Chapter.
Bonus Chapter 2
Spesial Trailer & Fanart

XVI. Tears

1.2K 142 40
By khinanti

Maafin kaleman ya, aku baru sempet revisi nih. Biasa udah punya buntut mah kalo mau pegang hp harus nunggu dia tidur heheh...

Oh iya aku lagi mood nih, kalo tembus 20 vote nanti bakalan aku double update deh. Tapi jangan berharap cepet ya, aku kan harus nulis sama revisi dulu hehehe.


Hari ketiga, hari yang seharusnya dipenuhi dengan kegembiraan menyambut bertambahnya usia Minji, kini berbalik jauh dari apa yang sudah dia bayangkan sejak awal. Rentetan masalah datang dengan apik menyambut harinya. Bahkan sekarang perdebatan demi perdebatan di kamar tepat dimana Taehyung beristirahat dengan Yeri terdengar sampai ke ruang tengah bahkan hampir memenuhi seisi ruangan suaranya.

Minji sampai harus menutup telinganya akibat segala bentuk cercaan dan makian dari Yeri mengalun dengan hebatnya pada sang pujaan, Taehyung. Teriakan bahkan suara barang yang terjatuh mengiringi malamnya. Malam dimana usianya kini bertambah.

Jungkook ada di daun pintu, hanya diam. Tidak melakukan apapun selain bersandar sambil memperhatikan Minji yang dirundung frustasi ditambah rasa tak nyaman katna suara dikamar sebelah.

Tadinya mau mendekat, tapi Minji bilang untuk tetap di tempat. Jadi menurut saja.

Padahal sebelumnya Jungkook sudah memberi cupcake dengan satu lilin di atasnya, cupcake strawberry kesukaan Minji. Biasanya Minji akan langsung luluh dengan camilan yang biasanya Jungkook beri. Tapi tidak untuk malam ini.

"Berhenti meruntuki nasib sendiri dan berharap segalanya hilang hanya dengan kau diam Noona. Semua harus segera diselesaikan, tidak baik terus menerus dibiarkan begini. Menjauhi Yoongi Hyung saja kupikir itu adalah kesalahan besar kita, sekarang apalagi kau hanya mau memikirkan jalan keluarnya sendiri." Jungkook menghembuskan nafasnya ketika Minji justru membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya seolah tidak perduli dengan segala ucapan yang keluar dari dua belah bibir Jungkook. "lihatlah dirimu, kau bahkan masih belum bisa membebaskan semua ego besarmu itu, dan kau memintaku untuk membiarkanmu mengurus anak di dalam rahimmu, sendirian? Bagaimana bisa nanti anakmu terus menerus kau beri asupan ego tinggimu yang selalu kau pelihara itu!"

"Jung berhenti mengomel"

"Noona juga berhenti berfikiran konyol."

Minji mengambil bantal di sebelah dia berbaring, menaruhnya di atas wajahnya untuk tidak lagi melihat presensi Jungkook bahkan suara darinya yang bahkan membuatnya semakin merasa bersalah. Ditambah dengan suara menakutkan dari kamar sebelah, lebih tepatnya menjengkelkan.

"Apa Noona berusaha untuk bunuh diri di bawah bantal itu?"

Tangan Minji menghentak kencang di sisi-sisi kasur, dengan kakinya yang menendang udara karna Jungkook tidak mau berhenti mengucap. "diam Jung."

"Tadinya aku mau membantu Noona."

"Untuk?" Minji melepas bekapan bantal di wajahnya, menoleh malas ke arah Jungkook yang masih pada posisi semula. Sedang memainkan kuku jarinya seakan-akan memperlihatkan betapa santainya dia dan menariknya tawaran yang sedang dia berikan.

"Membekap Noona dari atas, akan lebih mudah dilakukan bukan? Tidak perlu lama menunggu Noona kehabisan nafas karna bekapan Noona yang lemah."

Ijinkan Minji sekali saja untuk melempar Jungkook ke luar angkasa kali ini saja, bahkan disituasi semenegangkan ini, si konyol itu tetap memberikan sebuah ide gila terkesan menyebalkan. Tapi meladeni Jungkook juga bukan hal yang benar, jadi sekarang Minji memilih untuk bangkit. Duduk di tepi ranjangnya mengarahkan kedua manik matanya tepat ke arah Jungkook. Tatapan biasa tapi tersimpan penuh kekesalan tentunya.

"Apa maumu? Aku sudah menyuruhmu Keluar bahkan aku tidak mengijinkanmu melangkah dari tempat asalmu, tapi kenapa masih disana dan berbicara hal konyol. Aku sedang tidak mau bercanda Jung. Mengertilah."

Jungkook mengangguk, terlihat seperti memahami. Tapi kini tatapannya berubah serius, dia melangkah maju walaupun Minji sudah kembali bersuara untuk berhenti di tempat. Tidak menghiraukan itulah yang Jungkook lakukan sekarang. Malas.

"Besok kita pergi ke tempat yang seharusnya. Aku akan mengajak Hyung." Kata Jungkook singkat, tapi dia berbalik, tidak menuju ke arah Minji dia bahkan sudah kembali melangkah keluar. Sebenarnya apa mau pria itu. "percayalah tempat itu adalah tempat dimana kita akan menyelesaikan semua masalah kita"

Minji ingin menyela, tapi Jungkook sudah melangkah dengan langkah penuhnya. Kakinya yang jenjang sangat mempermudah dirinya untuk melarikan diri.

Tapi sekarang satu pertanyaan Minji.

Kemana Jungkook akan membawanya?

Firasat tidak baik langsung menyambanginya, apa mungkin Jungkook akan membawanya pada dukun beranak?

Aborsi?

Dia bilang tadi menyelesaikan masalah bukan?

Kenapa ini menjadi sangat menakutkan.

・・・◉◉・・・

Sebuah rumah dengan cat berwarna biru muda tidak begitu besar namun nampak kokoh dan sangat berkesan di pandangannya kini tengah dihadapkan langsung dengan dirinya yang kini masih ada di kursi tengah bersama Jungkook dan Taehyung di depan kemudi.

Minji sampai tidak sanggup untuk berkedip bahkan meneguk ludah saja rasanya seluruh dinding mulut Sampai kerongkongannya kering kerontang. Terhantam kuat oleh satu pernyataan Jungkook yang masih terngiang jelas di ingatannya tentang tempat dimana mereka akan menyelesaikan masalahnya.

Maka rasa bersalah dan ketakutan besar menyerangnya begitu saja, tepat ketika lengan Jungkook menyentuhnya. Ekor mata Minji melirik kecil, entah kenapa rasanya perih sekali matanya menahan hal yang ingin keluar dari sudut-sudut matanya.

Anggukan Jungkook menuntunnya untuk segera menemui kenyataan yang akan membawanya pada takdir hidup yang sudah dia pilih, Taehyung bahkan sudah membuka pintu mobil tepat dimana Minji duduk.

Haruskan hari ini dia menghancurkan hati keluarganya?

"Kita lewati semua bersama, kau jangan takut sendiri. Kamilah yang akan menanggung semuanya."

Itulah satu kalimat yang berhasil Taehyung sampaikan, yang menggiring tubuh Minji untuk keluar dan melangkah menggiring dirinya pada kemungkinan dimana si baik atau siburuklah yang akan dia terima nanti.

........

Bahkan disini senyum ayah dan ibunya masih terasa hangat menyapa mereka, dengan secangkir teh hijau dengan aroma menenangkan menaungi mereka di ruang tamu. Terasa sangat menenangkan dan membuatnya sedikit dirundung kesedihan.

Hingga puncaknya Minji memejam menyiapkan apa yang harus dia ucap saat ini juga, tangannya entah kenapa terulur menyentuh perut ratanya. Mengusap penuh kasih berharap mendapatkan sejumlah kekuatan untuk bisa menyampaikan semuanya dengan sepenuh hati.

Berharap buah hatinya bisa meneguhkan hatinya untuk mengungkap semua yang sedang dia alami.

"Wah lihatlah, ada dua pecundang yang berani menginjakkan kakinya di rumahku. Sudah mengumpulkan keberanian ya? Atau hanya ingin berkunjung tanpa melepas topeng?"

Ternyata ada Yoongi disana, tepatnya dia sedang berjalan menuruni tangga dengan pakaian santai yang dia kenakan. Sepertinya dia sedang libur. Buktinya dia ada dirumah.

Taehyung menundukkan tubuhnya lalu berdiri tepat di tempatnya. Mengarahkan pandangannya pada Yoongi yang masih melangkah menuju tempat mereka berada, senyum asimetris yang dia berikan cukup memberitahu betapa tidak sukanya dia melihat presensi dirinya maupun Jungkook.

Dia pasti sudah di cap buruk oleh Yoongi.

"Aku datang kesini dengan etiket baik Hyung, setidaknya hargai niat baik kami."

Entah kenapa Yoongi disana malah bertepuk tangan, pelan memang suaranya pun tidak nyaring. Tapi itu terlihat cukup meremehkan.

"Niat baik? Itu bahkan sudah tidak bisa aku perkirakan ada diantara kalian berdua. Bagaimana bisa ada niat baik disamping adanya niat buruk menghancurkan kehidupan seseorang, yang bahkan sudah kalian anggap sebagai adik sendiri?"

Ayah dan Ibu Minji tentu saja dibuat kebingungan akan semua ucapan yang dilemparkan oleh Yoongi anaknya dan Taehyung yang sudah jelas mereka ketahui teman Minji.

"Ibu... Ayah... Ak-aku"

Suara Minji terlirih kecil, terdengar sangat penuh akan beban dalam setiap katanya. Seakan-akan ada penyampaian berat yang sedang dia persiapkan.

Jelas disana ayah dan ibunya langsung beralih melihat ke arah Minji setelah sebelumnya sempat bingung dan meminta penjelasan Yoongi karna perdebatannya dengan Taehyung yang terdengar sangat aneh.

Tapi ibulah yang lebih peka terhadap raut wajah sendu yang Minji berikan disana. Seketika pandangannya menatap penuh pada Minji memastikan tidak ada hal yang membebani anaknya selama ini saat hidupnya terpisah dengan mereka tentunya.

Hingga akhirnya air mata yang Minji tahan sejak tadi jatuh dengan hebatnya membasahi pipinya, bahkan tetesannya terlihat jelas. Mengabaikan sebentar saat tangan Jungkook menyentuh lengannya, sekedar memberikan kekuatan.

Yoongi yang melihat pergerakan Jungkook senekat itu dengan seenaknya menyentuh adiknya langsung beringsut melangkah dengan langkah besar ke arah Jungkook, mengabaikan Taehyung yang masih berdiri di dekat Minji adiknya serta kedua orang tuanya yang masih menunggu penjelasan.

Maka saat itu juga satu pukulan telak diterima Jungkook setelah tubuh Jungkook diambil untuk berdiri menghadapnya. Tentu saja disana Jungkook tersungkur, bahkan dahi kanan Jungkook terbentur ujung meja ruang tamu. Mengakibatkan likuid kental mulai turun dari dahinya yang dengan cepat Jungkook sapu dengan lengan kanannya.

Ayah pastilah sangat terkejut, dia langsung menarik paksa putranya sebelum kepalan tangan putranya kembali melayangkan pukulan.

"Bajingan, berani-berani kau menyentuh adikku!"

Itulah satu kata yang Yoongi teriakan ketika tubuhnya digiring menjauh.

Taehyung tidak tinggal diam, dia langsung menolong Jungkook. Memberikan sapu tangan coklat miliknya untuk memperkecil luka di dahi Jungkook.

"Bisa tidak perilaku kasar dan seenaknya saja di dalam dirimu itu berkurang Oppa! Aku kesini karena mau meluruskan masalah. Aku kesini bukan untuk menonton ajang kekerasan dari emosimu yang berlebihan! Kau selalu saja memberiku gambaran kakak yang tidak pantas untuk menjadi sosok selayaknya."

Ibu disana benar-benar bingung, dia tidak tau harus bertindak seperti apa ketika kekacauan jelas terlihat di depan matanya. Kedua anaknya terlihat tidak baik disamping kedua teman Minji dan Yoongi yang juga terlihat sangat membuat putranya emosi.

"Sayang, anakku yang cantik tolong beritahu Ibu, Beritahu ada apa dengan kalian? Kenapa... Kenapa ini terlihat sangat..."

"Aku hamil" sela Minji cepat yang langsung disambut respon penuh keterkejutan yang ditangkap dari presensi ibu dan ayahnya disana. Tapi yakinlah, ibu yang terlihat cukup terluka disamping rasa keterkejutannya.

Jelas, sangat jelas. Diriinya sudah menghancurkan hati ibunya.

Maka rasa bersalah kembali menyerangnya dengan sangat hebat, dilihatnya sang ibu sudah kembali terduduk. Matanya menyorot kosong, sedangkan ayah hanya memejam menetralkan denyut mengerikan yang menyerang hatinya.

Dan untuk Yoongi, dia bahkan pergi. Setelah mengamati semua wajah penuh kekecewaan di ruangan itu. Dia pergi tanpa mengucap satu patah katapun.

Taehyung dan Jungkook disana juga tidak melakukan pembelaan, karna memang ini salah mereka.

Mereka berdua bersimpuh, dengan air mata yang jelas terlihat.

"Siapa ayahnya?"

Suara ayah memcah keheningan, suaranya tenang bahkan tidak ada penekanan sedikitpun disana. Ayah memanglah sosok yang lembut, dia bahkan tidak pernah marah sekalipun mendapati kesalahan Minji yang tergolong besar. Seperti pernah melemparkan batu bata ke kepala teman kecilnya. Anak iseng yang mencoba memukuli Jungkooknya. Atau seperti membolos sekolahpun ayah tidak pernah memarahinya, Yoongilah yang tegas diantara semuanya.

"Apa diantara mereka? Salah satu temanmu ini yang melakukan?" Suara ayah masih tenang tapi tatapan dinginnya tidak bisa menghilangkan ketakutan yang Minji rasakan disana.

Helaan nafas ayah terdengar berat saat semua pertanyaannya tidak satupun dijawab. "Choi Minji, jawab ayah! Siapa ayah dari anakmu?" Kini suara ayah penuh akan penekanan, matanya yang memerah menahan emosi kini terlihat semakin jelas.

Minji menggeleng, air matanya yang sudah banyak membasahi wajahnya teelihat sangat menyedihkan. Sampai dimana sang ayah langsung kembali memejam, dia sungguh tidak bisa melihat wajah menyedihkan putrinya. Dirinya harus sadar, bahkan dia bukan ayah yang baik. Dia bahkan tidak ada disamping putrinya dua puluh empat jam untuk mengawasi.

Pantaskah dia marah sekarang?

"Pilihlah salah satu diantara mereka, dan segeralah menikah"

Kata-kata menyayat hati dengan getaran di belah bibirnya keluar begitu saja ditengah pertanyaan sang ayah dari belah bibir ibunya dengan isakan tangis yang mengiringi setiap kata yang dia ucap.
Bahkan bulir berharga yang selalu Minji usahakan agar tidak terjatuh membasahi pipi ibunya, yang kini entah sudah berapa banyak memberikan jejak disana.

Sungguh Minji hanya menginginkan bulir bening itu menetes karna alasan kebahagiaan yang dia buat untuk keluarganya, tapi naas. Perilaku buruknyalah yang berhasil membuat bulir bening itu jatuh begitu saja menelusuri pipi keriputnya. Sedangkan ayah kembali bungkam, berusaha menahan diri agar tidak melakukan tindakan apapun yang bisa saja membuat situasi semakin memburuk. Contohnya, memukuli kedua sahabat Minji.

"Aku tidak bisa" Minji kembali bersuara, suara yang sangat kecil. Karna tentu saja dia disana juga tengah menahan isakannya.

Jungkook menoleh diikuti juga dengan Taehyung. Mereka tidak terima akan keputusan Minji.

Mereka ada disini, membawa diri hanya untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya. Tapi kenapa Minji selalu tidak percaya akan tanggung jawab mereka.

Ini terkesan menyedihkan.

"Noona, aku yang akan menikahimu. Aku yang akan bertanggung jawab"

Suara Jungkook mengalun dengan tegas, tapi justru Taehyung dengan engahan nafasnya menyela. "Bagaimana bisa? Kau tidak berhak memutuskan. Minjilah yang akan memutuskan."

"Pilih pilihanmu nak, sebelum kandunganmu membesar dan memberikan citra jelek pada dirimu sendiri"

Itu suara ayah, ayah kembali bersuara. Terdengar pasrah karna suaranya sangat kecil disertai dengan helaan nafas.

Mata kecil Minji menatap bergantian Jungkook dan Taehyung yang kini sudah berdiri menghadap ke arahnya. Menunggu satu keputusan mutlak.

"Aku butuh waktu, berikan aku waktu. Tidak lama, hanya untuk memilih dan memilah siapa yang terbaik"

Maka saat itu juga tungkai Minji melangkah menjauh dari ruang tamu. Melangkah dengan pasti ke arah lantai atas, tepat dimana kamarnya berada.

Sedangkan Jungkook dan Taehyung hanya bisa menghela nafas kecil penuh kekecewaan.

Ayah dan ibu Minji juga bahkan pergi dari sana, meninggalkan Jungkook dan Taehyung yang berkelut dalam fikirannya sendiri.

Taada yang membuka suara disana. Tapi banyak pemikiran yang bersarang memenuhi fikiran mereka masing-masing.

Jungkook menyorot penuh pribadi Taehyung disana yang sedang meremat surainya, menundukkan kepalanya terlihat seperti yang paling frustasi. Kenyataan lain mulai menghantam memorynya, mengingat Yeri masih menjalin hubungan dengan Taehyung, bahkan setelah keributan menyambut mereka beberapa hari ini.

Jungkook dengan keyakinannya bertaruh penuh bahwa Minji tidak akan meminta pertanggung jawaban Taehyung. Karna Taheyung milik Kim Yeri sampai detik ini. Dan Minji bukan wanita tak berhati yang dengan seenaknya menghancurkan hubungan yang telah lama Taehyung dan Yeri jalin walaupun ada perasaan tidak suka yang menaungi Minji. Tapi satu hal yang harus Minji sadar, Yeri adalah bahagianya Taehyung.

Dengusan berat terdengar dari Taehyung, dia menengok ke arah Jungkook dengan wajah berantakannya ketika kenyataan yang bahkan Jungkook perkirakan tadi juga menyerangnya.

"Kita pulang, beri waktu Minji untuk memilih. Siapapun yang dia pilih, percayalah kita masih memiliki tanggung jawab satu untuk anaknya. Kita bahkan tidak tau siapa ayah biologisnya. Jadi kumohon, jangan ada rasa saling tidak terima ketika keputusan itu Minji berikan. Aku maupun dirimu."

Jungkook mengangguk, dia juga harus belajar dewasa menanggapi ini.

Persetan dengan rasa tidak mau kalahnya, dia benar-benar harus menyesuaikan diri di masalah pelik yang tengah dihadapkan pada mereka semua.

Maafin kalo ini ga ngefeel di kalian, please ini baru banget buat aku bikin cerita begini. Semoga aja kalian memaklumi dan menikmati ya 🥺

Nih loh yang tadi di mobil, outfitnya begini ya bayangin aja Dolo.

Continue Reading

You'll Also Like

3K 633 18
Aku benci jika harus mengakui dia adik ku. aku memang menginginkan seorang adik tapi kenapa harus dia kebencian, merebut kasih sayang.
1.6M 80.5K 54
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
7.7K 1.1K 39
Tentang Kisah Cinta Kim Sohyun dengan Kim Taehyung dalam one shot
1M 194K 43
Namanya Auriga Arsa. Aku tidak tahu apapun tentangnya selain bahwa ia suka kopi hitam. Aku bahkan tidak tahu wajahnya seperti apa. Pesanan kopi atas...