STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )

By elaralim

38.6K 5.5K 3K

Akibat perceraian kedua orang tuanya, Star Allen harus pindah bersama ibunya dari New York ke Wilmington, kot... More

PENGENALAN TOKOH
PROLOG
1 : Divorce
2 : Wilmington
3 : Encounter
4 : River
5 : Ocean
6 : Fireworks
7 : Surfing
8 : Brunch
9 : Betrayal
10 : First Day
11 : Visioner
12 : Cheerleaders
13 : Rooftop
14 : Bills
15 : Swollen
16 : Band
17 : Music
18 : Help
19 : Chemistry
20 : Sleepover
21 : Liar
22 : Song
23 : Injury
24 : Homecoming Party
25 : Lighthouse
26 : Kimchi
27 : Competition
28 : Charlotte
29 : Caught
31 : Part Time
32 : Thanksgiving
33 : Talent
34 : Park
35 : Exhaustion
36 : Feeling
37 : Daisy
38 : Mistletoe
39 : New Year
40 : Valentine
41 : Racism
42 : Election
43 : New York
44 : Recording
45 : Daddy
46 : Graduation
47 : Distance
48 : Break Up
49 : Boss
50 : Los Angeles
EPILOG

30 : Debt

445 72 40
By elaralim

Sekarang telah masuk bulan November. Setelah dua minggu lamanya, aku masih belum berbaikan dengan Ellen, kami saling mengabaikan satu sama lain. Sejujurnya aku juga tidak nyaman, tapi Ellen benar-benar mengacuhkan aku. Joanna juga masih di pihak yang netral, dia tidak berpihak kemanapun.

Hari ini aku akan menjemput ibuku di Bobby's sepulang sekolah. Karena ini hari Selasa, aku bisa menjemput ibuku. Begitu bel tanda pulang sekolah berbunyi, aku segera melajukan mobilku menuju Bobby's. Seperti biasa, aku duduk di salah satu kursi dan membuka laptop untuk mengerjakan tugas. Baru saja aku membuka laptop, ada dua orang pria bertubuh tinggi dan besar, mereka masuk ke Bobby's.

"Aku mencari Catherine Adams!" seru salah satu pria itu yang berambut pirang.

Ibuku? Dia mencari ibuku? Siapa dia? Dengan tergopoh, ibuku menghampiri mereka. Ibuku menarik pria itu ke arah luar restoran. Aku berdiri dari kursiku dengan niat untuk ikut ibuku ke luar restoran.

"Tidak, Star! Tunggu di sana!" perintah ibuku, lalu ibu dan kedua pria menyeramkan itu pergi keluar restoran.

Aku pun menurutinya, aku duduk kembali dengan kedua mata masih mengawasi ibuku dari dalam restoran. Restoran di Bobby's memiliki dinding kaca yang besar, sehingga dari dalam, kita dapat melihat ke arah luar restoran.

Ibuku berbicara dengan kedua pria berotot itu. Mereka terlihat geram. Siapa mereka? Bagaimana ibuku bisa terlibat dengan mereka? Apakah ibuku berhutang pada mereka? Pikiranku melayang, berpikiran yang tidak semestinya.

Tiba-tiba ibuku terjatuh ke tanah karena didorong oleh salah satu dari mereka. Aku tidak bisa diam lagi di sini. Detik itu juga, aku beranjak dari kursiku dan keluar restoran.

"Hei! Apa yang kau lakukan pada ibuku!" seruku dengan suara lantang.

Aku berlari ke arah ibuku dan membantu ibuku berdiri.

"Ibumu punya hutang pada bosku! Dan dia tidak membayarnya tepat waktu!" ujar seorang pria berambut gelap.

Ternyata dugaanku benar, ibuku berhutang. Sejak kapan ibu mulai berhutang? Apa sejak kami tinggal di sini? Sudah enam bulan aku tinggal di sini.

"Berapa hutang ibuku? Aku akan membayarnya!" tanyaku dengan tatapan menantang.

"Apa yang bisa dilakukan oleh anak kecil sepertimu?" tanya pria berambut pirang.

"Jangan banyak bicara! Katakan saja! Berapa hutang ibuku?" tanyaku kepada mereka.

"5000 dollar, dan sekarang sudah jatuh tempo," jawab pria berambut pirang itu.

Spontan, aku melebarkan mataku. 5000 dollar?! Untuk apa ibuku berhutang begitu banyak? Ya Tuhan!

"Beri kami waktu," ucapku.

"Kami sudah memberi ibumu banyak waktu, dan dia sudah menunggak sebulan lamanya!" kata pria berambut gelap, aku dapat mencium aroma alkohol dari tubuhnya. Sepertinya dia agak mabuk, aku harus berhati-hati padanya.

"Beri kami waktu sebulan lagi," ucapku.

"Tidak, Star. Biar aku yang mengurus ini. Masuklah ke dalam!" perintah ibuku.

"Sudahlah, mom! Ini bukan masalah yang bisa kau tangani sendirian," ucapku. Aku kesal dengan ibuku, karena tidak melibatkan aku dalam mengambil keputusan dalam berhutang ini. Kami hanya memiliki satu sama lain!

"Hentikan drama ini!" ujar pria berambut hitam.

"Beri kami waktu, dua minggu! Ya, dua minggu!" kataku pada pria itu.

"Tidak! Besok! Kami akan memberi kalian waktu, besok!" ujar pria berambut gelap itu.

"Kau gila? Dari mana kami bisa dapat 5000 dollar dalam sehari?" Aku protes dengan keputusannya, tidak mungkin aku bisa mendapat 5000 dollar besok.

"Bayar saja! Atau nyawa ibumu terancam!" kata pria berambut gelap itu.

Pria berambut pirang di sebelahnya mendengus. "Jangan ibunya. Bawa saja putrinya, kita bisa menjualnya dengan harga bagus," bantahnya.

"Jangan sentuh putriku!" Ibuku maju dan mendorong pria berambut pirang itu.

"Jangan macam-macam dengan kami! Pecundang!" Pria berambut hitam itu mendorong ibuku lagi, dan ibuku jatuh untuk kedua kalinya. Tapi kali ini, dia tidak hanya mendorong, dia melayangkan pukulan ke wajah ibuku. Gerakannya sangat tiba-tiba, ibuku sudah berdarah di ujung bibirnya.

"Hentikan! Atau aku akan melapor polisi!" Aku berteriak karena sudah tidak dapat menahan emosiku.

"Aku punya buktinya."

Terdengar suara di belakangku, aku menoleh. Ethan sedang berada di atas motor besarnya, sambil memegang ponselnya.

"Aku sudah merekam tindakan kalian kepada Mrs. Allen," ucap Ethan sambil turun dari motornya. "Aku bisa laporkan ke polisi sekarang juga," imbuhnya.

Pria berambut hitam ingin menghampiri Ethan, tapi dicegah oleh pria berambut pirang.

"Kita pergi saja dan kembali besok," ujar pria pirang itu.

"Ingat, jalang! Aku akan kembali besok. Bayar atau putrimu akan aku bawa!" amuk pria berambut hitam.

Lalu keduanya pergi dengan mobil mini truck-nya. Sedangkan aku membantu ibuku berdiri, dan membawanya masuk ke dalam Bobby's. Ethan mengikuti di belakang kami.

"Bobby, boleh aku minta first aid kit?" tanya Ethan.

Aku membawa ibuku duduk di salah satu kursi, beberapa pelanggan melihat kami dengan tatapan kasihan. Tak lama kemudian, Ethan membawa kotak obat-obatan.

"Kau baik-baik saja, Mrs. Allen?" tanya Ethan kepada ibuku, sambil menyerahkan kotak obat kepadaku.

"Iya, terima kasih telah membantu," ujar ibuku.

Aku mengobati luka di ujung bibir ibuku.

"Mom, aku akan menjual mobil," usulku sambil mengobati luka ibuku.

Ibuku menghentikan tanganku, lalu menatapku tajam. "Tidak, Star! Jangan jual mobil itu, itu bisa untuk biayamu kuliah nanti," larang ibuku.

"Mom, bagaimana aku bisa kuliah dengan melihatmu dipukul seperti tadi? Aku tidak sanggup melihatmu dipukul seperti tadi, mom," bantahku.

"Maaf, aku tidak berniat ikut campur. Tapi aku rasa, Star ada benarnya. Lebih baik mobil itu dijual sekarang sebelum harganya turun, sisa uangnya bisa untuk ditabung untuk kuliah Star," kata Ethan.

"Tapi, itu tidak akan mencegahku untuk berhutang lagi, gajiku tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bulanan kami," ujar ibuku.

"Aku akan cari kerja," kataku sambil melanjutkan mengobati luka ibuku.

"Kebetulan ayahku memerlukan pekerja paruh waktu, untuk menggantikannya menjaga toko di sore hari hingga malam. Kau berminat?" tanya Ethan. Aku sudah tahu, jika keluarga Ethan memiliki toko perkakas di downtown. Ibuku pernah memberitahuku dulu.

"Benarkah? Tentu saja aku berminat. Aku berhutang banyak padamu, Ethan," ucapku tulus.

"Baik, berikan aku CV-mu besok, lalu aku akan memberi tahu ayahku

"Tunggu! Bagaimana kau akan pergi ke sekolah?" tanya ibuku.

"Aku akan membeli sepeda dari hasil penjualan mobil," jawabku seraya membereskan first aid kit, karena telah selesai mengobati luka ibuku.

Ibuku memelukku. "Kau sudah sangat dewasa, Star. Aku bangga padamu," ucapnya.

"Artinya kita harus menjual mobil hari ini juga, dan membeli sepeda hari ini juga," ucapku.

Ibuku mengangguk. "Maafkan aku karena membuatmu hidup susah, Star," ucap ibuku dengan lirih.

Aku menggeleng. "Tidak mom. Aku tahu apapun yang mommy lakukan adalah yang terbaik untukku," kataku.

"Kalian ingin kutemani pergi?" tawar Ethan.

Aku menggeleng. "Thanks, Ethan. Tapi aku rasa, aku bisa bersama ibuku saja," jawabku tulus.

"Baiklah jika begitu. Jika ada masalah, jangan ragu hubungi aku," kata Ethan sambil tersenyum lalu dia pergi.

Beberapa jam kemudian, ibuku pulang. Aku dan ibuku ke tempat penjualan mobil bekas. Beruntungnya kami, karena mobil kami terawat dengan baik, sehingga dapat dijual dengan harga yang masih tinggi. Kemudian, aku membeli sepeda untuk diriku sendiri. Lalu kami pulang naik taksi, dengan sepedaku terlipat di bagasi taksi. Besok, kami akan terbebas dari hutang.

___________________________________________

Sebutkan satu kata buat Ethan?
Kalau aku kebetulan! Dia selalu ada kebetulan di saat Star butuh. Kayak jin hehee..

Makasih yang sudah baca, jangan lupa tekan bintang. GBU 💕

Continue Reading

You'll Also Like

856 188 53
"Gue tiba-tiba PMS setiap ngeliat lo! Hormon gue jadi gak terkendali," ucap Chilla. Karena sebuah tragedi berdarah pada masa pengenalan lingkungan se...
18.4K 3K 37
[COMPLETED] For you : Neody Astrea Seleen From me : Mr. Sticky Notes "Awal yang berarti Kemukakan rasa di hati Untukmu, sang gadis di kereta api" •••...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

656K 30.4K 50
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
23.6K 2.9K 28
Bagi Darla, menyukai Genta seperti mengagumi keindahan bintang di angkasa. Terasa dekat di hati, tetapi begitu jauh ketika ia menengadah ke langit. ...