01: 30 | KookV

By Kim_chiisgood

27.1K 3.6K 156

Abracadabra!!! ... here comes the magic spell. Sebuah keajaiban- atau mungkin kutukan? Semua yang kemudian m... More

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20

13

1K 163 7
By Kim_chiisgood

.
.
.

Taehyung terbangun, mengerjap sebentar ke sekelilingnya. Pandangannya tidak terlalu jelas, satu-satunya sumber cahaya ada pada beberapa buah lampu dinding di kamarnya. Seingatnya terakhir kali sebelum tertidur ialah seorang dokter yang datang memeriksanya.

Jam kecil yang berdetak di meja samping tempat tidur mereka menunjukkan pukul 2 dini hari. Taehyung tidak pernah bangun jam begini sebelumnya. Tapi sekarang dengan terpaksa dia harus karena perutnya berbunyi dari tadi.

Beranjak dari tempat tidur, Taehyung menyalakan lampu kamarnya. Baru saja akan membuka pintu saat sebuah suara parau dan berat menahannya,

"Taehyung? Kau mau kemana?" Itu Jeongguk.

"Aku lapar." Taehyung berbalik sejenak sebelum membuka pintu lagi.

"Tunggu sebentar."

Jeongguk bangun dengan cepat. Melompat dari tempat tidur, memakai jubah tidurnya sebelum menyusul Taehyung. Matanya belum terbuka sempurna. Kentara sekali masih sangat mengantuk.

"Kalau masih mengantuk tidur saja lagi. Tidak perlu ikut, aku cuma mau ke dapur ini kok."

"Ini sudah malam Taehyung. Kalau ada apa-apa bagaimana?"

"Memangnya akan ada apa? Ini masih di dalam manor. Berlebihan sekali."

"Biar aku panggilkan pelayan. Tidak perlu ke dapur. Kau tunggu disini saja."

"Hum.. baiklah."

Walaupun dilingkupi rasa heran Taehyung ikuti saja kata Jeongguk. Baguslah jika ada yang akan mengantarkan makan daripada dia sendiri yang harus ke dapur.

Dia kembali masuk ke kamar. Duduk manis di sofa sambil menunggu Jeongguk menghubungi penjaga dapur dari telpon dikamar mereka. Terhubung langsung pada penjaga diluar sana.

Dia sedikit bingung sebenarnya melihat tingkah Jeongguk. Pria itu memang baik, tapi tidak sampai seperti ini sebelumnya. Bangun  hanya untuk membantunya mendapat makanan. Rasanya aneh tapi Taehyung memutuskan dia tidak perlu memikirkannya. Mungkin saja Jeongguk juga lapar.

"Hmm, Jeongguk! Aku ingin makan kue jeruk."

Taehyung menyela, entahlah dia tiba-tiba sangat ingin kue jeruk sekarang.

Jeongguk hanya memandangnya sebentar, tampak menimbang sesuatu sebelum bicara lagi pada penjaga diseberang telpon.

"Kau ingin kue jeruk? Bukan stroberi?" Selesai bicara di telpon Jeongguk segera beranjak ke sisi Taehyung, menatapnya sangsi.

"Iyaa. Aku ingin makan kue jeruk sekarang. Kenapa? Tidak boleh?"

"Oh.. tidak. Sudah aku pesankan juga."

Seingatnya Taehyung tidak suka jeruk. Terlalu kecut katanya. Lalu mengapa? Ah, ini mungkin bagian dari kehamilan? Seperti kata dokter Hoseok sebelumnya.

Saat makanannya datang Taehyung tidak menunggu lagi. Mengabaikan Jeongguk disisinya Taehyung segera mengambil kue jeruk didepannya.

"Taehyung, makan yang lain dulu. Jangan langsung kue jeruknya." Jeongguk menahan tangan Taehyung yang baru saja akan menyuapkan kue jeruk ke mulutnya. Mendapat balasan bibir cemberut dari Taehyung.

"Loh, memangnya kenapa? Kau kalau lapar juga ya makan dong. Ini masih banyak makanannya."

Taehyung menunjuk makanan didepan mereka. Jeongguk sepertinya lapar sekali. Dia hanya ingin kue jeruk, tapi Jeongguk memesan banyak.

"Bukan begitu. Kau belum makan apapun sebelum tertidur tadi. Makanlah sesuatu yang berat sebelum kue itu."

"Ohh jadi ini semua untukku? Kau tidak makan?"

Jeongguk hanya mengangguk. "Aku sudah makan."

"Hmm.. baiklah," jujur saja Taehyung mulai heran sekarang. Jeongguk kok perhatian sekali padanya malam ini. Apa dia kemasukan roh apa begitu?

"Tapi aku tidak ingin makan yang lain. Kue jeruk saja. Jangan paksa aku."

Jeongguk akhirnya mengiyakan permintaan Taehyung. Membiarkan lelaki itu menikmati kue jeruknya.

"Kau ingin sesuatu yang lain?"

"Tidak." Taehyung lanjut menguyah kuenya. Diam-diam dia sebenarnya ingin sesuatu tapi malu rasanya meminta pada Jeongguk.

"Ya sudah. Kalau begitu setelah ini kembali lah tidur."

Jeongguk meninggalkannya setelah dia bergumam mengiyakan. Dia kembali ke tempat tidur lalu duduk disana, mengambil buku di laci nakas fokus membacanya.

Taehyung merasa sedikit lega. Jujur saja, Jeongguk yang sedari tadi terus memperhatikannya membuatnya jengah. Jika dia sudah menjauh begini Taehyung bisa makan dengan lebih tenang.

Kalau dia memang sudah makan mengapa harus memesan sangat banyak untuk Taehyung?  Perhatian berlebihan Jeongguk yang tidak biasanya seperti ini membuatnya merinding. Menggelengkan kepalanya kecil sebelum lanjut menghabiskan kuenya.

~

Arin menatap bingung kedua Tuannya. Tadi siang saat dia akan menemani Taehyung ke perpustakaan seperti biasa, Jeongguk tiba-tiba ingin ikut dengan mereka. Dia bahkan membawa beberapa pekerjaannya ke perpustakaan.

Setiap Taehyung beranjak untuk mencari buku pun matanya tidak pernah meninggalkan Taehyung. Memperhatikan langkahnya dengan seksama. Bergerak cepat saat dilihatnya Taehyung hampir terantuk, membentur sesuatu atau bahkan cuma menjatuhkan buku.

Taehyung mungkin mengabaikannya, tapi tidak pelayan muda itu. Dia terus tersenyum senang layaknya sedang menonton siaran langsung drama romansa. Tentu saja dimata pelayan muda itu, Jeongguk yang sangat menjaga Taehyung terlihat romantis.

"Hati-hati Taehyung!" Jeongguk dengan cepat memegang pinggang Taehyung dari bawah. Taehyung naik ke tangga kecil demi meraih buku yang letaknya terlalu tinggi. Sangat berbahaya dimata Jeongguk.

Dia menggendong Taehyung turun setelah lelaki itu berhasil meraih bukunya. Mencoba membuang pandangannya ke arah lain saat Taehyung menatapnya tajam.

"Siapa kau?!" suara Taehyung mengagetkan Jeongguk yang langsung membalas tatapannya dengan mata bulatnya. Bahkan Arin pun memilih mundur dari sana. Dia penasaran, namun gadis itu masih punya sopan santun untuk tidak mendengarkan percakapan majikannya.

"Apa maksudmu?"

"Kau ini siapa? Kau bukan Jeongguk, kan?"

"Hah?"

"Jangan hah heh hoh begitu. Kau ini siapa cepat katakan! Keluarlah dari tubuh Jeongguk!"

"Taehyung. Ini aku, Jeongguk."

"Bohong! Jeongguk tidak begini."

"Begini bagaimana maksudmu?"

"Kau terlalu baik. Perhatian sekali seharian ini.. tidak-tidak! Bukan seharian, dari tadi malam malah. Kau kerasukan, ya?"

Taehyung sungguh tidak tahan, jika memang Jeongguk kerasukan dia harus segera menyuruh setan itu keluar dari tubuh suaminya. Jeongguk yang sangat perhatian begini rasanya benar-benar aneh sekali.

Taehyung terbiasa dengan Jeongguk yang biasanya. Baik namun tidak berlebihan. Cuek-cuek saja dengan apapun yang ingin dilakukan Taehyung. Bukan Jeongguk yang melarangnya ini itu, menjaganya kemanapun layaknya dia barang pecah belah.

Jeongguk yang sekarang malah terdiam membuat Taehyung semakin curiga. Kalau memang ini Jeongguk harusnya dia sadar kalau tingkahnya sendiri itu aneh.

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku, ya?"

Kalimat Taehyung hampir membuat Jeongguk tersedak salivanya sendiri.

"Hah! Lihatlah wajahmu sekarang. Ayo katakan! Kau menyembunyikan apa dariku? Cepat katakan!"

Jeongguk berusaha kembali tenang. Katakan dia pengecut tapi dia belum ingin mengatakan informasi yang satu itu pada Taehyung.

"Bukan apa-apa. Ini tentang.. penyihir. Iya penyihir tua itu. Jackson bilang sudah menemukan jejaknya."

"Ohh benarkah?" Sekarang gantian Taehyung yang terkejut.

Keduanya kembali terdiam. Taehyung mulai memikirkan apa yang akan terjadi bila mereka menemukan penyihir itu lagi. Jeongguk diam lagi, merasa membawa topik yang salah setelah melihat kegundahan Taehyung.

"Ohh..hmm..baiklah kalau begitu. Kabari aku lagi kalau ada informasi soal itu, ya? Jangan merahasiakannya dariku Jeongguk."

"Iya.. tentu saja."

"Aku mau istirahat dulu. Duluan ya!"

Taehyung bergegas pergi dari sana. Menemukan Arin berdiri dekat pintu keluar perpustakaan, gadis itu dengan cekatan membukakan pintu untuk Taehyung dan mengikutinya.

Meninggalkan Jeongguk didalam perpustakaan sendirian. Bingung melihat suasana hati Taehyung yang tiba-tiba berubah suram. Tapi dia memilih mengabaikannya sejenak. Mungkin saja Taehyung lelah, atau itu hanya salah satu perubahan dari hormon kehamilannya. Pasti bukan sesuatu yang serius.

Jeongguk memutuskan membereskan beberapa dokumennya sebelum kembali ke ruangan kerjanya.

~

Taehyung kembali ke kamarnya dengan cepat. Duduk di sofa sambil memeluk salah satu bantal empuk kesukaannya.

Memikirkan perkataan Jeongguk tentang penyihir tua itu tadi membuat Taehyung sedikit gelisah. Jika memang mereka nanti benar-benar menemukannya, lalu apa yang akan mereka lakukan?

Apa mereka akan berpisah? Kutukannya bisa dicabut dan mereka kembali ke kehidupan masing-masing, begitu kah?

Kata berpisah tiba-tiba jadi terdengar mengerikan di telinganya. Meskipun awalnya pernikahan ini tidak lancar tapi mereka bisa menjalaninya sampai sekarang. Semuanya baik-baik saja. Taehyung tidak ingin berpisah.

Tapi dia tidak bisa memaksakan kehendaknya. Bagaimana jika Jeongguk yang ingin berpisah darinya? Taehyung tidak bisa menahan Jeongguk bersamanya. Walaupun dia sangat ingin.

"Tuan Anda baik?"

"Ya..oh iya aku baik."

"Anda nampak memikirkan banyak hal Tuan. Bagaimana jika berisitirahat dulu."

Arin terlihat cemas pada Tuannya. Taehyung memang sering melamun tapi tidak sedih seperti ini. Dia hanya mengangguk, berjalan ke arah tempat tidur dan membaringkan tubuhnya disana.

Sebuah ketukan terdengar di pintu kamar saat Taehyung baru saja akan memejamkan mata. Arin melangkah ke arah pintu. Tampak berbicara kepada seorang pelayan lainnya sebelum berbalik menghampiri Taehyung.

"Tuan, Nyonya Jeon mengajak Anda makan siang bersama."

"Sekarang?"

"Ditunggu 10 menit lagi, Tuan."

Taehyung mengerang keras. Tidak ingin bertemu ibu mertuanya tapi tidak mungkin juga dia menolak. Sepertinya dia sedang tidak diizinkan istirahat. Entah sindiran apalagi yang akan didengarnya kali ini.

"Baiklah."

~

Taehyung menunduk sopan saat sampai didepan Nyonya Jeon, duduk disampingnya. Lagi-lagi hanya ada mereka bertiga disini. Nyonya Jeon, Somi, dan dirinya sendiri. Jeongguk dan Tuan Jeon sangat jarang bergabung untuk sarapan atau makan siang, keduanya hanya akan muncul jika itu makan malam.

"Somi, kau kemana saja? Aku jarang melihatmu belakangan ini."

"Ohh. Aku keluar kota, kak. Biasa urusan manor."

Somi menjawab lembut, seperti biasa tersenyum manis padanya. Gadis itu menjadi lebih sopan jika dihadapkan pada ibunya.

Pelayan-pelayan mulai bergerak melayani mereka. Cepat dan luwes, sangat terlatih. Beginilah hasil dari hidup dalam manor Jeon. Apalagi dengan majikan seperti Nyonya Jeon yang sangat perfeksionis itu.

"Kudengar kau kemarin jatuh pingsan di panti."

"Ahh, iya ibu. Aku sedikit kelelahan."

Ibu Jeon seperti biasa berkomentar dengan wajah datarnya, Taehyung hanya bisa tersenyum tipis.

"Kau tidak punya banyak pekerjaan. Sekalinya bekerja langsung cepat lelah seperti itu. Lain kali aku akan memberikanmu banyak acara seperti ini agar kau terbiasa."

Taehyung sangat-sangat ingin merengek sekarang. Tapi tidak, tidak mungkin dilakukannya maka dia hanya akan lagi-lagi tersenyum mengiyakan.

Padahal Nyonya Jeon jarang berbicara panjang lebar padanya. Tapi setiap kali wanita itu bicara kata-katanya pasti memberikan efek tidak baik bagi Taehyung.

"Tentu saja, ibu. Acaranya menyenangkan. Mungkin kemarin kondisiku saja yang sepertinya kurang baik."

"Baiklah. Mari makan."

Mulainya makan artinya mereka harus berhenti berbicara. Nyonya Jeon sangat tidak suka ada yang bicara saat makan. Jangan sampai dia melihatmu melakukannya. Apalagi di meja makan seperti ini.

Taehyung menyuapkan sepotong daging. Mengunyah perlahan tanpa suara sebelum dia tiba-tiba berhenti. Ekspresinya berubah kecut. Wajahnya memucat dan dia mual sekali. Nyonya Jeon yang menyadarinya pun terlihat heran.

"Kau sakit." Tidak, dia tidak bertanya. Dia tahu. Tentu saja Taehyung sakit. Lihat saja wajahnya sekarang.

Taehyung inginnya segera berlari dari sana namun dia terlambat. Dia sudah muntah sedikit. Mencoba menutupi dengan tangannya dan segera bergerak cepat menuju wastafel terdekat. Untung saja mereka makan siang di tempat terbuka seperti ini. Mudah bagi Taehyung menemukan keran air.

Arin berlari mengikuti Taehyung. Memijit tengkuknya saat Taehyung berulangkali memuntahkan makanannya.

Dia pusing sekali. Mengabaikan tatapan horor dan khawatir dari Somi dan beberapa pelayan disana. Horor tentu saja. Bagaimana bisa kau muntah saat sedang makan bersama Nyonya Jeon.

Sang nyonya pun hanya menatap diam dari tempatnya. Tatapannya tidak terbaca. Tiba-tiba saja wanita itu meletakkan alat makannya, berdenting keras mengenai piring. Dia berdiri menghampiri Taehyung yang sedang mengusap pelan membersihkan bibirnya dengan air.

"Kalian semua bereskan ini," tegasnya pada semua pelayan yang langsung bergerak membereskan sisa makanan yang bahkan baru disentuh sedikit, sebelum kemudian berbalik ke arah Taehyung. "Bawa dia ke kamarnya."

Arin dan salah satu pelayan lainnya langsung bergegas membantu Taehyung kembali ke kamar. Dengan Nyonya Jeon dan Somi mengikuti mereka dari belakang.

"Kak Taehyung sakit apa ya, ibu?"

"Kau akan segera tahu."

"Ohh. Semoga dia baik-baik saja." 

Raut wajah Nyonya Jeon semakin keras. Bisa-bisanya tidak ada seorangpun yang memberitahunya soal ini.




Tbc~



Ditengah nulis aku kehilangan mood jadi agak lama ya.. semoga aja ini jelas😬

Continue Reading

You'll Also Like

11K 1.4K 24
One shot yang dibuang sayang
13K 1.5K 14
Jeon Jeongguk bertanya-tanya akan tingkah salah satu kekasihnya yang terlalu cuek. ©queen_na1
114K 9.9K 13
BTS Fanfiction, wit KookV, Jeon Jungkook (seme) X Kim Taehyung (uke) Warning : BL, Mpreg Rating : T Rahasia Kim Taehyung dari seorang Jeon Jungkook...
14.4K 5.1K 54
Bermulai dari insiden yang tak tersengaja, namun tuhan malah menakdirkan untuk selalu bertemu. Akankah skenario tuhan berjalan dengan yang mereka ing...